Monday 5 June 2017

ASKEP GERONTIK "REUMATIK"

ASUHAN  KEPERAWATAN  GERONTIK PADA Ny. D DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
 “REUMATIK”





OLEH :

NAMA : S A I F U L
NIM : 15 14201 059







SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PRIMA BONE

 
2017


LAPORAN PENDAHULUAN

A.      Konsep Dasar Penyakit
1.         Definisi
a.         Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi (Corwin, 2009;347).
b.        Arthritis Reumatoid adalah penyakit peradangan sistemik pada prinsipnya melibatkan sendi, tetapi juga disertai manifestasi diluar sendi. (Graber, 2006 ; 267 ).
c.         Penyakit Arthritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan   membrane  sinovial,  yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis, dan deformitas (Doengoes, 2000 ; 859).
d.        Arthritis Rematoid adalah penyakit multisystem kronik yang ditandai oleh beragam manifestasi klinis, dengan awitan penyakit umumnya pada usia antara 35 dan 50 tahun (Kenneth J. Leveno, 2009 ; 606).
e.         Artritis Reumatoid adalah penyakit Inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, terutama menyerang sendi perifer dan otot, tendon, ligament, dan pembuluh darah disekitarnya. (Srockslager, 2008 ; 49).
f.         Reumatoid Arthritis adalah suatu sindroma yang kronis dengan gejala yang tidak khas, menyerang sendi perifer dan simetris. Bila penyakit berlarut-larut, terjadi penghancuran sendi dan sekitarnya. (Yatim, 2006 ; 98).
2.         Etiologi
a.         Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi Ig G semula. Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid (FR). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun. (Price. 2001 ; 308).
b.        Penyebab pasti inflamasi kronis yang khas pada artritis reumatoid tidak diketahui secara pasti, tetapi berbagi teori-teori menyebutkan faktor penyebab artrittis reumatoid, yaitu : Infeksi, Endokrin, Autoimmun, Metabolik, Faktor genetik serta pemicu lingkungan (Stockslager, 2008 ; 49).
c.         Penyebab penyakit Rheumatoid Arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, 2008 ; 111).
d.        Agen pemicunya adalah bakteri, mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi secara antigenik. Biasanya respon antibody awal terhadap mikroorganisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil menghancurkan mikroorganisme, individu yang mengalami AR mulai membentuk antibody lain, biasanya oleh IgM atau IgG, terhadap antibody IgG awal. Antibody yang ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rheumatoid (Rheumatoid factor/ RF). RF menetap di kapsul sendi sehingga menyebabkan    inflamasi kronis kerusakan  jaringan. (Corwin, 2009 ; 347).
3.         Insiden
Prevalensi Rheumatoid Arthritis 0,8% dari populasi (kisaran 0,3-2,1%), perempuan  terkena sekitar tiga kali lebih sering daripada prevalensi laki-laki, meningkat dengan bertambahnya usia,dan perbedaan jenis kelamin berkurang pada kelompok usia yang lebih tua. Rheumatoid Arthritis terlihat di seluruh dunia dan mempengaruhi semua ras. Namun, insiden dan keparahan tampaknya di daerah pedesaan sub-Sahara Afrika dan di Karibia blacks paling sering selama dekade keempat dan kelima, dengan 80% dari semua pasien mengembangkan penyakit antara usia 35 dan 50. Insiden Rheumatoid Arthritis enam kali lebih besar untuk wanita 64 tahun dibandingkan dengan wanita 29 tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa kejadian Rheumatoid Arthritis mungkin akan berkurang. Selain itu, tingkat keparahan penyakit tampaknya mulai menurun, meskipun tidak pasti apakah ini mencerminkan intervensi terapeutik yang lebih agresif. (http://nisnisnisyoong.wordpress.com. Di akses 21 April 2017)
4.         Patofisiologi
Lebih banyak diketahui dari pada penyebabnya jika tidak dihentikan, implamasi sendi terjadi dalam empat tahap. Pertama, Sinovitis terjadi akibat kongesti dan edema pada jaringan sinovial serta kapsul sendi, pembentukan   panus  penebalan  lapisan  jaringan   granulosa   menandai awitan  tahap  ke dua. Panus menutupi dan menginvasi kartilago dan akhirnya menghancurkan kapsul sendi serta tulang.
Tahap ketiga dicirikan dengan angkilosis pibrosa invasi pibrosa panus dan pembentukan jaringan parut yang menghambat ruang sendi. Atrofi tulang dan tidak segarisan meyebabkan deformitas nyata dan mengganggu persendian dan tulang yang berlawanan. Pada tahap ke empat, jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, yang mengakibatkan angkilosis tulang dan imobilitas total.
Nyeri yang terkait dengan gerakan dapat menghambat penggunaan aktif sendi yang mengkibatkan ankilosis fibrosa dan snkilosis tulang, kontraktur jaringan lunak, serta deformitas sendi. Artritis Reumatoid  juga dapat menghancurkan proses us ondontoideus, bagian dari vertebra sarvikal ke dua. Kompresi medula spinalis dapat terjadi tetapi jarang dapat terjadi, terutama pada pasien Atritis Reumatoid yang menderita deformitas jangka panjang. (Stockslager. 2008 ; 50 ).

