Monday 5 June 2017

ASKEP GERONTIK "ASAM URAT"

ASUHAN  KEPERAWATAN  GERONTIK PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
 “ASAM URAT”





OLEH :

NAMA : NUR ASTIANI
NIM : 15 14201 057








SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PRIMA BONE

 
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT

A.      Konsep Dasar Penyakit
1.         Definisi
a.         Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis). Penyakit ini merupakan gangguan metabolik karena asam urat (uric acid) menumpuk dalam jaringan tubuh, yang kemudian dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal asam urat didalam persendian (Wijayakusuma, 2006).
b.        Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan (Sustrani, 2004).
c.         Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu (Hidayat, 2007).
d.        Kadar normal asam urat  darah dalam rata-rata adalah antara 3 – 7 mg/dl, dengan perbedaan untuk pria 2,1 – 8,5 mg/dl dan wanita 2,0 – 6,6 mg/dl. Untuk mereka yang berusia lanjut kadar tersebut lebih tinggi. Gangguan asam urat terjadi bila kadar tersebut mencapai lebih dari 12 mg/dl (Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007).
e.         Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagia atas,pergelangan dan kaki bagian tengah. (Muttaqin, Arif. 2008).
f.         Gout merupakan kelompok keadaan hetero genous yang berhubungan dengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001).
2.         Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia (Muttaqin, Arif. 2008). Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :
a.         Pembentukan asam urat yang berlebih.
1)    Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
2)    Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit lain, seperti leukimia.
b.        Kurang asam urat melalui ginjal.
1)   Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui
2)   Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
3.         Patifisiologi
Menurut Corwin (2009) Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
a.         Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
b.        Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
c.         Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
d.        Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
e.         Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
4.         Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer Arif, (2001) Gout berkembang dalam 4 tahap :
a.         Tahap Asimptomatik :
Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.
b.        Tahap Akut :
Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak,
umumnya terjadi pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.

c.         Tahap Interkritikal :
Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.
d.        Tahap Kronik :
Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak dan kaku pada sendi yang sakit.
5.         Test Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah (> 6mg/dl). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8 mg/dl dan pada wanita 7 mg/dl. Pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepatlagi bila dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis ringan dengan LED meninggi sedikit. Kadar asam urat dalam urin juga sering tinggi (500 mg/dl/24 jam).
Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan gambarankristal asam urat (berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik. Pemeriksaan diagnostic dapat berupa :
a.         Asam urat meningkat
b.        Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat (selama fase akut)
c.         Pada aspirasi sendi ditemukan aam urat
d.        Pemeriksaan urin
e.         Rontgen
6.         Komplikasi
a.         Nodulus reumatoid ekstrasinovialdapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru, mata, atau limpa. Funngsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
b.        Vasulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosist dan infark. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
7.         Penatalaksanaan
Perawatan yang dapat dilakukan berupa tindakan darurat sewaktu terjadi serangan, pengobatan dokter, dan perawatan sendiri setelah memperoleh diagnosa. Bila terjadi serangan gout secara tiba-tiba maka tindakan darurat yang bisa dilakukan adalah (Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007 ) ;
a.         Istirahatkan sendi agar lekas sembuh, beri kompres dingin beberapa jam sekali  selama 15 sampai 20 menit pada sendi yang nyeri untuk mengurangi nyeri .
b.        Minum obat penahan sakit (analgesik biasa),  untuk menghilangkan rasa nyeri.
c.         Minum banyak air (lebih dari 3,5 liter atau 8 sampai 10 gelas sehari) untuk membantu mengeluarkan asam urat dari tubuh melalui urin.
d.        Bila terjadi komplikasi kelumpuhan pada penderita berusia sangat lanjut, perlu dilakukan perawatan khusus untuk melatih agar dapat bergerak mandiri.
Pencegahan ;
Belum ditemukan cara yang efektif, tapi usaha pencegahan asam urat pada umumnya adalah menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan misalnya; latihan fisik berlebihan stres, dan makanan yang mengandung purin berlebihan seperti daging, jerohan (ginjal, hati), bahkan ikan asin. Meskipun serangan berulang dapat dicegah dengan pemberian obat, tetapi mengurangi konsumsi makanan berlemak dan alkohol dapat memperkecil kemungkinan terjadi serangan gout.
Mengenali jenis makanan yang kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah. Dengan demikian  dapat mengontrol asupan semaksimal mungkin. Adapun jenis bahan makanan yang dapat dikenali adalah (Yenrina, 2008 ) ;
a.       Kadar tinggi (150-180 mg/100 g) :Jerohan (hati,ginjal,jantung, limpa, paru, otak) dan sari pati daging.
b.      Kadar sedang (50-150 mg/ 100 g) :Daging sapi, udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, asparagus dan jamur.
c.       Kadar rendah (dibawah 50 mg/100 g ) : Gula telur dan susu
Mengimbangi konsumsi makanan tersebut dengan minum air yang banyak  untuk membantu memperlancar pembuangan asam urat oleh tubuh, selain itu bila tergolong gemuk sebaiknya mengurangi berat badan dengan melakukan olah raga yang juga bermanfaat untuk mencegah kerusakan sendi.

