ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. S
DENGAN
GANGGUAN NEUROLOGI
“STROKE”
OLEH
:
NAMA
: SYAMSUDDIN
NIM :
15 14201 062
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PRIMA BONE
|
LAPORAN
PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1.
Pengertian
a.
Stroke
didefenisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak
yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau
hemoragi sirkulasi saraf otak atau kelainan pembuluh darah. (W.sudoyo,
2006)
b.
Stroke adalah sindrom klinis yang awal
timbulnya mendadak, progesif cepat, berupa deficit neurologisfokal, atau dan
gelobal, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian,
dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic. (M. clevo rendi, 2012)
c.
Stroke
adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
2.
Anatomi
fisiologi
Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk
menyelengarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan
tubuh. Dengan pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar
pengendalian pekerja otot. (Setiadi, 2007)
Salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan
pertolongan saraf dapat kita menerima suatu rangsangan dari luar pengendalian
pekerjaan otot.
Pembagian
susunan saraf pusat :
a.
Susunan
saraf pusat
1)
Medula
spinalis
2)
Otak
a)
Otak
besar
b)
Otak
kecil
c)
Batang
otak
b.
Susunan
saraf perifer
1)
Susunan
saraf somatik
2)
Susunan
saraf otonom
a)
Susunan
saraf simpatis
b)
Susunan
saraf parasimpatis
Susunan saraf
somatik adalah susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengatus
aktivitas otot sadar serat lintang. Susunan saraf otonom adalah susunan saraf
yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot involunter (ototo
polos) seperti jantung, hati, pankreas, jalan pencernaan kalenjar dan
lain-lain.(Syaifuddin, 2006)
Gambar 2.1
Susunan system
saraf pusat
Otak merupakan alat
tubuh yang sangat penting karena merupakan komputer dari semua alat tubuh.
Bagian dari saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium)
dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak dalam rongka kranium
(tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga
gejala pembesaran otak.
Serebrum (otak
besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur,
mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing disebut fosa kranialis
anterior atas dan fosa kranialis media. Fungsi sererum yaitu :
a.
Mengingat
pengalaman yang lalu.
b.
Pusat
persarafan yang menagani, aktivitas mental, akal, intellegensi, keinginan, dan
memori.
c.
Pusat
menangis, buang air besar, dan buang air kecil. (Saifuddin, 2006 : 278)
Sistem saraf
mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi otot, peristiwa viseral
yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi dari berbagai organ
sensoris dan kemudian menginteraksikannya untuk menentukan reaksi yang harus
dilakukan tubuh. Membran sel bekerja sebagai suatu sekat pemisah yang amat
efektif dan seleftik antara cairan ekstraselular dan cairan intraselular.
Didalam ruangan ekstraselular, disekitar neuron, terdapat cairan dengan kadar
ion natrium klorida. Sedangkan dalam cairan intraselular terdapat kalium dan
protein yang lebih tinggi. Perbedaan komposisi dan kadar ion-ion didalam dan
diluar sel mengakibatkan timbulnya suatu potensial listrik dan permukaan
membran neuron yang disebut potensial membran. Dalam keadaan istirahat
ekstraselular adalah elektro-positif dan cairan intraselular adalah
elektro-negatif. (Syaifuddin, 2006)
3.
Etiologi
Stroke
dibagi menjadi dua jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke hemoragik.
a. Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. 80 % stroke adalah stroke iskemik.
Stroke
iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Stroke Trombotik : proses terbentuknya trombus yang
membuat penggumpalan.
2) Stroke Embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan
darah.
3) Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke
seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi.
Stroke
hemoragik ada 2 jenis yaitu :
1) Hemoragik Intrserebral : Perdarahan yang terjadi didalam
jaringan otak.
2) Hemoragik Subaranoid : Perdarahan yang terjadi pada ruang
subraknoid (ruang sempit antara
permukaan otal dan lapisan jaringan yang menutupi
otak).
Faktor-faktor
yang menyebabkan stroke
a.
Faktor
yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)
1)
Jenis
kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderi stroke dibanding wanita.
2)
Usia
: Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
3)
Keturunan
: Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.
b.
Faktor
yang dapat dirubah (Reversible)
1)
Hipertensi.
2)
Penyakit
jantung.
3)
Kolesterol
tinggi.
4)
Obesitas
5)
Diabetes
melitus.
6)
Polisetemia.
7)
Stress
emosional.
c.
Kebiasaan
hidup
1)
Merokok.
2)
Peminum
alkohol.
3)
Obat-obatan
terlarang.
4)
Aktivitas
yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolesterol. (Kusuma & Nurarif, 2015)
4.
Insiden
Di seluruh dunia stroke merupakan penyakit yang terutama
mengenai populasi usia lanjut. Insidens pada usia 75-84 tahun sekitar 10 kali
dari populasi berusia 55-64 tahun. Di Inggris stroke merupakan penyakit ke-2
setelah infark miokard akut sebagai penyebab kematian utama, sedangkan di
Amerika stroke masih merupakan penyebab kematian ke-3. Total biaya yang
diperlukan untuk penatalaksanaan satu kasus stroke diperkirakan sekitar US
$80.000-100.000. dengan makin meningkatnya upaya pencegahan terhadap penyakit hipertensi,
diabetes mellitus dan gangguan lipid, insidens stroke di negara-negara maju
makin menurun. Di Perancis stroke disebut sebagai serangan otak (attaque cerebrale) yang menunjukkan
analogi kedekatan stroke dengan serangan jantung. (W.sudoyo, 2006) .
5. Patofisiologi
a.
Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui
arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang
tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan
otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
b.
Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan
pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga
terjadi nekrosis jaringan otak.
5.
Jenis stroke
a.
Stroke Non Hemoragik
Jenis stroke ini pada dasarnya disebabkan oleh
oklusi pembuluh darah otak yang kemudian menyebabkan terhentinya pasokan
oksigen dan glukosa ke otak. Stroke ini diakibatkan oleh trombosis akibat plak
aterosklerosis arteri otak atau yang memberi vaskularisasi pada otak atau suatu
emboli dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut diarteri otak. Stroke
jenis ini merupakan stroke yang tersering didapatkan, sekitar 80% dari semua
stroke. Stroke jenis ini juga bisa disebabkan berbagai hal yang menyebabkan
terhentinya aliran darah otak, antara lain syok atau hipovolemia dan berbagai
penyakit lain.
b.
Stroke Hemoragik
Stroke jenis ini merupakan sekitar 20% dari semua
stroke, diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma dari Charcot atau
etat crible di otak. Dibedakan antara : perdarahan intraserebral,
subdural, dan subaraknoid. Secara patologis pada stroke non hemoragik, yang
merupakan jenis terbanyak dari seluruh stroke, apa yang terjadi pada pembuluh
darah di otak serupa dengan apa yang terjadi di jantung, terutama jenis emboli
dan trombosis. Oleh karena itu faktor resiko terjadinya stroke serupa dengan
faktor resiko penyakit jantung iskemik (W.sudoyo, 2006)
6.
