ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. S
DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
“ASAM URAT”

OLEH :
NAMA : NUR ASTIANI
NIM : 15 14201 057
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PRIMA BONE
|
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT
A.
Konsep Dasar Penyakit
1.
Definisi
a.
Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout
artritis). Penyakit ini merupakan gangguan metabolik karena asam urat (uric
acid) menumpuk dalam jaringan tubuh, yang kemudian dibuang melalui urin.
Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal asam urat
didalam persendian (Wijayakusuma, 2006).
b.
Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan
protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti
kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan
dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan (Sustrani, 2004).
c.
Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal
dari makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam
setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain,
dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan
makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita.
Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan
dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena
penyakit tertentu (Hidayat, 2007).
d.
Kadar normal asam urat darah dalam
rata-rata adalah antara 3 – 7 mg/dl, dengan perbedaan untuk pria 2,1 – 8,5
mg/dl dan wanita 2,0 – 6,6 mg/dl. Untuk mereka yang berusia lanjut kadar
tersebut lebih tinggi. Gangguan asam urat terjadi bila kadar tersebut mencapai
lebih dari 12 mg/dl (Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007).
e.
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan
penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada
kaki bagia atas,pergelangan dan kaki bagian tengah. (Muttaqin, Arif. 2008).
f.
Gout merupakan kelompok keadaan hetero genous yang berhubungan dengan
defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth.
2001).
2.
Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya
kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang
dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia (Muttaqin, Arif. 2008). Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :
a.
Pembentukan asam urat yang
berlebih.
1) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
2) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit
lain, seperti leukimia.
b.
Kurang asam urat melalui
ginjal.
1) Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal
yang sehat. Penyabab tidak diketahui
2) Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis
kronik atau gagal ginjal kronik.
3.
Patifisiologi
Menurut Corwin (2009) Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam
darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan.
a.
Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium
urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya
bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan
dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
b.
Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan
selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
c.
Fagositosis
Kristal difagositosis
olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling
kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
d.
Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn
lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara
permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan
pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
e.
Kerusakan sel
Setelah terjadi
kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang
menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
4.
Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer Arif, (2001) Gout berkembang dalam 4
tahap :
a.
Tahap Asimptomatik :
Pada tahap ini kadar asam
urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.
b.
Tahap Akut :
Serangan akut pertama
datang tiba-tiba dan cepat memuncak,
umumnya terjadi pada tengah
malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada sendi
yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan
sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
c.
Tahap Interkritikal :
Pada tahap ini penderita
dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas olahraga tanpa
merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang
bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada
serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali sepanjang
hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.
d.
Tahap Kronik :
Tahap ini akan terjadi bila
penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi serangan akan meningkat 4-5
kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa sakit menjadi lebih
panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak
dan kaku pada sendi yang sakit.
5.
Test Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi
dalam darah (> 6mg/dl). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8 mg/dl
dan pada wanita 7 mg/dl. Pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepatlagi
bila dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis
ringan dengan LED meninggi sedikit. Kadar asam urat dalam urin juga sering
tinggi (500 mg/dl/24 jam).
Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan gambarankristal asam urat (berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik. Pemeriksaan diagnostic dapat berupa :
Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan gambarankristal asam urat (berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik. Pemeriksaan diagnostic dapat berupa :
a.
Asam urat meningkat
b.
Sel darah putih dan
sedimentasi eritrosit meningkat (selama fase akut)
c.
Pada aspirasi sendi
ditemukan aam urat
d.
Pemeriksaan urin
e.
Rontgen
6.
Komplikasi
a.
Nodulus reumatoid ekstrasinovialdapat terbentuk
pada katup jantung atau pada paru, mata, atau limpa. Funngsi pernapasan dan
jantung dapat terganggu. Glukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat
aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
b.
Vasulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat
menyebabkan trombosist dan infark. Penurunan kemampuan
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi dan stres keluarga dapat
menyertai eksaserbasi penyakit.
7.
Penatalaksanaan
Perawatan yang dapat dilakukan
berupa tindakan darurat sewaktu terjadi serangan, pengobatan dokter, dan
perawatan sendiri setelah memperoleh diagnosa. Bila terjadi serangan gout secara
tiba-tiba maka tindakan darurat yang bisa dilakukan adalah (Sustrani, Alam,
Hadibroto, 2007 ) ;
a.
Istirahatkan sendi agar lekas sembuh, beri kompres dingin
beberapa jam sekali selama 15 sampai 20 menit pada sendi yang nyeri untuk
mengurangi nyeri .
b.