5.         Manifestasi Klinik
a.         Awalnya, awitan gejala non spesifik tidak kentara (keletihan, malaise, anoreksia, demam derajat rendah dan menetap, penurunan berat badan dan artikular samar, seperti pembengkakan dan kekakuan sendi yang terjadi setelah inktivitas).
b.        Pada tahap lanjut penyakit, gejala aritikular terlokalisasi paling sering pada  jari di bagian  interfalangeal bisa menyebar pada tangan siku, lutut
serta pergelangan kaki.
c.         Kekakuan sendi (setelah aktivitas khususnya bangun di pagi hari) nyeri tekan dan kesakitan
d.        Nodul reumatoidpada daerah yang tertekan seperti siku.
e.         Jari berbentuk kumparat (akibat edema yang nyata dan kongesti pada sendi) yang dapat menjadi permanen.
f.         Otot kaku, lemah dan nyeri. (Stockslager. 2008 ; 50).
Sedangkan menurut Corwin (2001;308), gambaran klinis Arthritis Reumatoid adalah sebagai berikut :
a.         Awitan  AR  ditandai  oleh  gejala umum peradangan berupa demam,
rasa lemas, nyeri tubuh dan pembengkakan sendi.
b.        Terjadi nyeri dan kekakuan sendi, mula-mula disebabkan oleh peradangan akut dan kemudian akibat pembentukan jaringan parut. Sendi pergelangan tangan biasanya adalah sendi-sendi yang pertama kali  terkena.  Kekakuan  terjadi  paling  parah  pada  pagi hari mengenai
sendi secara bilateral.
c.         Rentang gerak berkurang. Timbul deformitas sendi dan kontak si otot.
d.        Terbentuk nodul-nodul rematoid ekstrasinovium pada sekitar 20 % individu mengidap AR. Pembengkakan ini terdiri dari sel-sel darah putih dan sel-sel yang terdapat didaerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis diatas siku dan jari tangan.
6.         Test Diagnostik
Kriteria yang dikembangkan oleh American Rheumatism Association dapat berfungsi sebagai panduan untuk menegakkan diagnosis. Adapun pemeriksaan diagnostik untuk penyakit Artritis Reumatoid, yaitu :
a.         Sinar-X, menunjukkan demineralisasi tulang dan pembengkakan jaringan tulang  pada tahap awal. Kemudian, pemeriksaan ini membantu menetapkan luasnya kerusakan kartilago dan tulang, erosi, subluksasi, serta deformitas.
b.        Uji faktor reumatoid positif, pada 75 %-80 % pasien seperti yang ditunjukkan dari titer 1:160 atau lebih tinggi.
c.         Analisis cairan sonovial menunjukkan peningkatan volume dan kekeruhan (turbiditas), tetapi penurunan viskositas kadar komplemen (C3 dan C4). Hitung sell dara putih sering melebihi 10.00/µl.
d.        Elektroforesis protein serum, menunjukkan peningkatan kadar globulin serum.
e.         Laju endapan eritrosit (ESR), meningkat pada 85%-90% pasien. Karena peningkatan ESR sering paralel dengan aktivitas penyakit, pemeriksaan ini dapat membantu memantau respons pasien terhadap terapi.
f.         Hitung darah lengkap, biasanya menunjukkan anemia sedang dan leukosit ringan. (Stockslager, 2008 ; 50).
7.         Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada Rheumatoid Arthritis:
a.         Nodulus rheumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada terbentuk pada katup jantung atau pada paru, mata atau limfa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu,. Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyambut aliran keluar cairan okular terbentuk pada mata.
b.        Vaskulitis (inflamasi sintem vaskular) dapat menyebabkan thrombosis dan infark
c.         Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi, dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit (Corwin, 2009: 348)
8.         Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat membantu penatalaksanaan medis adalah sebagai berikut:
a.         Sendi yang meradang diistirahatkan selama eksaserbasi
b.         Periode-periode istirahat setiap hari
c.         Kompres panas dan dingin bergantian
d.        Aspirin, obat anti inflamasi non steroid lainnya, atau steroid sistemik.
e.         Pembedahan untuk mengeluarkan membran sinovium atau untuk memperbaiki deformitas. (Corwin, 2009: 348).

