Monday 5 June 2017

MAKALAH SYI'AH

SYIAH




 








Makalah  Diajukan  Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Prodi  Perbankan  2  Jurusan  Syariah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Watampone


Disusun Oleh:

*       Sri Gusti Handayani
*       A. Gita Reskiawati








SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) WATAMPONE

 
2016


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai syiah ataupun aliran syiah, kita tidak akan terlepas dengan mengaitkan hal tersebut dengan agama islam. Di kalangan awam masyarakat islam menganggap syiah adalah eksistensi yang tidak jelas, tidak diketahui apa hakikatnya, bagaimana berkembang, tidak melihat bagaimana sejarahnya, dan tidak dapat diprediksi bagaimana di kemudian hari. Mereka selalu mengaitkan bahwa syiah adalah islam. Padahal islam dan syiah sangat berbeda sekali, terutama dalam hal aqidahnya. bagaikan minyak dan air yang tidak mungkin dapat di satukan lagi.
Telah nampak berbagai protes terhadap ajaran mereka salah satunya adalah yang telah terjadi di Bandung Senin, 23 April 2012-Hasil akhir dari Musyawarah ‘Ulama dan Ummat Islam Indonesia ke-2 yang diprakarsai Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) yang berlangsung di Masjid Al Fajr Kota Bandung,  menghasilkan keputusan: Merekomendasikan kepada MUI Pusat agar mengeluarkan fatwa tentang kesesatan faham Syi’ah,Meminta kepada Menkumham, Menag, dan Kejagung agar mencabut izin seluruh organisasi, yayasan, atau lembaga yang berada dibawah naungan syi’ah dan atau yang berfaham Syi’ah,
Terlepas dari insiden tersebut yang kerap kali tidak harmonis, Syi’ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskursus mengenai Syi’ah telah banyak dituangkan dalam berbagai kesempatan dan sarana.  Jadi disini kami mencoba untuk sedikit memaparkan atau menjelaskan tentang pengertian Syi’ah, latar belakang lahirnya Syi’ah, sekte-sekte Syi’ah, dan refleksi untuk  konteks kekinian. Sehingga para pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang Syi’ah.

B.  Rumusan Masalah
1.   Apa pengertian syiah?
2.   Bagaimana latar belakang kemunculan aliran Syi’ah?
3.   Siapa tokoh-tokoh dalam aliran syiah?
4.   Bagaimana sekte-sekte dan ajaran aliran Syi’ah?

C. Tujuan Penulisan
1.   Untuk mengetahui pengertian syiah dari berbagai aspek.
2.    Untuk mengetahui bagaiman latar belakang kemunculan aliran Syi’ah.
3.   Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam firqoh syiah.
4.   Untuk mengetahui sekte-sekte dan ajaran didalam aliran Syi’ah. 








BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian syiah
1.   Kata Syi’ah menurut pengertian bahasa secara umum berarti kekasih, penolong, pengikut, dan lain-lainnya, yang mempunyai makna membela suatu ide atau membela seseorang, seperti kata hizb (partai) dalam pengertian yang modern. Kata Syi’ah digunakan untuk menjuluki sekelompok umat Islam yang mencintai ‘Ali bin Abi Thalib karramallâhu wajhah secara khusus, dan sangat fanatik.[1]
2.   Perkataan Syi’ah secara harfiah berarti pengikut, partai, kelompok, atau dalam arti yang lebih umum “pendukung”. Sedangkan secara khusus, perkataan “Syi’ah” mengandung pengertian syî’atu ‘Aliyyîn, pengikut atau pendukung ‘Ali bin Abi Thalib.[2]
3.   Syi’ah secara harfiah berarti kelompok atau pengikut. Kata tersebut dimaksudkan untuk menunjuk para pengikut ‘Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin pertama ahlulbait. Ketokohan ‘Ali bin Abi Thalib dalam pandangan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang telah diberikan Nabi Muhammad sendiri, ketika dia (Nabi Muhammad.) masih hidup.[3]
4.   Syiah berarti pengikut (pendukung paham). Dipakai kata ini untuk satu orang, dua orang atau banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan. Kemudian kata ini dipakai secara khusus buat orang yang mengangkat Ali dan keluarganyalah yang berhak menjadi khalifah.[4]
5.   Syi’ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang paling berhak menjadi imam umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah keluarga Nabi saw sendiri (Ahlulbait). Dalam hal ini, ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib (paman Nabi saw) dan ‘Ali bin Abi Thalib (saudara sepupu sekaligus menantu Nabi saw) beserta keturunannya.[5]