B.       Konsep Dasar Lansia
1.         Definisi Lansia
a.         Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
b.        Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).
c.         Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).
2.         Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.         Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
b.        Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif
c.         Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
3.         Klasifikasi Lansia
a.         Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b.        Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c.         Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d.        Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e.         Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
4.         Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan),banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a.         Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b.        Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
c.         Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d.        Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e.         Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
5.         Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a.         Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b.        Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c.         Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d.        Mempersiapkan kehidupan baru.
e.         Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
f.         Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

C.      Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Aktivitas/istirahat
Gejala:
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari.
Tanda: malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot,
Kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot
b.      Kardiovaskuler
Gejala : jantung cepat, tekanan darah menurun
c.       Integritas ego
Gejala: faktor-faktor stress akut atau kronis : misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan keputusasaan dan
ketidak berdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan orang lain
d.      Makanan atau cairan
Gejala:Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual,anoreksia,kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan,kekeringan pada membran mukosa
e.       Higiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain.
f.       Neurosensori
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda: pembengkakan sendi
g.      Nyeri / kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri terasa nyeri kronis dan kekakuan
1)      Tanyakan keluhan nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu jari kaki
atau pada sendi-sendi lain. Bagaimana gejala awalnya dan bagaimana klien menanggulanginya, adakah riwayat gout dalam keluarga. Obat-obatan yang diperoleh
2)      Tentukan apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan kemerahan, demam subfebris, periksa adanya nodul diatas sendi.
h.      Keamanan
Gejala: kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa
2.      Diagnosa Keperawatan
1)      Nyeri akut/kronis behubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal pada membran sinovial, tulang rawan/ kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout
2)      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi
3)      Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus
3.      Intervensi
No. DX
Tujuan &
kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Setelah dilakukan tindakan kep. Selama 3x24 jam nyeri berkurang/hilang
KH:
·         Pasien tampak rileks
·         Pasien melaporkan penurunan nyeri
·         Nyeri berkurang Skala nyeri menjadi 0-1
ü 
1.      Kaji dan observasi lokasi, intensitas, dan tipe nyeri.


2.      Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor pencetus
3.      Jelaskan dan bantu pasien terkait dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi
4.      Ajarkan teknik relaksasi terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri

5.      Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat analgetik dan allopurinol.
1.      Untuk mengetahui respon subjektif pasien dalam melaporkan nerinya dan skala nyeri
2.      Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri

3.      Untuk mengetahui keefektifan dalam mengurangi nyeri

4.      Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi dan mengurangi nyeri
5.      Menurunkan kadar asam urat serum dan mengurangi nyeri pasien.
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam psien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
KH:
·         Pasien tidak mengalami kontraktur sendi
·         Kekuatan otot bertambah
·         Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan
1.      Kaji mobilitas yg ada dan observasi adanya peningaan kerusakan

