Tugas Individu
MAKALAH
TATANIAGA HASIL
PERIKANAN

Oleh
ASRIANI
213095 2006
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
(STIP) YAPI BONE
|
2016
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama kami
panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT, karena
tanpa Rhmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan mekalah ini dengan
baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang
selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah
ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang TATANIAGA HASIL PERIKANAN.
Mungkin dalam pembuatan
makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami
mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Watampone,
21 Juli 2016
Penyusun
|
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tataniaga............................................................ 3
B.
Aspek Pemasaran Perikanan................................................. 5
C.
Aspek
Produksi Perikanan................................................... 10
D.
Ciri-ciri Tataniaga Hasil Perikanan ...................................... 15
E.
Saluran Tataniaga Hasil
Perikanan....................................... 17
F.
Isu Strategis Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan... 20
G.
Peran Strategis Teknologi Pengembangan Produk
Perikanan 22
BAB III.. PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................... 23
B.
Saran..................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan
Indonesia telah ditetapkan mengenai kebijaksanaan pembangunan perikanan, dimana
dalam pembangunan perikanan tersebut rakyatlah yang mendapatkan prioritas. Hal
itu didasarkan pada kenyataan bahwa kurang lebih 90% perikanan di Indonesia
adalah perikanan rakyat. Pembangunan perikanan dalam arti luas terus
ditingkatkan melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi
(penganekaragaman) dan rehabilitasi dengan tujuan untuk meningkatkan produksi
yang pada akhirnya dapat mempertinggi pendapatan petani/nelayan, memperluas
lapangan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha. Dengan demikian
sektor perikanan akan menjadi kuat dalam mendukung pembangunan daerah khususnya
dan pembangunan nasional pada umumnya (Rifianto,
1999).
Pengembangan
produksi perikanan diarahkan pada pemanfaatan potensi areal penangkapan dan
budidaya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka perbaikan gizi
masyarakat terutama di pedesaan maupun untuk memenuhi kebutuhan pasar (Ma’ruf, 2006).
Dalam perekonomian
saat ini produsen dan konsumen jarang berinteraksi secara langsung dalam
melakukan proses tataniaga, melainkan dilaksanakan bersama atau dengan
mengikutsertakan beberapa lembaga pemasaran lain yang membantu terjalinnya
pertemuan antara penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai
dari pembelian, penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan
dan lain sebagainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).
Proses tata niaga
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan, menjaga dan
meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa (Rifianto, 1999). Kegunaan
yang mampu diciptakan oleh kegiatan tata niaga
meliputi penciptaan dan peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu dan
kepemilikan. Semua lembaga tata niaga
akan berusaha untuk meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkan. Dengan
demikian kegiatan tata niaga
berusaha untuk menempatkan barang yang diusahakannya ke tangan konsumen dengan
nilai dan kegunaan yang meningkat (Hanafiah dan Saefuddin, 1986). Pengertian lain dari tata niaga adalah kegiatan yang bertalian
dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa dengan
tujuan untuk menempatkan barang-barang ke konsumen akhir (Azzaino, 1982).
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.
Apa yang dimaksud
Tataniaga?
2.
Bagaimana Aspek Pemasaran dalam dunia Perikanan?
3.
Bagaimana
Aspek Produksi dalam Perikanan?
4.
Bagaimana Ciri-ciri Tataniaga Hasil Perikanan?
5.
Bagaimana Saluran Tataniaga
Hasil Perikanan?
6.
Bagaimana Isu Strategis Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan?
7.
Bagaimana Peran Strategis Teknologi Pengembangan
Produk Perikanan?
C.
Tujuan Penulisan
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui Pengertian
Tataniaga.
2.
Untuk mengetahui Aspek Pemasaran Perikanan.
3.
Untuk mengetahui Aspek
Produksi Perikanan.
4.
Untuk mengetahui Ciri-ciri Tataniaga Hasil Perikanan.
5.
Untuk mengetahui Saluran Tataniaga Hasil
Perikanan.
6.
Untuk mengetahui Isu Strategis Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan.
7.
Mengetahui Peran Strategis Teknologi Pengembangan Produk
Perikanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tataniaga
Perekonomian
yang menyangkut persoalan cara kita hidup dapat dibagi ke dalam tiga aspek
pokok, yaitu :
1.
Produksi,
merupakan tindakan pembuatan barang-barang yang berkaitan dengan
penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa.
2.
Distribusi,
merupakan tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang dan jasa dari
produsen ke konsumen.
3.
Konsumsi,
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pemakaian dan penurunan mutu dan
kegunaan dari barang dan jasa.
Dalam
perekonomian saat ini produsen dan konsumen jarang berinteraksi secara langsung
dalam melakukan proses tataniaga, melainkan dilaksanakan bersama atau dengan
mengikutsertakan beberapa lembaga pemasaran lain yang membantu terjalinnya
pertemuan antara penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai
dari pembelian, penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan
dan lain sebagainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Proses
tataniaga merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencipta-kan, menjaga
dan meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa (Rifianto, 1999).
