Monday 5 June 2017

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu
MAKALAH
TATANIAGA HASIL PERIKANAN




Oleh

ASRIANI
213095 2006









SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
(STIP) YAPI BONE

 
2016


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT, karena tanpa Rhmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan mekalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang TATANIAGA HASIL PERIKANAN.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Watampone, 21 Juli 2016

             Penyusun








i
 
 

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................               i
DAFTAR ISI .............................................................................................               ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.....................................................................               1
B.       Rumusan Masalah.................................................................               2
C.       Tujuan Penulisan...................................................................               2
BAB II... PEMBAHASAN
A.       Pengertian Tataniaga............................................................               3
B.       Aspek Pemasaran Perikanan.................................................               5
C.       Aspek Produksi Perikanan...................................................               10
D.       Ciri-ciri Tataniaga Hasil Perikanan ......................................               15
E.        Saluran Tataniaga Hasil Perikanan.......................................               17
F.        Isu Strategis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan...               20
G.       Peran Strategis Teknologi Pengembangan Produk Perikanan             22
BAB III.. PENUTUP
A.       Kesimpulan...........................................................................               23
B.       Saran.....................................................................................               23
DAFTAR PUSTAKA





ii
 
 



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pembangunan Indonesia telah ditetapkan mengenai kebijaksanaan pembangunan perikanan, dimana dalam pembangunan perikanan tersebut rakyatlah yang mendapatkan prioritas. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa kurang lebih 90% perikanan di Indonesia adalah perikanan rakyat. Pembangunan perikanan dalam arti luas terus ditingkatkan melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi (penganekaragaman) dan rehabilitasi dengan tujuan untuk meningkatkan produksi yang pada akhirnya dapat mempertinggi pendapatan petani/nelayan, memperluas lapangan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha. Dengan demikian sektor perikanan akan menjadi kuat dalam mendukung pembangunan daerah khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya (Rifianto, 1999).
Pengembangan produksi perikanan diarahkan pada pemanfaatan potensi areal penangkapan dan budidaya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka perbaikan gizi masyarakat terutama di pedesaan maupun untuk memenuhi kebutuhan pasar (Ma’ruf,  2006).
Dalam perekonomian saat ini produsen dan konsumen jarang berinteraksi secara langsung dalam melakukan proses tataniaga, melainkan dilaksanakan bersama atau dengan mengikutsertakan beberapa lembaga pemasaran lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian, penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain sebagainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).
Proses tata niaga merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan, menjaga dan meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa (Rifianto, 1999). Kegunaan yang mampu diciptakan oleh kegiatan tata niaga meliputi penciptaan dan peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu dan kepemilikan. Semua lembaga tata niaga akan berusaha untuk meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkan. Dengan demikian kegiatan tata niaga berusaha untuk menempatkan barang yang diusahakannya ke tangan konsumen dengan nilai dan kegunaan yang meningkat (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Pengertian lain dari tata niaga adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa dengan tujuan untuk menempatkan barang-barang ke konsumen akhir (Azzaino, 1982).

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud Tataniaga?
2.      Bagaimana Aspek Pemasaran dalam dunia Perikanan?
3.      Bagaimana Aspek Produksi dalam Perikanan?
4.      Bagaimana Ciri-ciri Tataniaga Hasil Perikanan?
5.      Bagaimana Saluran Tataniaga Hasil Perikanan?
6.      Bagaimana Isu Strategis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan?
7.      Bagaimana Peran Strategis Teknologi Pengembangan Produk Perikanan?

