Showing posts with label MATERI. Show all posts
Showing posts with label MATERI. Show all posts

Wednesday, 24 January 2018

AGRESI MILITER BELANDA II



AGRESI MILITER BELANDA II

Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.
Pada hari pertama Agresi Militer Belanda II, mereka menerjunkan pasukannya di Pangkalan Udara Maguwo dan dari sana menuju ke Ibukota RI di Yogyakarta. Kabinet mengadakan sidang kilat. Dalam sidang itu diambil keputusan bahwa pimpinan negara tetap tinggal dalam kota agar dekat dengan Komisi Tiga Negara (KTN) sehingga kontak-kontak diplomatik dapat diadakan.

A.       Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer Belanda II
Pihak bangsa Indonesia maupun pihak Belanda sama-sama mengirimkan surat kepada pihak KTN ( komisi tiga negara ). Surat tersebut sama-sama berisi dugaan terhadap pihak indonesia maupun pihak belanda yang dianggap tidak menghormati hasil perjanjian Renville. Akibatnya, sebelum tengah malam tepat pada tanggal 18 Desember 1948, pihak belanda mengumumkan,bahwa Belanda tidak terikat lagi terhadap perjanjian Renville. Dan pada hari  tepat pada tanggal 19 Desember 1948, pesawat tempur Belanda menyerang Maguwo (sekarang Bandara Adisucipto) dan sejumlah bangunan penting di Yogyakarta. Peristiwa tersebut merupakan awal dari agresi militer Belanda II.
1.      Serangan ke Maguwo
Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari Jakarta menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel, akan mengucapkan pidato yang penting. Sementara itu Jenderal Spoor yang telah berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan instruksi kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk memulai penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi Kraai" .
Pukul 2.00 pagi 1e para-compgnie (pasukan para I) KST di Andir memperoleh parasut mereka dan memulai memuat keenambelas pesawat transportasi, dan pukul 3.30 dilakukan briefing terakhir. Pukul 3.45 Mayor Jenderal Engles tiba di bandar udara Andir, diikuti oleh Jenderal Spoor 15 menit kemudian. Dia melakukan inspeksi dan mengucapkan pidato singkat. Pukul 4.20 pasukan elit KST di bawah pimpinan Kapten Eekhout naik ke pesawat dan pukul 4.30 pesawat Dakota pertama tinggal landas. Rute penerbangan ke arah timur menuju Maguwo diambil melalui Lautan Hindia. Pukul 6.25 mereka menerima berita dari para pilot pesawat pemburu, bahwa zona penerjunan telah dapat dipergunakan. Pukul 6.45 pasukan para mulai diterjunkan di Maguwo.
Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara Maguwo, pagi hari tanggal 19 Desember 1948, WTM Beel berpidato di radio dan menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville. Penyerbuan terhadap semua wilayah Republik di Jawa dan Sumatera, termasuk serangan terhadap Ibukota RI, Yogyakarta, yang kemudian dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II telah dimulai. Belanda konsisten dengan menamakan agresi militer ini sebagai "Aksi Polisional".
Penyerangan terhadap Ibukota Republik, diawali dengan pemboman atas lapangan terbang Maguwo, di pagi hari. Pukul 05.45 lapangan terbang Maguwo dihujani bom dan tembakan mitraliur oleh 5 pesawat Mustang dan 9 pesawat Kittyhawk. Pertahanan TNI di Maguwo hanya terdiri dari 150 orang pasukan pertahanan pangkalan udara dengan persenjataan yang sangat minim, yaitu beberapa senapan dan satu senapan anti pesawat 12,7. Senjata berat sedang dalam keadaan rusak. Pertahanan pangkalan hanya diperkuat dengan satu kompi TNI bersenjata lengkap. Pukul 06.45, 15 pesawat Dakota menerjunkan pasukan KST Belanda di atas Maguwo. Pertempuran merebut Maguwo hanya berlangsung sekitar 25 menit. Pukul 7.10 bandara Maguwo telah jatuh ke tangan pasukan Kapten Eekhout. Di pihak Republik tercatat 128 tentara tewas, sedangkan di pihak penyerang, tak satu pun jatuh korban.
Sekitar pukul 9.00, seluruh 432 anggota pasukan KST telah mendarat di Maguwo, dan pukul 11.00, seluruh kekuatan Grup Tempur M sebanyak 2.600 orang –termasuk dua batalyon, 1.900 orang, dari Brigade T- beserta persenjataan beratnya di bawah pimpinan Kolonel D.R.A. van Langen telah terkumpul di Maguwo dan mulai bergerak ke Yogyakarta.
Serangan terhadap kota Yogyakarta juga dimulai dengan pemboman serta menerjunkan pasukan payung di kota. Di daerah-daerah lain di Jawa antara lain di Jawa Timur, dilaporkan bahwa penyerangan bahkan telah dilakukan sejak tanggal 18 Desember malam hari.
Segera setelah mendengar berita bahwa tentara Belanda telah memulai serangannya, Panglima Besar Soedirman mengeluarkan perintah kilat yang dibacakan di radio tanggal 19 Desember 1948 pukul 08.00.
2.      Pemerintahan Darurat
Soedirman dalam keadaan sakit melaporkan diri kepada Presiden. Soedirman didampingi oleh Kolonel Simatupang, Komodor Suriadarma serta dr. Suwondo, dokter pribadinya. Kabinet mengadakan sidang dari pagi sampai siang hari. Karena merasa tidak diundang, Jenderal Soedirman dan para perwira TNI lainnya menunggu di luar ruang sidang. Setelah mempertimbangkan segala kemungkinan yang dapat terjadi, akhirnya Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak meninggalkan Ibukota. Mengenai hal-hal yang dibahas serta keputusan yang diambil dalam sidang kabinet tanggal 19 Desember 1948. Berhubung Soedirman masih sakit, Presiden berusaha membujuk supaya tinggal dalam kota, tetapi Sudirman menolak. Simatupang mengatakan sebaiknya Presiden dan Wakil Presiden ikut bergerilya. Menteri Laoh mengatakan bahwa sekarang ternyata pasukan yang akan mengawal tidak ada. Jadi Presiden dan Wakil Presiden terpaksa tinggal dalam kota agar selalu dapat berhubungan dengan KTN sebagai wakil PBB. Setelah dipungut suara, hampir seluruh Menteri yang hadir mengatakan, Presiden dan Wakil Presiden tetap dalam kota.
Sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan oleh Dewan Siasat, yaitu basis pemerintahan sipil akan dibentuk di Sumatera, maka Presiden dan Wakil Presiden membuat surat kuasa yang ditujukan kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang sedang berada di Bukittinggi. Presiden dan Wakil Presiden mengirim kawat kepada Syafruddin Prawiranegara di Bukittinggi, bahwa ia diangkat sementara membentuk satu kabinet dan mengambil alih Pemerintah Pusat. Pemerintahan Syafruddin ini kemudian dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Selain itu, untuk menjaga kemungkinan bahwa Syafruddin tidak berhasil membentuk pemerintahan di Sumatera, juga dibuat surat untuk Duta Besar RI untuk India, dr. Sudarsono, serta staf Kedutaan RI, L. N. Palar dan Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis yang sedang berada di New Delhi.
Empat Menteri yang ada di Jawa namun sedang berada di luar Yogyakarta sehingga tidak ikut tertangkap adalah Menteri Dalam Negeri, dr. Sukiman, Menteri Persediaan Makanan,Mr. I.J. Kasimo, Menteri Pembangunan dan Pemuda, Supeno, dan Menteri Kehakiman, Mr. Susanto. Mereka belum mengetahui mengenai Sidang Kabinet pada 19 Desember 1948, yang memutuskan pemberian mandat kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat di Bukittinggi, dan apabila ini tidak dapat dilaksanakan, agar dr. Sudarsono, Mr. Maramis dan L.N. Palar membentuk Exile Government of Republic Indonesia di New Delhi, India.
Pada 21 Desember 1948, keempat Menteri tersebut mengadakan rapat dan hasilnya disampaikan kepada seluruh Gubernur Militer I, II dan III, seluruh Gubernur sipil dan Residen di Jawa, bahwa Pemerintah Pusat diserahkan kepada 3 orang Menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Menteri Perhubungan.