Kegunaan yang mampu diciptakan oleh kegiatan tataniaga meliputi penciptaan dan
peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu dan kepemilikan. Semua lembaga
tataniaga akan berusaha untuk meningkatkan manfaat dari komoditi yang
dipasarkan. Dengan demikian kegiatan tataniaga berusaha untuk menempatkan
barang yang diusahakannya ke tangan konsumen dengan nilai dan kegunaan yang
meningkat (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Pengertian lain dari tataniaga adalah
kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada
barang dan jasa dengan tujuan untuk menempatkan barang-barang ke konsumen akhir
(Azzaino, 1982). Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan
kegiatan-kegiatan tataniaga yang dilihat berdasarkan arus barang yang meliputi
beberapa proses, yaitu (Hanafiah dan Saefuddin, 1986) :
1.
Proses
pengumpulan
Pengumpulan
merupakan proses pertama dari arus barang. Barang-barang yang dihasilkan dalam
jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah yang besar, agar dapat disalurkan ke
pasar-pasar eceran secara lebih efisien.
2.
Proses
pengimbangan
Pengimbangan
merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi antara proses
pengumpulan dan proses penyebaran. Proses pengimbangan merupakan tindakan
penyesuaian antara permintaan dan penawaran berdasarkan tempat, waktu, jumlah
dan kualitas.
3.
Proses
penyebaran
Penyebaran
merupakan proses tahap akhir daripada arus barang, dimana barang-barang yang
telah terkumpul disebarkan ke konsumen atau pihak yang menggunakannya.
Sebagai proses
produksi yang komersial, maka pemasaran hasil perikanan merupakan syarat mutlak
yang diperlukan dalam pembangunan perikanan.
Sistem pemasaran yang berfungsi dengan baik, ditunjukkan melalui harga,
kecendrungan konsumen terhadap satu jenis komoditas dan nilai ekonomi yang
menyertai kecendrungan tersebut.
Peranan pemasaran hasil perikanan dalam mempertahankan
produksi sangat penting sekali karena :
1.
Keberhasilan
dalam mengatur pola produksi tergantung pada sistem pemasaran yang efektif
untuk menjembatani permasalahan yang kompleks dalam kaitannya dengan permintaan
dan penawaran pada sistem pemasaran.
2.
Pengetahuan
pasar yang terperinci tentang dimana, kapan dan berapa jumlah produk yang dapat dijual adalah penting
dalam menentukan produk
perikanan mana yang akan dikembangkan.
B.
Aspek
Pemasaran Perikanan
Apabila seorang pengusaha
perikanan hendak melangkah ke usaha produksi,sebaiknya berpikir dan
berorientasi ke aspek pemasaran terlebih dahulu. Jangan sampai ketika ikan
sudah siap dipanen baru memikirkan sasaran pemasaran. Akan dipasarkan kemanakah
ikan-ikan tersebut? Pasar sangat penting untuk kelangsungan produksi. Bila
kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka tidak menjadi
masalah. Dengan harga jual yang pas telah dapat menghasilkan keuntungan.
Sebaliknya, bila pasar tidak menyediakan kemungkinan menyerap produk, mau tak
mau usaha yang dirintis mengalami kerugian.
Apabila produksi telah berjalan
maka keberhasilan pengusaha perikanan ditentukan oleh kemampuannya dalam
menganalisis dan mengantisipasi pasar. Adakah perubahan dan perkembangan yang
terjadi di pasar. Pengusaha yang ingin maju harus selalu tanggap akan hal ini. Ada
beberapa hal yang harus diketahui oleh seorang pengusaha perikanan sebelum
melangkah ke aspek pemasaran ini. Hal tersebut yaitu sasaran pemasaran,
persaingan, dan stategi pemasaran.
(1)
Sasaran pemasaran
Sasaran pemasaran berkaitan erat dengan pemilihan
jenis ikan yang akan diproduksi. Siapa konsumen yang dituju? Berapa besar
kira-kira permintaannya? Apa yang menjadi motif masyarakat membeli ikan?
Cocokkah produksi kita dengan selera masyarakat? Semuanya tergantung pada
keadaan sosial konsumen dan daya belinya.
(2)
Persaingan
Persaingan merupakan suatu hal yang wajar dalam
bidang usaha. Apalagi di
bidang usaha perikanan karena umumnya bidang ini
tidak mengenal monopoli. Jadi, semua produksi perikanan bersaing bebas di pasaran.
Oleh karena itu, usaha untuk menghadapi dan mengatasi persaingan harus
dipikirkan agar produksi kita laku di pasaran.
(3)
Strategi pemasaran
Maksud dari strategi pemasaran yaitu suatu tindakan
penyesuaian sebagai reaksi terhadap situasi pasar dengan berdasarkan
pertimbangan yang wajar. Tindakan-tindakan yang diambil itu merupakan
pendekatan terhadap berbagai faktor, baik dari luar maupun dalam. Faktor luar
berdasarkan konsumen yang dituju. Sedangkan faktor dalam berdasarkan produksi
yang dihasilkan.
1.
Jenis-Jenis Pasar
Pengertian pasar secara luas
adalah suatu kondisi di mana pembeli dan penjual dapat berhubungan. Dengan
demikian, pasar dapat berarti secara nyata atau abstrak. Yang dimaksud dengan
pasar secara nyata yaitu suatu tempat di mana penjual dan pembeli dapat saling
bertemu dan mengadakan transaksi. Sesuai dengan perkembangan zaman maka banyak
sekali jenis pasar yang dapat digunakan sebagai tempat menyalurkan produksi
perikanan, antara lain pasar umum, tempat pelelangan ikan, pasar swalayan,
pasar khusus, dan pasar ekspor.
a.