Manifestasi
klinik
Gejalah utama
gangguan peradaran darah otak iskemik akibat trombosis serebral ialah
timbulnya defisit neurologik secara mendadak/subakut, didahului gejalah prodromal, terjadi pada waktu
istirahat atau bangun pagi dan kesadaran
biasanya tak menurun. Biasanya terjadi pada
usia lebih dari 50 tahun. Pada fungsi lumbal, liquor serebrospinalis
jernih, tekanan normal, dan eritrosit kurang dari 500. Pemeriksaan CT Scan dapat diihat adanya
daerah hipodens yang menunjukkan infark/iskemik dan edema.
Pasien dengan
penyakit vaskular dapat menunjukkan transien ischemic attack Ini merupakan defisit neurologi yang dapat
sembuh dalam 24 jam. Durasi rata-rata adalah 10 menit,setelah itu gejala-gejala
menghilang. Pasien juga dapat menunjukkan defisit neurologis iskemik
reversibel. Peristiwa ini dapat terjadi pada TIA yang berlangsung lebih dari 24
jam ,tetapi akhirnya dapat sembuh dengan sempurna. Gejalah klinis ke tiga yang
mungkin adalah stroke sempurna yang
menyebabkan individu mengalami defisit permanen.
Bagi pasien yang
mengalami iskemik, sepertiga dari mereka akan mengalami stroke mayor,seperti
akan terus mengalami iskemik, tetapi tidak akan mengalami stroke mayor, dan
sepertiga sisinya akan mengalami kesembuhan iskemik.
Gejala-gejala
yang tampak dengan transient ischemic attck sangat tergantung pada pembuluh
yang terkena. Jika arteri karotis dan serebral
yang terkena, pasien dapat menglami kebutaan pada satu matanya,
Hemiplegi, hemianestesia, gangguan bicara, dan kekacauan mental. Jika yang
terkena arteri vertebrobasilar,maka akan terjadi pening, diplopia, kesemutan, kelainan penglihatan pada
salah satu atau kedua bidang pandang, dan disatria.
Beberapa
pemerataan dapat dibuat tentang kemungkinan kecacatan pasien jika seseorang
mengetahui baik sisi otak yang mengalami stroke dan hendedness pasien. Sembilan
puluh tiga persen orang adalah kidal,sekitar 60 % mempunyai pusat bicara pada
hemisfer dari mereka seperti halnya pada pasien tidak kidal .
7.
Komplikasi
a. Hidrosefalus
adalah komplikasi yang terjadi akibat berlebihannya produksi cairan
serebropsinal di dalam rongga otak.
b. Mual
dan muntah adalah dapat menyebabkan kehilangan keseimbangan.
c. Sakit
kepala
d. Disfagia
atau kesulitan menelan dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan dapat
memicu pneumonia atau infeksi paru-paru.
8.
Test
diagnostic
a. Angiografi
serebral
Membantu menentukan penyebab stroke
secara speifik ,seperti pendarahan
atau obstruksi arteri, adanya titik
okulasi atau ruptur.
b. Scan
CT
Memperlihatkan
adanya edema,hematoma,iskemia dan adanya
infark. Catatan
: mungkin tidak dengan segerah menujukkan semua perubahan tersebut.
c. Fungsi
lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal
dan biasanya ada trombosis,emboli serebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya hemoragik subarakhnoid.atau perdrahan intrakranial . kadar protein total
menigkat pada kasus trombosis sehubungan, dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI
Menunjukkandaerah yang mengalami infark,
hemoragik, malformasi arteriovena.
e. Ultrasonografi
Doppler
Mengidentifikasi penyait
arteriovena (masalah sistem
arteri karotis [aliran darah muncul / plak] arterioskelerotik ).
f. EEG
Mengidentifikasi
masalah berdasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi
yang spesifik
g. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pinal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas ; Klasifikasi karotis iterna terdapat pada
trombosis serebral.
9.
Penatalaksanaan
a.
Demam
Demam dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan
harus diobati secara agresif dengan antipiretik (asetaminofen) atau kompres
dingin, jika diperlukan. Penyebab demam tersering adalah pneumonia aspirasi,
lakukan kultur darah dan urine kemudian berikan antibiotik intravena secara
empiris (sulbenisilin, sepalosporin, dan lain-lain) dan terapi akhir sesuai
hasil kultur.
b.
Nutrisi
Pasien stroke memiliki resiko tinggi aspirasi. Bila
pasien sadar penuh tes kemampuan menelan dapat dilakukan dengan memberikan satu
sendok air putih kepada pasien dengan posisi setengah duduk dan kepala fleksi
kedepan sampai dagu menyentuh dada, perhatikan pasien tersedak atau batuk dan
apakah suaranya berubah (negative). Bila tes menelan negative dan pasien dalam
kesadaran menurun, berikan makanan enteral melalui pipa nasoduodenal ukuran
kecil dalam 24 jam pertama setelah onset stroke.
c.
Hidrasi intravena
Hopovolemia sering ditemukan dan harus dikoreksi
dengan kristaloid isotonis. Cairan hisotonis (misalnya glukosa 5% dalam air,
larutan NaCL 0,45%) dapat memperhebat edema serebri dan harus dihindari.
d.
Glukosa
Hiperglikemia dan hipoglikemia dapat menimbulkan
sksaserbasiiskemia. Walaupun relevansi klinis dari efek ini pada manusia belum
jelas, tetapi pda ahli sepakat bahwa hiperglikemia (kadar glukosa darah sewaktu
>200 mg/dl) harus dicegah. Skala luncur (sliding scale) setiap 6 jam
selama 3-5 hari sejak onset stroke.
e.
Perawatan paru
Fisioterapi dada setiap 4 jam harus dilakukan untuk
mencegah atelaksis paru pada pasien yang tidak bergerak.
f.
Aktivitas
Pasien dengan stroke harus diimobilisasi dan harus
dilakukan fisioterpi sedini mungkin bila kondisi klinis neurologist dan
hemodinamik stabil. Untuk fisioterapi pasif pada pasien yang belum bergerak,
perubahan posisi badan dan ekstremitas setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus,
latihan gerak sendi anggota badan secara pasif 4 kali sehari untuk mencegah
kontraktur.
g.
Neurorestorasi dini
Stimulasi sensorik, kognitif, memori, bahasa, serta
otak yang terganggu. Depresi dan amnesia juga harus dikenali dan diobati sedini
mungkin.
h.
Profilaksis vena dalam
Pasien stroke iskemiok dengan imobilisasi lama yang
tidak dalam pengobatan heparin intravena harus diobati dengan
heparin 5.000 unit atau fraksiparin 0,3 cc setiap 12 jam selama 5-10 hari untuk
mencegah pembentukan thrombus dalam vena profunda, karena insidennya sangat
tinggi. Terapi ini juga dapat diberikan dengan pasien perdarahan intraserebral
setelah 72 jam sejak onset.
i.