B.        Pengasingan Pimpinan Republik
Pada pukul 07.00 WIB tanggal 22 Desember 1948 Kolonel D.R.A. van Langen memerintahkan para pemimpin republik untuk berangkat ke Pelabuhan Udara Yogyakarta untuk diterbangkan tanpa tujuan yang jelas. Selama di perjalanan dengan menggunakan pesawat pembom B-25 milik angkatan udara Belanda, tidak satupun yang tahu arah tujuan pesawat, pilot mengetahui arah setelah membuka surat perintah di dalam pesawat, akan tetapi tidak disampaikan kepada para pemimpin republik. Setelah mendarat di Pelabuhan Udara Kampung Dul Pangkalpinang (sekarang Bandara Depati Amir) para pemimpin republik baru mengetahui, bahwa mereka diasingkan ke Pulau Bangka, akan tetapi rombongan Presiden Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim terus diterbangkan lagi menuju Medan, Sumatera Utara, untuk kemudian diasingkan ke Brastagi dan Parapat, sementara Drs. Moh. Hatta (Wakil Presiden), RS. Soerjadarma (Kepala Staf Angkatan Udara), MR. Assaat (Ketua KNIP) dan MR. AG. Pringgodigdo (Sekretaris Negara) diturunkan di pelabuhan udara Kampung Dul Pangkalpinang dan terus dibawa ke Bukit Menumbing Mentok dengan dikawal truk bermuatan tentara Belanda dan berada dalam pengawalan pasukan khusus Belanda, Corps Speciale Troepen.