C.    Tujuan Penulisan
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui Pengertian Tataniaga.
2.      Untuk mengetahui Aspek Pemasaran Perikanan.
3.      Untuk mengetahui Aspek Produksi Perikanan.
4.      Untuk mengetahui Ciri-ciri Tataniaga Hasil Perikanan.
5.      Untuk mengetahui Saluran Tataniaga Hasil Perikanan.
6.      Untuk mengetahui Isu Strategis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.
7.      Mengetahui Peran Strategis Teknologi Pengembangan Produk Perikanan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tataniaga
Perekonomian yang menyangkut persoalan cara kita hidup dapat dibagi ke dalam tiga aspek pokok, yaitu :
1.         Produksi, merupakan tindakan pembuatan barang-barang yang berkaitan dengan   penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa.
2.         Distribusi, merupakan tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
3.         Konsumsi, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pemakaian dan penurunan mutu dan kegunaan dari barang dan jasa.
Dalam perekonomian saat ini produsen dan konsumen jarang berinteraksi secara langsung dalam melakukan proses tataniaga, melainkan dilaksanakan bersama atau dengan mengikutsertakan beberapa lembaga pemasaran lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian, penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain sebagainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Proses tataniaga merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencipta-kan, menjaga dan meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa (Rifianto, 1999). Kegunaan yang mampu diciptakan oleh kegiatan tataniaga meliputi penciptaan dan peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu dan kepemilikan. Semua lembaga tataniaga akan berusaha untuk meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkan. Dengan demikian kegiatan tataniaga berusaha untuk menempatkan barang yang diusahakannya ke tangan konsumen dengan nilai dan kegunaan yang meningkat (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Pengertian lain dari tataniaga adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa dengan tujuan untuk menempatkan barang-barang ke konsumen akhir (Azzaino, 1982). Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan tataniaga yang dilihat berdasarkan arus barang yang meliputi beberapa proses, yaitu (Hanafiah dan Saefuddin, 1986) :
1.         Proses pengumpulan
Pengumpulan merupakan proses pertama dari arus barang. Barang-barang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah yang besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien.
2.         Proses pengimbangan
Pengimbangan merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi antara proses pengumpulan dan proses penyebaran. Proses pengimbangan merupakan tindakan penyesuaian antara permintaan dan penawaran berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas.
3.         Proses penyebaran
Penyebaran merupakan proses tahap akhir daripada arus barang, dimana barang-barang yang telah terkumpul disebarkan ke konsumen atau pihak yang menggunakannya.
Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran hasil perikanan merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan perikanan.  Sistem pemasaran yang berfungsi dengan baik, ditunjukkan melalui harga, kecendrungan konsumen terhadap satu jenis komoditas dan nilai ekonomi yang menyertai kecendrungan tersebut. 
Peranan pemasaran hasil perikanan dalam mempertahankan produksi sangat penting sekali karena :
1.         Keberhasilan dalam mengatur pola produksi tergantung pada sistem pemasaran yang efektif untuk menjembatani permasalahan yang kompleks dalam kaitannya dengan permintaan dan penawaran pada sistem pemasaran.
2.         Pengetahuan pasar yang terperinci tentang dimana, kapan dan berapa  jumlah produk yang dapat dijual adalah penting dalam menentukan produk
perikanan mana yang akan dikembangkan.

