SYIAH
![]() |
Makalah Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Prodi Perbankan
2 Jurusan Syariah
Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN)
Watampone
Disusun
Oleh:
*
Sri
Gusti Handayani
*
A.
Gita Reskiawati
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
WATAMPONE
|
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara
mengenai syiah ataupun aliran syiah, kita tidak akan terlepas dengan mengaitkan
hal tersebut dengan agama islam. Di kalangan awam masyarakat islam menganggap
syiah adalah eksistensi yang tidak jelas, tidak diketahui apa hakikatnya,
bagaimana berkembang, tidak melihat bagaimana sejarahnya, dan tidak dapat
diprediksi bagaimana di kemudian hari. Mereka selalu mengaitkan bahwa syiah
adalah islam. Padahal islam dan syiah sangat berbeda sekali, terutama dalam hal
aqidahnya. bagaikan minyak dan air yang tidak mungkin dapat di satukan lagi.
Telah nampak berbagai protes terhadap ajaran mereka salah
satunya adalah yang telah
terjadi di Bandung Senin, 23 April 2012-Hasil akhir dari Musyawarah
‘Ulama dan Ummat Islam Indonesia ke-2 yang diprakarsai Forum Ulama Ummat
Indonesia (FUUI) yang berlangsung di Masjid Al Fajr Kota Bandung,
menghasilkan keputusan: Merekomendasikan kepada MUI Pusat agar mengeluarkan
fatwa tentang kesesatan faham Syi’ah,Meminta kepada Menkumham, Menag, dan
Kejagung agar mencabut izin seluruh organisasi, yayasan, atau lembaga yang
berada dibawah naungan syi’ah dan atau yang berfaham Syi’ah,
Terlepas dari insiden tersebut yang kerap kali tidak
harmonis, Syi’ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskursus
mengenai Syi’ah telah banyak dituangkan dalam berbagai kesempatan dan sarana. Jadi disini kami mencoba untuk sedikit
memaparkan atau menjelaskan tentang pengertian Syi’ah, latar belakang lahirnya Syi’ah,
sekte-sekte Syi’ah, dan refleksi untuk
konteks kekinian. Sehingga para pembaca dapat mengetahui dan memahami
tentang Syi’ah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian syiah?
2. Bagaimana latar
belakang kemunculan aliran Syi’ah?
3. Siapa tokoh-tokoh dalam aliran
syiah?
4. Bagaimana sekte-sekte
dan ajaran aliran Syi’ah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian syiah
dari berbagai aspek.
2. Untuk mengetahui bagaiman latar
belakang kemunculan aliran Syi’ah.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam
firqoh syiah.
4. Untuk
mengetahui sekte-sekte dan ajaran didalam aliran Syi’ah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian syiah
1. Kata Syi’ah menurut
pengertian bahasa secara umum berarti kekasih, penolong, pengikut, dan
lain-lainnya, yang mempunyai makna membela suatu ide atau membela seseorang,
seperti kata hizb (partai) dalam pengertian yang modern. Kata
Syi’ah digunakan untuk menjuluki sekelompok umat Islam yang mencintai ‘Ali bin
Abi Thalib karramallâhu wajhah secara khusus, dan sangat fanatik.[1]
2. Perkataan Syi’ah secara
harfiah berarti pengikut, partai, kelompok, atau dalam arti yang lebih umum
“pendukung”. Sedangkan secara khusus, perkataan “Syi’ah” mengandung
pengertian syî’atu ‘Aliyyîn, pengikut atau pendukung ‘Ali bin Abi
Thalib.[2]
3. Syi’ah secara harfiah berarti kelompok
atau pengikut. Kata tersebut dimaksudkan untuk menunjuk para pengikut ‘Ali bin
Abi Thalib sebagai pemimpin pertama ahlulbait. Ketokohan ‘Ali bin Abi Thalib
dalam pandangan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang telah diberikan Nabi
Muhammad sendiri, ketika dia (Nabi Muhammad.) masih hidup.[3]
4. Syiah berarti pengikut (pendukung
paham). Dipakai kata ini untuk satu orang, dua orang atau banyak orang, baik
laki-laki maupun perempuan. Kemudian kata ini dipakai secara khusus buat orang
yang mengangkat Ali dan keluarganyalah yang berhak menjadi khalifah.[4]
5. Syi’ah adalah salah satu aliran
dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang paling berhak menjadi imam umat Islam
sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah keluarga Nabi saw sendiri (Ahlulbait).