2.      Anjurkan pasien melakuka latihan gerak aktif pada ektremitas yang tdk sakit



3.      Bantu pasien melakukan latihan dan perawatan diri

4.      Kolaborasi dengn ahli fisioterapi untuk latihan fisik pasien
1.      Mengethui tingkat kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
2.      Gerakan aktif memberi masaa, tonus dan kekuatan otot, serta memperbaiki fugi jantung dan pernafasan
3.      Untuk mempertahankan sendi sesuai kemampuanya.
4.      Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkandengan latihan fisik.
3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan citra diri pasien meningkat
KH:
·         Pasien mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
·         Pasien menunjukkan penerimaan penampilan
·         Mengenali perubahan aktual pada fungsi tubuh.
1.      Kaji perubahan persepsi dan berhubunganya dg derajat ketidkmampuan


2.      Ingatkan kembali realita bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat
3.      Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
4.      Dukung perilaku/usaha peningkatan minat partisipasi dlm aktivitas rehabilitasi

5.      Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi& koseling bila ada indikasi
1.      Menentukan bantuan individual dlm menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
2.      Membantu pasien bahwa perawat menerima kedua bagian dari seluruh tubuh

3.      Membantu meningkatkan perasaan harga diri&mengontrolnya
4.      Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan&memahami peran individu dimasa mendatang
5.      Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan

4.         Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Nursalam, 2008).
5.         Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A, 2008).


LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASAM URAT



A.      PENGKAJIAN
1.      Identitas klien
Nama                                      : Tn. S
Umur                                      : 74 tahun
Jenis kelamin                          : Laki-laki
Agama                                    : Islam
Status perkawinan                  : Belum Menikah
Alamat                                   : Watampone
Pendidikan terahir                  :
No RM                                   :
Tanggal masuk                       :
2.      Orang yang dapat dihubungi
Nama                                      : Tn. T
Umur                                      : 52 tahun
Jenis kelamin                          : Laki-laki
Pekerjaan                                : Akabri
Agama                                    : Islam
Alamat                                   : Watampone
Hubungan dengan lansia        : Adik kandung
3.      Riwayat Kesehatan
a.        Keluhan Utama
Klien mengatakan sering merasakan nyeri di kedua kakinya (lutut) bila jongkok, dan kadang kaku pada kedua tangannya (jari)
b.      Kesehatan sekarang
Klien mengatakan sudah 5 bulan menderita asam urat, klien mengatakan bila jongkok kedua kakinya (lutut) sakit dan kadang
kaku  pada kedua tangannya (jari).
Pengkajian nyeri:
O : sejak 5 bulan yang lalu
P : jika jongkok dan banyak gerak
Q : seperti patah
R : kedua kaki kanan dan kiri (lutut) dan kedua tangan (jari)
S : 6
T : menetap
Kekuatan otot :
 5     5
  5     5
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah di operasi usus buntu tahun 1964, klien pernah di operasi ambyen tahun 1974, Klien mengatakan sudah 5 bulan menderita asam urat
d.   Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan, dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit asam urat atau penyakit lainnya.
4.      Penyakit yang diderita sekarang
Klien menderita asam urat
5.       Riwayat Pekerjaan
-       Pekerjaan saat ini              : Tidak bekerja
-       Pekerjaan sebelumnya      : Cleaning service
-       Sumber pendapatan         : tidak ada, kebutuhan klien ditanggung oleh keluarga (anak ponakan).
6.       Riwayat Lingkungan Hidup (saat lansia tinggal sekarang)
a.    Tipe Tempat Tinggal        : permanen
b.    Jumlah Kamar                  : 6 kamar
c.    Kondisi tempat tinggal    : Wisma Dahlia secara keseluruhan lingkungannya bersih, tertata rapi, pencahayaan cukup, lantai keramik tidak licin, kamar mandi bersih, dan jendela selalu terbuka pada pagi hari. Kamar klien bersih, tertata rapi, tidak licin, tidak tercium aroma
tidak sedap
7.      Riwayat Rekreasi
Klien mengatakan jarang berekreasi ke tempat-tempat wisata, pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarga besar juga kadang-kadang, sehari- Deskripsi kekhususan
Klien beragama islam, klien mengatakan sholat 5 waktu ketika asam uratnya tidak kambuh, saat kambuh klien hanya tidur saja di kamr
8.      Aktivitas Hidup Sehari-hari
Indeks KATZ : A/B/C/D/E/F/G
No
Kegiatan
Keterangan
Hasil
1.
Mandi
Klien mandi secara mandiri tanpa bantuan orang lain
A
2.
Berpakaian
Klien berpakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain
A
3.
Berpindah
Klien berpindah secara mandiri tanpa bantuan orang lain
A
4.
Toileting
Klien toileting  secara mandiri tanpa bantuan orang lain
A
5.
Makan
Klien makan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
A
6.
Kontinensia
Klien kontinensia secara mandiri tanpa bantuan orang lain
A