C.       Perang Gerilya Dan Serangan Umum 1 Maret 1949
Pada Waktu Agresi Militer Belanda Kedua Pada tanggal18 Desember 1948, pukul 23.30, Dr. Beel mengumumkan sudah tidak terikat lagi dengan Perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00, Belanda melancarkan agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta. Dalam peristiwa ini pimpinan-pimpinan RI ditawan oleh Belanda. Mereka adalah Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Syahrir dan sejumlah menteri termasuk Menteri Luar Negeri Agus Salim. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat di tepi Danau Toba dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka. Dengan ditawannya pimpinan-pimpinan negara RI dan jatuhnya Yogyakarta, Dr. Beel menyatakan bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIlPh1NR5-d4_RZPEcvxYPhjuwbQiZhCsQQltc3TCn8vIfI-45L8hemlSWEmYs-sQ3asqjHnZLeJ5uqqjyQ8azN2wLAyJTd3jMruxbVUxs3XV9BokKlwThi62futW8DJZeqlvvbZ6YxUQD/s320/jenderal+soedirman-751262.jpg
Jend. Sudirman di tandu pasukannya saat memimpin p.gerilya
Setelah penyerangan Yogyakarta yang dilakukan oleh Belanda. Sudirman yang waktu itu baru saja   keluar dari rumah sakit Panti Rapih setelah menjalani perawatan setelah mendengar adanya serangan Belanda, Jend. Sudirman sepakat dengan anggota TNI untuk meninggalkan kota demi melancarkan perang gerilya, beberapa tokoh militer yang ikut serta dalam membantu terlaksanya perang gerilya antara lain, Kolonel Gatot Subroto, T.B Simatupag, A.H Nasution,Sarbini, Suparjo Rustam, dan Cokropranolo. Jend. Sudirman memimpin perang gerilya dari tempat satu ke tempat lain ia juga memerintahkan untuk membumihanguskan bangunan-bangunan penting dan jembatan yang di sekiranya di gunakan oleh belanda. Mengahadapi perang gerilya itu Belanda cukup kebingungan namun Belanda terus menindas rakyat Indonesia dan melakukan propaganda bahwa Negara RI tidak ada, mengahadapi propaganda tersebut Sri Sultan dan Letkol Suharto melancarkan serangan terhadap belanda dan akhirnya kota Yogyakarta dapat di duduki kembali oleh TNI namun keberhasilan itu hanya bertahan selama 6 jam.
Panglima Jend. Sudirman yang terus melakukan gerilyanya. Jenderal Soedirman dan pasukan melewati daerah membentang antara Yogyakarta, Panggang, Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri, Purwantoro, Ponorogo, Sambit, Trenggalek, Bendorejo, Tulungagung, Kediri, Bajulan, Girimarto, Warungbung, Gunungtukul, Trenggalek (lagi), Panggul, Wonokarto dan Sobo (memimpin gerilya selama 3 bulan, 28 hari). Baru kemudian dari Sobo menuju Yogyakarta melewati Baturetno, Gajahmungkur, Pulo, Ponjong, Piyungan, Prambanan dan baru pada tanggal 10 Juli 1949 kembali lagi ke Yogyakarta. Dalam keadaan yang serba kekurangan dan kondisi fisik yang lemah Jenderal Soedirman terus dan terus berjuang tanpa kenal menyerah. 

D.       Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer II
Adapun tujuan utama bangsa Belanda melakukan Agresi Militer yang II belanda ingin menghancurkan kedaulatan republik Indonesia dan mengusai kembali seluruh wilayah republik indonesia seperti dahulu kala dengan cara melakukan agresi militer II terhadap daerah penting yaitu kota Yogyakarta sebagai ibu kota republik Indonesia pada saat itu. Pihak Belanda sengaja menyerang ibu kota republik indonesia dengan membuat kondisi ibu kota republik Indonesia tidak aman dengan harapkan,kondisi tersebut membuat bangsa Indonesia menyerah dan bersedia menuruti ultimatum yang diajukan oleh bangsa Belanda.



E.        Dampak Agresi Militer Belanda II bagi Bangsa Indonesia
Dampak dari Agresi Militer belandan II yang dilakukan oleh bangsa Belanda terhadap republik Indonesia adalah mengakibatkan hancurnya beberapa bangunan penting di  ibu kota Yogyakarta, bahkan Yogyakarta yang pada saat itu sebagai ibu kota Indonesia juga mampu dikuasai oleh Belanda. Selain itu presiden ir soekarno dan wakil presiden moh hatta beserta sejumalah pejabat pemerintah Indonesia berhasil ditawan kemudian diasingkan oleh pihak Belanda.
Belanda mengirah dengan jatuhnya ibu kota yogyakarta,pasukan TNI sudah habis ternyata dugaan bangsa belanda meleset bahwa sahnya pasukan TNI belum habis dan dengan waktu yang relatif singkat pasukan TNI berhasil menyesuaikan dengan kondisi yang ada dan mulai bergerak dan memberikan serangan balik terhadap pihak belanda dan serangan yang paling dikenal yang dilakukan pihak TNI terhadap pihak belanda adalah serangan umum 1 maret 1949 terhadap kota yogyakarta.