B.       Konsep Dasar Lansia
1.         Definisi Lansia
a.         Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
b.        Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).
c.         Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).
2.         Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.         Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
b.        Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif
c.         Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
3.         Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a.         Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b.        Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c.         Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d.        Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e.         Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
4.         Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan),banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a.         Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b.        Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
c.         Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d.        Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e.         Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
5.         Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a.         Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b.        Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c.         Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d.        Mempersiapkan kehidupan baru.
e.         Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
f.         Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

C.      Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Reumatik
1.         Pengkajian
a.         Biodata Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
b.        Riwayat Kesehatan
1)        Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
2)        Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
c.         Pemeriksaan fisik
1)        Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
2)        Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial.
3)        Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
4)        Ukur kekuatan otot
5)        Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
6)        Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
d.        Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
e.         Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
f.         Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
g.        Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
h.        Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan.
i.          Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris
j.          Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
k.        Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

l.          Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
m.      Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
2.         Diagnosa Keperawatan
1)        Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2)        Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3)        Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4)        Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
3.         Intervensi Keperawatan
a.         Diagnosa 1) : Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
1)        Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
2)        Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
3)        Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
4)        Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
Rasional
1.     Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat  dan  tanda-tanda rasa sakit non verbal
2.     Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan



3.     Tempatkan/pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
4.     Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak
5.     Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
1. Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program


2. Akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
3. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
4.   Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan  sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi


5.   Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurun-kan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
b.        Diagnosa 2) : Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
1)        Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
2)        Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.
3)        Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
Intervensi
Rasional
1.    Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
2.    Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu
3.    Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
4.    Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas,
5.    Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.
1.    Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
2.    Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan

3.    Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
4.    Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.

5.    Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan
c.         Diagnosa 3) : Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
1)        Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
2)        Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
Rasional
1.     Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
2.     Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.

3.     Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
4.     Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.

5.     Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.

6.     Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
1.     Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung
2.     Akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut
3.     Dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
4.     Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi
5.     Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut
6.     Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri
d.        Diagnosa4) : Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
1)        Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
2)        Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
3)        Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi
Rasional
1.    Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit.
2.    Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
3.    Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.

4.    Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.

5.    Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
1.    Dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
2.    Mendukung kemandirian fisik/emosional.

3.    Menyiapkan untuk mening-katkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
4.    Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual.
5.    Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan actual.

4.         Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Nursalam, 2008).

5.         Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A, 2008).


















LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK  PADA NY. D DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
 REUMATIK 

A.      PENGKAJIAN
         I.          Identitas Klien
1.         Nama                          :    Ny. D
2.         JenisKelamin              :    Perempuan
3.         Umur                          :    80 tahun
4.         Agama                        :    Islam
5.         Status Perkawinan      :    Menikah (Janda)
6.         Pekerjaan                    :    -
7.         Alamat                        :    Jl. Salak Watampone
8.         Tanggal Pengkajian    :    06 Maret 2017

      II.          Keluhan Utama
Ny.D mengeluh linu pada kaki kanannya.

   III.          Riwayat Kesehatan
1.         Masalah kesehatan yanng pernah dialami dan yang dirasakan saat ini: Ny. D mengatakan kaki kanannya merasa linu dan kesemutan. Hal itu dirasakan oleh Ny. D sejak 2 tahun terakhir. Rasa kesemutan dan linu bertambah ketika Ny. D terkena udara dingin dan berkurang ketika diberi obat-obatan.
2.         Masalah kesehatan gerontik/keturunan
Ny. D mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
Genogram : Tidak terkaji karena klien mengatakan tidak mengetahui orang tua sejak lahir
   IV.          Kebiasaan Sehari-hari
1.         Biologis
a.         Pola Makan
Klien mengatakan makan nasi dengan daging ayam, terkadang
daging babi, jarang makan sayur, dan makan 3-4 kali sehari. Klien mengatakan sebelumnya sering makan jeroan dan bebek goreng
b.        Pola Minum
Klien mengatakan hanya minum air, terkadang minum kopi. Klien tidak mengingat dengan jelas berapa banyak minum air putih dalam sehari.
c.         Pola Tidur
Klien mengatakan biasa tidur siang namun tidak mengingat berapa lama. Klien juga mengatakan saat tidur malam hari, sering terbangun karena linu yang dirasakannya
d.        Pola Eliminasi (BAB/BAK)
Klien mengatakan tidak mengingat dengan pasti berapa kali BAB dan BAK dalam sehari, namun dia mengingat setiap hari pasti BAB dan BAK. Klien juga mengatakan tidak pernah mengalami masalah seperti mencret ataupun mengompol.
e.         Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas (ADL)
0
1
2
3
4
Makan




Mandi




Toileting




Berpakaian




Mobilisasi ditempat tidur




Mobilisasi berpindah




Berias




ROM




Untuk mandi, mobilisasi dan ROM, Ny. D membutuhkan alat bantu dalam melakukan itu. Sementara ADL selain itu, mampu dilakukannya secara mandiri.
f.         Rekreasi
Klien mengatakan tidak memiliki hobi yang menetap
g.        Indeks KATZ
Indeks
Keterangan
A
Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
B
Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
C
Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
D
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
E
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
F
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
G
Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain - lain
Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G
Indeks KATZ tidak menunjukkan salah satu dari huruf diatas, melainkan indeks “Lain-Lain”
2.         Psikologis
a.         Mental (SPMSQ/MMSE)
Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Skore
N0
Pertanyaan
+
-