Keterangan:
Skor
Kriteria
A
Kemandirian dalam hal mandi, toileting, berpakaian dan makan
B
Kemandirian dalam hal semua aktivitas sehari-hari, kecuali satu fungsi tersebut
C
Kemandirian dalam hal semua aktivitas, kecuali mandi, dan satu fungsi tersebut
D
Kemandirian dalam semua kativitas sehari-hari kecuali mandi dan berpakaian dan salah satu fungsi tersebut
E
Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari kecuali mandi, berpakaian, toileting, dan salah satu fungsi tersebut
F
Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari kecuali mandi, berpindah, toileting, berpakaian dan salah satu fungsi tersebut
G
Ketergantungan dalam semua fungsi tersebut
Lain- lain
Ketergantungan dari sedikitnya dua fungsi tersebut tapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai A, B, C,D, E, F, G
Interprestasi:
Hasil indeks KATZ klien adalah A.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mampu melakukannya dengan sendiri tanpa bantuan orang lain
1)      Oksigenasi
Tidak terpasang alat bantu pernapasan. RR: 22 x/menit, tidak ada keluhan sesak napas.
2)      Cairan dan elektrolit
Klien mengatakan setiap hari minum air putih ±2-5 gelas, ditambah teh, susu.
3)      Nutrisi:
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi sedang , diwaktu siang klien makan nasi, lauk dan buah. Klien mengatakan sedikit tahu mana makanan patangan untuk penderita asam urat.
4)      Eliminasi:
Klien mengatakan dalam sehari BAB 1 kali sehari tiap pagi dengan konsistensi lembek, tidak ada keluhan konstipasi, sedangkan BAK dalam sehari 3-4 kali
5)      Aktivitas:
Dalam melakukan aktivitas sehari (makan, mandi, toileting, berpindah), klien masih mampu melakukannya dengan sendiri atau mandiri hanya mencuci pakaian klien susahmelakukannya. klien tidak pernah melakukan senam asam urat
6)      Istrahat dan tidur:
Klien mengatakan disiang hari selalu istrahat (tidur) karena bila klien beraktifitas terasa nyeri pada persendian.