B.  Latar Belakang Lahirnya Aliran Syi’ah
Mengenai kemunculan syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul kepermukaan sejarah pada akhir pemerintahan Usman bin Affan. Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abu Thalib. Watt menyatakan bahwa syi’ah muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawwiyah yang dikenal dengan perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap albitrase yang ditawarkan Muawwiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi 2, satu kelompok mendukung sikap Ali disebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali disebut Khawarij.
Kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (Khilafah) Nabi Muhammad S.A.W. mereka menolak kekhalifaan Abu Bakar, Umar bin Khataf, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalif yang berhak menggantikan Nabi. ket  okohan Ali dalam pandangan Syi’ahsejalan dengan isyarat-isyart yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. pada masa hidupnya. Pada awal kenabian ketika Muhammad diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Pada saat itu Nabi mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu sepanjang kenabian Muhammad, ali merupakan orang yang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa besar.
Berlawanan dengan harapan mereka, ketika Nabi wafat dan jasadnya masih terbaring belum dikuburkan, anggota keluarganya dan beberapa orang sahabat sibuk dengan persiapan dan penguburan upacara pemakamannya. Teman-teman dan para pengikut Ali mendengar kabar adanya kegiatan kelompok lain telah pergi ke masjid tempat umat berkumpul menghadapi hilangnya pemimpin yang tiba-tiba. Kelompok ini kemudian menjadi mayoritas, bertindak lebih jauh, sangat tergesa-gesa memilih kaum muslim dengan maksud menjaga kesejahteraan umat dan memecahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding dengan ahl al-bait, keluarganya ataupun sahabat-sahabatnya yang sedang sibuk dengan upacara pemakaman dan sedikitpun tidak memberitahukan kepada mereka. Denga demikian kawan-kawan Ali dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak dapat berubah lagi (faith accompli).
Berdasarkan realitas itulah, demikian pandangan kaum Syi’ah, kemudian muncul sikap dikalangan sebagian kaum muslim yang menentang kekhalifahan dan menolak kaum mayoritas dalam masalah kepercayaan-kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa penggati Nabi dan penguasa keangamaan yang sah adalah Ali. Mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya. Inilah yang kemudian disebut sebagai Syi’ah. Akan tetapi lebih dari itu, seperti dikatakan Nars, sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini adalah ada dalam wahyu islam sehingga harus diwujudkan.
Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl al-bait di hadapan Dinasti Amawiyah dan Abasyiah, Syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya. Dalam Eksiklopedi islam indonesia, ditulis bahwa perbedaan antara Sunni dan Syi’ah terletak pada doktrin imamah. Selanjutnya, meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, Syi’ah tidak bisa mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejarah, kelompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan yang terjadi di kalangan Syi’ah, terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Di antara sekte-sekte Syi’ah adalah Itsna Asyariah, Sab’iah, Zaidiah, dan Ghullat.[6]