1.
Tanggal berapa hari ini?

2.
Hari apa sekarang ini?

3.
Apa nama tempat ini?

4.
Berapa nomer telepon anda?

4a.
Dimana alamat anda? Tanyakan hanya klien tidak mempunyai telepon

5
Berapa umur anda?

6
Kapan anda lahir?

7
Siapa presiden indonesia sekarang?

8
Siapa presiden sebelumnya?

9
Siapa nama kecil ibu anda?

10
Kurangi 3 dari  20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun

1
Jumlah kesalahan total
Keterangan: Ny.D menjawab dengan salah 0 dari 10 pertanyaan, hal tersebut menunjukan fungsi intelektual Ny.D masih utuh
b.        Depresi (Beek/ Yesavage)
Penilaian dengan menggunakan skala Depresi Beck
No
Uraian Depresi Beck
Skore
A. Kesedihan
1
3
Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak  dapat menghadapinya

2
Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya

1
Saya merasa sedih atau galau
0
Saya tidak merasa sedih

B. Pesimisme
0
3
Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik

2
Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan

1
Saya merasa terkecil hati mengenai masa depan

0
Saya tidak begitu pasimis atau kecil hati tentang masa depan
C.Rasa kegagalan
0
3
Saya merasa saya benar-benar gagal sebagi seseorang (orang tua, suami, Istri)

2
Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan

1
Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya

0
Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
0
3
Saya tidak puas dengan segalanya

2
Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun

1
Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

0
Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
0
3
Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga

2
Saya merasa sangat bersalah

1
Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik

0
Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
0
3
Saya benci diri saya sendiri

2
Saya muak dengan diri saya sendiri

1
Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

0
Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
0
3
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan

2
Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

1
Saya merasa lebih baik mati

0
Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
1
3
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada mereka semua

2
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak sedikit perasaan pada mereka

1
Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0
Saya tidak kehilangan minta pada orang lain

I. Keragu-raguan
2
3
Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

2
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1
Saya berusaha mengambil keputusan

0
Saya membuat keputusan yang baik

J. Perubahan Gambaran Diri
0
3
Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan

2
Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanet dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik

1
Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik

0
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
1
3
Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

2
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu

1
Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya

L. Keletihan
2
3
Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2
Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1
Saya lelah lebih dari yang biasanya

0
Saya tidak lebih lelah dari biasanya

M. Anoreksia
0
3
Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

2
Nafsu makan saya sangat buruk sekarang

1
Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0
Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Total
7
Keterangan: Ny.D mengalami depresi ringan.
c.         Keadaan Emosi
Klien merasa sedih namun masih mampu mengendalikannya dan memendam kesedihannya
d.        Konsep Diri
1)        Identitas Diri
Klien mampu menyebutkan identitas dirinya seperti nama, umur, dimana ia tinggal, dsb.
2)        Gambaran Diri
Klien mengatakan merasa agak malu dengan teman-temannya karena sering terganggu dengan kakinya yang sering sakit
3)        Ideal Diri
Klien mengatakan pernah memiliki cita-cita dan sudah dapat diwujudkannya
4)        Peran Diri
Klien tidak tinggal bersama keluarga, kini hanya tinggal bersama para lansia di panti.
5)        Harga Diri
Klien mengatakan dirinya disenangi oleh sesama penghuni panti, namun dia mengatakan tidak begitu tertarik terhadap
orang lain.
e.         APGAR Gerontik
APGAR Gerontik
No
Fungsi
Uraian
Skore
1
Adaptasi
Saya puas bahwa dapat kembali pada Gerontik saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya
1
2
Hubungan
Saya puas dengan cara Gerontik saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya
2
3
Pertumbuhan
Saya puas bahwa Gerontik saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru.
2
4
Afeksi
Saya puas dengan cara Gerontik saya mengespresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.
2
5
Pemecahan
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama
2