DAFTAR PUSTAKA

Wayan,I Badrika. 2006. Sejarah Untuk SMA Jilid 3 Kelas XII Program IPS. Jakarta.Penerbit Erlangga
Ricklefs, M. 2008. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi.
Suryanegara, A. M. 2010. Api sejarah Jilid 2. Bandung: Salamadani.

























 
 
AGRESI MILITER BELANDA II

http://atmonadi.com/wp-content/uploads/Panglima_Sudirman.jpg

Disusun Oleh :
Ü    NAMA           : NUR HALIM
Ü    Kelas               : XI IPA 4
Ü    Nis                   : 13744
Ü    No. Urut         : 35




SMA NEGERI 2 WATAMPONE

 
TAHUN AJARAN 2014
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI………………………………………………………..........................…i

PERTEMPURAN SURABAYA
A.          Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer Belanda II....................................1
B.           Pengasingan Pimpinan Republik....................................................................5
C.           Perang Gerilya Dan Serangan Umum 1 Maret 1949 .....................................5
D.          Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer II..............................................7
E.           Dampak Agresi Militer Belanda II bagi Bangsa Indonesia............................8

DAFTAR PUSTAKA














i
 
 

252 ISTILAH MEDIS BESERTA ARTINYA



252 ISTILAH MEDIS

1.         Abdomen/abdominal : perut
2.         Abdomen akut : gejala nyeri perut secara tiba-tiba karena suatu kelainan atau penyakit intra abdomen.
3.         Akromion : tulang menonjol di bagian atas
4.         Angiography / Cath Lab : pemeriksaan invasive radiografi untuk menggambarkan pembuluh darah (ada atau tidak penyempitan)
5.         Antegrade Pyelography (APG) : pemeriksaan radiografi pada system urinaria dengan      media kontras yang dimasukkan lewat kateter yang dipasang dengan cara nefrostomi percutan.
6.         Anterior : bagian depan
7.         Appendiks : umbai cacing
8.         Appendiksitis : penyakit radang usus buntu
9.         Apron : baju pelindung radiasi yang terbuat dari bahan timbal
10.     Artefak : bercak pada film rontgen.
11.     Arteri : pembuluh darah yang membawa darah dari jantung keseluruh tubuh
12.     Arthrography : pemeriksaan radiografi pada rongga sendi dengan menyuntikan bahan      radioopague (udara atau zat kontras).
13.     Asendens : bagian yang naik
14.     Atenuasi : perlemahan sinar-x setelah melewati objek.
15.     Atresia Ani : kelainan berupa tanpa anus
16.     Auricula : daun telinga
17.     Axial : memotong sumbu Z
18.     Barium Enema : sama dengan Colon In Loop
19.     Barium Follow Through : pemeriksaan radiografi usus halus dengan media kontras.
20.     Barium Meal : sama dengan OMD
21.     Barium Swallow : sama dengan Oesophagografi
22.     Blass : kandung kemih
23.     BNO : Blass Nier Oversich atau foto abdomen yang indikasinya untuk memperlihatkan tractus urinaria
24.     BNO IVP (Intravenous Pyelogram) : foto abdomen yang memperlihatkan tractus urinaria (ginjal, ureter, blass) dengan media kontras yang disuntikkan melalui vena.
25.     Bronchography : pemeriksaan radiografi untuk melihat kerusakan bronkus dengan menggunakan media kontras yang disuntikan pada trakea
26.     Bronchopneumonia (BP) : radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.
27.     Bronkhietaksis : pendarahan pada bronkus (cabang paru)
28.     Bronkhitis : peradangan pada bronkus.
29.     Bucky : Grid yang bergerak saat eksposi.
30.     Canalis : sebuah saluran tulang
31.     Caninus : gigi taring
32.     Capsula bowman : capsula ginjal yang dipagari oleh capillaries
33.     Cardiomegali : pembesaran jantung
34.     Cardio Thorax Ratio : pengukuran pembesaran jantung berdasarkan hasil foto thorax.
35.     CAT : Computed Axial Tomography
36.     Caudad : menuju ke  arah kaki / arah dibawah kepala
37.     Caudal : bagian ekor
38.     Caudografi : pemeriksaan radiografi dari caudo equine dan serabut saraf Lumbal dan      sacral dengan memasukan bahan kontras
39.     Central Ray (CR) : Arah sinar yang digunakan dalam pemotretan yang menunjukan arah atau jalannya sinar tersebut
40.     Central Point (CP) : Pusat sinar yang digunakan dalam pemotretan
41.     Chepalad : menuju ke arah kepala
42.     Chepalometri : pemeriksaan radiologi untuk mengukur atau melihat bentuk wajah (biasa dilakukan pada pasien yang hendak pasang kawat gigi)
43.     Colecystography : pemeriksaan radiografi untuk melihat kandung empedu dengan menggunakan kontras.
44.     Colon : usus besar