C. Tokoh-tokoh Syi’ah
Dalam pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq. Kedua tokoh ini dikenal sebagai orang-orang besar pada zamannya. Pemikiran Ja’far al-Shadiq bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu fiqh dan ushul fiqh, karena keempat tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, secara langsung atau tidak langsung pernah menimba ilmu darinya. Oleh karena itu, tidak heran bila kemudian Syaikh Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang kontroversial di kalangan pengikut Sunnah (Ahlussunnah—pen.). Mahmud Syaltut memfatwakan bolehnya setiap orang menganut fiqh Zaidi atau fiqh Ja’fari Itsna ‘Asyariyah.[7]
Adapun Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin terkenal ahli di bidang tafsir dan fiqh. Pada usia yang relatif muda, Zaid bin ‘Ali telah dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang menonjol. Salah satu karya yang ia hasilkan adalah kitab al-Majmû’ (Himpunan/Kumpulan) dalam bidang fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.[8]
Selain dua tokoh di atas, terdapat pula beberapa tokoh Syi’ah, di antaranya:
1.      Nashr bin Muhazim
2.      Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari
3.      Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi
4.      Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
5.      Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar
6.      Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi al-Samarqandi
7.       Ali bin Babawaeh al-Qomi
8.      Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini
9.       Ibn ‘Aqil al-‘Ummani
10.  Muhammad bin Hamam al-Iskafi
11.  Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi
12.  Ibn Qawlawaeh al-Qomi
13.  Ayatullah Ruhullah Khomeini
14.  Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba’i
15.   Sayyid Husseyn Fadhlullah
16.  Murtadha Muthahhari
17.   ‘Ali Syari’ati
18.  Jalaluddin Rakhmat
19.  Hasan Abu Ammar