B.       Aspek Pemasaran Perikanan
Apabila seorang pengusaha perikanan hendak melangkah ke usaha produksi,sebaiknya berpikir dan berorientasi ke aspek pemasaran terlebih dahulu. Jangan sampai ketika ikan sudah siap dipanen baru memikirkan sasaran pemasaran. Akan dipasarkan kemanakah ikan-ikan tersebut? Pasar sangat penting untuk kelangsungan produksi. Bila kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka tidak menjadi masalah. Dengan harga jual yang pas telah dapat menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, bila pasar tidak menyediakan kemungkinan menyerap produk, mau tak mau usaha yang dirintis mengalami kerugian.
Apabila produksi telah berjalan maka keberhasilan pengusaha perikanan ditentukan oleh kemampuannya dalam menganalisis dan mengantisipasi pasar. Adakah perubahan dan perkembangan yang terjadi di pasar. Pengusaha yang ingin maju harus selalu tanggap akan hal ini. Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh seorang pengusaha perikanan sebelum melangkah ke aspek pemasaran ini. Hal tersebut yaitu sasaran pemasaran, persaingan, dan stategi pemasaran.
(1)      Sasaran pemasaran
Sasaran pemasaran berkaitan erat dengan pemilihan jenis ikan yang akan diproduksi. Siapa konsumen yang dituju? Berapa besar kira-kira permintaannya? Apa yang menjadi motif masyarakat membeli ikan? Cocokkah produksi kita dengan selera masyarakat? Semuanya tergantung pada keadaan sosial konsumen dan daya belinya.
(2)      Persaingan
Persaingan merupakan suatu hal yang wajar dalam bidang usaha. Apalagi di
bidang usaha perikanan karena umumnya bidang ini tidak mengenal monopoli. Jadi, semua produksi perikanan bersaing bebas di pasaran. Oleh karena itu, usaha untuk menghadapi dan mengatasi persaingan harus dipikirkan agar produksi kita laku di pasaran.
(3)      Strategi pemasaran
Maksud dari strategi pemasaran yaitu suatu tindakan penyesuaian sebagai reaksi terhadap situasi pasar dengan berdasarkan pertimbangan yang wajar. Tindakan-tindakan yang diambil itu merupakan pendekatan terhadap berbagai faktor, baik dari luar maupun dalam. Faktor luar berdasarkan konsumen yang dituju. Sedangkan faktor dalam berdasarkan produksi yang dihasilkan.
1.         Jenis-Jenis Pasar
Pengertian pasar secara luas adalah suatu kondisi di mana pembeli dan penjual dapat berhubungan. Dengan demikian, pasar dapat berarti secara nyata atau abstrak. Yang dimaksud dengan pasar secara nyata yaitu suatu tempat di mana penjual dan pembeli dapat saling bertemu dan mengadakan transaksi. Sesuai dengan perkembangan zaman maka banyak sekali jenis pasar yang dapat digunakan sebagai tempat menyalurkan produksi perikanan, antara lain pasar umum, tempat pelelangan ikan, pasar swalayan, pasar khusus, dan pasar ekspor.
a.         Pasar umum yaitu pasar yang menyediakan segala keperluan, meliputi sandang, pangan, papan, dan lain-lain. Beberapa jenis ikan dijual juga di sini.
b.        Tempat pelelangan ikan merupakan pusat penampungan dan pelelangan beberapa jenis ikan. Transaksi penjualan biasanya dalam jumlah besar. Umumnya daerah-daerah sentral produksi ikan mempunyai tempat pelelangan tersendiri.
c.         Pasar swalayan merupakan pasar di mana pembeli memilih dan mengambil sendiri barang-barang yang dikehendaki.
d.        Pasar khusus merupakan pasar yang menyerap komoditi perikanan tertentu atau beragam secara rutin dalam partai besar. Pasar jenis ini biasanya menghendaki kualitas tertentu. Contoh pasar khusus antara lain hotel, restoran, rumah sakit, industri, dan usaha katering.
e.         Pasar ekspor merupakan pasar yang melayani permintaan dari luar negeri. Umumnya pengusaha yang bergerak di bidang ekspor disebut eksportir.
Penyerahan barang dalam transaksi di pasar dapat dilakukan pada saat itu juga (cash trading) atau dilakukan kemudian (future trading). Demikian pula mengenai cara pembayarannya. Uang bisa dibayar langsung atau dibayar kemudian hari.
Umumnya di pasar umum terjadi pembayaran secara langsung pada waktu transaksi pembelian terjadi. Sedangkan pada pasar khusus dan pasar ekspor pembayarannya tergantung dari perjanjian yang dilakukan oleh pengusaha dan pembeli. Begitu juga dengan tempat pelelangan ikan, ada yang mengharuskan pembayaran langsung, tetapi ada juga yang mengizinkan pembayaran kemudian. Di pasar swalayan pembayaran biasanya dilakukan dalam periode tertentu setelah penyerahan barang dilakukan, misalnya per bulan, per minggu, atau menurut perjanjian.
2.         Tata Niaga Bisnis Perikanan
Tata niaga merupakan salah satu cabang dari aspek pemasaran yang menekankan tentang jalannya hasil produksi sampai ke tangan konsumen. Tata niaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan yang dibayarkan konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga. Tata niaga mempunyai tiga fungsi utama, yaitu pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan. Perkembangan lebih lanjut dari ketiga fungsi itu akan dapat memajukan dan memperluas pemasaran komoditi perikanan.
a.         Pengangkutan
Pengangkutan merupakan fungsi pertama yang diperhatikan dalam distribusi komoditi perikanan. Biasanya kolam, tambak, atau lahan yang dipakai untuk usaha perikanan terletak jauh dari daerah pemasaran. Untuk mempercepat penyampaiannya diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Komoditi perikanan biasanya kurang tahan lama. Untuk itu, agar ikan dapat diterima konsumen dalam keadaan segar maka pengangkutan harus dilakukan secepatnya.
b.        Penyimpanan
Ada kalanya ikan tidak dapat langsung dipasarkan padahal panen telah dilaksanakan. Hal ini bisa disebabkan sarana pengangkutan belum ada atau mungkin juga karena sebab tertentu. Pada kondisi demikian sangat diperlukan fasilitas dan teknik penyimpanan yang baik untuk mempertahankan mutu ikan tersebut.
c.         Pengolahan
Pengolahan ikan juga bisa sangat penting karena ada beberapa komoditi perikanan yang justru lebih disukai dan lebih dikenal setelah diolah dibandingkan pada saat masih segar. Tidak hanya di pasaran dalam negeri komoditi olahan juga banyak yang telah berorientasi ke pasaran luar negeri.
3.         Distribusi Bisnis Perikanan
Ada tiga komponen pendukung yang memegang peranan penting dalam sistem distribusi bisnis perikanan. Komponen pendukung itu yaitu konsumen, pengusaha/produsen, dan pedagang atau pengusaha perantara.
Konsumen merupakan pembeli terakhir suatu produksi perikanan. Oleh karenanya, semua riset pasar yang dilakukan pengusaha berorientasi pada konsumen. Contoh riset tersebut yaitu riset mengenai tujuan bisnis yang tertuju untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen yang beragam
jenisnya.
Pengusaha/produsen merupakan orang yang menanamkan modal yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Peran pengusaha/produsen ikut serta menentukan keberhasilan dan mutu suatu produk.
Sedangkan pengusaha atau pedagang perantara berperan sebagai penyalur produk atau pelancar distribusi komoditi perikanan. Peranan pengusaha atau pedagang perantara tidaklah dapat dianggap remeh. Selain sebagai penyalur produk, mereka juga menyalurkan informasi dari konsumen ke produsen dan sebaliknya serta meringankan beban produsen dalam mendistribusi produk. Namun sayang, dengan adanya pedagang perantara, harga produk menjadi lebih mahal.
Selain pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer juga dapat berperan sebagai pengusaha perantara. Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang mengumpulkan komoditi perikanan dari pengusaha, petani ikan, ataupun nelayan dalam jumlah yang cukup besar untuk dipasarkan kembali ke pedagang lain.
Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli komoditi perikanan dari pedagang pengumpul atau langsung dari produsen/pengusaha untuk dijual kembali. Komoditi itu dijual kembali kepada industri, restoran, konsumen komersial, dan lain-lain yang tidak menjual kembali dalam jumlah yang sama kepada konsumen akhir.
Pedagang pengecer merupakan pedagang yang menjual komoditi perikanan langsung ke tangan konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen dalam partai kecil.
Bagaimana jalannya suatu komoditi hingga sampai ke tangan konsumen? Ada tiga macam cara distribusi tersebut, yaitu secara langsung, semi-langsung, atau secara tidak langsung.
a.         Penyaluran langsung
Dengan cara ini produksi perikanan tidak mempergunakan pedagang perantara. Produsen langsung menjual produksinya ke konsumen. Ini sering dilakukan oleh petani ikan dalam skala kecil dan para nelayan.
Produsen —————> Konsumen
b.        Penyaluran semi-langsung
Di sini pengusaha/produsen menyalurkan hasil prnduksinya ke tangan pedagang eceran. Kemudian, dari tangan pedagang eceran komoditi perikanan disalurkan ke konsumen.
Pengusaha/produsen ——> Pedagang eceran ——> Konsumen
c.         Penyaluran tidak langsung
Distribusi ini sangat dipengaruhi oleh jarak produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak konsumen maka semakin panjang dan rumit jalur tata niaga yang harus dilalui.
Pengusaha/produsen —> Pedagang pengumpul -> Pedagang besar -> Pedagang pengecer —> Konsumen Pengusaha/produsen -> Tempat pelelangan ikan -> Pedagang besar -> Pedagang pengecer -> Konsumen Pengusaha/produsen —> Eksportir —> Pasar khusus —> Konsumen Pengusaha/produsen -> Pedagang pengumpul -> Pedagang besar -> Pasar khusus -> Konsumen