Pasar umum yaitu pasar yang menyediakan segala
keperluan, meliputi sandang, pangan, papan, dan lain-lain. Beberapa jenis ikan
dijual juga di sini.
b.
Tempat pelelangan ikan merupakan pusat penampungan
dan pelelangan beberapa jenis ikan. Transaksi penjualan biasanya dalam jumlah
besar. Umumnya daerah-daerah sentral produksi ikan mempunyai tempat pelelangan
tersendiri.
c.
Pasar swalayan merupakan pasar di mana pembeli
memilih dan mengambil sendiri barang-barang yang dikehendaki.
d.
Pasar khusus merupakan pasar yang menyerap komoditi
perikanan tertentu atau beragam secara rutin dalam partai besar. Pasar jenis
ini biasanya menghendaki kualitas tertentu. Contoh pasar khusus antara lain
hotel, restoran, rumah sakit, industri, dan usaha katering.
e.
Pasar ekspor merupakan pasar yang melayani
permintaan dari luar negeri. Umumnya pengusaha yang bergerak di bidang ekspor
disebut eksportir.
Penyerahan
barang dalam transaksi di pasar dapat dilakukan pada saat itu juga (cash
trading) atau dilakukan kemudian (future trading). Demikian pula mengenai cara
pembayarannya. Uang bisa dibayar langsung atau dibayar kemudian hari.
Umumnya di
pasar umum terjadi pembayaran secara langsung pada waktu transaksi pembelian
terjadi. Sedangkan pada pasar khusus dan pasar ekspor pembayarannya tergantung
dari perjanjian yang dilakukan oleh pengusaha dan pembeli. Begitu juga dengan
tempat pelelangan ikan, ada yang mengharuskan pembayaran langsung, tetapi ada
juga yang mengizinkan pembayaran kemudian. Di pasar swalayan pembayaran biasanya
dilakukan dalam periode tertentu setelah penyerahan barang dilakukan, misalnya
per bulan, per minggu, atau menurut perjanjian.
2.
Tata Niaga Bisnis Perikanan
Tata niaga
merupakan salah satu cabang dari aspek pemasaran yang menekankan tentang
jalannya hasil produksi sampai ke tangan konsumen. Tata niaga dapat dikatakan
efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil produksi kepada konsumen dengan
biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan yang dibayarkan konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di
dalam kegiatan produksi dan tata niaga. Tata niaga mempunyai tiga fungsi utama,
yaitu pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan. Perkembangan lebih lanjut dari
ketiga fungsi itu akan dapat memajukan dan memperluas pemasaran komoditi
perikanan.
a.
Pengangkutan
Pengangkutan merupakan fungsi pertama yang
diperhatikan dalam distribusi komoditi perikanan. Biasanya kolam, tambak, atau
lahan yang dipakai untuk usaha perikanan terletak jauh dari daerah pemasaran.
Untuk mempercepat penyampaiannya diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.
Komoditi perikanan biasanya kurang tahan lama. Untuk itu, agar ikan dapat
diterima konsumen dalam keadaan segar maka pengangkutan harus dilakukan
secepatnya.
b.
Penyimpanan
Ada kalanya ikan tidak dapat langsung dipasarkan
padahal panen telah dilaksanakan. Hal ini bisa disebabkan sarana pengangkutan
belum ada atau mungkin juga karena sebab tertentu. Pada kondisi demikian sangat
diperlukan fasilitas dan teknik penyimpanan yang baik untuk mempertahankan mutu
ikan tersebut.
c.
Pengolahan
Pengolahan ikan juga bisa sangat penting karena ada
beberapa komoditi perikanan yang justru lebih disukai dan lebih dikenal setelah
diolah dibandingkan pada saat masih segar. Tidak hanya di pasaran dalam negeri
komoditi olahan juga banyak yang telah berorientasi ke pasaran luar negeri.
3.
Distribusi Bisnis Perikanan
Ada tiga
komponen pendukung yang memegang peranan penting dalam sistem distribusi bisnis
perikanan. Komponen pendukung itu yaitu konsumen, pengusaha/produsen, dan pedagang
atau pengusaha perantara.
Konsumen
merupakan pembeli terakhir suatu produksi perikanan. Oleh karenanya, semua
riset pasar yang dilakukan pengusaha berorientasi pada konsumen. Contoh riset
tersebut yaitu riset mengenai tujuan bisnis yang tertuju untuk memenuhi semua
kebutuhan konsumen yang beragam
jenisnya.
Pengusaha/produsen
merupakan orang yang menanamkan modal yang langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan proses produksi. Peran pengusaha/produsen ikut serta
menentukan keberhasilan dan mutu suatu produk.
Sedangkan
pengusaha atau pedagang perantara berperan sebagai penyalur produk atau
pelancar distribusi komoditi perikanan. Peranan pengusaha atau pedagang
perantara tidaklah dapat dianggap remeh. Selain sebagai penyalur produk, mereka
juga menyalurkan informasi dari konsumen ke produsen dan sebaliknya serta
meringankan beban produsen dalam mendistribusi produk. Namun sayang, dengan
adanya pedagang perantara, harga produk menjadi lebih mahal.
Selain
pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer juga dapat berperan
sebagai pengusaha perantara. Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang
mengumpulkan komoditi perikanan dari pengusaha, petani ikan, ataupun nelayan
dalam jumlah yang cukup besar untuk dipasarkan kembali ke pedagang lain.