Perawatan vesika
Kateter urine menetap (kateter foley), sebaiknya
hanya dipakai hanya ada pertimbangan khusus (kesadaran menurun, demensia,
afasia global). Pada pasien yang sadar dengan gangguan berkemih, kateterisai
intermiten secara steril setiap 6 jam lebih disukai untuk mencegah kemungkinan
infeksi, pembentukan batu, dan gangguan sfingter vesika terutama pada pasien
laki-laki yang mengalami retensi urine atau pasien wanita dengan inkontinensia
atau retensio urine. Latihan vesika harus dilakukan bila pasien sudah sadar (Margareth & Rendi, 2012) .
B.
Konsep Dasar Lansia
1.
Definisi
Lansia
a.
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun,
biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua
(Nugroho, 2008).
b.
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak
dapat dihindari, berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes
RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan
sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut
pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Maryam, 2008).
c.
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).
2.
Karakteristik Lansia
Menurut Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a.
Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1
Ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
b.
Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang
sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif
c.
Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam,
2008).
3.
Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada
lansia.
a.
Pralansia (prasenilis), Seseorang
yang berusia antara 45-59 tahun.
b.
Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih.
c.
Lansia Resiko Tinggi, Seseorang
yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d.
Lansia Potensial, Lansia
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e.
Lansia Tidak Potensial, Lansia
yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain (Depkes RI, 2003).
4.
Tipe Lansia
Di zaman
sekarang (zaman pembangunan),banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia lanjut.
Yang menonjol antara lain:
a.
Tipe arif bijaksana, Lanjut
usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b.
Tipe mandiri, Lanjut
usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif
dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
c.
Tipe tidak puas, Lanjut
usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d.
Tipe pasrah, Lanjut
usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
(“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
e.
Tipe bingung, Lansia
yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
5.
Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia
untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia
lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Adapun
tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a.
Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b.
Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c.
Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d.
Mempersiapkan kehidupan baru.
e.
Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial
f.
Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian
pasangan (Maryam, 2008).
C.
Konsep Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Aktivitas
/ Istirahat
Gejala :
- Merasa mudah lelah
-
Merasa sulit melakukan aktivitas karena kelemahan / paralis
Tanda : -
Gangguan Tonus otot, paralitik
- Gangguan penglihatan
-
Gangguan tingkat kesadaran
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung, riwayat hipertensi
postural
Tanda : -
Hipertensi arterial berhubungan dengan adanya embolisme
-
Disritmia, perubahan EKG
-
Desiran
pada karotis, femoralis dan arteri iliaka/ aorta
c. Integritas
EGO
Gejala : Perasaan tidak berdaya (putus asa)
Tanda : - Emosi yang labil dan ketidak siapan
berhubungan dengan marah, sedih, dan gembira
-
Kesulitan mengekspresikan diri
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia
urine
Tanda : Distensi kandung kemih, berlebih, bising usus
(-)
e. Makanan
dan Cairan
Gejala : - Nafsu makan hilang
-
Mual, muntah selama fase akut
-
Kehilangan
sensasi pada lidah, pipi, tenggorok, disfasia.
-
Adanya riwayat diabetes
Tanda :
Kesulitan menelan
f. Neurosensori
Gejala : - Sinkope / pusing
-
Penglihatan
menurun, buta total, perubahan hilang sebagian
Tanda
: Diplopia, defek pandang
g. Nyeri
/ Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
(karena arteri karotis yang terkena)
Tanda
: Tingkah laku yang tidak stabil,
gelisah.
h. Pernafasan
Gejala
: - Kemampuan
menelan / batuk / hambatan jalan nafas
-
Timbulnya
nafas sulit dan tidak teratur
-
Suara
nafas terdengar (aspirasi dan espirasi)
i.
Keamanan
Gejala
: - Motorik
/ sensorik à masalah dengan penglihatan
-
Perubahan
persepsi terhadap orientasi tremperaturr tubuh (stroke kanan)
-
Kesulitan
untuk melihat objek dari sisi kiri (stroke kanan), hilang kewaspadaan terhadap
bagian yang sakit.
Tanda
: - Kesulitan
dalam menelan, tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri
-
Gangguan
dalam memutuskan, tidak sabar/ kurang kesadaran diri
j.
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah bicara, ketidakmmapuan untuk
berkomunikasi
2. Diagnosa
Keperawatan
1.
Penurunan perfusi serebral b.d. adanya
perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah serebral
2.
Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan
neuromuskuler, kelemahan, hemiparese
3.
Gangguan komunikasi verbal b.d.
kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara
4.
Risiko gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak adekuat
5.
Kurang kemampuan merawat diri b.d.
kelemahan, gangguan neuromuscular, kekuatan otot menurun, penurunan koordinasi
otot, depresi, nyeri, kerusakan persepsi
6.
Risiko
cedera b.d. gerakan yang tidak terkontrol selama penurunan kesadaran
7.
Kurang
pengetahuan (klien dan keluarga) tentang penyakit dan perawatan b.d. kurang
informasi, keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber
3. Intervensi
DP 1 : Penurunan perfusi serebral b.d.
adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah serebral
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Pantau
adanya tanda-tanda penurunan perfusi serebral: GCS, memori, bahasa, respon,
pupil dll.
2. Observasi
tanda-tanda vital (tiap jam sesuai kondisi pasien)
3.
Pertahankan posisi tirah baring pada posisi anatomis atau posisi kepala
tempat tidur 15-30 derajat.
4.
Hindari valsava manuever seperti batuk, mengejan dan sebagainya.
5. Pertahankan
lingkungan yang nyaman.
6. Hindari
fleksi leher untuk mengurangi resiko jugular.
7. Kolaborasi
:
§ Beri
Oksigen sesuai indikasi
§ Laboratorium
: AGD, gula darah, dll.
§ Pemberian
terapi sesuai advis
§
CT Scan kepala untuk diagnosa dan monitoring.
|
1.
Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran
2. Memberikan
gambaran lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskular.
3. Untuk
pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik/ perdarahan
lainnya.
4. Manuever
valsava dapat meningkatkan TIK dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan
5. Untuk
mengurangi peningkatan TIK.
6.
Mencegah peningkatan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan
meningkatkan sirkulasi / perfusi serebral.
7. Kolaborasi
:
§ Menurunkan
hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan
meningkatkan/ terbentuknya edema.
§ Memberikan
informasi tentang keefektifan pengobatan/ kadar terapeutik.
§ Bermanfaat
untuk mengatasi situasi.
§
Membantu dalam melihat lokasi atau kondisi dari otak
|
DP 2: Gangguan mobilitas fisik b.d.
kerusakan neuromuskuler, kelemahan, hemiparese
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Pantau tingkat kemampuan mobilisasi klien
2.
Pantau kekuatan otot
3.
Rubah posisi tiap 2 jam
4.