C.      Aspek Produksi Perikanan
Bisnis perikanan, seperti juga bisnis lainnya, perlu menerapkan manajemen produksi. Tujuannya agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Aspek produksi ini mencakup hal-hal mengenai persiapan dan proses produksi. Bisnis perikanan yang cukup kompleks sifatnya memerlukan pemikiran yang cermat agar terhindar dari risiko yang tidak diharapkan. Untuk lebih jelasnya, pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang menyangkut masalah produksi ini.
1.         Persiapan Produksi
Hal-hal yang harus menjadi perhatian dalam persiapan produksi perikanan ini meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja.
a.         Perencanaan produk
Jenis ikan apa yang hendak diproduksi ? Apakah jenis ikan itu
disukai masyarakat dan mempunyai pasaran yang baik ? Mengapa dipilih jenis ini, bukan yang lain ? Apakah jenis itu sesuai dengan lahan yang tersedia ? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini perlu dipikirkan sebelum mengambil keputusan. Di pasaran dapat dilihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacam-macam. Oleh karenanya, dapat dipilih satu atau beberapa jenis ikan saja, tidak perlu semuanya. Untuk memilih jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis (yang dipilih) itu.
Faktor-faktor yang diperlukan dalam memilih jenis produk antara lain kegunaan, jumlah permintaan pasar, kemungkinan pengembangan, potensi penjualan, persaingan, distribusi, faktor budi daya, dan umur panen. Gabungan faktor-faktor ini dapat menunjukkan profil ikan yang sesungguhnya. Kelemahan atau kekuatan yang akan timbul bila memproduksi ikan itu akan kelihatan. Akhir-akhir ini beberapa komoditi telah memasuki pasaran ekspor, seperti udang, tongkol, tuna, cakalang, tenggiri, kurau, kepiting, betutu, kerapu, bekicot, dan mutiara. Sedangkan dari jenis ikan hias yang diekspor antara lain discus, botia, oranda, zebra, dan platy.
b.        Perencanaan lokasi usaha
Lokasi yang tepat akan mempunyai pengaruh yang positif bagi kelangsungan usaha. Oleh karena itu, dalam penentuan lokasi juga dipertimbangkan hal-hal yang berdampak positif/negatif atau faktor-faktor yang berpengaruh. Selain itu, juga periu dilihat prospek lokasi itu pada masa yang akan datang. Pilihan lokasi yang ditetapkan hendaknya yang mempunyai harapan keuntungan yang terbesar atau yang mempunyai potensi tinggi. Perencanaan lokasi hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak merugikan usaha yang telah dirintis.
c.         Perencanaan standar produksi
Pengusaha yang berpikiran maju tidak hanya sekadar mementingkan jumlah produksi saja, tetapi juga menguiamakan kualitas produksinya. Hal ini sangat berperan dalam menentukan segmen pasar. Bila suatu produk dilempar ke pasaran maka produk dengan kualitas terbaik yang akan lebih banyak diminta. Dengan demikian, secara otomatis harganya juga akan lebih baik. Bila kita merencanakan usaha untuk jangka waktu yang lama dan tak terbatas, usaha menjaga kualitas produk merupakan langkah yang harus selalu dipertahankan. Hal itu penting untuk menjaga penilaian mutu dari konsumen.
d.        Pengadaan tenaga kerja
Bisnis perikanan mencakup beberapa bidang pekerjaan. Secara mudahnya dapat dibagi menjadi bidang budi daya dan administrasi. Kedua bidang ini terdiri dari bermacam-macam pekerjaan, dari yang sederhana sampai yang rumit. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan semua pekerjaan itu. Banyaknya tenaga kerja yang diperiukan perlu diperkirakan dengan besarnya usaha yang akan dijalankan.
Usaha-usaha perikanan yang besar, seperti tambak, membutuhkan tenaga kerja kasar, pengawas, administrasi, keamanan, tenaga teknis peralatan, ahli udang, dan lain-lain. Sedangkan usaha dalam luasan kecil tentunya tidak memerlukan kesemua itu, cukup dengan beberapa tenaga kerja kasar saja.