Pedagang
besar merupakan pedagang yang membeli komoditi perikanan dari pedagang
pengumpul atau langsung dari produsen/pengusaha untuk dijual kembali. Komoditi
itu dijual kembali kepada industri, restoran, konsumen komersial, dan lain-lain
yang tidak menjual kembali dalam jumlah yang sama kepada konsumen akhir.
Pedagang
pengecer merupakan pedagang yang menjual komoditi perikanan langsung ke tangan
konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen dalam partai kecil.
Bagaimana
jalannya suatu komoditi hingga sampai ke tangan konsumen? Ada tiga macam cara
distribusi tersebut, yaitu secara langsung, semi-langsung, atau secara tidak
langsung.
a.
Penyaluran langsung
Dengan cara ini produksi perikanan tidak
mempergunakan pedagang perantara. Produsen langsung menjual produksinya ke
konsumen. Ini sering dilakukan oleh petani ikan dalam skala kecil dan para
nelayan.
Produsen
—————> Konsumen
b.
Penyaluran semi-langsung
Di sini pengusaha/produsen menyalurkan hasil
prnduksinya ke tangan pedagang eceran. Kemudian, dari tangan pedagang eceran
komoditi perikanan disalurkan ke konsumen.
Pengusaha/produsen ——> Pedagang eceran ——>
Konsumen
c.
Penyaluran tidak langsung
Distribusi ini sangat dipengaruhi oleh jarak
produsen ke konsumen. Semakin jauh jarak konsumen maka semakin panjang dan rumit
jalur tata niaga yang harus dilalui.
Pengusaha/produsen —> Pedagang pengumpul ->
Pedagang besar -> Pedagang pengecer —> Konsumen Pengusaha/produsen ->
Tempat pelelangan ikan -> Pedagang besar -> Pedagang pengecer ->
Konsumen Pengusaha/produsen —> Eksportir —> Pasar khusus —> Konsumen
Pengusaha/produsen -> Pedagang pengumpul -> Pedagang besar -> Pasar
khusus -> Konsumen
C.
Aspek Produksi Perikanan
Bisnis perikanan, seperti juga bisnis lainnya, perlu
menerapkan manajemen produksi. Tujuannya agar dapat mengarahkan usaha produksi
sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Aspek produksi ini mencakup hal-hal
mengenai persiapan dan proses produksi. Bisnis perikanan yang cukup kompleks
sifatnya memerlukan pemikiran yang cermat agar terhindar dari risiko yang tidak
diharapkan. Untuk lebih jelasnya, pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang
menyangkut masalah produksi ini.
1.
Persiapan
Produksi
Hal-hal
yang harus menjadi perhatian dalam persiapan produksi perikanan ini meliputi
perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, dan
pengadaan tenaga kerja.
a.
Perencanaan
produk
Jenis ikan apa yang hendak diproduksi ? Apakah jenis ikan
itu
disukai
masyarakat dan mempunyai pasaran yang baik ? Mengapa dipilih jenis ini, bukan
yang lain ? Apakah jenis itu sesuai dengan lahan yang tersedia ?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini perlu dipikirkan sebelum mengambil keputusan.
Di pasaran dapat dilihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen
tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacam-macam. Oleh karenanya, dapat
dipilih satu atau beberapa jenis ikan saja, tidak perlu semuanya. Untuk memilih
jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi jenis (yang dipilih) itu.
Faktor-faktor yang diperlukan dalam memilih jenis produk
antara lain kegunaan, jumlah permintaan pasar, kemungkinan pengembangan,
potensi penjualan, persaingan, distribusi, faktor budi daya, dan umur panen.
Gabungan faktor-faktor ini dapat menunjukkan profil ikan yang sesungguhnya.
Kelemahan atau kekuatan yang akan timbul bila memproduksi ikan itu akan
kelihatan. Akhir-akhir ini beberapa komoditi telah memasuki pasaran ekspor,
seperti udang, tongkol, tuna, cakalang, tenggiri, kurau, kepiting, betutu,
kerapu, bekicot, dan mutiara. Sedangkan dari jenis ikan hias yang diekspor
antara lain discus, botia, oranda, zebra, dan platy.
b.
Perencanaan
lokasi usaha
Lokasi yang tepat akan mempunyai pengaruh yang positif bagi
kelangsungan usaha. Oleh karena itu, dalam penentuan lokasi juga
dipertimbangkan hal-hal yang berdampak positif/negatif atau faktor-faktor yang
berpengaruh. Selain itu, juga periu dilihat prospek lokasi itu pada masa yang
akan datang. Pilihan lokasi yang ditetapkan hendaknya yang mempunyai harapan
keuntungan yang terbesar atau yang mempunyai potensi tinggi. Perencanaan lokasi
hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak merugikan usaha yang telah
dirintis.
c.
Perencanaan standar produksi
Pengusaha yang berpikiran maju tidak hanya sekadar
mementingkan jumlah produksi saja, tetapi juga menguiamakan kualitas
produksinya. Hal ini sangat berperan dalam menentukan segmen pasar. Bila suatu
produk dilempar ke pasaran maka produk dengan kualitas terbaik yang akan lebih
banyak diminta. Dengan demikian, secara otomatis harganya juga akan lebih baik.
Bila kita merencanakan usaha untuk jangka waktu yang lama dan tak terbatas,
usaha menjaga kualitas produk merupakan langkah yang harus selalu
dipertahankan. Hal itu penting untuk menjaga penilaian mutu dari konsumen.
d.