3.         Sosial
a.         Dukungan Gerontik
Keluarga sangat mendukung terhadap setiap keputusan yang diambil oleh klien dengan sebelumnya mempertimbangkan bersama dengan baik
b.        Hubungan dengan Gerontik
Hubungan klien dengan keluarganya diakui oleh klien tidak mengalami masalah. Klien mengatakan keluarganya sering mengunjunginya dan membawakannya sesuatu.
c.         Hubungan dengan orang lain
Klien disenangi oleh sesama penghuni panti namun dirinya tidak begitu tertarik untuk mengenal orang-orang baru
4.         Spiritual
a.         Pelaksanaan ibadah
Klien biasa sembahyang di sore hari
b.        Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan dengan seringnya berdoa, kesehatan akan mudah didapat
  V.          Pemeriksaan Fisik
1.        Keadaan Umum : Badan kurang tegap, jalan sedikit terganggu
2.        GCS: 15 (E:4, V:5, M:6)
3.        Tingkat kesadaran: Compos Mentis
4.        Suhu : 36 C, Nadi : 80x/mnt, TD: 130/90 mmHg, RR: 24x/mnt, BB: 50 kg,  TB:156 cm
5.        Kepala
Bentuk kepala pasien lonjong, rambut tidak tersebar rata, kulit kepala pasien tidak terdapat ketombe, tidak terdapat luka. Setelah dipalpasi pasien tidak merasakan adanya nyeri tekan.
6.        Mata, Telinga, Hidung dan Mulut
a.         Mata:
Konjungtiva pasien terlihat anemis, sklera berwarna kuning, pupil mata ishokor dan terdapat lingkar hitam pada mata pasien. Setelah dipalpasi pasien tidak merasakan adanya nyeri tekan.
b.         Telinga:
Keadaan hidung pasien terlihat bersih, tidak ada nodul, tidak ada polip, tidak ada lesi, tidak ada sekret. Setelah dipalpasi pasien tidak
merasakan adanya nyeri tekan.
c.         Hidung:
Keadaan telinga pasien bersih, tidak ada serumen. Setelah dilakukan tes pendengaran didapatkan hasil pendengaran pasien normal.
d.        Mulut:
Mukosa bibir pasien terlihat pucat, tidak ada lesi, gusi tidak berdarah, gigi pasien lengkap, lidah kotor, tonsil (T1) normal.
Setelah dipalpasi pasien tidak merasakan adanya nyeri tekan.
7.        Leher
Bentuk leher pasien simetris, tidak ada lesi, tidak ada tumor,  tidak ada distensi kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena jugularis. Setelah dipalpasi pasien tidak merasakan adanya nyeri tekan.
8.        Dada & Punggung
Bentuk thorax pasien simetris, gerakan dada bebas, suara jantung S1-S2 tunggal reguler, suara paru vesikuler. Payudara pasien simetris, tidak ada massa, tidak ada lesi, tidak ada nodul, warna areola coklat muda, puting menonjol keluar.
9.        Abdomen
Adanya distensi abdomen, nyeri tekan, ascites, hepatomegali, adanya benjolan/tumor ganas dengan diameter 7cm pada perut kanan atas. Tidak ada luka, tidak ada massa, bising usus normal 30x/menit.
10.    Ekstremitas atas dan bawah
a.         Ekstremitas atas : Tidak ada odema, sianosis pada ujung kuku, tidak ada massa ataupun luka, Setelah dipalpasi pasien tidak merasakan adanya nyeri tekan.
b.         Ekstremitas bawah : Tidak ada odema, sianosis pada ujung kuku, tidak ada massa ataupun luka, Setelah dipalpasi pasien merasakan adanya nyeri tekan pada persendian dengan :
P: peradangan sendi
Q: tertindih beban berat
R: kaki kanan
S: 5
T: hilang timbul, memberat ketika terkena udara dingin dan membaik ketika minum obat
Kekuatan otot :
555
555
444
444


11.    Kulit
Tampak banyak kerutan, kering, sedikit pucat
12.    Genetalia : Tidak terkaji

VI.               Keadaan Lingkungan:
Ny.D tinggal di Panti Sosial . Ny.D tinggal bersama lansia yang lainnya dan memiliki hubungan yang harmonis dengan perawat maupun lansia yang lainnya.


VII.     Analisa Data
A.     Analisa Data
No
Symptom
Etiologi
Problem
1.
DS :
§  P:Klien mengatakan sakit lutut dan pinggang akan kambuh bila beraktivitas berlebihan, sakit juga dirasakan ketika akan berdiri saat duduk yang lama.  
§  Q:Klien mengatakan sakit seperti ditusuk-tusuk dan terasa ngilu, dengan frekuensi sering.
§  R:Klien mengatakan nyeri terasa di lutut dan pinggang.
§  S: skala nyeri 3 (ringan) (0-10)
§  T:klien mengatakan nyeri kambuh pada malam hari setelah shalat Isya, pada saat dingin dan bangun tidur
DO :        
§  Klien tampak meringis.
§  Skala nyeri 3 (0-10) nyeri ringan
§  Klien memegang bagian lutut dan pinggang yang sakit
§  K/U : Baik
§  TTV :
N : 84x/ menit
RR :24x/ menit
TD:130/80mmHg

Destruksi sendi
 



Inflamasi
 membran sinovial
 



reseptor stimulus nyeri
(brakinin, histamin)
 



Nyeri akut





Nyeri Akut
2.
DS:
§ Klien mengatakan sesaknya kambuh apabila saat hujan dan cuaca dingin
§ Batuk-batuk

DO:
§ Respiration Rate: 24x/menit
§ Klien tampak lemah
§ Pada saat pengkjian klien kadang-kadang batuk


alergi, stress, cuaca
 


antigen yang terikat IGE pada permukaan sel mast atau basofil
 



mengeluarkan mediator: histamine, platelet, bradikinin
 


↑ permiabilitas kapiler

 


Edema mukosa, sekresi produktif, kontriksi otot polos↑
 



Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus ↑
 



Penyempitan jalan napas
 



↑ kerja otot pernapasan
 



Ketidakefektifan pola napas

Ketidakefektifan pola napas
3.
DS:
Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, penyebab, makanan pantangan dan pengobatan untuk penyakit yang diderita.