45.     Colon Hirschprung : mega kolon atau penyakit/kelainan pada kolon yang disebabkan tidak adanya sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon.
46.     Colon In Loop : pemeriksaan radiografi pada usus besar dengan media kontras barium sulfat yang dimasukkan intraanal.
47.     Cor Analisa : pemeriksaan radiografi untuk melihat kelainan jantung (menggunakan media kontras +)
48.     Coronal : memotong sumbu Y
49.     Corpus Alienum : benda asing yang masuk ke dalam tubuh
50.     CR : Computer Radiology
51.     Cranial : bagian kepala
52.     CT Scan : Computed Tomography Scan,
53.     Cystogram : sama dengan Retrograde Cystografi
54.     DDR : Direct Digital Radiography, menggantikan Image Reseptor, terdiri dari detektor yang langsung mengambil gambar dan mengirimkannya ke komputer.
55.     Defleksi : gelombang ultrasound yang dipantulkan kembali setelah mengenai permukaan media
56.     Dekstra : bagian kanan
57.     Dehidrasi : kekurangan cairan atau pengurangan volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran yang berlebihan atau penyusutan yang tidak diganti sehingga tidak mempunyai persediaan yang cukup
58.     Densitas : derajat kehitaman dari sebuah foto rontgen
59.     Densitometer : alat ukur densitas.
60.     Detail : mampu memperlihatkan gambaran sampai yang sekecil-kecilnya pada
61.     Developer : cairan pembangkit bayangan laten pada film rontgen.
62.     Diastol : angka yang dibawah, yaitu tekanan darah pada saat ventrikel berelaksasi, aliran darah bergerakdari atrium menuju ventrikel.
63.     Discography : pemeriksaan radiografi discus invertebralis (menggunakan media kontras +)
64.     Disfagia : kesulitan untuk menelan atau memasukan makanan
65.     Dislokasi :  terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi
66.     Distal : bagian yang jauh dari tubuh (menuju kebawah) / ujung
67.     Distorsi : perubahan ukuran dan bentuk gambaran dari obyek asli yang terjadi karena      obyek mengalami pembesaran yang tidak sama untuk setiap bagiannya dan tidak sejajarnya obyek dengan film.
68.     Dorsal : punggung tangan atau kaki depan
69.     Dosimeter : alat ukur radiasi
70.     Duodenum : bagian utama usus halus panjangnya 25 cm,berbentuk sepatu kuda, dan      kepalanya mengelilingi kepala pancreas
71.     Dys- : jelek/rusak (contoh : dysfagia)
72.     Echo : suara atau gema
73.     ECG : Electro Cardiogram atau pemeriksaan jantung.
74.     Edema : tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat adanya gangguan keseimbangan cairan didalam tubuh
75.     Efusi pleura : pengumpulan cairan didalam rongga pleura
76.     Ekspirasi : buang nafas
77.     Ekstensi : meluruskan kembali sendi
78.     Eksternal : bagian luar
79.     Ekstra Fooding : makanan tambahan (bagi pekerja radiasi)
80.     Emboli : obstruksi pembuluh darah oleh badan materi yang tidak larut
81.     Empisema : nanah di dalam rongga pleura
82.     Emulsi Film : bagian film radiografik yang sensitif terhadap sinar-X dan cahaya tampak, yang dapat merekam gambaran radiografik. Lapisannya terdiri dari AgBr dan gelatine
83.     Endoscopy :  suatu instrumen yang digunakan untuk memeriksa interior sebuah organ berongga atau rongga tubuh. Tidak seperti kebanyakan perangkat pencitraan medis, endoskopi dimasukkan langsung ke organ
84.     ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography) : pemeriksaan radiografi      dari pancreas dan system biliari dengan menggunakan fyber optic endoscopy.
85.     Erect : posisi berdiri
86.     Esofaghus (Oesofaghus) : kerongkongan
87.     Etiologi : ilmu tentang penyebab penyakit.
88.     Faring : tenggorokan
89.     Fetography : pemeriksaan radiografi untuk melihat kondisi janin.
90.     FFD : Focus Film Distance atau jarak antara fokus ke film
91.     FOD : Focus Objek Distance / Jarak dari Fokus ke Objek
92.     Film Badge “: alat monitor radiasi perorangan.
93.     Filter : berfungsi supaya berkas sinar-x yang heterogen menjadi lebih homogen sehingga kualitas menjadi baik dan juga berfungsi untuk mengurangi jumlah sinar-x dengan energi foto yang rendah yang tidak dapat dimanfaatkan dalam pencitraan sehingga tidak perlu keluar dari tabun
94.     Film Badge : alat ukur radiasi (pasif) bagi pekerja radiasi.
95.     Fissura : celah, robek
96.     Fistula : saluran tidak normal yang menghubungkan organ-organ tubuh yang secara normal tidak berhubungan.
97.     Fistulography : pemeriksaan radiografi untuk menampakan luka bekas operasi dengan      memasukan media kontras pada hollow organ (GI, bladder)
98.     Fixer : cairan penetapan bayangan film rontgen.