7)      Personal hygiene:
Klien mengatakan gosok gigi 1 kali sehari dilakukan saat mandi, klien mandi 2 kali sehari. Klien tampak bersih dan rapi
8)      Rekreasi:
Klien mengatakan jarang berekreasi ke tempat-tempat wisata, pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarga besar juga kadang-kadang, sehari-hari cuman main bersama teman-teman panti.
9)       Psikologi:
(1).  Persepsi klien:
Klien merasa sedikit terganggu dengan keadaan dirinya saat ini.
(2). Konsep diri:
(a)    Gambaran diri:
Klien adalah seorang perjaka yang tidak memiliki seorang anak, dan hidupnya sekarang tergantung pada keluarga besar.
(b)   Ideal diri:
Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas dengan mandiri
(c)    Peran diri:  
Klien seorang perjaka yang tidak memiliki seorang anak yang sekarang menjadi penghuni panti di wisma D
(d)   Harga diri:
Klien mengatakan dirinya bahagia dengan keadaannya sekarang di panti  
(e)    Identitas diri:
Klien mampu menyebut nama, usia, jenis kelamin.
Nama : Tn. S, umur 74 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan seorang perjaka yang beragama islam.
(3). Emosi:
Klien tampak tenang, klien tidak mudah marah, tidak  mudah tersinggung, sering ketawa dan ramah

(4). Adaptasi:
Hubungan klien teman-teman, karyawan, mahasiswa magang di panti baik-baik saja tapi tidak akrab dengan orang asing soalnya klien lebih banyak dikamar
(5). Mekanisme dan pertahanan diri:
Ada resiko cidera atau jatuh karena mata kiri klien tidak dapat melihat, klien mengatakan tidak kuat kalau terkena sinar matahari tapi klien tampak kuat/tidak lemah dan lelah. Tidak ada penurunan kekuatan otot. Klien juga mengatakan jika ada masalah selalu berdo’a dan memohon petunjuk dari Tuhan.
10)  Status Mental
Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
No
Pertanyaan
Benar
Salah
1
Tanggal berapa hari ini?
ü   
-
2
Sekarang hari apa?
ü   
-
3
Apa nama tempat ini?
ü   
-
4
Dimana alamat anda?
ü   
-
5
Berapa umur anda?
ü   
-
6
Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)


7
Siapa nama presiden Indonesia sekarang?
ü   

8
Siapa nama presiden Indonesia sebelumnya
ü   

9
Siapa nama ibu anda?
ü   

10
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun


Total
10
0
Keterangan:
0-3       : Fungsi intelektual utuh
4-5       : Kerusakan intelektual ringan
6-8       : Kerusakan intelektual sedang
9-10     : Kerusakan berat
Penjelasan: status mental pasien dengan fungsi intelektual utuh, dimana klien dapat mengingat semuanya dengan baik.

11)     Skala Jatuh Morse
No.
Kriteria
Keterangan
Skor
Ket.
1
Riwayat jatuh baru saja atau dalam waktu 3 bulan
Ya : 25.
Tidak : 0
0
Tidak ada riwayat jatuh baru saja atau dalam waktu 3 bulan
2
Diagnosa lain
Ya : 25.
Tidak : 0
25
Maag dan nyeri di mata
3
Bantu jalan
Tidak ada tirah baring, dikursi roda, bantuan perawatan : 0
Tongkat ketiak (cruth), alat bantu jalan (walker) : 15
Furniture : 30
0
Dalam berjalan, klien tidak menggunakan alat bantu jalan
4
IV/heparin lock
Ya : 25.
Tidak : 0
0