DO:
§  Klien tampak bertanya tentang penyakitnya, penyebab, makanan pantangan dan pengobatan untuk penyakit yang diderita.
§  Klien tampak memegang persendian yang sakit

Peroses menua
 



Penurunan daya ingat
 



Kurang terpapar informasi
 



Kurang pengetahuan





Kurang pengetahuan
Prioritas masalah :
1.      Nyeri akut
2.      Ketidak efektifan pola nafas
3.      Kurang pengetahuan
B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi
2.      Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi





C.     RENCANA TINDAKAN
No
Diagnosa Keperawatan
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri terkontrol, dengan Kriteria hasil:
§ Skala nyeri 1 – 3 (0-10) nyeri ringan
§ Tidak mengeluh nyeri
§ Tidak meringis
§ TTV dalam batas normal
§ Kelayan mampu melakukan penanganan
1.      Observasi keluhan nyeri (penyebab, kualitas, lokasi, skala dan waktu)
2.      Diskusikan tindakan yang telah dilakukan kelayan untuk menangani nyeri
3.      Diskusikan dengan kelayan upaya lain yang bisa dilakukan untuk menangani nyeri seperti terapi jahe
4.      Anjurkan kelayan menerapkan terapi jahe setiap hari
5.      Berikan massase lembut
6.      Kolaborasi: berikan obat-obatan yang dapat mengurangi rasa nyeri; analgesik
1.       Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri

2.       Mengetahui kemampuan kelayan mengatasi nyeri

3.       Membantu kelayan menangani nyeri secara mandiri


4.       Membantu mengatasi nyeri

5.       Meningkatkan relaksasi
6.       Mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri

2.
Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan

Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam, ventilasi dan vital sign dengan criteria hasil:
1.   Klien mamapu mendemonstrasikan batuk efektif, suara napas bersih, tidak ada sianosis
2.   Klien menunjukkan jalan napas yang paten
3.   TTV dalam rentang normal (TD, RR, dan nadi)
1.      Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi





2.      Auskultasi bunyi napas, catat adanya suara tambahan
3.      Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan


4.      Monitor TTV

5.      Monitor sianosis perifer

6.      Berikan fisioterapi dada dan batuk efektif
1.      Posisi memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan.
2.      Auskultasi untuk mendengarkan suara napas abnormal
3.      Keseimbangan cairan dibutuhkan untuk membantu mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan
4.      Memantau TTV dalam batas normal
5.      Memonitor tanda kekurangan oksigen
6.      Fisioterapi dada untuk membantu melepaskan secret yang terkumpul di dinding dada dan batuk efektif berguna untuk mengelurkan sekret
3.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan klien dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita
§ Apa Itu RA
§ Penyebab RA
§ Tanda dan gejala RA
§ Akibatdari RA
§ Cara penanganan RA
§ Yang tidak boleh dilakukan dan
§ Cara mengatur lingkungan
1.      Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan


2.      Diskusikan kebiasaan pasien dalam menatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat
3.      Bantu dalam merencanakan jadwal aktifitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawtan pribadi, pemberian obat-obatan, terafi disik dan manajemen stress
4.      Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeautik


5.      Anjurkan untuk mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur



6.      Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan
1.      Tujuan control penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.
2.      Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronik kompleks.

3.      Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosisinya.


4.      Membatasi iritasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari.
5.      Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak.
Tinitus umumnya mengidentifikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi.
6.      Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki.


D.     IMPLEMENTASI
Hari  Ke-1
No
Hari/
Tgl/Jam
No
Dx
Tindakan Keperawatan
Hasil Tindakan
1.
Rabu
06-03-17
10.00 wita


10.10 wita


10.20 wita
10.25 wita

10.30 wita

10.37 wita



I













1.      Mengobservasi keluhan nyeri (penyebab, kualitas, lokasi, skala dan waktu)

2.      Mendiskusikan tindakan yang telah dilakukan klien untuk menangani penyakit.

3.      Mengajarkan klien menerapkan terapi jahe setiap hari
4.      Memberikan massase lembut pada daerah lutut dan punggung.
5.      Mengajarkan klien tekhnik nafas dalam untuk mengurangi nyeri.
6.      Kolaborasi : memberikan obat-obatan yang dapat mengurematikngi Rematiksa nyeri


1.     Silu-silu kambuh saat bekerja berlebihan, bila beristirahat rasa sakit berkurang, sakit seperti di tusuk-tusuk di daerah lutut dan punggung, skala nyeri ringan (3) (0-10)
2.     Klien menggunakan air hangat untuk mandi, tetapi tidak terus menerus

3.     Klien tampak nyaman dan mau menuruti anjuran perawat
4.     Klien tampak rileks dan merasa nyaman pada saat diberikan massase
5.     Klien tampak latihan nafas dalam untuk mengurangi nyeri setelah diajarkan
6.     Klien belum mendapatkan terapi farmakologi
2.
Rabu,
06-03-17
10.40 wita