99.     Fleksio : membengkokkan atau melipat sendi
100. Fluoroscopy : pemeriksaan radiografi dimana hasilnya dapat langsung dilihat di layar      fluoroscopy atau monitor.
101. Focal Spot : daerah pada anoda atau target (pada tabung sinar-x) yang ditumbuki elektron. focal spot akan mempengaruhi resolusi gambar radiografi.
102. Fluorosensi (sifat sinar x) : memandarkan cahaya hanya saat terkena sinar-x.
103. Fontanel : ubun ubun.
104. Fraktur : patah tulang  atau terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
105. Frontal : dahi
106. Gallipot : sebuah wadah untuk tempat obat atau bahan kontras
107. Gastro Intestinal (GI) : saluran pencernaan dari mulut sampai anus
108. Gastritis : radang pada gaster
109. Genue : dengkul
110. Gonad : alat reproduksi atau organ yang membuat gamet  (pada laki laki adalah testis, dan pada perempuan adalah ovarium)
111. Grid : suatu alat yang digunakan untuk meningkatkan kontras radiografi dengan cara menyerap radiasi hambur.
112. Hemi- : sebagian
113. Hemothoraks : darah di dalam rongga pleura biasa terjadi karena cedera di dada
114. Hepatitis : peradangan pada sel-sel hati
115. Hepatomegali : pembesaran hati
116. Hernia : biasa dikenal dengan turun berok atau penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut
117. High Kv : teknik pada bidang radiologi dengan memanfaatkan tegangan (kV) tinggi dengan menurunkan nilai mAs untuk menghasilkan gambaran radiografi yang sama dengan kondisi kV standar pada sebuah pemeriksaan radiologi.
118. Histerosalfingografi (HSG) : gambar dari rahim dan saluran telur yang diperoleh dari foto rontgen.
119. Horizontal : garis mendatar
120. Hydroneprosis : distensi dan dilatasi dari renal pelvic, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal (Obstruksi), Hydroneprosis biasa disebut pembesaran ginjal
121. hyper- : berlebihan
122. hypo- : kekurangan
123. Iluminator : lampu pembaca foto rontgen.
124. Immobilisasi  :  pembatasan pergerakan.
125. Inferior : bagian bawah
126. Infiltrat : massa (pada paru, seperti dahak, nanah, darah, dll.)
127. Informed Consent : surat persetujuan pelaksanaan tindakan medis yang diisi pasien setiap akan mendapatkan tindakan medis.
128. Insert tube : salah satu dari komponen tabung sinar-x yang terbuat dari tabung kaca hampa udara dengan dilengkapi KNAP yang saling berhadapan
129. Insisivus : gigi seri
130. Inspirasi : ambil nafas
131. Intensitas radiografi : jumlah tenaga foton yang keluar dari tabung rontgen pada jarak dan luasan tertentu.
132. Internal : bagian dalam
133. Intensifying Screen : tabir penguat pada kaset yang berfungsi mengubah sinar x menjadi cahaya tampak.
134. Invertogram : foto rontgen untuk bayi kasus atresia ani.
135. Ionisasi : proses pengubahan atau penguraian atom/molekul menjadi ion dengan menambahkan atau mengurangi partikel bermuatan.
136. Karsinoma (Ca) : tumor ganas jaringan epitel.
137. Kateter : sebuah pipa panjang,ramping,dan fleksibel,yang dimasukkan ke dalam tubuh      untuk beraneka tujuan.Kateter terbuat dari bahan lentur yang dapat dilihat dengan sinar-X.
138. Katoda : filamen pada tabung Rontgen yang bertindak sebagai sumber elektron.
139. Kedokteran Nuklir: ilmu kedokteran yang dalam kegiatannya menggunakan sumber radiasi terbuka (“unsealed’) baik untuk tujuan diagnosa, maupun untuk pengobatan penyakit (terapi), atau dalam penelitian kedokteran.
140. Kifosis : bungkuk
141. Kilovoltage (kV) : tegangan tabung atau satuan beda potensial yang diberikan antara      anoda dan katoda (menentukan daya tembus sinar atau kualitas radiasi)
142. Knee Chest Position : posisi seperti orang  sujud (lutut  dan dada menempel)
143. Kolimasi : merupakan bagian yang terbaik dari x-ray beam restrictors yang digunakan      untuk mengatur luas lapangan penyinaran, keluarnya sinar-x dan sebagai off fokus radiasi
144. Kontras : perbedaan warna hitam dan putih pada hasil foto rontgen.
145. KP : Koch Pulmonum = Penyakit TBC
146. Kualitas radiografi : daya tembus berkas sinar-x
147. Laten Image (bayangan laten) : bayangan tidak tampak pada film radiografi yang bisa dilihat setelah diproses baik secara manual atau otomatis.
148. Lateral : posisi miring dalam kondisi tidur ataupun berdiri
149. Left Anterior Obligue (LAO) : posisi penderita miring dengan tepi kiri depan dekat film.
150. Left Posterior Obligue (LPO) : posisi penderita miring dengan tepi kiri belakang dekat film.
151. LET : Linear Energy Transfer atau tingkat energi yang tersimpan sebagai partikel bermuatan pada saat radiasi menembus bahan ( keV / mikron )
152. Lingua : lidah