5
Cara berjalan/berpindah
Normal, tirah baring, tidak bergerak : 0
Lemah ; 10
Terganggu : 20
0
Dalam berpindah tidak ada kesulitan (normal)
6
Status mental
Mengetahui kemampuan diri : 0
Lupa keterbatasan : 15
0
Klien masih dapat mengingat dengan baik dan mengetahui kemampuan diri
Keterangan :
0-24          : tidak ada resiko (tidak ada tindakan)
25-50       : resiko rendah (lakukam tindakan pencegahan jatuh standar)
≥50           : resiko tinggi (lakukan intervensi pencegahan jatuh resiko tinggi)
Hasil: hasil skala jatuh Morse yaitu nol (25), artinya resiko rendah (lakukam tindakan pencegahan jatuh standar) klien
12)    Tinjauan Sistem
Keadaan Umum               : Baik
Tingkat kesadaran            : composmentis
GCS                                 : 15 (E4 M5 V6)
Tanda-tanda Vital            :
TD      : 120/70 mmHg
N        : 80 x/menit
RR      : 22 x/menit
S         : 36,50C
13)    Pemeriksaan fisik:
(1)   Kepala dan rambut
a.       Inspeksi:
Bersih, rapi, tidak ada luka, rambut keseluruhan sudah beruban.
b.      Palpasi:
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
(2)   Muka
a.       Inspeksi:
Simetris, tidak ada lesi/luka, tidak bengkak
b.      Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan kulit terasa hangat
(3)   Mata
a.       Inspeksi:
Tidak simetris kanan-kiri, konjungtiva tidak anemis, memakai kacamata (ketika keluar jalan jalan pada siang hari) terlihat sayu pada mata.
(4)   Hidung
a.       Inspeksi:
Tidak ada lesi, tidak ada lender, tidak ada pendarahan, tidak menggunakan alat bantu napas.
b.      Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

(5)   Mulut
a.       Inspeksi:
Membran mukosa lembab, gigi tidak utuh lagi.
(6)   Telinga
a.       Inspeksi:
Tidak ada serumen, antara yang kanan dan kiri simetris, tidak ada luka, terdapat penurunan pendengaran.
(7)   Leher
a.       Inspeksi:
Tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka/lesi
b.      Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
(8)   Dada dan punggung
a.       Paru:
Inspeksi: tidak ada luka, simetris, retraksi kedua paru sama, 
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak ada suara napas tambahan (wheezing/mengi dan ronchi)
b.      Jantung
Auskultasi: s1 dan s2 reguler
(9)   Abdomen dan pinggang
a.       Inspeksi:
Tidak ada luka/lesi, simetris, warna kulit rata
b.      Auskultasi:
Peristaltic 20 x/menit
c.       Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ,
d.      Perkusi:
Timpani
(10)     Genetalia
Klien adalah seorang laki laki yang sudah menopause dan tidak mempunyai istri, dan tidak memiliki anak. Tidak tercium bau tidak sedap, tidak terlihat klien menggaruk-garuk kegatalan.
(11)     System imun
Klien tidak ada riwayat alergi
(12)     Integument
Turgor kulit: tidak kering, tidak ada luka/lesi, keriput
(13)     Ekstremitas
Atas: tangan kanan dan kiri sedikit kaku bila untuk menggenggam, tidak ada edema, tidak ada luka
Bawah: kaki kanan dan kiri bergerak normal cuman kalau untuk duduk (jongkok) sakit, tidak ada luka
Kekuatan otot:
         5    5
                                  5    5
Keterangan:
0 : paralis
1 : tidak ada erakan
2 : gerakan otot penuh menentang gravitasi dan sokongan
3 : gerakan normal menentang gravitasi
4 : gerakan normal menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
5 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan penuh
(14)    System penginderaan
a.       Mata:
Klien tidak bisa melihat dengan baik, agak sedikit kabur ketika melihat cahaya, memakai kacamata hitam ketika keluar,  bisa membedakan warna
b.      Hidung:
Penciuman baik, klien masih bisa membedakan aroma bau dan
harum (parfum, minyak kayu putih)
c.       Telinga:
Klien tidak dapat mendengar dengan baik, ada penurunan fungsi pendengaran
d.      Lidah:
Baik, klien masih bisa membedakan manis dan asin
e.       Peraba:
Klien bisa meraba dan merasakan halus dan kasar
(15)    Data penunjang:-
(16)    Terapi medis
a.    Probenecid (Benemid) 0,5 G/hari
b.    U Sulfinpyrazone (Anturane)
c.    Allopurinol (Zyloprim) 100 Mg 2x/hari.


