Pasang trochanter roll pada daerah yang lemah.
5.
Lakukan ROM pasif atau aktif sesuai kemampuan
dan jika TTV stabil.
6.
Libatkan keluarga dalam memobilisasi klien.
7. Kolaborasi Fisioterapi
|
1.
Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan
2.
Mengidentifikasi kemampuan otot
3.
Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia
jaringan.
4.
Alas/dasar yang keras menurunkan stimulasi
fleksi jari-jari, mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada posisi yang
normal.
5.
Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
6.
Membantu proses pemulihan pasien yang lebih
efektif.
7.
Program yang khusus dapat dikembangkan untuk
menemukan kebutuhan yang berarti / menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.
|
DP 3 : Gangguan komunikasi verbal
b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Evaluasi
sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat hindari memberi isyarat non
verbal
2.
Lakukan
komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang.
3.
Dengarkan dengan tekun jika pasien mulai
bicara.
4.
Berdiri
di dalam lapang pandang pasien pada saat berbicara.
5.
Latih
otot bicara secara optimal.
6.
Libatkan
keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien.
7.
Kolaborasi
dengan ahli terapi wicara.
|
1.
Mengetahui
tipe kerusakannya dan dapat memilih terapi yang tepat.
2.
Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk
memantau ucapan yang keluar.
3.
Melakuakn penilaian terhadap adanya kerusakan
sensorik (afasia sensorik) dan kerusakan motorik (afasia motorik).
4.
Pasien
dengan lapang pandang focus terhadap perawat dapat memudahkan komunikasi dan
pasien mampu menerima yang disampaikan perawat.
5.
Mengidentifikasi
adanya disartria sesuai dengan komponen motorik dari berbicara (seperti
lidah, gerakan bibir, control napas)
6. mengurangi isolasi sosial
pasien dan meningkatkan penciptaan komunikasi yang efektif.
7. pengkajian secara
individual kemampuan bicara dan sensorik, motorik dan kognitif berfungsi
untuk mengidentifikasi.
|
DP 4 : Resiko gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak adekuat.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Kaji
faktor penyebab yang mempengaruhi kemampuan menerima makan/minum.
2.
Hitung
kebutuhan nutrisi.
3.
Catat
intake makanan.
4.
Beri
latihan menelan.
5.
Berikan
makan via NGT.
6.
Timbang
berat badan secara berkala.
|
1.
Faktor
ini mempengaruhi dalam menentukan pilihan terhadap jenis makanan sehingga
pasien harus terlindung dari aspirasi.
2.
Untuk
mengetahui berapa intake makanan dan minuman yang dibutuhkan pasien.
3.
Meningkatkan
proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan
dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
4.
Mengevaluasi
keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
5.
Makan
melalui selang NGT mungkin diperlukan pada awal pemberian, jika pasien mampu
menelan makanan lunak atau makanan setengah cair mungkin lebih mudah
diberikan tanpa menimbulkan aspirasi.
6.
Merupakan
sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi
tergantung pada usia,berat badan, ukuran tubuh, keadaan penyakit sekarang.
|
DP 6 : Kurang
kemampuan merawat diri b.d. kelemahan, gangguan neuromuscular, kekuatan otot
menurun, penurunan koordinasi otot, depresi, nyeri, kerusakan persepsi
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Pantau tingkat kemampuan klien dalam merawat
diri.
2.
Berikan bantuan terhadap kebutuhan yang
benar-benar diperlukan saja.
3.
Buat lingkungan yang memungkinkan klien untuk
melakuakn ADL mandiri.
4.
Motivasi klien untuk melakukan ADL sesuai
kemampuan.
5.
Sediakan alat bantu diri bila mungkin.
|
1.
Membantu dan mengantisipasi / merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara individu.
2.
mengurangi rasa ketergantungan pasien terhadap
bantuan yang diberikan agar pasien menjadi mandiri.
3.
Agar pasien mapu beradaptasi dengan
lingkungannya dalam aktivitas sehari-hari.
4.
Diharapkan dengan adanya motivasi pasien mampu
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan.
5.
Membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
|
DP 7 : Resiko cedera
b.d. gerakan yang tidak terkontrol selama penurunan kesadaran.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Berikan lingkungan yang menunjang kegiatan klien .
-
Lantai tidak basah
-
Penerangan yang cukup
-
Jauhkan barang-barang yang tidak terlalu diperlukan
2.
Anjurkan klien untuk tetap menggunakan tongkat dengan hati-hati
3.
Anjurkan klien untuk menggunakan bed yang rendah
4.
Dekatkan barang-barang pribadi agar mudah terjangkau
|
1.
Penerangan dan penempatan barang
yang sederhana, dapat memudahkan aktivitas klien
2.
Tongkat yang digunakan dapat menopang berat tubuh
3.
Menghindari resiko untuk jatuh
4.
Menghindari resiko terjatuh
|
DP
8 : Kurang pengetahuan (klien dan keluarga) tentang penyakit dan perawatan b.d.
kurang informasi, keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Evaluasi derajat gangguan
persepsi sendori.
2.
Diskusikan proses patogenesis dan pengobatan
dengan klien dan keluarga.
3.
Identifikasi cara dan kemampuan untuk
meneruskan program perawatan di rumah.
4.
Identifikasi faktor resiko secara individual
dan lakukan perubahan pola hidup.
5.
Buat daftar perencanaan pulang.
|
1.
Membantu dalam membangun harapan yang realitis
dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan kebutuhan saat ini.
2.
Meningkatkan pemahaman, memberikan harapan pada
masa datang dan menimbulkan harapan pada masa datang dan menimbulkan harapan
dari keterbatasan hidup secara normal.
3.
berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan
berdasarkan kebutuhan secara individu.
4.
Memberikan penguatan visual dan sumber rujukan
setelah sembuh.
5.
meningkatkan kesehatan secara umum dan mungkin
menurunkan resiko kambuh.
|
4.
Implementasi
Implementasi
keperawatan merupakan kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan. Implementasi mencakup melakukan,
membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari. Dengan kata lain
implementasi adalah melakukan rencana tindakan yang telah ditentukan untuk
mengatasi masalah klien. (Haryanto, 2007 ; 81).
5.
Evaluasi
a.
Perubahan
perfusi jaringan serebral b.d interupsi aliran darah ke otak
1)
Klien
mampu Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan
motorik/sensori
2)
Klien
mampu Mendemonstrasikan TTV stabil dan tak adanyna tanda0tanda peningkatan TIK.
3)
Klien
mampu Menunjukkkan tidak ada kelanjutan deteriorasi atau kekambuhan defisit.
b.
Kerusakan mobilitas Fisik b.d
penurunan fungsi motorik:
1)
Klien
mampu Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikanoleh tak adanya
kontraktur/footdrop
2)
Klien
mampu Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena
atau kompensasi
3)
Klien
mampu Mendemonstrasikan teknik/prilaku yang memungkinkan aktifitas
4) Klien mampu Mempertahankan
integritas kulit.
c.