Dalam hal ini, ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib (paman Nabi saw) dan ‘Ali bin Abi
Thalib (saudara sepupu sekaligus menantu Nabi saw) beserta keturunannya.[5]
B. Latar Belakang
Lahirnya Aliran Syi’ah
Mengenai
kemunculan syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para
ahli. Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul kepermukaan sejarah pada akhir
pemerintahan Usman bin Affan. Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan berkembang
pada masa pemerintahan Ali bin Abu Thalib. Watt menyatakan bahwa syi’ah muncul
ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawwiyah yang dikenal dengan
perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali
terhadap albitrase yang ditawarkan Muawwiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah
menjadi 2, satu kelompok mendukung sikap Ali disebut Syi’ah dan kelompok lain
menolak sikap Ali disebut Khawarij.
Kemunculan Syi’ah
berkaitan dengan masalah pengganti (Khilafah) Nabi Muhammad S.A.W. mereka
menolak kekhalifaan Abu Bakar, Umar bin Khataf, dan Usman bin Affan karena
dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalif yang berhak menggantikan Nabi.
ket okohan Ali dalam pandangan
Syi’ahsejalan dengan isyarat-isyart yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. pada
masa hidupnya. Pada awal kenabian ketika Muhammad diperintahkan menyampaikan
dakwah kepada kerabatnya, yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib.
Pada saat itu Nabi mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya
akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu sepanjang kenabian Muhammad,
ali merupakan orang yang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa
besar.
Berlawanan
dengan harapan mereka, ketika Nabi wafat dan jasadnya masih terbaring belum
dikuburkan, anggota keluarganya dan beberapa orang sahabat sibuk dengan
persiapan dan penguburan upacara pemakamannya. Teman-teman dan para pengikut
Ali mendengar kabar adanya kegiatan kelompok lain telah pergi ke masjid tempat
umat berkumpul menghadapi hilangnya pemimpin yang tiba-tiba. Kelompok ini
kemudian menjadi mayoritas, bertindak lebih jauh, sangat tergesa-gesa memilih
kaum muslim dengan maksud menjaga kesejahteraan umat dan memecahkan masalah
mereka saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding dengan ahl
al-bait, keluarganya ataupun sahabat-sahabatnya yang sedang sibuk dengan
upacara pemakaman dan sedikitpun tidak memberitahukan kepada mereka. Denga
demikian kawan-kawan Ali dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak dapat berubah
lagi (faith accompli).
Berdasarkan
realitas itulah, demikian pandangan kaum Syi’ah, kemudian muncul sikap
dikalangan sebagian kaum muslim yang menentang kekhalifahan dan menolak kaum
mayoritas dalam masalah kepercayaan-kepercayaan tertentu. Mereka tetap
berpendapat bahwa penggati Nabi dan penguasa keangamaan yang sah adalah Ali.
Mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian dan agama harus merujuk
kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya. Inilah yang kemudian
disebut sebagai Syi’ah. Akan tetapi lebih dari itu, seperti dikatakan Nars,
sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini
adalah ada dalam wahyu islam sehingga harus diwujudkan.
Dalam
perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl al-bait di hadapan
Dinasti Amawiyah dan Abasyiah, Syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya.
Dalam Eksiklopedi islam indonesia, ditulis bahwa perbedaan antara Sunni dan
Syi’ah terletak pada doktrin imamah. Selanjutnya, meskipun mempunyai landasan
keimanan yang sama, Syi’ah tidak bisa mempertahankan kesatuannya. Dalam
perjalanan sejarah, kelompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte.
Perpecahan yang terjadi di kalangan Syi’ah, terutama dipicu oleh masalah
doktrin imamah. Di antara sekte-sekte Syi’ah adalah Itsna Asyariah, Sab’iah,
Zaidiah, dan Ghullat.[6]
C. Tokoh-tokoh
Syi’ah
Dalam pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh
populer seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat
pula dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam
pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan
Ja’far al-Shadiq. Kedua tokoh ini dikenal sebagai orang-orang besar pada
zamannya. Pemikiran Ja’far al-Shadiq bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu
fiqh dan ushul fiqh, karena keempat tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, secara langsung
atau tidak langsung pernah menimba ilmu darinya. Oleh karena itu, tidak heran
bila kemudian Syaikh Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas al-Azhar, Mesir,
mengeluarkan fatwa yang kontroversial di kalangan pengikut Sunnah (Ahlussunnah—pen.).