2.         Pengendalian Produksi Perikanan
Aspek produksi perikanan meliputi jenis ikan, sifat komoditi perikanan, agroklimat, budi daya, dan pascapanen. Masing-masing aspek tersebut akan dibicarakan di bawah ini.
a.         Jenis ikan
Pada dasarnya, ikan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu ikan air laut, ikan air tawar, dan ikan air payau/tambak. Karena jenis ikan yang hidup di air laut dan air tawar sangat banyak maka dapat dibedakan antara golongan ikan yang dapat dikonsumsi dan golongan ikan yang termasuk dalam ikan hias. Khusus untuk ikan yang hidup di air payau hanya terdiri dari golongan ikan yang dikonsumsi saja.
b.        Sifat komoditi
Sifat-sifat komoditi perikanan tersebut antara lain sebagai berikut.
1)        Tidak tergantung musim
Berbeda dengan budi daya tanaman, misalnya sayuran, dalam budi daya ikan tidak memperhatikan musim penghujan atau kemarau. Sewaktu-waktu dapat dilakukan pembenihan asal syarat-syarat untuk kehidupan ikan terpenuhi, seperti kolam, air, dan makanan. Demikian juga dengan saat panen tidak dipengaruhi oleh musim hujan atau kemarau. Pemanenan dilakukan bila ukuran ikan telah mencapai seperti apa yang diinginkan.
2)        Dipengaruhi jarak lokasi usaha ke konsumen
Jauh dekatnya lokasi usaha dengan konsumen sangat mem-pengaruhi harga komoditi ikan. Semakin jauh jarak tersebut, semakin mahal harga ikan di tangan konsumen. Hal itu disebabkan ada biaya tambahan untuk transportasi. Juga, ada biaya tambahan lagi untuk mempertahankan kesegaran ikan sampai di tangan konsumen, kecuali untuk ikan yang sudah diawetkan.

3)        Mudah rusak
Tubuh ikan mengandung protein dan air yang cukup tinggi serta mempunyai pH tubuh mendekati netral sehingga bisa dijadikan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikroorganisme. Karena kondisi yang demikian, ikan termasuk komoditi yang mudah rusak. Di samping itu, daging ikan mempunyai sedikit tenunan pengikat tendon sehingga sangat mudah dicerna oleh enzim autolisis. Akibatnya, daging menjadi sangat lunak.
4)        Risiko tinggi
Karena sifat ikan yang mudah rusak tersebut maka apabila dalam pemasarannya tidak cepat sampai ke tangan konsumen, akan menyebabkan risiko yang tinggi bagi pengusaha ikan. Harga ikan bisa turun dan dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan dan pengawetan yang tepat untuk mempertahankan kesegarannya.
5)        Perputaran modal cepat
Umumnya waktu yang dibutuhkan dari masa pemijahan sampai ke masa panen tidak terlalu lama. Hal ini tergantung jenis ikan yang dibudidayakan. Misalnya, untuk ikan mas hanya membutuhkan waktu 3-4 bulan. Ini berarti biaya produksi yang telah dikeluarkan selama membudidayakan ikan tersebut bias tertutup dengan keuntungan hasil penjualan panen setelah 3-4 bulan berikutnya. Dengan demikian, perputaran modalnya termasuk cepat, dalam setahun bisa mencapai 2-3 kali. Bahkan bagi orang-orang yang hanya mengusahakan benihnya saja, dalam waktu 1-2 bulan modal bisa kembali.

c.         Agroklimat
Berdasarkan habitatnya, ikan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu ikan perikanan darat dan perikanan laut.
1)        Perikanan darat
Ikan golongan ini merupakan ikan yang ditangkap dan dipelihara di dalam batas garis pantai (garis surut terendah air laut). Perikanan darat ini meliputi perikanan air payau atau tambak dan perikanan air tawar yang terdiri dari kolam, sawah, danau, rawa, dan sungai.
2)        Perikanan laut
Untuk membudidayakan ikan laut, pengetahuan mengenai criteria air laut yang cocok untuk kehidupan ikan laut sangat diperlukan.