Kerusakan komunikasi verbal b.d
efek kerusakan hemisfer bahasa/bicara
1)
Klien
mampu Mengidentifikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
2)
Klien
mampu Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
3)
Klien
mampu Menggunakan sumber-sumber dengan tepat.
d.
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
1)
Klien
mampu mempertahankan intake yang dibutuhkan tubuh.
2) Klien mampu menambah berat badan klien.
e.
Resti cidera b.d defek lapang
pandang motorik/persepsi
1)
Klien
mampu Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cidera.
2)
Klien
mampu Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cidera.
3)
Klien
mampu Meminta bantuan bila diperlukan
f.
Defisit
perawatan diri b.d kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan dan ketahanan
otot.
1)
Klien
mampu Mendemonstrasikan teknik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri
2)
Klien
mampu Melakukan aktifitas` perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
3)
Klien
mampu Mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas, memberikan bantuan sesuai
kebutuhan.
LAPORAN
KASUS
ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. S
DENGAN
GANGGUAN NEUROLOGI
“STROKE”
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
Nama
: Tn “S”
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :
Islam
Alamat
: Baturaja
Pendidikan :
Tidak pernah sekolah
Pekerjaam :
Petani
II. Identitas Keluarga
Nama : Tn. K
Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat : Jln.
Dukman No. 48 Bandung
Hub. Dengan Klien : Adik Klien
III. Riwayat Kesehatan
1.
Riwayat Masuk Panti
Menurut penuturan klien, klien
dibawa kepanti oleh adik kandungnya dengan alasan agar klien bisa ada
yang merawat, dikarenakan klien tidak ada keluarga yang bisa
merawatnya.
2.
Status Kesehatan Saat Ini
a.
Keluhan
utama : Klien mengatakan kedua kaki sulit untuk digerakan
b.
Pengetahuan
tentang penatalaksanaan masalah kesehatan. Klien hanya tahu ketika sakit harus segera pergi kedokter
c.
Derajat
keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan diagnosa medis
d.
Obat-obatan
Saat ini
klien tidak mengkonsumsi therapy obat
3.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa dirinya
pernah memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan stroke.
4.
Riwayat kesehatan keluarga
Menurut
pengakuan klien, di keluarganya tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang diderita oleh klien seperti darah tinggi dan stroke
IV. Pemeriksaan fisik :
1.
Keadaan umum :
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Suhu : 3607C
Nadi : 85 x/menit
Respirasi : 23 x/ menit
Tinggi Badan : 158 cm
2.
Integumen
Tidak
terdapat luka dan lesi pada anggota tubuh, terdapat beberapa perubahan
pigmentasi pada anggota tubuh, tektur kulit tipis dan kering, warna rambut
klien keseluruhan beruban, kuku klien lebih keras.
3.
HemopoietikTidak
terdapat pendarahan pada klien, tidak ada pembengkakan kelenjar limfa, klien
tidak mengalami anemia, klien tidak memiliki riwayat transfusi darah.
4.
Kepala
Kepala simetris, bentuk
bulat, tiadak ada lesi dan tidak ada nyeri, distribusi rambut merata, tidak ada alopesia, dan tidak rontok,
kulit kepala bersih serta tidak
ada ketombe.
5.
Wajah
Wajah tidak simetris, warna kulit sama dengan warna kullit
yang lain, kumis (+) ,
janggut (+),
fungsi nervus fasialis (VII) baik terbukti dengan klien mampu mengangkat alis,
dapat menahan pipi yang dikembungkan dan
ditekan tangan pemeriksa. Fungsi sensasi baik terbukti klien dapat merasakan
goresan lembut kapas, dapat merasakan dan membedakan sensasi dingin dan panas,
serta dapat merasakan dan membedakan sensasi tujum dan tajam pada semua area.
6.
Telinga
Telinga simetris, posisi pina
sejajar dengan mata, tidak ada lesi dan kemerahan. Tidak ada pembengkakan dan
lesi pada telinga luar, liang telinga bersih dan terdapat sedikit serumen,
serumen tidak keras dan tidak bau. Membran timfani berwarna kelabu utuh, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran, fungsi
pendengaran baik terbukti klien mampu mendengar bisikan pemeriksa pada jarak 50
cm, dan bisa menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik dan benar.
7.
Mata
Alis tidak simetris, bulu mata ke atas, kelopak mata mampu
mengedip, konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, dan tidak ada lesi.
Kornea halus, reflex kornea positif, reaksi pupil terhadap cahaya baik,
kebersihan mata bersih. Bola mata klien dapat mengikuti gerakan tangan
pemeriksa pada 5 posisi, klien tidak menggunakan
alat bantu penglihatan, klien dapat melihat jari pemeriksa, dan penglihatan klien masih
jelas terbukti klien masih bisa menyebutkan nama obyek yang dilihatnya serta tidak ada nyeri tekan pada saat bola mata ditekan.
8.
Hidung
Posisi simetris, warna kulit
sama dengan warna kulit yang lain, tidak ada lesi dan secret, mukosa hidung
tidak kemerahan, lembut, septum simetris, tidak ada masa, klien dapat
membedakan bau kayu putih dan kopi.
9.
Mulut
Bibir tidak simetris, warna merah kecoklatan, mukosa
lembab, tidak ada lesi, pada gusi, jumlah gigi klien tidak lengkap. Lidah
simetris, bersih tidak ada lesi, warna merah gerakan lidah tidak ada hambatan,
tonsil simetris, tidak membesar dan tidak kemerahan dan nyeri. Uvula tidak membesar warna merah muda. Fungsi
pengecapan baik terbukti klien
mampu membedakan rasa manis
dan asin
10. Leher
Bentuk simetris, warna kulit
leher sama dengan warna kulit anggota tubuh lain, tidak ada jaringan parut,
tidak ada pembengkakan, posisi trachea di tengah. Klien dapat menyentuhkan dagu
ke sternum (flexi 350) dapat menengadah (ekstensi 450),
dapat menekuk leher dengan telinga mengarah ke dagu (lateral ke kiri dan ke
kanan 300 ), rotasi kiri dan kanan (500), pergerakan
leher tidak kaku dan tidak terbtas, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe,
denyut nadi pada arteri karotis kuat, dan tidak ada perubahan akibat inspirasi
dan ekspirasi. Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak ada pembengkakan
kelenjat tiroid, reflex menelan baik.
11. Thoraks
Bentuk dada simetris, tidak
ada kifosis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada jaringan parut, tidak ada massa,
ekspansi dada simetris frekuensi nafas 23 x/menit. Batas paru normal, tidak ada
suara nafas tambahan, pengembangan paru simetris, tidak ada wheezing dan suara
nafas tambahan lainnya. Batas jantung normal, tidak terjadi pembesaran, palpasi
normal pada semua area, bunyi jantung normal, BJ I dominan di area trikuspidal
dan mitral dan bunyi jantung II di area pulmonal dan aortic, tidak ada bunyi jantung tambahan. Tidak ada
pembesaran pada kelenjar limfe.