Pengadaan
tenaga kerja
Bisnis perikanan mencakup beberapa bidang pekerjaan. Secara
mudahnya dapat dibagi menjadi bidang budi daya dan administrasi. Kedua bidang
ini terdiri dari bermacam-macam pekerjaan, dari yang sederhana sampai yang
rumit. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan semua
pekerjaan itu. Banyaknya tenaga kerja yang diperiukan perlu diperkirakan dengan
besarnya usaha yang akan dijalankan.
Usaha-usaha perikanan yang besar, seperti tambak,
membutuhkan tenaga kerja kasar, pengawas, administrasi, keamanan, tenaga teknis
peralatan, ahli udang, dan lain-lain. Sedangkan usaha dalam luasan kecil
tentunya tidak memerlukan kesemua itu, cukup dengan beberapa tenaga kerja kasar
saja.
2.
Pengendalian
Produksi Perikanan
Aspek
produksi perikanan meliputi jenis ikan, sifat komoditi perikanan, agroklimat,
budi daya, dan pascapanen. Masing-masing aspek tersebut akan dibicarakan di
bawah ini.
a.
Jenis
ikan
Pada
dasarnya, ikan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu ikan air laut, ikan air
tawar, dan ikan air payau/tambak. Karena jenis ikan yang hidup di air laut dan
air tawar sangat banyak maka dapat dibedakan antara golongan ikan yang dapat
dikonsumsi dan golongan ikan yang termasuk dalam ikan hias. Khusus untuk ikan
yang hidup di air payau hanya terdiri dari golongan ikan yang dikonsumsi saja.
b.
Sifat
komoditi
Sifat-sifat
komoditi perikanan tersebut antara lain sebagai berikut.
1)
Tidak
tergantung musim
Berbeda
dengan budi daya tanaman, misalnya sayuran, dalam budi daya ikan tidak
memperhatikan musim penghujan atau kemarau. Sewaktu-waktu dapat dilakukan
pembenihan asal syarat-syarat untuk kehidupan ikan terpenuhi, seperti kolam,
air, dan makanan. Demikian juga dengan saat panen tidak dipengaruhi oleh musim
hujan atau kemarau. Pemanenan dilakukan bila ukuran ikan telah mencapai seperti
apa yang diinginkan.
2)
Dipengaruhi
jarak lokasi usaha ke konsumen
Jauh
dekatnya lokasi usaha dengan konsumen sangat mem-pengaruhi harga komoditi ikan.
Semakin jauh jarak tersebut, semakin mahal harga ikan di tangan konsumen. Hal
itu disebabkan ada biaya tambahan untuk transportasi. Juga, ada biaya tambahan
lagi untuk mempertahankan kesegaran ikan sampai di tangan konsumen, kecuali
untuk ikan yang sudah diawetkan.
3)
Mudah
rusak
Tubuh
ikan mengandung protein dan air yang cukup tinggi serta mempunyai pH tubuh
mendekati netral sehingga bisa dijadikan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri pembusuk dan mikroorganisme. Karena kondisi yang demikian, ikan
termasuk komoditi yang mudah rusak. Di samping itu, daging ikan mempunyai
sedikit tenunan pengikat tendon sehingga sangat mudah dicerna oleh enzim
autolisis. Akibatnya, daging menjadi sangat lunak.
4)
Risiko
tinggi
Karena
sifat ikan yang mudah rusak tersebut maka apabila dalam pemasarannya tidak
cepat sampai ke tangan konsumen, akan menyebabkan risiko yang tinggi bagi
pengusaha ikan. Harga ikan bisa turun dan dapat menyebabkan kerugian yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan dan pengawetan yang tepat
untuk mempertahankan kesegarannya.
5)
Perputaran
modal cepat
Umumnya
waktu yang dibutuhkan dari masa pemijahan sampai ke masa panen tidak terlalu
lama. Hal ini tergantung jenis ikan yang dibudidayakan. Misalnya, untuk ikan
mas hanya membutuhkan waktu 3-4 bulan. Ini berarti biaya produksi yang telah
dikeluarkan selama membudidayakan ikan tersebut bias tertutup dengan keuntungan
hasil penjualan panen setelah 3-4 bulan berikutnya. Dengan demikian, perputaran
modalnya termasuk cepat, dalam setahun bisa mencapai 2-3 kali. Bahkan bagi
orang-orang yang hanya mengusahakan benihnya saja, dalam waktu 1-2 bulan modal
bisa kembali.
c.
Agroklimat
Berdasarkan
habitatnya, ikan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu ikan perikanan
darat dan perikanan laut.
1)
Perikanan
darat
Ikan
golongan ini merupakan ikan yang ditangkap dan dipelihara di dalam batas garis
pantai (garis surut terendah air laut). Perikanan darat ini meliputi perikanan
air payau atau tambak dan perikanan air tawar yang terdiri dari kolam, sawah,
danau, rawa, dan sungai.
2)
Perikanan
laut
Untuk
membudidayakan ikan laut, pengetahuan mengenai criteria air laut yang cocok
untuk kehidupan ikan laut sangat diperlukan.
D.
Ciri-ciri
Tataniaga Hasil Perikanan
Tataniaga hasil perikanan mempunyai
sejumlah ciri, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Sebagian
besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan diserap oleh
konsumen akhir secara relatif stabil sepanjang tahun, sedangkan penawarannya
sangat tergantung kepada produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim.