Minum obat penahan sakit (analgesik biasa), untuk
menghilangkan rasa nyeri.
c.
Minum banyak air (lebih dari 3,5 liter atau 8 sampai 10
gelas sehari) untuk membantu mengeluarkan asam urat dari tubuh melalui urin.
d.
Bila terjadi komplikasi kelumpuhan pada penderita berusia
sangat lanjut, perlu dilakukan perawatan khusus untuk melatih agar dapat
bergerak mandiri.
Pencegahan ;
Belum
ditemukan cara yang efektif, tapi usaha pencegahan asam urat pada umumnya
adalah menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan
misalnya; latihan fisik berlebihan stres, dan makanan yang mengandung purin
berlebihan seperti daging, jerohan (ginjal, hati), bahkan ikan asin. Meskipun
serangan berulang dapat dicegah dengan pemberian obat, tetapi mengurangi
konsumsi makanan berlemak dan alkohol dapat memperkecil kemungkinan terjadi
serangan gout.
Mengenali
jenis makanan yang kadar purinnya amat tinggi, sedang dan rendah. Dengan
demikian dapat mengontrol asupan semaksimal mungkin. Adapun jenis bahan
makanan yang dapat dikenali adalah (Yenrina, 2008 ) ;
a. Kadar tinggi (150-180 mg/100 g)
:Jerohan (hati,ginjal,jantung, limpa, paru, otak) dan sari pati daging.
b. Kadar sedang (50-150 mg/ 100 g)
:Daging sapi, udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacangan, asparagus dan
jamur.
c. Kadar rendah (dibawah 50 mg/100 g )
: Gula telur dan susu
Mengimbangi
konsumsi makanan tersebut dengan minum air yang banyak untuk membantu
memperlancar pembuangan asam urat oleh tubuh, selain itu bila tergolong gemuk
sebaiknya mengurangi berat badan dengan melakukan olah raga yang juga
bermanfaat untuk mencegah kerusakan sendi.
B. Konsep Dasar Lansia
1.
Definisi Lansia
a.
Masa dewasa tua (lansia)
dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005).
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
b.
Penuaan adalah suatu proses
yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-manerus, dan
berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008),
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998
Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).
c.
Penuaan adalah normal,
dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada
semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu (Stanley, 2006).
2.
Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam
Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Berusia lebih dari 60 tahun
(sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
b.
Kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial
sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif
c.
Lingkungan tempat tinggal
yang bervariasi (Maryam, 2008).
3.
Klasifikasi Lansia
a.
Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b.
Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c.
Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d.
Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e.
Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
4.
Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan),banyak ditemukan bermacam-macam tipe
usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a.
Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
b.
Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi
undangan.
c.
Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d.
Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
e.
Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
5.
Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang
pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut
:
a.
Mempersiapkan diri untuk
kondisi yang menurun.
b.
Mempersiapkan diri untuk
pensiun.
c.
Membentuk hubungan baik
dengan orang seusianya.
d.
Mempersiapkan kehidupan
baru.
e.
Melakukan penyesuaian
terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
f.
Mempersiapkan diri untuk
kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).
C.
Konsep Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala:
Nyeri
sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan
pada pagi hari.
Tanda: malaise
Keterbatasan
rentang gerak ; atrofi otot,
Kulit :
kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot
b. Kardiovaskuler
Gejala :
jantung cepat, tekanan darah menurun
c. Integritas
ego
Gejala:
faktor-faktor stress akut atau kronis : misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan keputusasaan dan
ketidak
berdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan orang lain
d. Makanan
atau cairan
Gejala:Ketidakmampuan
untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat :
mual,anoreksia,kesulitan untuk mengunyah.
Tanda :
penurunan berat badan,kekeringan pada membran mukosa
e. Higiene
Gejala:
berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada
orang lain.
f. Neurosensori
Gejala:
kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda:
pembengkakan sendi
g. Nyeri /
kenyamanan
Gejala:
fase akut dari nyeri terasa nyeri kronis dan kekakuan
1) Tanyakan
keluhan nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu jari kaki
atau
pada sendi-sendi lain. Bagaimana gejala awalnya dan bagaimana klien
menanggulanginya, adakah riwayat gout dalam keluarga. Obat-obatan yang
diperoleh
2) Tentukan
apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan kemerahan, demam subfebris,
periksa adanya nodul diatas sendi.
h. Keamanan
Gejala:
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata
dan membran mukosa
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri
akut/kronis behubungan
dengan peradangan sendi, penimbunan kristal pada membran sinovial, tulang
rawan/ kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout
2) Hambatan
mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan
kekakuan pada sendi
3) Gangguan
citra diri berhubungan
dengan perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus
3. Intervensi
No.