Mahmud Syaltut memfatwakan bolehnya setiap orang menganut fiqh Zaidi atau fiqh
Ja’fari Itsna ‘Asyariyah.[7]
Adapun Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin terkenal ahli
di bidang tafsir dan fiqh. Pada usia yang relatif muda, Zaid bin ‘Ali telah
dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang menonjol. Salah satu karya
yang ia hasilkan adalah kitab al-Majmû’ (Himpunan/Kumpulan) dalam bidang
fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.[8]
Selain
dua tokoh di atas, terdapat pula beberapa tokoh Syi’ah, di antaranya:
1. Nashr bin Muhazim
2. Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa
al-Asy’ari
3. Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi
4. Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
5. Muhammad bin Hasan bin Furukh
al-Shaffar
6. Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi
al-Samarqandi
7. Ali bin Babawaeh al-Qomi
8. Syaikhul Masyayikh, Muhammad
al-Kulaini
9. Ibn ‘Aqil al-‘Ummani
10. Muhammad bin Hamam al-Iskafi
11. Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi
12. Ibn Qawlawaeh al-Qomi
13. Ayatullah Ruhullah Khomeini
14. Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain
al-Thabathaba’i
15. Sayyid Husseyn Fadhlullah
16. Murtadha Muthahhari
17. ‘Ali Syari’ati
18. Jalaluddin Rakhmat
19. Hasan Abu Ammar
D. Sekte-sekte
Syi’ah dan Ajarannya
1. Syi’ah Imamiah
(Syi’ah Dua Belas)
Dinamakan Syiah
Imamiah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam arti
pemimpin religio-politik, yaitu bahwa Ali berhak menjadi Khalifah bukan hanya
kecakapannya atau kemulian akhlaknya, tetapi Ia telah ditunjukkan dan pantas
menjadi Khalifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, sekte Imamiah adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi
Muhamamd telah melakukan penunjukkan yang tegas atas kepemimpinan Ali setelah
beliau wafat. Oleh karena itu,mereka betul-betul menolak kepemimpinan Abu
Bakar, Umar dan
Utsman.
Syi'ah Isma'iliyah misalnya, kelompok ini berhasil mendirikan dinasti
Fathimiyah di Mesir dan Pemimpinnya menyatakan diri sebagai Khalifah tandingan
Abbasiyah setelah berhasil mengadakan beberapa pemberontakan. Beberpa doktrin
bermasalah yang dibawa gerakan ini diantaranya; perintah syari'at Islam hanya
berlaku bagi orang awam saja, para Nabi dan Rasul hanyalah seorang mujaddid,
para filusuf mampu mencapai kedudukan yang sejajar dengan Nabi dan Rasul, Al-
Qur'an hanya dapat dimengerti oleh orang-orang tertentu karena memiliki arti
lahir dan arti bathin, serta hanya berfungsi sebagai pensucian jiwa saja.
Keyakinan gerakan Isma'liyah yang aneh ini berakar dari perpaduan ajaran syi'ah
dengan filsafat neo Platonisme,
dan sufistik
ala Ikhwan as Shafa. [9]
Dalam perkambangannya, Syi'ah Dua Belas mengalami perkembangan pemahaman.
Berikut ini adalah beberapa pemahaman atau ajaran pokok syi'ah Dua Belas antara
lain:
a. Al-Ishmah yang mengajarkan atau meyakini bahwa imam itu seperti Nabi.
b. Al-mahdiah yaitu meyakini adanya imam mahdi yang masuk kedalam lorong. Imam
mahdi telah ditunggu-tunggu kedatangannya oleh para pengikut aliran syi’ah Dua
Belas ini.
c. At-taqiyyah. adalah menyembunyikan faham yakni, menyembunyikan paham yang sebenarnya dan menampakkan paham yang lain dari apa
yang ada
didalam hatinya.
d. Al-Raj’ah mengajarkan dan percaya bahwa imam Mahdi kelak akan muncul
ditengah-tengah umat islam.
e. Nikah Mut’ah yang dibolehkan dalam aliran syi’ah 12.
Nama Dua Belas ini mengandung pesan penting dalam
tinjauan sejarah, yaitu bahwa golongan ini terbentuk setelah lahirnya semua
imam yang berjumlah 12, kira-kira pada tahun 260 H/878 M. Imam ke 12, Muhammad
Al-Mahdi, dinyatakan gaibah oleh para pengikut sekte ini.[10]
2. Syi'ah Zaidiyah
Sekte Zaidiyah adalah para pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin (Zaid bin
Ali bin Husein Zainal Abidin / Zaid bin Ali As Sajjad). Zaid merupakan saudara
kandung Abu Ja'far Muhammad Al Baqir putera dari Ali bin Husein Zainal Abidin.