10.48 wita

10.53 wita

11.10 wita

11.14 wita

11.20 wita

II


1.      Mengajarkan klien posisi untuk memaksimalkan ventilasi
2.      Melakukan auskultasi bunyi napas

3.      Menganjurkan mengatur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
4.      Melakukan pengkajian TTV

5.      Mengamati sianosis perifer

6.      Mengajarkan fisioterapi dada dan batuk efektif


1.      Klien memperhatikan dan mempraktekkan apa yang sudah diajarkan
2.      Suara ronchi

3.      Klien menanggapi dengan positif

4.      TD: 120/90 MmHg,  N=80x/menit, RR=24x/menit

5.      Tidak ada sianosis perifer

6.      Klien memperhatikan dan mampu memperagakan
3.
Rabu,
06-03-17
11.26 wita



11.30 wita

11.33 wita
III


1.      Diskusikan kebiasaan pasien dalam menatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat
2.      Memberikan penyuluhan tentang penyakit yang diderita
3.      Menganjurkan klien untuk berobat ke puskesmas apabila nyeri tidak bisa terkontrol


1.      Klien tampak memperhatikan dan mau menceritakan kebiasaan saat dirumah


2.      Klien tampak mengerti dan dapat menyebutkan tentang informasi yang sudah diberikan
3.      Klien mau berobat ke puskesmas apabila penyakitnya kambuh.






Hari Ke-2
No
Hari/
Tgl/Jam
No
Dx
Tindakan Keperawatan
Hasil Tindakan
1.
Jum’at,
08-03-17
10.00 Wita



10.10 Wita

10.20 Wita


10.30 Wita

10.40 Wita

10.50 Wita

I














1.      Mengobservasi keluhan nyeri (penyebab, kualitas, lokasi, skala dan waktu)


2.      Mendiskusikan tindakan yang telah dilakukan klien untuk menangani penyakit
3.      Mendiskusikan dengan klien upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi nyeri seperti jalan-jalan ringan pada pagi hari
4.       Memberikan terapi jahe pada klien

5.      Memberikan massase lembut pada daerah lutut dan punggung.
6.      Kolaborasi: memberikan obat-obatan yang dapat menguRematikngi Rematiksa nyeri


1.      Silu-silu kambuh saat bekerja berlebihan, bila beristirahat rasa sakit berkurang, sakit seperti di tusuk-tusuk di daerah lutut dan punggung, skala nyeri ringan (3) (0-10)
2.      Klien menggunakan air hangat untuk mandi, tetapi tidak terus menerus

3.      Klien mengatakan sering jalan-jalan pada pagi hari

4.      Kelayan tampak rileks dan merasa nyaman pada saat diberikan massase
5.      Klien tampak nyaman setelah diberikan terapi jahe dan mau menuruti anjuran perawat
6.      Klien belum mendapatkan teRematikpi farmakologi
2.
11.00 Wita
11.06 Wita

11.10 Wita

11.14 Wita

11.20 Wita

11.23 Wita


11.30 Wita
11.35 Wita
II
1.      Mengkaji adanya alergi makanan
2.      Menganjurkan  klien untuk meningkatkan protein dan vit. C
3.      Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
4.      Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

5.      Mengkaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
6.      Memonitor aktivitas yang biasa dilakukan


7.      Memonitor mual dan muntah
8.      Memonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
1.      Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan
2.      Klien menanggapi dengan positif

3.    Klien menanggapi dengan positif

4.    Klien mengetahui tentang perlunya memenuhi kebutuhan nutrisi
5.    Klien mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya

6.    Aktivitas yang bisa dilakukan yaitu jalan pagi, pergi beribadah ke mushola dekat rumah, dan kadang memasak
7.    Klien tidak mengalami mual ataupun muntah
8.    Klien tampak pucat
3.
11.40 Wita



11.44 Wita

11.50 Wita
III
1.      Diskusikan kebiasaan pasien dalam menatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat
2.      Memberikan penyuluhan tentang penyakit yang diderita
3.      Menganjurkan klien untuk berobat ke puskesmas apabila nyeri tidak bisa terkontrol
1.      Klien tampak memperhatikan dan mau menceritakan kebiasaan saat dirumah


2.      Klien tampak mengerti dan dapat menyebutkan tentang informasi yang sudah diberikan
3.      Klien mau berobat ke puskesmas apabila penyakitnya kambuh







Hari Ke-3
No
Hari/
Tgl/Jam
No
Dx
Tindakan Keperawatan
Evaluasi Tindakan
I
Sabtu
08-03-17
10.00 Wita



10.10 Wita


10.20 Wita


10.30 Wita

10.40 Wita

10.50 Wita

I


1.      Mengobservasi keluhan nyeri (penyebab, kualitas, lokasi, skala dan waktu)


2.      Mendiskusikan tindakan yang telah dilakukan klien untuk menangani penyakit

3.      Mendiskusikan dengan klien upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi nyeri seperti jalan-jalan ringan pada pagi hari
4.      Memberikan terapi jahe pada klien