12. Abdomen
Bentuk abdomen simetris,
warna kulit merata, tidak ada striae, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada
lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada pernafasan perut, tidak Nampak
pelebaran pembuluh darah vena diseluruh area abdomen, umbilicus, tidak
hiperpigmentasi dan tidak berbau. Hepar tidak teraba. Pada saat kandung empedu
di tekan klien tidak mengeluh nyeri dan tidak menghentikan nafas dalamnya.
Bising usus pada semua kwadran, terdengar timphani di semua kwadran, saat palpasi suhu teraba hangat. Kandung kemih
kosong, ginjal tidak teraba dan klien mengatakan tidak ada rasa nyeri saat BAK
dan BAB, BAB lancar tidak ada keluhan.
13. Ekstremitas
atas dan bawah
Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
pembengkakan dan kemerahan, reflek bisep dan trisep (+), reflex plantar dan
patella serta achilles(+), kekuatan otot
tangan atas kiri dan kanan 4,
ektremitas bawah kanan 3, dan
kiri 3
14.
Sistem Genitouria
Genitalia
bersih, tidak terpasang kateter, bentuk dan anatomy alat kelamin utuh, tidak
ada lesi dan nyeri tekan.
15.
Persyarafan
1)
Test fungsi cerebral
Kesadaran composmentis, orinetasi terhadap orang,
waktu, tempat dan lingkungan baik, GCS 15; E4 (mata membuka dengan
spontan), M6 (dapat bergerak sesuai perintah) V5 (dapat
menjawab semua pertanyaan).
2)
Test fungsi Nervus
(Cranialis)
a)
Nervus I
(Olfaktorius)
Klien
dapat mengenali bau kopi dan balsa
b)
Nervus
II (Optikus)
Penglihatan
klien baik, bisa membaca dalam jarak 50
cm, yaitu membaca tulisan nama
perawat,klien
membaca tidak
menggunakan alat bantu.
c)
Nervus
III, IV, dan VI ( Okulomotoris, Trochlearis dan Abdusen
Pupil
berkontraksi mengecil saat dirangsang cahaya (++), gerakan okuler ke arah lateral, medial dan
oblique dengan bebas.
d)
Nervus V
( Trigeminus)
Klien
merasakan pilinan kapas pada kelopak mata, daerah maksila dan mandibula, refleks kornea (++), pada saat
mengunyah kekuatan otot massester dan temporal kuat.
e)
Nervus
VII (fasialis)
Klien
dapat merasakan asin dan manis pada 2/3 anterior lidah,
klien
dapat menggerakkan dahi, meringis dan tersenyum, klien dapat tersenyum secara
simetris.
f)
Nervus
VIII (Auditorius)
Klien dapat menjawab
pertanyaan perawat dengan benar dan tepat
g)
Nervus IX
Klien dapat merasakan rasa
pahit pada obat
h)
Nervus X (vagus)
Klien dapat menelan dengan
baik tanpa merasa sakit pergerakan uvula bebas.
i)
Nervus
XI (Assesorius)
Klien dapat melawan tahanan
saat menoleh ke samping dan dapat mengangkat bahu, kekuatan menahan lemah.
j) Nervus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menjulurkan
lidahnya dan dapat menggerakkan lidahnya dengan bebas. Dengan posisi di tengah.
V. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
1.
Pengkajian
Emosi
Klien mengatakan tidak
mengalami susah tidur, tidak ada perasaan gelisah, klien jarang murung atau menangis sendiri dan klien merasa tenang tidak ada perasaan khawatir
tanpa sebab.
2.
Pengkajian
spiritual
Agama yang dianut oleh klien adalah agama Kristen dan klien slalu berdoa setiap harinya kepada Tuhan . Klien mengatakan apabila dirinya telah dipanggil Tuhan, klien ikhlas
dan menerima keputusan karena itu merupakan takdir.
3.
Pengkajian
Fungsional
Klien termasuk ke dalam
kategori F (KATZ
index) karena klien mampu mandiri dalam makan,kecuali mandiri berpakaian, kontinensia (BAB dan
BAK), berpindah dan mandi.
4.
Pengkajian
tingkat kemandirian
Barthel Indeks
No
|
Kriteria
|
Dengan
Bantuan
|
Mandiri
|
Skor
|
Keterangan
|
1
|
Makan
|
5
|
10
|
5
|
Frekuensi
3x
Jumlah
1porsi
Jenis nasi
|
2
|
Minum
|
5
|
10
|
5
|
Frekuensi
6 x
Jumlah
2 L
Jenis
air pth
|
3
|
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan
sebaliknya
|
5-10
|
15
|
5
|
|
4
|
Personal toilet (cuci muka, menyisisr rambut,
gosok gigi)
|
0
|
5
|
5
|
Frekeunsi
3x
|
5
|
Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
|
5
|
10
|
5
|
|
6
|
Mandi
|
5
|
15
|
5
|
Frekuensi
2x
|
7
|
Jalan di permukaan datar
|
0
|
5
|
0
|
|
8
|
Naik turun tangga
|
5
|
10
|
5
|
|
9
|
Mengenakan pakaian
|
5
|
10
|
5
|
|
10
|
Kontrol
bowel (BAB)
|
5
|
10
|
5
|
Frekuensi
1x
Konsistensilembek
|
11
|
Kontrol bladder (BAK)
|
5
|
10
|
5
|
Frekeunsi
4x
Warna
kng jrnh
|
12
|
Olah raga / Latihan
|
5
|
10
|
5
|
Frekuensi:
15-20 Menit
Jenis:
/hr
|
13
|
Rekreasi/ pemanfaatan waktu luang
|
5
|
10
|
5
|
Jenis
: nonton TV
Frekuensi:/hr
|
Total Skor
|
60
|
Keterangan
:
A : 130 =
mandiri
B : 65-125 =
Ketergantungan sebagian
C : 60 = ketergantungan total
Tingkat kemandirian klien
termasuk kategori C : Ketergantungan
Total
5.
Pengkajian
Sistem Mental
Identifikasi tingkat
kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Benar
|
Salah
|
No
|
Pertanyaan
|
ü
|
1
|
Tanggal berapa hari ini?
|
|
ü
|
2
|
Hari apa sekarang ini ?
|
|
ü
|
3
|
Apa nama tempat ini ?
|
|
ü
|
4
|
Di mana Alamat anda?
|
|
ü
|
5
|
Berapa Umur anda?
|
|
ü
|
6
|
Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)
|
|
ü
|
7
|
Siapa Presiden Indonesia Sekarang?
|
|
ü
|
8
|
Siapa Presiden Indonesia sebelumnya?
|
|
ü
|
9
|
Siapa nama Ibu anda?
|
|
ü
|
10
|
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara menurun
|
|
7
|
4
|
Score total : 4
Interpretasi
Hasil :
A. Salah
0-3 ; Fungsi Intelektual utuh
B.