D.    Ciri-ciri Tataniaga Hasil Perikanan
Tataniaga hasil perikanan mempunyai sejumlah ciri, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.         Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan diserap oleh konsumen akhir secara relatif stabil sepanjang tahun, sedangkan penawarannya sangat tergantung kepada produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim.
2.         Pada umumnya pedagang pengumpul memberikan kredit kepada produsen
(nelayan atau petani ikan) sebagai ikatan atau jaminan untuk dapat memperoleh bagian terbesar dari hasil perikanan dalam waktu tertentu.
3.         Saluran tataniaga hasil perikanan pada umumnya terdiri dari : produsen
(nelayan atau petani ikan), pedagang perantara sebagai pengumpul, grosir, pedagang eceran dan konsumen (industri pengolahan dan konsumen akhir).
4.         Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai ke konsumen pada umumnya meliputi proses-proses pengumpulan, pengimbangan dan penyebaran dimana proses pengumpulan adalah proses yang terpenting.
5.         Kedudukan terpenting dalam tataniaga hasil perikanan terletak pada
pedagang pengumpul dalam fungsinya sebagai pengumpul hasil, karena daerah produksinya terpencar-pencar, skala produksi kecil dan produksinya berlangsung musiman.
6.         Tataniaga hasil perikanan tertentu pada umumnya bersifat musiman, karena produksi berlangsung secara musiman dimana hal ini jelas dapat dilihat pada perikanan laut.
Dalam pemasaran hasil perikanan, perlu diperhatikan ciri-ciri dari produk perikanan yaitu (Hanafiah dan Saefuddin, 1986) :
1.         Produk perikanan bersifat musiman
Produksi hasil perikanan hanya dapat dihasilkan pada musim-musim tertentu, jauh berbeda dengan produk-produk industri yang dapat dihasilkan setiap waktu.  Tetapi sekarang dengan teknologi yang baru sudah mulai dikembangkan usaha-usaha produksi dengan harapan hasilnya akan mampu memenuhi permintaan konsumen.  Salah satu usaha peningkatan produksi di bidang perikanan adalah usaha budidaya seperti peternakan dan pembesaran ikan. 
2.         Produk perikanan tidak bisa dihasilkan di sembarang tempat
Produk hasil  perikanan hanya dihasilkan di daerah yang berhubungan dengan wilayah perairan, baik perairan laut maupun perairan darat.  Produksi yang dilakukan oleh nelayan dan petani ikan terpencar di daerah-daerah dimana perairan, tanah dan iklimnya memberi kemungkinan cocok untuk berproduksi dan kadang-kadang lokasinya sangat jauh dari pusat-pusat konsumsi atau pasar. Dengan tidak dapat diproduksi disembarang tempat, maka diperlukan juga aktifitas pengangkutan dan pendistribusian yang tepat untuk mengantarkan produk perikanan dari daerah produsen ke daerah konsumen. 
3.         Produk perikanan bersifat segar dan mudah rusak
Kesegaran produk perikanan yang dihasilkan nelayan atau petani ikan biasanya tidak dapat bertahan lama setelah ditangkap, hal itu mengakibatkan produk tersebut harus dijual secepatnya.  Apabila terjadi keterlambatan dalam penanganan produk segar ini, maka akan menurunkan kualitas dan mutu sehingga dikhawatirkan harganya pun akan menjadi turun.  Dengan sifat mudah rusak, maka perlu menjadi perhatian yang serius baik nelayan maupun lembaga-lembaga pemasaran yang ikut terlibat didalamnya.
4.         Jumlah atau kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah
Jumlah dan kualitas dari hasil perikanan tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah dari tahun ke tahun.  Ada tahun-tahun dengan jumlah dan kualitas hasil perikanan baik dan ada pula tahun-tahun dengan jumlah dan kualitas hasil perikanan merosot, karena sangat tergantung pada keadaan cuaca serta kondisi perairan.
5.         Produk perikanan merupakan bahan dasar
Berbagai produk perikanan sebagian besar merupakan bahan dasar, yang dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi.  Berbagai usaha untuk memperoleh nilai tambah dapat dilakukan,  apalagi jika dikaitkan dengan penyerapan tenaga kerja misalnya dalam bentuk agroindustri perikanan dengan pertimbangan mana yang lebih menguntungkan dan mempunyai prospek pasar yang lebih baik. Pemasaran hasil perikanan meliputi berbagai aktivitas yang dilakukan mulai dari pengadaan sarana produksi, produksi, pengolahan pasca panen serta bagaimana  pemasaran bisa dilakukan. Tanpa kegiatan pemasaran maka produk perikanan yang dihasilkan akan menjadi barang yang tidak bermanfaat.  
E.       Saluran Tataniaga Hasil Perikanan
Saluran Tata Niaga adalah saluran kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari pada barang dan jasa maka Tata Niaga termasuk tindak atau usaha yang produktif. Seperti yang sudah dikemukakan bahwa tujuan penggunaannya, maka hasil perikanan dapat dikelompokan ke dalam bahan mentah dan barang konsumsi. Sebagai bahan mentah akan dibeli oleh pabrik atau usaha pengolahan untuk diolah menjadi barang jadi (misalnya ikan kaleng, tepung ikan, ikan asin dan sebagainya). Sebagai barang konsumsi akan dibeli oleh konsumen akhir (household consumer, restaurant, hospital, dan sebagainya) untuk keperluan konsumsi.
Pergerakan hasil perikanan bahan mentah dari produsen (nelayan, petani ikan sampai industri pengolahan. Barang-barang yang diterima (dibeli) oleh industri pengolahan langsung dari produsen atau dari pedagang pengumpul lokal. Pergerakan hasil perikanan sebagai barang konsumsi (segar atau produk olahan) dari produsen sampai konsumen.
Penyaluran barang-barang dari pihak produsen kepihak konsumen terlihat dikenal sebagai saluran tata niaga (marketing channel). tegasnya saluran tata niaga terdiri dari pedagang perantara yang membeli dan menjual barang dengan tidak menghiraukan apakah mereka itu memiliki barang dagangan atau hanya bertindak sebagai agen dari pemilik barang.  Saluran tata niaga hasil perikanan yang berupa bahan makanan harus pendek, mengingat sifatnya yang mudah rusak.
Panjang pendeknya saluran tata niaga yang dilalui oleh suatu hasil perikanan tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1.         Jarak antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk
2.         Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen, dan dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.
3.         Skala produksi. Bila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecilal mana akan tidak menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan, dan dengan demikian saluran yang akan dilalui produk cenderung panjang.
4.         Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran tata niaga. Pedagang yang posisi keuangan (modalnya) kuat akan dapat melakukan fungsi tata niaga lebih banyak dibandingkan dengan pedagan yang posisi modalnya lemah. Pedangang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran tata niaga.
Bagaimana sebaiknya menjual hasil produksinya, maka nelayan atau petani ikan dapat menjual hasil usahanya di pasar lokal (di daerah produksi), di pasar pusat (terminal market) atau di pasar eceran (retail market) di daerah konsumen. Di darah produksi, nelayan dan petani ikan dapat menjual hasilnya kepada pedagang pengumpul lokal (di Indinesia dikenal sebagai palele, bakul, belantik, dan sebagainya), pengolah lokal secara langsung atau melalui pelelangan. Nelayan dan petani  ikan dapat pula menjual hasilnya kepada wholesaler (grosir dan speculator) di pasar pusat secara kontrak. Penjualan secara kontrak berarti suatu perjanjian antara penjual (dalam hal ini nelaya atau petani ikan) dengan pembeli bahwa pengiriman atau penerimaan barang yang macam dan mutu tertentu dengan harga tertentu pada waktu tertentu masa akan datang. Jumlah, macam, mutu, harga dan waktu pengiriman dan pembayaran disetujui pada waktu membuat perjanjian sedang pelaksanaan pengiriman barang dan pembayaran terjadi pada masa akan datang.
Pada penjualan di pasar eceran, barang dapat dijual kepada kepada pedagang eceran (retailer) atau langsung kepada konsumen akhir yan g berbelanja pada pasar eceran. Apabila barang dijual langsung di pasar eceran, maka nelayan atau petani ikan perlu memilih pasar di mana barangnya laris. Atau dengan perkataan lain nelayan atau petani ikan perlu mengetahui lebih dahulu  tentang kesukaan (preferensi) konsumen, daya beli konsumen dan harga barang substitusi.
Penjualan di tiap jenis pasar tersebut tadi ada keuntungan dan kerugian. Bila barang yang akan dijual tersedia cukup besar jumlahnya dab keadaan pasaran mantap, maka nelayan dan petani ikan akan lebih menguntungkan kalau menjual ke pasar pusat karena harga lebih baik sebaliknya bila fluktuasi harga sangat besar atau jumlah barang yang tersedia kecil, maka nelayan atau petani ikan akan menerima untung (laba) lebih baik kalau menjual kepada pedagang pengumpul lokal atau pengolah di daerah produksi.