DX
|
Tujuan &
kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Setelah dilakukan tindakan kep. Selama 3x24
jam nyeri berkurang/hilang
KH:
·
Pasien tampak rileks
·
Pasien melaporkan
penurunan nyeri
·
Nyeri berkurang Skala
nyeri menjadi 0-1
ü
|
1.
Kaji dan observasi
lokasi, intensitas, dan tipe nyeri.
2.
Bantu pasien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus
3.
Jelaskan dan bantu pasien
terkait dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi
4.
Ajarkan teknik relaksasi
terkait ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas
nyeri
5.
Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian obat analgetik dan allopurinol.
|
1.
Untuk mengetahui respon
subjektif pasien dalam melaporkan nerinya dan skala nyeri
2.
Untuk mengetahui faktor
pencetus nyeri
3.
Untuk mengetahui
keefektifan dalam mengurangi nyeri
4.
Akan melancarkan
peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi dan mengurangi nyeri
5.
Menurunkan kadar asam
urat serum dan mengurangi nyeri pasien.
|
2.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam psien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
KH:
·
Pasien tidak mengalami
kontraktur sendi
·
Kekuatan otot bertambah
·
Pasien dapat melakukan
aktivitas tanpa bantuan
|
1.
Kaji mobilitas yg ada dan
observasi adanya peningaan kerusakan
2.
Anjurkan pasien melakuka
latihan gerak aktif pada ektremitas yang tdk sakit
3.
Bantu pasien melakukan
latihan dan perawatan diri
4.
Kolaborasi dengn ahli
fisioterapi untuk latihan fisik pasien
|
1.
Mengethui tingkat
kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
2.
Gerakan aktif memberi
masaa, tonus dan kekuatan otot, serta memperbaiki fugi jantung dan pernafasan
3.
Untuk mempertahankan
sendi sesuai kemampuanya.
4.
Kemampuan mobilisasi
ekstremitas dapat ditingkatkandengan latihan fisik.
|
3.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan citra diri pasien meningkat
KH:
·
Pasien mampu menyatakan
penerimaan diri terhadap situasi
·
Pasien menunjukkan
penerimaan penampilan
·
Mengenali perubahan
aktual pada fungsi tubuh.
|
1.
Kaji perubahan persepsi
dan berhubunganya dg derajat ketidkmampuan
2.
Ingatkan kembali realita
bahwa masih dapat menggunakan sisi yang
sakit dan belajar mengontrol sisi yang
sehat
3.
Bantu dan anjurkan
perawatan yang
baik dan memperbaiki kebiasaan
4.
Dukung perilaku/usaha
peningkatan minat partisipasi dlm aktivitas rehabilitasi
5.
Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi& koseling bila ada
indikasi
|
1.
Menentukan bantuan
individual dlm menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
2.
Membantu pasien bahwa
perawat menerima kedua bagian dari seluruh tubuh
3.
Membantu meningkatkan
perasaan harga diri&mengontrolnya
4.
Pasien dapat beradaptasi terhadap
perubahan&memahami peran individu dimasa mendatang
5.
Dapat memfasilitasi
perubahan peran yang
penting untuk perkembangan perasaan
|
4.
Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi
secara optimal (Nursalam, 2008).
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari
respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan
target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A,
2008).
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASAM URAT
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
klien
Nama :
Tn. S
Umur : 74 tahun
Jenis kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Status perkawinan :
Belum Menikah
Alamat :
Watampone
Pendidikan terahir :
No RM :
Tanggal masuk :
2. Orang
yang dapat dihubungi
Nama :
Tn. T
Umur :
52 tahun
Jenis kelamin :
Laki-laki
Pekerjaan :
Akabri
Agama :
Islam
Alamat :
Watampone
Hubungan dengan lansia :
Adik kandung
3. Riwayat
Kesehatan
a.
Keluhan Utama
Klien mengatakan sering merasakan nyeri di kedua
kakinya (lutut) bila jongkok, dan kadang
kaku pada kedua tangannya (jari)
b.
Kesehatan
sekarang
Klien mengatakan sudah 5 bulan menderita
asam urat, klien mengatakan bila jongkok kedua kakinya (lutut) sakit dan kadang
kaku pada kedua
tangannya (jari).