2.
Pada
umumnya pedagang pengumpul memberikan kredit kepada produsen
(nelayan
atau petani ikan) sebagai ikatan atau jaminan untuk dapat memperoleh bagian
terbesar dari hasil perikanan dalam waktu tertentu.
3.
Saluran
tataniaga hasil perikanan pada umumnya terdiri dari : produsen
(nelayan
atau petani ikan), pedagang perantara sebagai pengumpul, grosir, pedagang
eceran dan konsumen (industri pengolahan dan konsumen akhir).
4.
Pergerakan
hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai ke konsumen pada
umumnya meliputi proses-proses pengumpulan, pengimbangan dan penyebaran dimana
proses pengumpulan adalah proses yang terpenting.
5.
Kedudukan
terpenting dalam tataniaga hasil perikanan terletak pada
pedagang
pengumpul dalam fungsinya sebagai pengumpul hasil, karena daerah produksinya
terpencar-pencar, skala produksi kecil dan produksinya berlangsung musiman.
6.
Tataniaga
hasil perikanan tertentu pada umumnya bersifat musiman, karena produksi
berlangsung secara musiman dimana hal ini jelas dapat dilihat pada perikanan laut.
Dalam pemasaran
hasil perikanan, perlu diperhatikan ciri-ciri dari produk perikanan yaitu
(Hanafiah dan Saefuddin, 1986) :
1.
Produk
perikanan bersifat musiman
Produksi hasil perikanan hanya dapat dihasilkan pada
musim-musim tertentu, jauh berbeda dengan produk-produk industri yang dapat
dihasilkan setiap waktu. Tetapi sekarang
dengan teknologi yang baru sudah mulai dikembangkan usaha-usaha produksi dengan
harapan hasilnya akan mampu memenuhi permintaan konsumen. Salah satu usaha peningkatan produksi di
bidang perikanan adalah usaha budidaya seperti peternakan dan pembesaran
ikan.
2.
Produk
perikanan tidak bisa dihasilkan di sembarang tempat
Produk hasil
perikanan hanya dihasilkan di daerah yang berhubungan dengan wilayah
perairan, baik perairan laut maupun perairan darat. Produksi yang dilakukan oleh nelayan dan
petani ikan terpencar di daerah-daerah dimana perairan, tanah dan iklimnya
memberi kemungkinan cocok untuk berproduksi dan kadang-kadang lokasinya sangat
jauh dari pusat-pusat konsumsi atau pasar. Dengan tidak dapat diproduksi
disembarang tempat, maka diperlukan juga aktifitas pengangkutan dan
pendistribusian yang tepat untuk mengantarkan produk perikanan dari daerah
produsen ke daerah konsumen.
3.
Produk
perikanan bersifat segar dan mudah rusak
Kesegaran produk perikanan yang dihasilkan nelayan atau
petani ikan biasanya tidak dapat bertahan lama setelah ditangkap, hal itu
mengakibatkan produk tersebut harus dijual secepatnya. Apabila terjadi keterlambatan dalam
penanganan produk segar ini, maka akan menurunkan kualitas dan mutu sehingga
dikhawatirkan harganya pun akan menjadi turun.
Dengan sifat mudah rusak, maka perlu menjadi perhatian yang serius baik
nelayan maupun lembaga-lembaga pemasaran yang ikut terlibat didalamnya.
4.
Jumlah
atau kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah
Jumlah dan kualitas dari hasil perikanan tidak selalu
tetap, tetapi berubah-ubah dari tahun ke tahun.
Ada tahun-tahun dengan jumlah dan kualitas hasil perikanan baik dan ada
pula tahun-tahun dengan jumlah dan kualitas hasil perikanan merosot, karena
sangat tergantung pada keadaan cuaca serta kondisi perairan.
5.
Produk
perikanan merupakan bahan dasar
Berbagai produk perikanan sebagian besar merupakan bahan
dasar, yang dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan setengah jadi atau bahan
jadi. Berbagai usaha untuk memperoleh
nilai tambah dapat dilakukan, apalagi
jika dikaitkan dengan penyerapan tenaga kerja misalnya dalam bentuk agroindustri
perikanan dengan pertimbangan mana yang lebih menguntungkan dan mempunyai
prospek pasar yang lebih baik. Pemasaran
hasil perikanan meliputi berbagai aktivitas yang dilakukan mulai dari pengadaan
sarana produksi, produksi, pengolahan pasca panen serta bagaimana pemasaran bisa dilakukan. Tanpa kegiatan pemasaran maka produk perikanan yang
dihasilkan akan menjadi barang yang tidak bermanfaat.
E.
Saluran Tataniaga Hasil Perikanan
Saluran Tata Niaga adalah saluran kegiatan yang bertalian
dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari pada barang dan jasa maka Tata
Niaga termasuk tindak atau usaha yang produktif. Seperti yang sudah dikemukakan
bahwa tujuan penggunaannya, maka hasil perikanan dapat dikelompokan ke dalam
bahan mentah dan barang konsumsi. Sebagai bahan mentah akan dibeli oleh pabrik
atau usaha pengolahan untuk diolah menjadi barang jadi (misalnya ikan kaleng,
tepung ikan, ikan asin dan sebagainya). Sebagai barang konsumsi akan dibeli
oleh konsumen akhir (household consumer, restaurant, hospital, dan sebagainya)
untuk keperluan konsumsi.