D. Sekte-sekte Syi’ah dan Ajarannya
1.   Syi’ah Imamiah (Syi’ah Dua Belas)
Dinamakan Syiah Imamiah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religio-politik, yaitu bahwa Ali berhak menjadi Khalifah bukan hanya kecakapannya atau kemulian akhlaknya, tetapi Ia telah ditunjukkan dan pantas menjadi Khalifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, sekte Imamiah adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhamamd telah melakukan penunjukkan yang tegas atas kepemimpinan Ali setelah beliau wafat. Oleh karena itu,mereka betul-betul menolak kepemimpinan Abu Bakar, Umar dan
Utsman.
Syi'ah Isma'iliyah misalnya, kelompok ini berhasil mendirikan dinasti Fathimiyah di Mesir dan Pemimpinnya menyatakan diri sebagai Khalifah tandingan Abbasiyah setelah berhasil mengadakan beberapa pemberontakan. Beberpa doktrin bermasalah yang dibawa gerakan ini diantaranya; perintah syari'at Islam hanya berlaku bagi orang awam saja, para Nabi dan Rasul hanyalah seorang mujaddid, para filusuf mampu mencapai kedudukan yang sejajar dengan Nabi dan Rasul, Al- Qur'an hanya dapat dimengerti oleh orang-orang tertentu karena memiliki arti lahir dan arti bathin, serta hanya berfungsi sebagai pensucian jiwa saja. Keyakinan gerakan Isma'liyah yang aneh ini berakar dari perpaduan ajaran syi'ah dengan filsafat neo Platonisme,
dan sufistik ala Ikhwan as Shafa. [9]
Dalam perkambangannya, Syi'ah Dua Belas mengalami perkembangan pemahaman. Berikut ini adalah beberapa pemahaman atau ajaran pokok syi'ah Dua Belas antara lain:
a.    Al-Ishmah yang mengajarkan atau meyakini bahwa imam itu seperti Nabi.
b.   Al-mahdiah yaitu meyakini adanya imam mahdi yang masuk kedalam lorong. Imam mahdi telah ditunggu-tunggu kedatangannya oleh para pengikut aliran syi’ah Dua Belas ini.
c.    At-taqiyyah. adalah menyembunyikan faham yakni, menyembunyikan paham  yang  sebenarnya  dan  menampakkan  paham  yang  lain dari apa
yang ada didalam hatinya.
d.   Al-Raj’ah mengajarkan dan percaya bahwa imam Mahdi kelak akan muncul ditengah-tengah umat islam.
e.    Nikah Mut’ah yang dibolehkan dalam aliran syi’ah 12.
Nama Dua Belas ini mengandung pesan penting dalam tinjauan sejarah, yaitu bahwa golongan ini terbentuk setelah lahirnya semua imam yang berjumlah 12, kira-kira pada tahun 260 H/878 M. Imam ke 12, Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan gaibah oleh para pengikut sekte ini.[10]
2.   Syi'ah Zaidiyah
Sekte Zaidiyah adalah para pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin (Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin / Zaid bin Ali As Sajjad). Zaid merupakan saudara kandung Abu Ja'far Muhammad Al Baqir putera dari Ali bin Husein Zainal Abidin. Beliau  merupakan tokoh alhul bait yang terkenal memiliki keilmuan, kefaqihan dan kewara'an yang tinggi. Dimasa Zaid inilah, sekte Syi'ah yang dikenal dengan Syi'ah Rafidhah mulai dikenal.
Sekte-sekte yang lahir dari rahim Zaidiyah ini dikemudin hari adalah; Jarudiyah, Sulaimaniyah, dan Batriyah atau as Salihiyah. Sekte Jarudiyah adalah pengikut Abi Jarud Zuyad bin al Mundziry al 'Abdi. Sekte ini menganggap Nabi Muhammad telah menentukan Ali sebagai imam setalahnya, namun tidak dalam bentuk yang tegas melainkan hanya dengan Isyarat (secara tidak langsung) atau dengan al washf (menyebut-nyebut keunggulan Ali dibandingkan lainnya).
Sementara itu, sekte Sulaimaniyah adalah pengikut Sulaiman bin Jarir. Sekte ini beranggapan bahwa masalah imamah dapat ditentukan dengan syura. Namun dalam hal ini ummat telah melakukan sesalahan dalam berbai'at kepada Abu Bakar dan Umar, karena sesungguhnya ada yang lebih baik dari mereka yaitu Ali. Akan tetapi bai'at mereka tetap sah karena mereka menerima al mafdhul ma'a wujud al afdhal. Akan tetapi kelompok ini telah mengkufurkan Amirul Mu'minin Utsman bin Affan karena dianggap telah menyimpang dari Islam. Mereka juga mengkufurkan Ummul Mu'minin A'isyah, Zaid, dan Thalhah karena talah berperang terhadap Ali.
Sekte ini juga dikenal dengan al Jaririyah.
Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya:
a.    Meyakini seseorang dari keturunan Fathimah (puteri Nabi) yang melancarkan pemberontakan dalam membela kebenaran, dapat diakui sebagai imam, jika ia memiliki pengetahuan keagamaan, berakhlak mulia, berani, dan murah hati. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa siapapun dari keturunan Ali bin Abi Thalib dapat menjadi imam, bisa lebih dari seorang dan bahkan tidak ada sama sekali. Jabatan imam dapat dikukuhkan berdasarkan kemampuan dalam memimpin dan dapat juga berdasarkan latar belakang pendidikan.
b.   Ajaran Syi’ah Zaidiyah mengenai kepemimpinan Khulafa al-Rasyidin, mengakui kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Utsman pada awal masa pemerintahannya, meskipun Ali bin Abi thalib dinilainya sebagai sahabat yang paling mulia. Dalam kaitan ini, terdapat konsep Syi’ah Zaidiyah yang berbunyi : جواز امامة المفضول مع وجود الأفضل . Yang dimaksud dengan المفضول adalah Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Usman. Sedangkan yang dimaksud dengan الأفضل ialah Ali bin Abi Thalib.
c.    Dalam ajaran Syi’ah Zaidiyah, tidak mengakui paham ishmah, yaitu keyakinan bahwa para imam dijamin oleh Allah dari perbuatan salah, lupa dan dosa. Mereka juga menolak paham rajaah (seorang imam akan muncul sesudah bersembunyi atau mati), paham mahdiyah (seorang imam yang bergelar al-Mahdi akan muncul untuk mengambangkan keadilan dan memusnahkan kebatilan), dan paham taqiyah (sikap kehati-