Pengkajian nyeri:
O : sejak 5
bulan yang lalu
P : jika jongkok dan banyak gerak
Q : seperti patah
R : kedua kaki kanan dan kiri (lutut) dan kedua tangan
(jari)
S : 6
T : menetap


5 5
c.
Riwayat
kesehatan dahulu
Klien pernah di operasi usus buntu tahun 1964, klien
pernah di operasi ambyen tahun 1974, Klien
mengatakan sudah 5 bulan menderita asam urat
d.
Riwayat
kesehatan keluarga
Klien mengatakan, dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit asam urat atau penyakit lainnya.
4. Penyakit
yang diderita sekarang
Klien menderita asam urat
5. Riwayat Pekerjaan
-
Pekerjaan saat
ini : Tidak bekerja
-
Pekerjaan
sebelumnya : Cleaning service
- Sumber pendapatan :
tidak ada, kebutuhan klien ditanggung oleh keluarga (anak ponakan).
6.
Riwayat Lingkungan
Hidup (saat lansia tinggal sekarang)
a. Tipe Tempat Tinggal : permanen
b.
Jumlah Kamar :
6 kamar
c.
Kondisi tempat tinggal :
Wisma Dahlia secara keseluruhan lingkungannya bersih, tertata rapi, pencahayaan
cukup, lantai keramik tidak licin, kamar mandi bersih, dan jendela selalu
terbuka pada pagi hari. Kamar klien bersih, tertata rapi, tidak licin, tidak
tercium aroma
tidak sedap
7. Riwayat
Rekreasi
Klien mengatakan jarang berekreasi ke tempat-tempat
wisata, pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarga besar juga kadang-kadang, sehari- Deskripsi kekhususan
Klien beragama islam, klien mengatakan sholat 5 waktu ketika asam uratnya tidak kambuh, saat
kambuh klien hanya tidur saja di kamr
8. Aktivitas
Hidup Sehari-hari
Indeks KATZ : A/B/C/D/E/F/G
No
|
Kegiatan
|
Keterangan
|
Hasil
|
1.
|
Mandi
|
Klien mandi secara mandiri tanpa bantuan orang lain
|
A
|
2.
|
Berpakaian
|
Klien berpakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain
|
A
|
3.
|
Berpindah
|
Klien berpindah secara mandiri tanpa bantuan orang lain
|
A
|
4.
|
Toileting
|
Klien toileting
secara mandiri tanpa bantuan orang lain
|
A
|
5.
|
Makan
|
Klien makan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
|
A
|
6.
|
Kontinensia
|
Klien kontinensia secara mandiri tanpa bantuan orang lain
|
A
|
Keterangan:
Skor
|
Kriteria
|
A
|
Kemandirian
dalam hal mandi, toileting, berpakaian dan makan
|
B
|
Kemandirian
dalam hal semua aktivitas sehari-hari, kecuali satu fungsi tersebut
|
C
|
Kemandirian
dalam hal semua aktivitas, kecuali mandi, dan satu fungsi tersebut
|
D
|
Kemandirian
dalam semua kativitas sehari-hari kecuali mandi dan berpakaian dan salah satu
fungsi tersebut
|
E
|
Kemandirian
dalam semua aktivitas sehari-hari kecuali mandi, berpakaian, toileting, dan
salah satu fungsi tersebut
|
F
|
Kemandirian
dalam semua aktivitas sehari-hari kecuali mandi, berpindah, toileting,
berpakaian dan salah satu fungsi tersebut
|
G
|
Ketergantungan
dalam semua fungsi tersebut
|
Lain-
lain
|
Ketergantungan
dari sedikitnya dua fungsi tersebut tapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai
A, B, C,D, E, F, G
|
Interprestasi:
Hasil indeks KATZ klien adalah A.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari mampu melakukannya dengan sendiri tanpa bantuan
orang lain
1)
Oksigenasi
Tidak terpasang alat bantu pernapasan. RR: 22 x/menit, tidak ada keluhan sesak napas.
2)
Cairan dan
elektrolit
Klien mengatakan setiap hari minum air putih ±2-5 gelas, ditambah
teh, susu.
3)
Nutrisi:
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi
sedang , diwaktu siang klien makan nasi, lauk dan buah. Klien mengatakan
sedikit tahu mana makanan patangan untuk penderita asam urat.