Pergerakan hasil perikanan bahan mentah dari produsen
(nelayan, petani ikan sampai industri pengolahan. Barang-barang yang diterima
(dibeli) oleh industri pengolahan langsung dari produsen atau dari pedagang
pengumpul lokal. Pergerakan hasil perikanan sebagai barang konsumsi (segar atau
produk olahan) dari produsen sampai konsumen.
Penyaluran barang-barang dari pihak produsen kepihak konsumen
terlihat dikenal sebagai saluran tata niaga (marketing channel). tegasnya
saluran tata niaga terdiri dari pedagang perantara yang membeli dan menjual
barang dengan tidak menghiraukan apakah mereka itu memiliki barang dagangan
atau hanya bertindak sebagai agen dari pemilik barang. Saluran tata niaga hasil perikanan yang berupa
bahan makanan harus pendek, mengingat sifatnya yang mudah rusak.
Panjang pendeknya saluran tata niaga yang dilalui oleh suatu
hasil perikanan tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1.
Jarak
antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan konsumen
biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk
2.
Cepat
tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima
konsumen, dan dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.
3.
Skala
produksi. Bila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecilal mana akan tidak
menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan
demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan, dan dengan demikian saluran
yang akan dilalui produk cenderung panjang.
4.
Posisi
keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk
memperpendek saluran tata niaga. Pedagang yang posisi keuangan (modalnya) kuat
akan dapat melakukan fungsi tata niaga lebih banyak dibandingkan dengan pedagan
yang posisi modalnya lemah. Pedangang yang memiliki modal kuat cenderung
memperpendek saluran tata niaga.
Bagaimana
sebaiknya menjual hasil produksinya, maka nelayan atau petani ikan dapat menjual
hasil usahanya di pasar lokal (di daerah produksi), di pasar pusat (terminal
market) atau di pasar eceran (retail market) di daerah konsumen. Di darah
produksi, nelayan dan petani ikan dapat menjual hasilnya kepada pedagang
pengumpul lokal (di Indinesia dikenal sebagai palele, bakul, belantik, dan
sebagainya), pengolah lokal secara langsung atau melalui pelelangan. Nelayan
dan petani ikan dapat pula menjual
hasilnya kepada wholesaler (grosir dan speculator) di pasar pusat secara
kontrak. Penjualan secara kontrak berarti suatu perjanjian antara penjual
(dalam hal ini nelaya atau petani ikan) dengan pembeli bahwa pengiriman atau
penerimaan barang yang macam dan mutu tertentu dengan harga tertentu pada waktu
tertentu masa akan datang. Jumlah, macam, mutu, harga dan waktu pengiriman dan
pembayaran disetujui pada waktu membuat perjanjian sedang pelaksanaan
pengiriman barang dan pembayaran terjadi pada masa akan datang.
Pada
penjualan di pasar eceran, barang dapat dijual kepada kepada pedagang eceran
(retailer) atau langsung kepada konsumen akhir yan g berbelanja pada pasar
eceran. Apabila barang dijual langsung di pasar eceran, maka nelayan atau
petani ikan perlu memilih pasar di mana barangnya laris. Atau dengan perkataan
lain nelayan atau petani ikan perlu mengetahui lebih dahulu tentang kesukaan (preferensi) konsumen, daya
beli konsumen dan harga barang substitusi.
Penjualan
di tiap jenis pasar tersebut tadi ada keuntungan dan kerugian. Bila barang yang
akan dijual tersedia cukup besar jumlahnya dab keadaan pasaran mantap, maka
nelayan dan petani ikan akan lebih menguntungkan kalau menjual ke pasar pusat
karena harga lebih baik sebaliknya bila fluktuasi harga sangat besar atau
jumlah barang yang tersedia kecil, maka nelayan atau petani ikan akan menerima
untung (laba) lebih baik kalau menjual kepada pedagang pengumpul lokal atau
pengolah di daerah produksi.
F.
Isu
Strategis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Yang menjadi isu strategis dalam
pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebagai berikut :
1. Lemahnya jaminan mutu dan keamanan
hasil perikanan (quality assurance
dan food safety)
2. Pihak pembeli dari negara lain
menuntut kepada Indonesia (para eksportir) agar produk yang dihasilkan memenuhi
ketentuanketentuan sbb : penerapan HACCP, Bioterrorism Act, sanitasi kekerangan,
cemaran logam berat dan histamin pada tuna dan certificate eco labelling selain
health certificate. Hal ini disebabkan oleh lemahnya jaminan dan
keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety) di
Indonesia.
3. Tingginya tingkat kehilangan (losses)
mencapai sekitar 27,8% Untuk mendapatkan hasil/produk yang bermutu baik, maka
sangat diperlukan bahan baku yang bermutu baik pula. Hal ini menjadi tuntutan
dan syarat mutlak bagi konsumen. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka yang
terjadi adalah banyaknya banyaknya terjadi tingkat kehilangan (losses).
Penyebab lain adalah rendahnya pengetahuan nelayan, pengolah, petugas TPI/PPI
mengenai cara penanganan dan pengolahan yang baik (Good Manufacturing
Practice/GMP).
4. Kurangnya intensitas promosi dan
rendahnya partisipasi stakeholders Produk perikanan yang bernilai tambah (value added products)
di masyarakat belum populer, hal ini disebabkan oleh masih kurangnya intensitas
promosi serta rendahnya partisipasi stakeholders (khususnya produsen
produk perikanan) dalam mengembangkan program promosi.