5.      Memberikan massase lembut pada daerah lutut dan punggung.
6.      Kolaborasi: memberikan obat-obatan yang dapat menguRematikngi Rematiksa nyeri


1.      Silu-silu kambuh saat bekerja berlebihan, bila beristirahat rasa sakit berkurang, sakit seperti di tusuk-tusuk di daerah lutut dan punggung, skala nyeri ringan (3) (0-10)
2.      Klien menggunakan air hangat untuk mandi, tetapi tidak terus menerus

3.      Klien mengatakan sering jalan-jalan pada pagi hari


4.      Kelayan tampak rileks dan merasa nyaman pada saat diberikan massase
5.      Klien tampak nyaman setelah diberikan terapi jahe dan mau menuruti anjuran perawat
6.      Klien belum mendapatkan teRematikpi farmakologi
2.
11.00 Wita
11.06 Wita

11.10 Wita

11.14 Wita

11.20 Wita

11.23 Wita

11.30 Wita
11.35 Wita
II
1.      Mengkaji adanya alergi makanan
2.      Menganjurkan  klien untuk meningkatkan protein dan vit. C
3.      Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
4.      Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

5.      Mengkaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
6.      Memonitor aktivitas yang biasa dilakukan

7.      Memonitor mual dan muntah
8.      Memonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
1.      Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan
2.      Klien menanggapi dengan positif

3.      Klien menanggapi dengan positif

4.      Klien mengetahui tentang perlunya memenuhi kebutuhan nutrisi
5.      Klien mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya
6.      Aktivitas yang bisa dilakukan yaitu jalan pagi, pergi beribadah ke mushola dekat rumah, dan kadang memasak
7.      Klien tidak mengalami mual ataupun muntah
8.      Klien tampak pucat
3.
11.40 Wita


11.44 Wita

11.50 Wita
III
1.      Diskusikan kebiasaan pasien dalam menatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat
2.      Memberikan penyuluhan tentang penyakit yang diderita

3.      Menganjurkan klien untuk berobat ke puskesmas apabila nyeri tidak bisa terkontrol
1.      Klien tampak memperhatikan dan mau menceritakan kebiasaan saat dirumah


2.      Klien tampak mengerti dan dapat menyebutkan tentang informasi yang sudah diberikan
3.      Klien mau berobat ke puskesmas apabila penyakitnya kambuh








E.     EVALUASI

No
Hari/Tanggal
Dx
Evaluasi
1.
Senin, 11-03-2017
Pukul 11.00 Wita
I
S :
-     Klien mengatakan nyeri berkurang, skala ringan (2) (0-10)
-     Silu-silu kambuh saat bekerja berlebihan, bila beristirahat rasa sakit berkurang, sakit seperti di tusuk-tusuk di daerah lutut dan punggung
-     Klien menggunakan air hangat untuk mandi, tetapi tidak terus menerus
O :
-     Klien tampak mengangguk, mau menuruti anjuran perawat
-     Klien tampak rileks
-     Klien tampak nyaman saat diberikan terapi jahe
-     Klien merasa nyaman saat diberikan massase
A : Masalah teratasi sebagian
P : Inervensi dilanjutkan
    Berikan massase lembut pada daerah lutut dan
pinggang


2.
Senin, 11-03-2017
Pukul 11.00 Wita
II

S: Klien mengatakan keluarga sudah mampu melakukan fisioterapi dada dan klien mampu mengeluarkan dahak dengan batuk efektif, klien mengatakan saat ini banyak mengkonsumsi air putih

O : Suara nafas normal, RR dalam rentang normal

A:   Ketidakefektifan pola napas teratasi
P:   Intervensi dihentikan
3
Senin, 11-03-2017
Pukul 11.00 Wita
III
S:  Klien mengatakan mengerti tentang apa yang sudah diinformasikan
O:   Klien tampak mengerti tentang penyakit yang diderita
Klien bisa menyebutkan apa yang telah diinformasikan oleh perawat
A:  Kurang pengethuan teratasi
P:  Intervensi dihentikan


DAFTAR PUSTAKA
                                                                                   
Ali. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Azizah,Lilik Ma’rifatul.  2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta.

Corwin, 2009. Buku Saku Patofisiologi. Ed, 3. Jakarta : EGC

Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed,3 Jakarta : EGC

Graber, 2006. Buku Saku Dokter Keluarga. Ed, 3 Jakarta : EGC

Hidayat,A.A.A.(2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Kenneth J. Leveno, 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas. Edisi 3 Jakarta : EGC.

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta.

Mubarak, 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Price. 2001. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed, 8. Jakarta : EGC

Stanley, Mickey.  2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta.

Stockslager, 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Ed,2. Jakarta : EGC

Suratun, 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Tamher, S. Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.



 
Yatim, 2006. Penyakit Tulang dan Persendian Arthritis dan Artharlgia. Jaakarta : Pustaka Populer Obor.

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...