DATA FOKUS

Data Subyektif
-          klien mengatakan bila jongkok kedua kakinya (lutut) sakit
-          Klien mengatakan kedua tangannya (jari) sedikit kaku
-          Klien mengatakan sudah 5 bulan menderita asam urat
-          Klien mengatakan dulu pernah sekolah sampai SD
-          Klien mengatakan tidak tahu tentang mana makanan pantangan untuk penderita asam urat
-          Tekanan darah 120/70 mmHg
-          Nadi 80 x/menit
-          Respirasi 22 x/menit
-          Suhu 36,5 0C
-          Pengkajian nyeri:
O : sejak 5 bulan yang lalu
P : jika jongkok dan banyak gerak
Q : seperti patah
R : kedua kaki kanan dan kiri (lutut) dan kedua tangan (jari)
S : 6
T : menetap
Data Obyektif
-            Tangan klien kaku kaku di jari dan persendian
-            Klien terlihat meringis kesakitan bila jongkok
-            klien tampak bingung ditanya tentang diet asam urat
-            klien tampak bingung ditanya tentang rendam air hangat untuk nyeri asam urat
-          TD  : 120/70 mmHg
-          N: 80 x/menit
-          RR  : 22 x/menit
-          S   : 36,50C

ANALISA DATA

No
Tgl/jam
Data (subyektif dan Obyektif)
Etiologi
problem
1.


















04/05/17


















DS:
-          klien mengatakan bila jongkok kedua kakinya (lutut) sakit
-          Klien mengatakan kedua tangannya (jari) sedikit kaku
-          Klien mengatakan sudah 5 bulan menderita asam urat
-          Pengkajian nyeri:
O : sejak 5 bulan yang lalu
P : jika jongkok dan banyak gerak
Q : seperti patah
R : kedua kaki kanan dan kiri (lutut) dan kedua tangan (jari)
S : 4
T : menetap
DO :
-            Tangan klien kaku kaku di jari dan persendian
-            Klien terlihat meringis kesakitan bila jongkok
Agen cidera biologi


















Nyeri akut (kaku pada lutut dan jari)
















No
Tgl/jam
Data (subyektif dan Obyektif)
Etiologi
problem
2.









04/05/15










DS :
-          Klien mengatakan dulu pernah sekolah sampai SD
-          Klien mengatakan tidak tahu tentang mana makanan pantangan untuk penderita asam urat

DO :
-            klien tampak bingung ditanya tentang diet asam urat
-            klien tampak bingung ditanya tentang rendam air hangat untuk nyeri asam urat

Keterbatsan sumber informasi





Kurang pengetahuan











B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN

Prioritas
Diagnosa Keperawatan
1.

2.
Nyeri akut (kaku pada lutut dan jari) berhubungan dengan agen cidera biologi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan sumber informasi


C.      INTERVENSI / PERENCANAAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama              : Tn. S
Umur              :74 tahun
Tanggal          : 04 Mei 2017
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan (NOC)
Kriteria hasil
NIC
Rasional
1
Nyeri akut (kaku pada lutut dan jari)
berhubungan dengan agen cidera biologi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x pertemuan, diharapkan nyeri berkurang.
Mengontrol nyeri (1605)
-          Mampu mengontrol nyeri
-          Mengenali penyebab nyeri
-          Menjelaskan factor penyebab nyeri
-          Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
-          Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, tanda nyeri)
Manajemen nyeri (1400)
-          Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi
-          Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
-          Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
-          Lakukan teknik non farmakologi (rendam air hangat) untuk menurunkan nyeri sendi
-          Anjurkan klien untuk istrahat yang cukup

-       Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, factor penyebab nyeri
-       Mengetahui tindakan selanjutny
-       Untuk mengetahui kualitas nyeri klien

-       Untuk mengurangi nyeri sendi


-       Untuk kenyamanan klien
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan (NOC)
Kriteria hasil
NIC
Rasional
2
Kurang pengetahuan berhubungan keterbatasan sumber informasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan, diharapkan mampu melakukan diet asam urat