Salah 4-5 ; Kerusakan intelektual ringan
C. Salah
6- 8 ; Kerusakan Intelektual sedang
D.
Salah 9-10 ; Kerusakan Intelektual berat
Klien
termasuk ke dalam kerusakan intelektual ringan
6.
Identifikasi
aspek kognitif dari fengsi mental dengan menggunakan Mini Mental Status Exam
(MMSE) meliputi :
-
Orientasi
-
Registrasi
-
Perhatian
-
Kalkulasi
-
Mengingat Kembali
-
Bahasa
No
|
Aspek
Kognitif
|
Nilai
Max
|
Nilai
Klien
|
Kriteria
|
1
|
Orientasi
|
5
|
2
|
Menyebutkan
dengan benar :
-
Tahun :
2015
-
Musim :
Panas
-
Tanggal
: Lupa
-
Hari :
Rabu
-
Bulan :
Lupa
|
2
|
Orientasi
|
5
|
4
|
Dimana
kita sekarang berada ?
-
Negara : Indonesia
-
Profinsi : Jawa Barat
-
Kota : Bandung
-
PSTW : Panti Werdha Karitas
-
Wisma : Lupa
|
3
|
Registrasi
|
3
|
3
|
Sebutkan
nama 3 objek (oleh pemeriksa)
1
detik untuk masing-masing objek kemudian tanyakan kepada klien ketiga objek
tadi (untuk disebutkan)
-
Objek Kertas
-
Objek Pulpen
-
Objek Jam
|
3
|
Perhatian
dan Kalkulasi
|
5
|
5
|
Minta
klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat:
-
93
-
86
-
79
-
72
-
65
|
4
|
Mengingat
|
3
|
2
|
Minta
klien untuk mengulangi ketiga objek pada No 2 (Registrasi) tadi. Bila benar,
nilsi 1 point untuk masing-masing objek
|
5
|
Bahasa
|
9
|
7
|
· Tunjukkan
pada klien suatu benda dan tanyakan namanya pada klien.
-
Misal
; Buku, Tas
· Minta
klien untuk mengulangi kata berikut “ tak ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila
benar, nilai satu point .
-
pernyataan benar : 2 buah ; tak ada, tetapi
· Minta
klien untuk mengikuti perintah berikut
yang terdiri dari 3 langkah yaitu:
-
Ambil kertas dan pegang
-
Lipat dua
-
Letakkan diatas meja
· Perintahkan
kepada klien untuk hal sebagai berikut (bila aktivitas sesuai perintah nila 1
point)
-
“tutup mata anda”
-
Tuliskan
satu kalimat
-
menyalin gambar :
|
TOTAL
NILAI : 23
|
Interpretasi Hasil :
>23 :
Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi
mental ringan
≤17 : Terdapat kerusakan
aspek fungsi mental berat
Interpretasi
hasil klien adalah aspek kognitif dari fungsi mental baik
7.
Pengkajian kondisi depresi
No
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah anda puas dengan
kehidupan anda ?
|
ü
|
|
2
|
Apakah anda telah
meninggalkan banyak kegiatan ?
|
ü
|
|
3
|
Apakah anda merasa
kehidupan anda kosong ?
|
ü
|
|
4
|
Apakah anda sering
merasa bosan ?
|
ü
|
|
5
|
Apakah anda punya
semangat yang baik setiap
saat ? |
ü
|
|
6
|
Apakah anda takut bahwa
sesuatu yang buruk akan menimpa anda ?
|
ü
|
|
7
|
Apakah anda merasa tidak
bahagia ?
|
ü
|
|
8
|
Apakah anda sering
merasa tidak berdaya ?
|
ü
|
|
9
|
Apakah anda lebih senang
dirumah dari pada pergi keluar ?
|
ü
|
|
10
|
Apakah anda banyak
masalah dibanding kebanyakan orang ?
|
ü
|
|
11
|
Apakah anda pikir hidup
anda sekarang menyenangkan ?
|
ü
|
|
12
|
Apakah anda merasa tidak
berharga saat ini ?
|
ü
|
|
13
|
Apakah anda merasa penuh
semangat ?
|
ü
|
|
14
|
Apakah anda merasa bahwa
keadaan anda tidak ada harapan ?
|
ü
|
|
15
|
Apakah anda pikir bahwa
3 orang lain lebih baik dari anda ?
|
ü
|
Ket : Ya = 1 , Tidak =0
Kesimpulan : 5 - 9
: Suspek Depresi
>10 : Depresi
Interpretasi hasil klien adalah Suspek
Depresi
8.
Pengkajian Sosial
Komponen
|
Skore
|
Nilai
|
|
A
|
Adaptation
Saya
puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
|
2 :
Selalu
1 :
Kadang- kadang
0 :
Tidak pernah
|
1
|
P
|
Partnership
(hubungan)
Saya
puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan saya
|
2 :
Selalu
1 :
Kadang- kadang
0 :
Tidak pernah
|
0
|
G
|
Growth
( pertumbuhan )
Saya
puas bahwa keluarga (teman-teman saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
|
2 :
Selalu
1 :
Kadang- kadang
0 :
Tidak pernah
|
1
|
A
|
Affection
( afeksi )
Saya
puas dengan cara keluara (teman-teman) saya mengekpresikan afek dan berspons
terhadap emosi saya seperti marah, sedih atau mencintai
|
2 : Selalu
1 :
Kadang- kadang
0 :
Tidak pernah
|
1
|
R
|
Resolve
( Pemecahan )
Saya
puas dengan keluarga (teman-teman) saya menyediakan waktu bersama-sama
|
2 :
Selalu
1 :
Kadang- kadang
0 :
Tidak pernah
|
1
|
Penilaian :
< 3 :
Disfungsi keluarga sangat tinggi
4 – 6 : Disfungsi
keluarga sedang
7 -10 :
Disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga
Interpretasi hasil klien adalah
Disfungsi Keluarga Sedang
VI. Keadaan Lingkungan
Lantai wisma kotor dan basah dan dapat menimbulkan resiko
jatuh, kamar mandi kotor dengan lantai yang licin, sedangkan pegangan kamar
mandi tidak ada, penerangan cukup.
VII.
Analisa
Data
Nama Klien :
TN ”S”
Umur :
70 tahun
No
|
Data Senjang
|
Etiologi
|
Masalah
|
1..
|
DS :
-
Klien mengatakan sejak dirinya menderita stroke klien susah untuk berjalan
-
Klien mengtakan dirinya beraktifitas dengan bantuan tongkat
DO :
- Klien
tampak menggunakan tongkat
-
Kaki kanan klien susah untuk digerakkan
- TD
: 110/80 mmhg
- RR
: 20 x/menit
- Temperatur 360 C
- Nadi
80 x/menit
- Hasil pemeriksaan refleks (tendon, gordon, trisep, biseps) :
Derajat pergerakan sendi pada siku 600 dan pada kaki 50.
|
menyumbat aliran
darah ke otak
defisit neurologik
area frontal
Kehilangan control
volunter terhadap gerakan motorik
Ekstremitas menjadi kaku
Kerusakan mobilitas fisik
|
Kerusakan mobilitas fisik
|
2.
|
DS :
-
Klien mengatakan pernah akan
terjatuh
-
Klien mengatakan sering berjalan menggunakan tongkat atau berjalan
mengesot.