153. Long Axis : sebuah garis khayal tubuh yang sejajar  dengan objek memanjang.
154. Longitudinal : membujur
155. Lopography : pemeriksaan radiografi untuk melihat Kolon bagian distal.
156. Mamography : pemeriksaan radiografi pada kelenjar mamae.
157. Macroradiography : teknik memperbesarkan bayangan radiograf.
158. Marker : alat yang terbuat dari timbal yang di gunakan sebagai penanda objek  (biasanya Marker itu R atau L maksud nya yaitu R untuk penanda bagian objek sebelah kanan dan L untuk penanda bagian objek sebelah kiri )
159. MCU : Micturating Cisto Uretrografi  atau Pemeriksaan radiograf untuk menilaian lower urinary tract
160. Medial : bagian tengah
161. –megali : pembesaran (contoh: hepatomegali)
162. Mentus : dagu
163. Metode : nama suatu posisi, nama orang yang pertama kali menemukan/mengenalkan suatu posisi dalam radiografi (misal : Waters, Towne, Caldwell)
164. Milli Amphere (mA) : besaran arus tabung atau kemampuan pesawat untuk menghasilkan electron (mengatur intensitas sinar-x)
165. Minyak pendingin : berfungsi sebagai menetralisir atau mendinginkan panas yang dikeluarkan pada saat eksposi dan juga berfungsi sebagai memproteksi tegangan tinggi.
166. Mobile Unit X-Ray : Pesawat Sinar-X yang dilengkapi dengan baterai charger atau tersambung langsung dengan catu daya listrik, dan roda sehingga mudah dibawa-bawa keruangan lain, misalnya ke IGD, kamar operasi atau ruang ICU.
167. Molar : gigi geraham
168. MRI : Magnetic Resonance Imaging, suatu tehnik pencitraan yang dapat menampilkan      informasi anatomis dalam bentuk berbagai irisan langsung (multi planar) penampang tubuh dengan memanfaatkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen.
169. MSCT : Multi Slice Computed Tomography
170. Muscullus : otot
171. Myelography : pemeriksaan radiografi untuk melihat susunan saraf pusat (CNS) pada      canalis vertebralis dengan menggunakan media kontras.
172. Nasokomial, Infeksi : penyakit yang didapat di RS.
173. Needle : jarum suntik (wing needle : jarum suntik berbentuk sayap)
174. Nephrolithiasis.: batu ginjal
175. Nervus : susunan syaraf
176. Nilai Batas Dosis (NBD) :
177. Oblique : posisi tubuh dalam keadaan miring sebesar 45 derajat
178. Oesophagography : pemeriksaan radiografi untuk melihat Pharinx sampai Oesophagus (dengan media kontras).
179. Oesophagus Maag Duodenum (OMD) : pemeriksaan radiografi pada lambung (menggunakan media kontras).
180. OFD : Object Film Distance / jarak dari objek ke film.
181. Oral : mulut
182. Os : tulang
183. Ossa : tulang – tulang
184. Osteoarthritis : penyakit sendi yang degenerative disertai sakit tulang yang berdekatan.
185. Overlaping : bertumpuknya dua tulang atau lebih sehingga gambar radiografi jadi tidak jelas
186. Panoramic Photo : pemeriksaan radiografi dental untuk melihat seluruh gigi tanpa overlapping.
187. PARI : Perhimpunan Radiografer Indonesi, merupakan suatu organisasi profesi bagi tenaga Radiografer se-Indonesia
188. Patologi : ilmu penyakit
189. Pediatric Radiography : teknik radiografi pada anak
190. Pencitraan Diagnostik : suatu cara untuk menghasilkan citra atau gambaran organ bagian dalam  tubuh manusia dengan menggunakan suatu peralatan untuk kepentingan diagnosa penyakit.
191. Pelvimetri : teknik radiografi untuk mengukur rongga pelvis
192. Percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTC) : pemeriksaan radiologi invasive (pembedahan) untuk melihat duktus biliaris dengan media kontras.
193. Perifer : bagian tepi
194. Peritonitis : Radang selaput perut.
195. PET : Positron Emission Tomography, teknik pencitraan kedokteran nuklir untuk mendeteksi metabolisme dalam jaringan sel.
196. Perpendicular : tegak lurus
197. Placentografi : Pemeriksaan radiografi untuk melihat placenta pada ibu hamil dengan      menggunakan bahan kontras,dilakukan pada minggu ke 28 (strimeter III) kehamilan.
198. Plain foto : foto pendahuluan untuk mengecek persiapan yang dilakukan oleh pasien
199. Plantar : telapak tangan
200. Plumbum (Pb) : disebut juga timbal yaitu bahan yang digunakan untuk menangkal radiasi (no.atom 82)
201. Pneumothorac : kolaps paru / tertimbunnya udara pada rongga pleura.
202. Polyuria : fisiologis normal dalam beberapa keadaan, seperti diuresis dingin, diuresis ketinggian, dan setelah minum cairan dalam jumlah besar.
203. Post Operative Choledocography : pemeriksaan radiografi pada system biliari saat 10 hari setelah operasi sebelum kateter dicabut.
204. Post Void : keadaan dimana jumlah urine dalam kandung kemih sudah sedikit bahkan      tidak ada karena telah dikeluarkan melalui prosses buang air kecil 