-  Mampu  menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
-  Klien mampu menjalankan diet asam urat yang dianjurkan
-  Asam urat dalam batas normal (3-8 mg/dl)


-    Kaji tingkat pengetahuan klien tentang asam urat
-    Identifikasi faktor penyebab, kurangnya pengetahuan tentang asam urat
-    Anjurkan klien untuk melakukan diet asam urat
-    Sediakan informasi sesuai kondisi klien
-    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat asam urat
-   Mengetahui seberapa tahu klien tentang penyakitnya
-   Mengetahui penanganan yang tepat untuk diberikan



-   Wawasan klien tambah luas



D.      IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN GERONTIK

Nama              : Tn. S                                                            
Umur              :74 tahun
Diagnosa keperawatan
Tgl/jam
Implementasi
Respon
Evaluasi
Nyeri akut (kaku pada lutut dan jari)
berhubungan dengan agen cidera biologi

04-05-2017
11.00






-       Mengkaji nyeri secara komperhensif (lokasi, intensitas, skala, dan waktu)
-          Mengobservasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
-          Menggunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
-          Lakukan teknik non farmakologi (rendam kaki dengan air hangat) untuk menurunkan nyeri sendi
-          Anjurkan klien untuk istrahat yang cukup
-   Lokasi nyeri pada lutut (bila jongkok), tangan kaku (jari), skala: 4, waktu: disaat klien jongkok
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSLBXS0x4AM0Y2aSGlkVflgoS2YYfgLO4sSokfy_RWiaj0q_Fpj
-   Klien kooperatif dan mau istarahat bila nyerinya tiba
-   Klien mau mendengarkan anjuran perawat
-   Klien mau melakukan teknik non farmakologi (rendam kaki dengan air hangat)
-   Klien mengatakan selalu mengutamakan istirahat

S:
-       Klien mengatakan masih terasa sakit, seperti dipatahkan dengan sakala 3
O : sejak 5 bulan yang lalu
P : jika jongkok dan banyak gerak
Q : seperti patah
R : kedua kaki kanan dan kiri (lutut) dan kedua tangan (jari)
S : 4
T : menetap
O :
-       Pasien kooperatif melakukan senam
-       Klien mau melakukan nafas dalam
-       Klien mau melakukan istrahat yang cukup

A :
-       Masalah teratasi sebagian
P :
-       Lanjutkan intervensi
Kurang pengetahuan berhubungan keterbatasan sumber informasi

04-05-2017
11.10









-    Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang asam urat
-    Mengidentifikasi faktor penyebab, kurangnya pengetahuan tentang asam urat
-    Anjurkan klien untuk melakukan diet asam urat
-    Sediakan informasi sesuai kondisi klien
-    Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat asam urat
-          Klien mengatakan sedikit tahu tentang asam urat
-          Klien mengatakan dirinya hanya pernah sekolah sampai SD
-          Klien mengatakan paham dengan diet asam urat yang diajanjurkan
-          Klien bingung saat ditanya tentang asam urat
-           
S :
-   Klien mengatakan dirinya pernah sekolah sampai SD
-   Klien mengatakan tahu tentang asam urat
-   Klien mengatakan paham tentang diet asam urat
O :-
-   klien bingung ditanya tentang senam dan diet asam urat
-   informasi senam asam urat
-   Informasi diet asam urat
Klien kooperatif dan tampak mendengarkan penjelasan
-   Klien dapat melakukan terapi asam urat
A :
masalah teratasi sebagian
P :
 lanjutkan intervensi
-          Menyediakan informasi senam asam urat dan diet asam urat
Memotivasi klien untuk melakukan diet asam urat
















DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2009.

Herdman, 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Hidayat,A.A.A.(2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kusuma H. (2013). Aplikasi Nanda NIC-NOC. Yogyakarta. Media Action

Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.

Muwarni Dan Priyantari (2010). Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Home Care Dan Komunitas. Yogyakarta. Fitramaya



No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...