hatian dengan menyembunyikan identitas di depan lawan).
d.   Dari segi ushul atau prinsip-prinsip umum Islam, ajaran Syi’ah Zaidiyah mengikuti jalan yang dekat dengan paham Mu’tazilah atau paham rasionalis. Adapun dari segi furu’ atau masalah hukum dan lembaga-lembaganya, mereka menerapkan fikih Hanafi (salah satu mazhab fikih dari golongan Sunni).
3.   Syi’ah  Sab’iah
Istilah Syi’ah Sabi’ah atau Syi’ah tujuh dianalogikan dengan Syi’ah Dua Belas. Istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte syi’ah yang ini hanya mengakui tujuh imam. Tujuh Imam itu ialah Ali, Hasan, Husain, Ali zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq, dan Ismail Bin Ja’far. Karena dinisbatkan pada Imam ketujuh, Ismail bin Ja’far Ash-Shadiq, Syi’ah Sabi’ah disebut juga Syi’ah Ismailiyah.  
Cabang syi’ah tujuh antara lain adalah Qaramithah dan Fathimiyah. Qaramithah mengamalkan pokok-pokok ajaran antara lain tata cara berdakwah, tentang Ilahiyat, Nubuah, Imamah Syari’at dan Kiamat. Sedangkan pada kelompok Fatimiyah yang berkembang di Afrika Utara dan Barat, juga berkembang di Mesir, Persia dan Pakistan.
Ajaran-ajaran Syi’ah sab’iah yang lainnya antara lain:
a.    Sabi’ah berpendapat bahwa walaupun terlihat  melakukan kesalahan dan menyimpang dari syari’at, seorang imam sesungguhnya tidak menyimpang karna mempunyai pengetahuan yang tidak dimiliki manusia biasa.  Konsep  kemaksuman  imam  seperti  itu  merupakan  konsekuensi
logis dari doktrin Sab’iah tentang pengetahuan imam akan ilmu batin.
b.   Ada satu sekte dalam Sab’iah yang berpendapat bahwa Tuhan mengambil tempat dalam diri imam. Oleh karena itu, imam harus disembah. Salah seorang khalifah dinasti Fatimiyah, Al-Hakim bin Amrillah (1.375 H), berkeyakinan bahwa dalam dirinya terdapat Tuhan karena ia memaksa rakyat supaya menyembahnya.
c.    Menerut Sab’iah, Al-Qur’an memiliki makna batin selain yang Lahir. Dikatakan bahwa segi-segi Lahir atau tersurat dari Syari’at itu diperuntukan bagi orang Awam yang kecerdasaanya terbatas dan tidak memiliki kesempurnaan rohani.
d.   Dengan prinsip Takwil, Sab’iah menakwilkan misalnya ayat Al-Qur’an tentang puasa dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam, dan ayat Al-Qur’an tentang Haji dengan mengunjungi imam. Bahkan, diantara mereka ada yang menggugurkan kewajiban ibadah. Mereka itu adalah orang-orang yang telah mengenal imam dan mengetahui takwil (melalui imam).[11]
4.   Syi’ah Ghullat
Syi'ah Ghulat adalah sebutan untuk kelompok syi'ah yang ekstrim. Mereka adalah pengikut Ali yang terlampau jauh melakukan pemujaan terhadap sosok dan kepemimpinan beliau. Tidak hanya itu, merek juga meyakini para imam-imam pengganti setelahnya bukan sebagai manusia biasa,melebihi kedudukan nabi, bahkan hingga ketingkat sesembahan (Ilah).
Kelompok Ghulat dapat dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu Saba'iyah dan al Ghurabiyah. Golongan Saba'iyah berasal dari pencetus ide-ide Syi'ah awal yaitu Abdullah bin Saba'. Nama Abdullah bin Saba' diakui oleh pembesar Syi'ah seperti Al Qummi di dalam kitabnya Al Maqâlat wa al Firâq, sebagai seseorang yang pertamakali menobatkan keimamahan Ali dan mencela Abu Bakar, Umar dan Utsman serta para sahabat lainnya. Kelompok saba'iyah juga beranggapan bahwa Ali tidak dibunuh oleh Abdurrahman Ibn Muljam melainkan seseorang yang diserupakan wajahnya seperti Ali. Menurut mereka Ali telah naik kelangit dan disanalah tempatnya. Petir adalah suaranya dan Kilat adalah senyumnya. Kelompok lainnya adalah al Ghurabiyah. Kelompok ini telah menganggap Malaikat Jibril salah alamat dalam memberikan risalah Allah kepada Muhammad. Seharusnya  yang  menerima  kerasulan  itu  adalah Ali bin Abi Thalib. Oleh
sebab itulah Allah terpaksa mengakui Muhammad sebagai utusan-Nya.
Adapun menurut Syahrastani ada enam doktrin yang membuat mereka ekstrim yaitu:
a.    Tanasukh, yang merupakan keluarrnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari falsafah Hindu. Penganut agama Hindu berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara berpindah ke tubuh hewan yang lebih rendah dan diberi pahala dengan cara berpindah dari satu kehidupan kepada kehidupan yang lebih tinggi.
b.   Bada’,  yang merupakan keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya sejalan dengan perubahan ilmuNya, serta dapat memerintahkan dan juga sebaliknya. Syahrastani menjelaskan lebih lanjut bahwa bada’ dalam pandangan Syi’ah Ghulat  memiliki bebrapa arti. Bila berkaitan dengan ilmu, maka artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan yang diketahui Allah.
c.    Raj’ah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi. Faham raj’ah dan mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh sekte dalam Syi’ah.
d.   Tasbih artinya  menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham hululiyah dan tanasukh dengan khaliq.
e.    Hulul  bagi  Syi’ah  Ghulat  berarti  Tuhan   menjelma  dalam  diri  imam
sehingga imam harus disembah.
f.    Ghayba yang artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Konssep ghayba pertama kali diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi pada tahun 66 H/686 M di Kufa ketika mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah sebagai Imam Mahdi. [12]