4)
Eliminasi:
Klien mengatakan dalam sehari BAB 1 kali sehari tiap
pagi dengan konsistensi lembek, tidak ada keluhan konstipasi, sedangkan BAK
dalam sehari 3-4 kali
5)
Aktivitas:
Dalam melakukan aktivitas sehari (makan, mandi,
toileting, berpindah), klien masih mampu melakukannya dengan sendiri atau
mandiri hanya mencuci pakaian klien susahmelakukannya. klien tidak
pernah melakukan senam asam urat
6)
Istrahat dan
tidur:
Klien mengatakan disiang hari selalu istrahat
(tidur) karena bila klien beraktifitas
terasa nyeri pada persendian.
7)
Personal
hygiene:
Klien mengatakan gosok gigi 1 kali sehari
dilakukan saat mandi, klien mandi 2 kali sehari. Klien tampak bersih dan rapi
8)
Rekreasi:
Klien mengatakan jarang berekreasi ke tempat-tempat
wisata, pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarga besar juga kadang-kadang, sehari-hari
cuman main bersama teman-teman panti.
9)
Psikologi:
(1). Persepsi klien:
Klien merasa sedikit terganggu dengan keadaan dirinya
saat ini.
(2). Konsep diri:
(a)
Gambaran diri:
Klien adalah seorang perjaka
yang tidak memiliki seorang anak, dan hidupnya sekarang tergantung pada
keluarga besar.
(b)
Ideal diri:
Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas dengan mandiri
(c)
Peran diri:
Klien seorang perjaka yang tidak memiliki seorang anak yang sekarang menjadi
penghuni panti di wisma D
(d)
Harga diri:
Klien mengatakan dirinya bahagia dengan keadaannya sekarang di panti
(e)
Identitas
diri:
Klien mampu menyebut nama, usia, jenis kelamin.
Nama : Tn.
S, umur 74 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan
seorang perjaka yang beragama islam.
(3). Emosi:
Klien tampak tenang, klien tidak mudah marah,
tidak mudah tersinggung, sering ketawa
dan ramah
(4). Adaptasi:
Hubungan klien teman-teman, karyawan, mahasiswa magang di panti
baik-baik saja tapi tidak akrab dengan orang asing soalnya klien lebih banyak dikamar
(5).
Mekanisme dan pertahanan diri:
Ada resiko cidera atau
jatuh karena mata kiri klien tidak dapat melihat, klien mengatakan tidak kuat
kalau terkena sinar matahari tapi klien tampak kuat/tidak lemah dan lelah.
Tidak ada penurunan kekuatan otot. Klien juga mengatakan jika ada masalah
selalu berdo’a dan memohon petunjuk dari Tuhan.
10) Status Mental
Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
No
|
Pertanyaan
|
Benar
|
Salah
|
1
|
Tanggal berapa
hari ini?
|
ü
|
-
|
2
|
Sekarang hari
apa?
|
ü
|
-
|
3
|
Apa nama
tempat ini?
|
ü
|
-
|
4
|
Dimana alamat
anda?
|
ü
|
-
|
5
|
Berapa umur
anda?
|
ü
|
-
|
6
|
Kapan anda
lahir? (minimal tahun lahir)
|
|
|
7
|
Siapa nama
presiden Indonesia sekarang?
|
ü
|
|
8
|
Siapa nama
presiden Indonesia sebelumnya
|
ü
|
|
9
|
Siapa nama ibu
anda?
|
ü
|
|
10
|
Kurangi 3
dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun
|
|
|
Total
|
10
|
0
|
Keterangan:
0-3 : Fungsi intelektual utuh
4-5 : Kerusakan intelektual ringan
6-8 : Kerusakan intelektual sedang
9-10 : Kerusakan berat
Penjelasan: status mental pasien dengan fungsi intelektual utuh, dimana klien dapat mengingat semuanya dengan baik.
11)
Skala Jatuh
Morse
No.
|
Kriteria
|
Keterangan
|
Skor
|
Ket.
|
1
|
Riwayat
jatuh baru saja atau dalam waktu 3 bulan
|
Ya : 25.
Tidak : 0
|
0
|
Tidak ada
riwayat jatuh baru saja atau dalam waktu 3 bulan
|
2
|
Diagnosa lain
|
Ya : 25.
Tidak : 0
|
25
|
Maag dan
nyeri di mata
|
3
|
Bantu jalan
|
Tidak ada tirah baring, dikursi roda, bantuan
perawatan : 0
Tongkat ketiak (cruth), alat bantu jalan (walker) :
15
Furniture : 30
|
0
|
Dalam
berjalan, klien tidak menggunakan alat bantu jalan
|
4
|
IV/heparin
lock
|
Ya : 25.