Beliau merupakan tokoh alhul bait yang terkenal memiliki keilmuan,
kefaqihan dan kewara'an yang tinggi. Dimasa Zaid inilah, sekte Syi'ah yang
dikenal dengan Syi'ah Rafidhah mulai dikenal.
Sekte-sekte yang lahir dari rahim Zaidiyah ini dikemudin hari adalah; Jarudiyah,
Sulaimaniyah, dan Batriyah atau as Salihiyah. Sekte Jarudiyah adalah pengikut
Abi Jarud Zuyad bin al Mundziry al 'Abdi. Sekte ini menganggap Nabi Muhammad
telah menentukan Ali sebagai imam setalahnya, namun tidak dalam bentuk yang
tegas melainkan hanya dengan Isyarat (secara tidak langsung) atau dengan al
washf (menyebut-nyebut keunggulan Ali dibandingkan lainnya).
Sementara itu, sekte Sulaimaniyah adalah pengikut Sulaiman bin Jarir. Sekte
ini beranggapan bahwa masalah imamah dapat ditentukan dengan syura.
Namun dalam hal ini ummat telah melakukan sesalahan dalam berbai'at kepada Abu
Bakar dan Umar, karena sesungguhnya ada yang lebih baik dari mereka yaitu Ali.
Akan tetapi bai'at mereka tetap sah karena mereka menerima al mafdhul ma'a
wujud al afdhal. Akan tetapi kelompok ini telah mengkufurkan Amirul
Mu'minin Utsman bin Affan karena dianggap telah menyimpang dari Islam. Mereka
juga mengkufurkan Ummul Mu'minin A'isyah, Zaid, dan Thalhah karena talah
berperang terhadap Ali.
Sekte ini juga
dikenal dengan al Jaririyah.
Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya:
a. Meyakini seseorang dari keturunan Fathimah (puteri Nabi) yang melancarkan
pemberontakan dalam membela kebenaran, dapat diakui sebagai imam, jika ia
memiliki pengetahuan keagamaan, berakhlak mulia, berani, dan murah hati.
Selanjutnya mereka mengatakan bahwa siapapun dari keturunan Ali bin Abi Thalib
dapat menjadi imam, bisa lebih dari seorang dan bahkan tidak ada sama sekali.
Jabatan imam dapat dikukuhkan berdasarkan kemampuan dalam memimpin dan dapat
juga berdasarkan latar belakang pendidikan.
b. Ajaran Syi’ah Zaidiyah mengenai kepemimpinan Khulafa al-Rasyidin, mengakui
kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Utsman pada awal masa pemerintahannya, meskipun
Ali bin Abi thalib dinilainya sebagai sahabat yang paling mulia. Dalam kaitan
ini, terdapat konsep Syi’ah Zaidiyah yang berbunyi : جواز امامة
المفضول مع وجود الأفضل . Yang dimaksud dengan المفضول adalah Abu
Bakr, ‘Umar dan ‘Usman. Sedangkan yang dimaksud dengan الأفضل ialah Ali
bin Abi Thalib.
c. Dalam ajaran Syi’ah Zaidiyah, tidak mengakui paham ishmah, yaitu keyakinan
bahwa para imam dijamin oleh Allah dari perbuatan salah, lupa dan dosa. Mereka
juga menolak paham rajaah (seorang imam akan muncul sesudah bersembunyi atau
mati), paham mahdiyah (seorang imam yang bergelar al-Mahdi akan muncul untuk
mengambangkan keadilan dan memusnahkan kebatilan), dan paham taqiyah (sikap
kehati-
hatian dengan
menyembunyikan identitas di depan lawan).
d. Dari segi ushul atau prinsip-prinsip umum Islam, ajaran Syi’ah Zaidiyah
mengikuti jalan yang dekat dengan paham Mu’tazilah atau paham rasionalis.
Adapun dari segi furu’ atau masalah hukum dan lembaga-lembaganya, mereka
menerapkan fikih Hanafi (salah satu mazhab fikih dari golongan Sunni).