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.   Syi’ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang paling berhak menjadi imam umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad SAW ialah keluarga Nabi saw sendiri (Ahlulbait).
2.   Bibit syi’ah telah muncul sejak meninggalnya Nabi, yaitu mereka yang tidak sepakat dengan kepemimpinan Abubakar as-Shiddiq sebagai khalifah. Selanjutnya sekte-sekte aliran syi’ah sangat banyak.
3.   Dalam pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq.
4.   Para ahli umumnya membagi sekte Syi’ah ke dalam empat golongan besar, yaitu Syi’ah Imamiah (Syi’ah Dua Belas), Syi'ah Zaidiyah, Syi’ah  Sab’iah dan Syi’ah Ghullat.

B.  Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, itu semua hanyalah keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki dan hanya mengandalkan buku referensi. Maka dari  itu penulis menyarankan agar para pembaca makalah ini dapat mendalami makalah ini, agar setelah membaca makalah ini, pembaca  membaca sumber-sumber lain yang lebih komplit. tidak hanya membaca makalah ini saja.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mun’eim al-Nemr, Sejarah dan Dokumen-dokumen Syi’ah. T.tp.: Yayasan Alumni Timur Tengah, 1988.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.

Drs. H. A. Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.

Muhammad Amin Suma, dalam Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 3. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003.

Mulyono, M.A. dan Drs. Bashori, Studi Ilmu Tauhid/Kalam, Malang: UIN-MALIKI PRESS 2010.

Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag. dan Prof. Dr. H. Rosihin Anwar, M.Ag. Ilmu Kalam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Soekama Karya, dkk., Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, sejarah & pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009.

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.













[1] Abdul Mun’eim al-Nemr, Sejarah dan Dokumen-dokumen Syi’ah (T.tp.: Yayasan Alumni Timur Tengah, 1988), hlm. 34-35.
[2] Soekama Karya, dkk., Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), cet. ke-1, hlm. 125.
[3] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 904.
[4] Teungku Muhammad Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid atau Kalam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2009), hlm.109.
[5] Muhammad Amin Suma, dalam Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 3 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), cet. ke-3, hlm. 343.
[6] Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M.Ag. dan Prof. Dr. H. Rosihin Anwar, M.Ag. Ilmu Kalam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012 hal. 89-106.
[7] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 5 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), cet. ke-4, hlm. 5.
[8] Ibid, hlm.13-15.
[9] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, sejarah & pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009.hal. 109-127
[10] Mulyono, M.A. dan Drs. Bashori, Studi Ilmu Tauhid/Kalam, Malang: UIN-MALIKI PRESS 2010. hal. 108-116.
[11] Drs. H. A. Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.hal. 44.
[12] Teungku Muhammad Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid atau Kalam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2009), hlm.135.

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...