205. Posterior : bagian belakang
206. Premolar : gigi geraham depan
207. Profunda : dalam
208. Proksimal : bagian yang dekat ke pusat tubuh
209. Proyeksi : suatu gambaran dari sebuah benda/organ pada sebuah bidang tertentu.
210. Prone : posisi tiduran tengkurup diatas meja pemeriksaan
211. Pulser : alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untung merangsang kristal pada transducer dan membangkitkan pulsa ultrasound
212. Pyelonepritis : inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal.
213. Quality Assurance : suatu program berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematis memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, menggunakan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan masalah yang terungkap
214. Quality Control (QC) : kegiatan monitoring, evaluasi sehari-hari dan memberikan keputusan terhadap proses yang terlibat dalam produksi serta pemeliharaan terhadap pelaksanaan QA.
215. Radiasi : sinar yang merupakan pancaran tenaga (gelombang) yang dapat merambat pada medium atau tanpa medium.
216. Radiasi Hambur : radiasi yang mengalami deviasi (hamburan) dalam arahnya saat menembus bahan.
217. Radiasi Pengion : radiasi yang apabila menumbuk sesuatu, akan berubah menjadi partikel bermuatan listrik (ion)
218. Radiasi Primer : radiasi yang berasal dari target tabung sinar-x (anoda)
219. Radiasi Sekunder : radiasi yang keluar dari benda yang dilalui sinar-x
220. Radiobiologi : cabang biologi yang berhubungan dengan efek radiasi ionisasi pada system hidup.
221. Radiodiagnostik : pemanfaatan radiasi pengion untuk menegakkan diagnosa suatu kelainan atau penyakit dengan menggunakan pesawat rontgen.
222. Radiofotografi : pencatatan bayangan pada film dengan menggunakan sinar-x
223. Radiograf : foto rontgen / hasil gambaran dari pencatatan bayangan oleh sinar-x
224. Radiografer : penata rontgen
225. Radiologi : ilmu yang mempelajari  penggunaan radiasi pengion (sinar-x, gamma, betta, dsb) untuk diagnosa dan terapi.
226. Radiologi Intervensional : cabang ilmu radiologi yang bertujuan melakukan terapi dengan penanganan organ bagian dalam tubuh pasien dengan memasukkan berbagai macam instrumen seperti kateter, kawat penuntun dan stent dengan panduan citra diagnostik real time menggunakan sinar-X.
227. Radiologist : dokter ahli radiologi dengan gelar Sp.Rad (a.k.a Radiolog)
228. Radiolucent : Gambaran hitam pada film, diluar gambar tulang (yang tidak menahan radiasi)
229. Radioopague : Gambaran putih pada film, yang menahan radiasi. Contoh : tulang.
230. Radiosensitifitas : tingkat sensitivitas terhadap paparan radiasi yang berhubungan dengan kematian sel, khususnya kematian reproduktif sel
231. Radioterapi : pengobatan dengan radiasi pengion.
232. Ramus : sebuah cabang yang besar dari bagian tubuh utama
233. Refraksi : perubahan panjang gelombang akibat dari berpindahnya gelombang ultrasound dari suatu media ke media lainnya. hal ini menyebabkan penurunan intensitas
234. Reject Analysis : suatu analisis penolakan film karena film tersebut tidak memberikan informasi diagnostic jelas.
235. Renography : pemeriksaan radiografi untuk melihat fungsi ginjal.
236. Sinus : sebuah rongga yang berisi udara
237. Sirosis : penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi hati sudah sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati dan hati menjadi keras
238. Spuit :  sebagai alat untuk pemasukan bahan kontras atau sebagai injector
239. Stereoradiography : pemeriksaan radiografi untuk menghasilkan bayangan 3D yang menggunakan alat stereoskop untuk melihatnya)
240. Superfisial : dangkal
241. Superior : bagian atas
242. Thorax : paru – paru
243. Tractus Digestivus : Sistem pencernaan
244. Tractus Urinarius : Sistem pengeluaran
245. Umbilikus : pusar
246. Uretra : saluran yang mengeluarkan urin dari blass.
247. Urinari : sistem perkemihan
248. USG (Ultrasonografi) : pemeriksaan dalam bidang penunjang radiodiagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan imajing tanpa menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping, relatif murah, pemeriksaannya cepat dan persiapan serta peralatannya lebih mudah
249. Vena : pembuluh darah balik yang membawa darah dari jaringan tubuh kembali ke jantung
250. Vertebrae : ruas tulang belakang
251. Vesika urinaria : kandung kemih / blass
252. Voiding Cysto Uretrography (VCU) : pemeriksaan radiografi pada kandung kemih dengan media kontras setelah pemeriksaan cystografi.

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...