3. Syi’ah Sab’iah
Istilah Syi’ah Sabi’ah atau Syi’ah tujuh dianalogikan dengan Syi’ah Dua
Belas. Istilah itu memberikan
pengertian bahwa sekte syi’ah yang ini hanya mengakui tujuh imam. Tujuh Imam
itu ialah Ali, Hasan, Husain, Ali zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far
Ash-Shadiq, dan Ismail Bin Ja’far. Karena dinisbatkan pada Imam ketujuh, Ismail
bin Ja’far Ash-Shadiq, Syi’ah Sabi’ah disebut juga Syi’ah Ismailiyah.
Cabang syi’ah tujuh antara lain adalah Qaramithah dan Fathimiyah.
Qaramithah mengamalkan pokok-pokok ajaran antara lain tata cara berdakwah,
tentang Ilahiyat, Nubuah, Imamah Syari’at dan Kiamat. Sedangkan pada kelompok
Fatimiyah yang berkembang di Afrika Utara dan Barat, juga berkembang di Mesir,
Persia dan Pakistan.
Ajaran-ajaran
Syi’ah sab’iah yang lainnya antara lain:
a. Sabi’ah berpendapat bahwa walaupun terlihat
melakukan kesalahan dan menyimpang dari syari’at, seorang imam
sesungguhnya tidak menyimpang karna mempunyai pengetahuan yang tidak dimiliki
manusia biasa. Konsep kemaksuman imam seperti itu merupakan konsekuensi
logis dari
doktrin Sab’iah tentang pengetahuan imam akan ilmu batin.
b. Ada satu sekte dalam Sab’iah yang berpendapat bahwa Tuhan mengambil tempat
dalam diri imam. Oleh karena itu, imam harus disembah. Salah seorang khalifah
dinasti Fatimiyah, Al-Hakim bin Amrillah (1.375 H), berkeyakinan bahwa dalam
dirinya terdapat Tuhan karena ia memaksa rakyat supaya menyembahnya.
c. Menerut Sab’iah, Al-Qur’an memiliki makna batin selain yang Lahir.
Dikatakan bahwa segi-segi Lahir atau tersurat dari Syari’at itu diperuntukan
bagi orang Awam yang kecerdasaanya terbatas dan tidak memiliki kesempurnaan
rohani.
d. Dengan prinsip Takwil, Sab’iah menakwilkan misalnya ayat Al-Qur’an tentang
puasa dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam, dan ayat
Al-Qur’an tentang Haji dengan mengunjungi imam. Bahkan, diantara mereka ada
yang menggugurkan kewajiban ibadah. Mereka itu adalah orang-orang yang telah
mengenal imam dan mengetahui takwil (melalui imam).[11]
4. Syi’ah Ghullat
Syi'ah Ghulat adalah sebutan untuk kelompok syi'ah yang ekstrim. Mereka
adalah pengikut Ali yang terlampau jauh melakukan pemujaan terhadap sosok dan
kepemimpinan beliau. Tidak hanya itu, merek juga meyakini para imam-imam
pengganti setelahnya bukan sebagai manusia biasa,melebihi kedudukan nabi,
bahkan hingga ketingkat sesembahan (Ilah).
Kelompok Ghulat dapat dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu Saba'iyah
dan al Ghurabiyah. Golongan Saba'iyah berasal dari pencetus ide-ide Syi'ah awal
yaitu Abdullah bin Saba'. Nama Abdullah bin Saba' diakui oleh pembesar Syi'ah
seperti Al Qummi di dalam kitabnya Al Maqâlat wa al Firâq, sebagai
seseorang yang pertamakali menobatkan keimamahan Ali dan mencela Abu Bakar,
Umar dan Utsman serta para sahabat lainnya. Kelompok saba'iyah juga beranggapan bahwa Ali tidak dibunuh oleh
Abdurrahman Ibn Muljam melainkan seseorang yang diserupakan wajahnya seperti
Ali. Menurut mereka Ali telah naik kelangit dan disanalah tempatnya. Petir
adalah suaranya dan Kilat adalah senyumnya. Kelompok lainnya adalah al
Ghurabiyah. Kelompok ini
telah menganggap Malaikat Jibril salah alamat dalam memberikan risalah Allah
kepada Muhammad. Seharusnya yang menerima kerasulan itu adalah Ali bin
Abi Thalib. Oleh
sebab itulah
Allah terpaksa mengakui Muhammad sebagai utusan-Nya.