Tidak : 0
|
0
|
|
5
|
Cara
berjalan/berpindah
|
Normal, tirah baring, tidak bergerak : 0
Lemah ; 10
Terganggu : 20
|
0
|
Dalam
berpindah tidak ada kesulitan (normal)
|
6
|
Status mental
|
Mengetahui kemampuan diri : 0
Lupa keterbatasan : 15
|
0
|
Klien masih
dapat mengingat dengan baik dan mengetahui kemampuan diri
|
Keterangan :
0-24 :
tidak ada resiko (tidak ada tindakan)
25-50 : resiko rendah (lakukam tindakan
pencegahan jatuh standar)
≥50 :
resiko tinggi (lakukan intervensi pencegahan jatuh resiko tinggi)
Hasil: hasil
skala jatuh Morse yaitu nol (25), artinya resiko rendah (lakukam tindakan pencegahan
jatuh standar) klien
12)
Tinjauan Sistem
Keadaan Umum :
Baik
Tingkat kesadaran :
composmentis
GCS : 15 (E4 M5 V6)
Tanda-tanda Vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 80
x/menit
RR : 22
x/menit
S : 36,50C
13)
Pemeriksaan
fisik:
(1)
Kepala dan
rambut
a.
Inspeksi:
Bersih, rapi, tidak ada luka, rambut keseluruhan sudah
beruban.
b.
Palpasi:
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
(2)
Muka
a.
Inspeksi:
Simetris, tidak ada lesi/luka, tidak bengkak
b.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan kulit terasa hangat
(3)
Mata
a.
Inspeksi:
Tidak simetris
kanan-kiri, konjungtiva tidak anemis, memakai kacamata (ketika keluar jalan jalan pada siang hari) terlihat sayu pada mata.
(4)
Hidung
a.
Inspeksi:
Tidak ada lesi, tidak ada lender, tidak ada
pendarahan, tidak menggunakan alat bantu napas.
b.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
(5)
Mulut
a.
Inspeksi:
Membran mukosa lembab, gigi tidak utuh lagi.
(6)
Telinga
a.
Inspeksi:
Tidak ada serumen, antara yang kanan dan kiri simetris,
tidak ada luka, terdapat penurunan pendengaran.
(7)
Leher
a.
Inspeksi:
Tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid, tidak ada luka/lesi
b.
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
(8)
Dada dan
punggung
a.
Paru:
Inspeksi: tidak ada luka, simetris, retraksi kedua paru
sama,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak ada suara napas
tambahan (wheezing/mengi dan ronchi)
b.
Jantung
Auskultasi: s1 dan s2 reguler
(9)
Abdomen dan
pinggang
a.
Inspeksi:
Tidak ada luka/lesi, simetris, warna kulit rata
b.
Auskultasi:
Peristaltic 20 x/menit
c.
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ,
d. Perkusi:
Timpani
(10)
Genetalia
Klien adalah seorang laki laki yang sudah menopause dan
tidak mempunyai istri, dan
tidak memiliki anak. Tidak tercium bau tidak sedap, tidak terlihat klien
menggaruk-garuk kegatalan.
(11)
System imun
Klien tidak ada riwayat alergi
(12)
Integument
Turgor kulit: tidak kering, tidak ada luka/lesi,
keriput
(13) Ekstremitas
Atas: tangan kanan
dan kiri sedikit kaku bila untuk menggenggam, tidak ada edema, tidak ada luka
Bawah: kaki kanan dan
kiri bergerak normal cuman kalau untuk duduk (jongkok) sakit, tidak ada luka


5
5
Keterangan:
0 : paralis
1 : tidak ada erakan
2 : gerakan otot penuh menentang gravitasi dan
sokongan
3 : gerakan normal menentang gravitasi
4 : gerakan normal menentang gravitasi dengan sedikit
tahanan
5 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
tahanan penuh
(14)
System
penginderaan
a.
Mata:
Klien tidak
bisa melihat dengan baik, agak sedikit kabur ketika melihat cahaya, memakai
kacamata hitam ketika keluar, bisa membedakan warna
b.
Hidung:
Penciuman baik, klien masih bisa membedakan aroma bau
dan
harum (parfum, minyak kayu putih)
c.
Telinga:
Klien
tidak dapat mendengar dengan baik, ada penurunan fungsi
pendengaran
d.
Lidah:
Baik, klien masih bisa membedakan manis dan asin
e.