F.     Isu Strategis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Yang menjadi isu strategis dalam pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebagai berikut :
1.      Lemahnya jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance  dan food safety)
2.      Pihak pembeli dari negara lain menuntut kepada Indonesia (para eksportir) agar produk yang dihasilkan memenuhi ketentuanketentuan sbb : penerapan HACCP, Bioterrorism Act, sanitasi kekerangan, cemaran logam berat dan histamin pada tuna dan certificate eco labelling selain health certificate. Hal ini disebabkan oleh lemahnya jaminan dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety) di Indonesia.
3.      Tingginya tingkat kehilangan (losses) mencapai sekitar 27,8% Untuk mendapatkan hasil/produk yang bermutu baik, maka sangat diperlukan bahan baku yang bermutu baik pula. Hal ini menjadi tuntutan dan syarat mutlak bagi konsumen. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka yang terjadi adalah banyaknya banyaknya terjadi tingkat kehilangan (losses). Penyebab lain adalah rendahnya pengetahuan nelayan, pengolah, petugas TPI/PPI mengenai cara penanganan dan pengolahan yang baik (Good Manufacturing Practice/GMP).
4.      Kurangnya intensitas promosi dan rendahnya partisipasi stakeholders Produk perikanan yang   bernilai tambah (value added products) di masyarakat belum populer, hal ini disebabkan oleh masih kurangnya intensitas promosi serta rendahnya partisipasi stakeholders (khususnya produsen produk perikanan) dalam mengembangkan program promosi.
5.      Terbatasnya sarana penanganan ikan Terbatasnya sarana penangan ikan di atas kapal, TPI/PPI, distribusi dan UPI SKM, terbatasnya sarana pabrik es dan air bersih di TPI/PPI.
6.      Kurangnya bahan baku industry. Kurangnya bahan baku industri pengolahan ini disebabkan oleh belum  adanya kerjasama antara industri penangkapan dan pengolahan sehingga perusahaan penangkapan cenderung mengekspor ikan dalam bentuk ikan utuh (gelondongan).
7.      Bahan baku belum standar. Sebanyak 85% produksi perikanan tangkap didominasi/dihasilkan oleh nelayan skala kecil dan pada umumnya kurang memenuhi standar bahan baku industri pengolahan.
8.      Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya. Maraknya bahan kimia berbahaya dalam penanganan dan pengolahan ikan, misalnya formalin, borax, zat pewarna, CO, antiseptik, pestisida, antibiotik (chloramphenol, Nitro Furans, OTC). Hal ini disebabkan oleh substitusi bahan pengganti tersebut kurang tersedia dan peredaran bahan kimia berbahaya bebas, murah dan sangat mudah diperoleh.
9.      Jenis ragam produk dan pengembangan produk bernilai tambah belum berkembang (value added products) optimal dan belum popular Meskipun kajian dan hasil penelitian pemanfaatannya sudah banyak tersedia, namun produksi secara masal belum dapat direalisasi.
10.  Banyak kendala yang menyebabkannya, salah satu diantaranya adalah ketersediaan sarana prasarana , mahalnya peralatan, kurangnya teknologi serta masalah kontinuitas suplai bahan baku.
11.  Rendahnya konsumsi ikan per kapita. Rendahnya konsumsi ikan per kapita disebabkan oleh belum meratanya distribusi, suplai tidak kontinyu, masih banyak produk yang berkualitas kurang prima di pasaran, kurangnya penge-tahuan masyarakat akan manfaat makan ikan, masih adanya budaya dan kondisi sosial masyarakat yang kurang kondusif terhadap peningkatan konsumsi ikan serta belum meratanya program GEMARIKAN diseluruh daerah.
12.  Informasi teknologi terbatas. Terbatasnya informasi dan teknologi penanganan dan motivasi serta keinginan untuk meningkatkan pengetahuan / ketrampilan masih rendah.