Adapun menurut Syahrastani ada enam doktrin yang membuat mereka ekstrim
yaitu:
a. Tanasukh, yang merupakan keluarrnya roh dari satu jasad dan mengambil
tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari falsafah Hindu. Penganut
agama Hindu berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara berpindah ke tubuh hewan
yang lebih rendah dan diberi pahala dengan cara berpindah dari satu kehidupan
kepada kehidupan yang lebih tinggi.
b. Bada’, yang merupakan keyakinan
bahwa Allah mengubah kehendakNya sejalan dengan perubahan ilmuNya, serta dapat
memerintahkan dan juga sebaliknya. Syahrastani menjelaskan lebih lanjut bahwa
bada’ dalam pandangan Syi’ah Ghulat memiliki bebrapa arti. Bila berkaitan
dengan ilmu, maka artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan yang
diketahui Allah.
c. Raj’ah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat
mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi. Faham raj’ah dan
mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh sekte dalam Syi’ah.
d. Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat
menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupakan Tuhan
dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham hululiyah dan tanasukh dengan
khaliq.
e. Hulul bagi Syi’ah Ghulat berarti Tuhan menjelma dalam diri imam
sehingga imam
harus disembah.
f. Ghayba yang artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan
Syi’ah bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat
oleh mata biasa. Konssep ghayba pertama kali diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi
pada tahun 66 H/686 M di Kufa ketika mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah
sebagai Imam Mahdi. [12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Syi’ah adalah salah satu aliran
dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang paling berhak menjadi imam umat Islam
sepeninggal Nabi Muhammad SAW ialah keluarga Nabi saw sendiri (Ahlulbait).
2. Bibit syi’ah telah muncul sejak meninggalnya Nabi, yaitu mereka yang tidak
sepakat dengan kepemimpinan Abubakar as-Shiddiq sebagai khalifah. Selanjutnya
sekte-sekte aliran syi’ah sangat banyak.
3. Dalam pertimbangan Syi’ah, selain
terdapat tokoh-tokoh populer seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali,
Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai pengaruh
besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal
‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq.
4.
Para
ahli umumnya membagi sekte Syi’ah ke dalam empat golongan besar, yaitu Syi’ah Imamiah
(Syi’ah Dua Belas), Syi'ah Zaidiyah, Syi’ah Sab’iah dan Syi’ah Ghullat.
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, itu semua hanyalah
keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki dan hanya mengandalkan buku
referensi. Maka dari itu penulis menyarankan agar para pembaca makalah
ini dapat mendalami makalah ini, agar setelah membaca makalah ini, pembaca membaca sumber-sumber lain yang lebih
komplit. tidak hanya membaca makalah ini saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mun’eim al-Nemr, Sejarah
dan Dokumen-dokumen Syi’ah. T.tp.: Yayasan Alumni Timur Tengah, 1988.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi
Islam Jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.
Drs. H. A. Mustofa, Filsafat
Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.
Muhammad Amin Suma, dalam Taufik
Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 3. Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2003.
Mulyono, M.A. dan Drs. Bashori, Studi
Ilmu Tauhid/Kalam, Malang: UIN-MALIKI PRESS 2010.
Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag.
dan Prof. Dr. H. Rosihin Anwar, M.Ag. Ilmu Kalam, Bandung: CV Pustaka
Setia, 2012.
Soekama Karya,
dkk., Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.
Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, sejarah & pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra, 2009.
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.
[1] Abdul Mun’eim al-Nemr, Sejarah dan Dokumen-dokumen Syi’ah
(T.tp.: Yayasan Alumni Timur Tengah, 1988), hlm. 34-35.
[2] Soekama Karya, dkk., Ensiklopedi Mini Sejarah dan
Kebudayaan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), cet. ke-1, hlm. 125.
[3] Tim
Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia
(Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 904.
[4] Teungku Muhammad Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar
Ilmu Tauhid atau Kalam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2009), hlm.109.
[5] Muhammad
Amin Suma, dalam Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid
3 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), cet. ke-3, hlm. 343.
[6] Prof.
Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag. dan Prof. Dr. H. Rosihin Anwar, M.Ag. Ilmu Kalam, Bandung:
CV Pustaka Setia, 2012 hal. 89-106.
[7] Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 5 (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1997), cet. ke-4, hlm. 5.
[9] Teungku
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, sejarah & pengantar Ilmu Tauhid/Kalam,
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009.hal. 109-127
[10] Mulyono, M.A. dan Drs. Bashori, Studi Ilmu Tauhid/Kalam, Malang:
UIN-MALIKI PRESS 2010. hal. 108-116.
[12] Teungku
Muhammad Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid atau Kalam,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra,2009), hlm.135.
No comments:
Post a Comment