Peraba:
Klien bisa meraba dan merasakan halus dan kasar
(15)
Data penunjang:-
(16)
Terapi medis
a.
Probenecid (Benemid)
0,5 G/hari
b.
U Sulfinpyrazone
(Anturane)
c.
Allopurinol (Zyloprim)
100 Mg 2x/hari.
DATA FOKUS
Data Subyektif
-
klien mengatakan
bila jongkok kedua kakinya (lutut) sakit
-
Klien mengatakan
kedua tangannya (jari) sedikit kaku
-
Klien mengatakan
sudah 5 bulan menderita asam urat
-
Klien mengatakan
dulu pernah sekolah sampai SD
-
Klien mengatakan
tidak tahu tentang mana makanan pantangan untuk penderita asam urat
-
Tekanan darah 120/70 mmHg
-
Nadi 80 x/menit
-
Respirasi 22
x/menit
-
Suhu 36,5 0C
-
Pengkajian
nyeri:
O : sejak 5
bulan yang lalu
P : jika jongkok dan banyak gerak
Q : seperti patah
R : kedua kaki kanan dan kiri (lutut) dan kedua tangan
(jari)
S : 6
T : menetap
Data Obyektif
-
Tangan
klien kaku kaku di jari dan
persendian
-
Klien
terlihat meringis kesakitan bila jongkok
-
klien tampak
bingung ditanya tentang diet asam urat
-
klien tampak
bingung ditanya tentang rendam
air hangat untuk nyeri asam urat
-
TD : 120/70 mmHg
-
N: 80 x/menit
-
RR : 22 x/menit
-
S : 36,50C
ANALISA DATA
No
|
Tgl/jam
|
Data (subyektif dan Obyektif)
|
Etiologi
|
problem
|
1.
|
04/05/17
|
DS:
-
klien
mengatakan bila jongkok kedua kakinya (lutut) sakit
-
Klien
mengatakan kedua tangannya (jari) sedikit kaku
-
Klien
mengatakan sudah 5 bulan menderita asam urat
-
Pengkajian
nyeri:
O : sejak 5 bulan yang lalu
P : jika jongkok dan banyak gerak
Q : seperti patah
R : kedua kaki kanan dan kiri (lutut) dan kedua
tangan (jari)
S : 4
T : menetap
DO :
-
Tangan klien kaku kaku di
jari dan persendian
-
Klien terlihat meringis kesakitan bila jongkok
|
Agen cidera
biologi
|
Nyeri akut (kaku pada lutut dan jari)
|
No
|
Tgl/jam
|
Data (subyektif dan Obyektif)
|
Etiologi
|
problem
|
2.
|
04/05/15
|
DS :
-
Klien
mengatakan dulu pernah sekolah sampai SD
-
Klien
mengatakan tidak tahu tentang mana makanan pantangan untuk penderita asam
urat
DO :
-
klien
tampak bingung ditanya tentang diet asam urat
-
klien
tampak bingung ditanya tentang rendam air hangat untuk nyeri asam urat
|
Keterbatsan
sumber informasi
|
Kurang
pengetahuan
|
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Prioritas
|
Diagnosa Keperawatan
|
1.
2.
|
Nyeri akut (kaku pada lutut dan jari) berhubungan dengan agen cidera biologi
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan sumber informasi
|
C. INTERVENSI
/ PERENCANAAN KEPERAWATAN GERONTIK
Nama :
Tn. S
Umur :74 tahun
Tanggal :
04 Mei 2017
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan (NOC)
|
Kriteria hasil
|
NIC
|
Rasional
|
1
|
Nyeri akut (kaku pada lutut dan jari)
berhubungan
dengan agen cidera biologi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x pertemuan, diharapkan nyeri
berkurang.