5. Terbatasnya sarana penanganan ikan
Terbatasnya sarana penangan ikan di atas kapal, TPI/PPI, distribusi dan UPI
SKM, terbatasnya sarana pabrik es dan air bersih di TPI/PPI.
6. Kurangnya bahan baku industry.
Kurangnya bahan baku industri pengolahan ini disebabkan oleh belum adanya kerjasama antara industri penangkapan
dan pengolahan sehingga perusahaan penangkapan cenderung mengekspor ikan dalam
bentuk ikan utuh (gelondongan).
7. Bahan baku belum standar. Sebanyak
85% produksi perikanan tangkap didominasi/dihasilkan oleh nelayan skala kecil
dan pada umumnya kurang memenuhi standar bahan baku industri pengolahan.
8. Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya.
Maraknya bahan kimia berbahaya dalam penanganan dan pengolahan ikan, misalnya
formalin, borax, zat pewarna, CO, antiseptik, pestisida, antibiotik (chloramphenol,
Nitro Furans, OTC). Hal ini disebabkan oleh substitusi bahan pengganti
tersebut kurang tersedia dan peredaran bahan kimia berbahaya bebas, murah dan
sangat mudah diperoleh.
9. Jenis ragam produk dan pengembangan
produk bernilai tambah belum berkembang (value added products) optimal
dan belum popular Meskipun kajian dan hasil penelitian pemanfaatannya sudah
banyak tersedia, namun produksi secara masal belum dapat direalisasi.
10. Banyak kendala yang menyebabkannya,
salah satu diantaranya adalah ketersediaan sarana prasarana , mahalnya
peralatan, kurangnya teknologi serta masalah kontinuitas suplai bahan baku.
11. Rendahnya konsumsi ikan per kapita.
Rendahnya konsumsi ikan per kapita disebabkan oleh belum meratanya distribusi,
suplai tidak kontinyu, masih banyak produk yang berkualitas kurang prima di
pasaran, kurangnya penge-tahuan masyarakat akan manfaat makan ikan, masih
adanya budaya dan kondisi sosial masyarakat yang kurang kondusif terhadap
peningkatan konsumsi ikan serta belum meratanya program GEMARIKAN diseluruh
daerah.
12. Informasi teknologi terbatas.
Terbatasnya informasi dan teknologi penanganan dan motivasi serta keinginan
untuk meningkatkan pengetahuan / ketrampilan masih rendah.
G.
Peran
Strategis Teknologi Pengembangan Produk Perikanan
1. Pertama, Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini
terutamauntuk produk-produk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila
diolahmaka berpengaruh kepada meningkatnya nilai ekonomis.
2. Kedua, Menumbuhkan inovasi teknologi modern. Karena dalam
pengembangan produk terkait erat dengan rekayasa produksi sehingga diperlukan rekayasa
peralatan dan sentuhan teknologi modern.
3. Ketiga, Meningkatkan apresiasi terhadap produk tradisional. Karena
dalam pengembangan produk, tidak hanya produk yang melalui proses
teknologi modern saja yang menjadi fokus perhatian, produk
tradiosionalpun perlu memperoleh apresiasi, sehingga memiliki daya saing dengan
produk olahan lainnya. Nilainya dapat ditingkatkan melalui berbagai cara antara
lain kebersihannya/higienisnya, pengemasannya, proses pembuatannya, dan
sebagainya.
4. Keempat, Membentuk SDM berkualitas dan kompeten, karena dalam
menciptakan pengembangan produk diperlukan kreativitas seseorang dalam
menciptakan produk-produk yang diminati konsumen, sehingga secara tidak
langsung dapat menciptakan SDM berkualitas dankompeten.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tata niaga
merupakan salah satu cabang dari aspek pemasaran yang menekankan tentang
jalannya hasil produksi sampai ke tangan konsumen. Tata niaga dapat dikatakan
efisien apabila mampu menyampaikan hasil-hasil produksi kepada konsumen dengan
biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan yang dibayarkan konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di
dalam kegiatan produksi dan tata niaga. Tata niaga mempunyai tiga fungsi utama,
yaitu pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan. Perkembangan lebih lanjut dari
ketiga fungsi itu akan dapat memajukan dan memperluas pemasaran komoditi perikanan.
B.
Saran
Demikian pembahasan dari makalah
kami. Kami berharap semoga pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Angipora,
Marius P. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran. Rajawali Pers, Jakarta.
Anief,
Moh. 2000. Prinsip dan Dasar Manajemen: Pemasaran Umum dan Farmasi. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Azziano,
Z. 1982. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Pertanian. Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. IPB, Bogor.
Hanafiah
dan Saefuddin, 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Kotler, Philips. 1997. Manajemen
Pemasaran Jilid I. Prehallindo, Jakarta.
Kotler
dan Armstrong. 2000. Dasar-Dasar Pemasaran. Prenhallindo,
Jakarta.
Ma’ruf,
2006. Pemasaran Ritel. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rifianto,
I. 1999. Tataniaga Perikanan. Universitas Terbuka. Depdikbud, Jakarta.
Sudiono,
A., 2004. Pemasaran Pertanian. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.
Tim Penulis PS, 2008. Agribisnis
Perikanan, Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sebelum di copast, jangan lupa di share and di comment yach...
ReplyDelete