G.      Peran Strategis Teknologi Pengembangan Produk Perikanan
1.    Pertama, Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini terutamauntuk produk-produk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila diolahmaka berpengaruh kepada meningkatnya nilai ekonomis.
2.    Kedua, Menumbuhkan inovasi teknologi modern. Karena dalam pengembangan produk terkait erat dengan rekayasa produksi sehingga diperlukan rekayasa peralatan dan sentuhan teknologi modern.
3.    Ketiga, Meningkatkan apresiasi terhadap produk tradisional. Karena dalam pengembangan produk, tidak hanya produk yang melalui proses teknologi modern saja yang menjadi fokus perhatian, produk tradiosionalpun perlu memperoleh apresiasi, sehingga memiliki daya saing dengan produk olahan lainnya. Nilainya dapat ditingkatkan melalui berbagai cara antara lain kebersihannya/higienisnya, pengemasannya, proses pembuatannya, dan sebagainya.
4.    Keempat, Membentuk SDM berkualitas dan kompeten, karena dalam menciptakan pengembangan produk diperlukan kreativitas seseorang dalam menciptakan produk-produk yang diminati konsumen, sehingga secara tidak langsung dapat menciptakan SDM berkualitas dankompeten.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tata niaga merupakan salah satu cabang dari aspek pemasaran yang menekankan tentang jalannya hasil produksi sampai ke tangan konsumen. Tata niaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan yang dibayarkan konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga. Tata niaga mempunyai tiga fungsi utama, yaitu pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan. Perkembangan lebih lanjut dari ketiga fungsi itu akan dapat memajukan dan memperluas pemasaran komoditi perikanan.

B.     Saran
Demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.










DAFTAR PUSTAKA

Angipora, Marius P. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran. Rajawali Pers, Jakarta.

Anief, Moh. 2000. Prinsip dan Dasar Manajemen: Pemasaran Umum dan Farmasi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Azziano, Z. 1982. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Pertanian. Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB, Bogor.

Hanafiah dan Saefuddin, 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia,  Jakarta.

Kotler, Philips. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid I. Prehallindo, Jakarta.

Kotler dan Armstrong. 2000. Dasar-Dasar Pemasaran. Prenhallindo, Jakarta.

Ma’ruf, 2006. Pemasaran Ritel. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rifianto, I. 1999. Tataniaga Perikanan. Universitas Terbuka. Depdikbud, Jakarta.

Sudiono, A., 2004.  Pemasaran Pertanian.  Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

Tim Penulis PS, 2008. Agribisnis Perikanan, Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

1 comment:

  1. Sebelum di copast, jangan lupa di share and di comment yach...

    ReplyDelete

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...