|
Mengontrol
nyeri (1605)
-
Mampu
mengontrol nyeri
-
Mengenali
penyebab nyeri
-
Menjelaskan
factor penyebab nyeri
-
Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
-
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, tanda nyeri)
|
Manajemen
nyeri (1400)
-
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi
-
Observasi
reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
-
Gunakan
teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
-
Lakukan teknik non farmakologi (rendam air hangat) untuk menurunkan nyeri
sendi
-
Anjurkan
klien untuk istrahat yang cukup
|
-
Mengetahui
lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, factor penyebab nyeri
-
Mengetahui
tindakan selanjutny
-
Untuk mengetahui kualitas nyeri klien
-
Untuk mengurangi nyeri sendi
-
Untuk kenyamanan klien
|
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan (NOC)
|
Kriteria hasil
|
NIC
|
Rasional
|
2
|
Kurang
pengetahuan berhubungan keterbatasan sumber informasi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan, diharapkan mampu
melakukan diet asam urat
|
- Mampu
menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
- Klien mampu menjalankan diet asam urat yang dianjurkan
- Asam urat dalam batas normal (3-8 mg/dl)
|
-
Kaji
tingkat pengetahuan klien tentang asam urat
-
Identifikasi
faktor penyebab, kurangnya pengetahuan tentang asam urat
-
Anjurkan klien untuk melakukan diet asam urat
-
Sediakan informasi sesuai kondisi klien
-
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat asam urat
|
-
Mengetahui seberapa tahu klien tentang penyakitnya
-
Mengetahui
penanganan yang tepat untuk diberikan
-
Wawasan
klien tambah luas
|
D. IMPLEMENTASI
DAN EVALUASI KEPERAWATAN GERONTIK
Nama :
Tn. S
Umur :74 tahun
Diagnosa keperawatan
|
Tgl/jam
|
Implementasi
|
Respon
|
Evaluasi
|
Nyeri akut (kaku pada lutut dan jari)
berhubungan
dengan agen cidera biologi
|
04-05-2017
11.00
|
-
Mengkaji nyeri secara
komperhensif (lokasi, intensitas, skala, dan waktu)
-
Mengobservasi reaksi nonverbal
dan ketidaknyamanan
-
Menggunakan teknik komunikasi
teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
-
Lakukan teknik non farmakologi (rendam kaki dengan air hangat) untuk
menurunkan nyeri sendi
-
Anjurkan
klien untuk istrahat yang cukup
|
-
Lokasi
nyeri pada lutut (bila jongkok), tangan kaku (jari), skala: 4, waktu:
disaat klien jongkok
![]()
-
Klien
kooperatif dan mau istarahat bila nyerinya tiba
-
Klien mau
mendengarkan anjuran perawat
-
Klien mau melakukan teknik non farmakologi (rendam kaki dengan air hangat)
-
Klien mengatakan selalu mengutamakan istirahat
|
S:
-
Klien
mengatakan masih terasa sakit, seperti dipatahkan dengan sakala 3
O : sejak 5 bulan yang lalu
P : jika jongkok dan banyak gerak
Q : seperti patah
R : kedua kaki kanan dan kiri (lutut) dan kedua
tangan (jari)
S : 4
T : menetap
O :
-
Pasien
kooperatif melakukan senam
-
Klien mau
melakukan nafas dalam
-
Klien mau
melakukan istrahat yang cukup
A :
-
Masalah
teratasi sebagian
P :
-
Lanjutkan
intervensi
|
Kurang
pengetahuan berhubungan keterbatasan sumber informasi
|
04-05-2017
11.10
|
-
Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang asam urat
-
Mengidentifikasi faktor
penyebab, kurangnya
pengetahuan tentang asam urat
-
Anjurkan klien untuk melakukan diet asam urat
-
Sediakan informasi sesuai kondisi klien
-
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat asam urat
|
-
Klien
mengatakan sedikit tahu tentang asam urat
-
Klien
mengatakan dirinya hanya pernah sekolah sampai SD
-
Klien mengatakan
paham dengan diet asam urat
yang diajanjurkan
-
Klien
bingung saat ditanya tentang asam urat
-
|
S :
-
Klien
mengatakan dirinya pernah sekolah sampai SD
-
Klien
mengatakan tahu tentang asam urat
-
Klien
mengatakan paham tentang diet asam urat
O :-
-
klien bingung
ditanya tentang senam dan diet asam urat
-
informasi senam asam urat
-
Informasi diet asam urat
Klien kooperatif dan tampak mendengarkan penjelasan
-
Klien dapat
melakukan terapi asam urat
A :
masalah teratasi sebagian
P :
lanjutkan
intervensi
-
Menyediakan
informasi senam asam urat dan diet asam urat
Memotivasi klien untuk melakukan diet asam urat
|
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L.
(2011). Keperawatan Lanjut Usia.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Brunner & Suddarth.
2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Corwin, Elizabeth J. Buku
Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2009.
Herdman, 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Hidayat,A.A.A.(2008). Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kusuma H.
(2013). Aplikasi Nanda NIC-NOC. Yogyakarta. Media
Action
Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
Muttaqin,
Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.
Cet.1. Jakarta : EGC.
Muwarni Dan Priyantari (2010). Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan
Home Care Dan Komunitas. Yogyakarta. Fitramaya
No comments:
Post a Comment