DO :
-
Klien berjalan dengan tongkat
-
Kaki kanan tampak sulit
digerakkan
-
Lantai wisma tampak basah
-
Stroke terjadi pada hemisfer
kiri.
|
menyumbat aliran darah ke otak
defisit neurologik
area frontal dan oksipital Syaraf
motorik kehilangan fungsi normal
Kerusakan saraf
motorik,
Resti
cidera
|
Resti cidera
|
3.
|
DS :
-
Klien mengatakan tangan kanan terasa berat untuk bergerak.
DO
-
Tempat tidur tidak rapih, serta tidak bersih
-
Personal hygiene kurang:
Rambut bau, kumis dan jenggot tidak dicukur.
|
Kesulitan tangan kanan ber
Defisit perawatan diri
|
Defisit perawatan diri
|
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Kerusakan mobolitas fisik berhubungan
dnegan penurunan fungsi motorik/ekstremitas.
2.
Resti
cidera (jatuh) berhubungan dengan defisit lapang pandang, persepsi dan motorik,
kondisi lantai basah.
3.
Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan mobilitas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien :
TN ”S”
Umur :
70 tahun
No.
|
Dx.
Keperawatan
|
Tujuan
/Kriteria
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
|
Kerusakan
mobolitas fisik berhubungan dnegan penurunan fungsi motorik/ekstremitas.
|
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dalam waktu 2 x 24 jam klien dapat beraktivitas secara
mandiri dengan kriteria hasil: Kekakuan pada sendi, jari-jari tangan dan kaki
kanan berkurang.
|
1.
Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif/fasif
2.
Anjurkan klien untuk mengubah posisi
3.
Bantu klien dengan perlahan dari barbaring ke posisi duduk dan biarkan
klien menjuntaikan tungkainya di samping tempat tidur beberapa menit sebelum
berdiri
4.
Observasi klien dalam melakukan pergerakan
5.
Anjurkan klien untuk mengambil posisi yang nyaman.
|
1.
Rentang gerak aktif meningkatkan
massa, tonus, dan kekuatan otot serta memperbaiki fase jantung dan
pernafasan.
2.
Mencegah kontraktur fleksi .panggul
3.
Peningkatan aktifitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan
menigkatkan tahanan
4.
Mengidentifikasi kekuatan /kelemahan otot
5.
Memberikan kenyamanan dan mencegah cidera
|
2.
|
Resti cidera
(jatuh) berhubungan dengan defisit lapang pandang, persepsi dan motorik,
kondisi lantai basah.
|
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, dalam waktu 2x24 jam
klien dapat mencegah / meminimalkan terjadinya cidera dengan kriteria hasil :
-
Menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cidera.
|
1.
Berikan lingkungan yang menunjang kegiatan klien .
2.
Anjurkan klien untuk tetap menggunakan tongkat dengan hati-hati.
3.
Anjurkan klien untuk menggunakan bed yang rendah.
4.
Dekatkan barang-barang pribadi agar mudah terjangkau.
|
1.
Penerangan dan penempatan barang
yang sederhana, dapat memudahkan aktivitas klien.
2.
Tongkat yang digunakan dapat menopang berat tubuh.
3.
Menghindari resiko untuk jatuh.
4.
Menghindari resiko terjatuh.
|
3.
|
Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan mobilitas
|
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam klien dapat memenuhi kebutuhan
keperawatan diri dengan kriteria hasil :
-
Badan bersih
-
Tempat tidur rapih
-
Kumis dan jenggot rapi
|
1.
Motivasi klien untuk membersihkan tempat tidur, mencukur kumis dan
jenggot.
2.
Berikan bantuan minimal pada
aktifitas dan yang tidak dapat melakukan oleh klien secara mandiri.
3.
Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukannya sendiri,
tapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
4.
Pertahankan dukungan, sikap yang tegas.
5.
Berikan umpan balik positip untuk setiap usaha yang dilakukan atas
keberhasilan-nya.
|
1.
Motivasi dapat meningkatkan
kemampuan klien untuk beraktifitas.
2.
Meningkatkan kemandirian klien
3. Mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan
4. Pasien akan memerlukan empati tetapi
perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu klien secara
konsisten
5. Meningkatkan perasaan makna diri,
meningkatkan kemandirian dan mendorong klien untuk berusaha secara kontiu
|
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien :
TN ”S”
Umur :
70 tahun
No.Dp
|
Waktu
|
Implementasi
|
Respon
|
1.
|
24-04-17
08.30
08.40
08.55
09.00
09.05
|
1. Melakukan latihan rentang gerak aktif & pasif pada
extremitas
2. Mengobservasi klien dalam melakukan pergerakan
3. Menganjurkan klien untuk merubah posisi miring ki/ka
4. Menganjurkan klien untuk mengambil posisi yang nyaman
pada waktu tidur/ duduk
5. Membantu klien dengan perlahan dari berbaring ke posisi
duduk dan biarkan klien untuk menjuntaikan tungkai kakinya disamping tempat
tidur selama beberapa menit sebelum berdiri .
|
1. ROM terbatas
dan klien mampu untuk melakukan RPS.
2.
Klien menggunakan tangan kirinya untuk menggerakkan tangan kanannya untuk
memakai pakaian
3.
Klien menerima anjuran dari perawat
4.
Klien menuruti anjuran yang diberikan
5.
Klien menuruti anjuran yang diberikan.
|
2
|
09.10
09.15
09.10
|
1.
Menciptakan lingkungan / suasana yang nyaman dan bersih
2.
Mendekatkan barang-barang pribadi yang sering digunakan agar mudah untuk
dijangkau klien
3.
Menganjurkan menggunakan tongkat dengan hati-hati
|
1.
Klien merasa senang ruangannya dibersihkan
2.
Klien telah meletakkan barang-barang pribadinya di dekat tempat tidurnya
3.
Kien sering menggunakan tongkatnya untuk beraktivitas (mandi,ke Toilet)
|
3.
|
10.00
10.10
10.15
10.20
10.30
|
1.
Memberikan motivasi kepada klien
untuk membersihkan tempat tidur, mencukur kumis dan jenggot.
2.
Memberikan bantuan minimal pada aktivitas yang tidak dapat dilakukan
secara mandiri oleh klien
3.
Menghindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukannya sendiri
4.
Mempertahankan dukungan/ memotivasi
5.
Memberikan umpan balik positif terhadap usaha yang dilakukan
|
1.
Klien mau membersihkan tempat tidurnya. Klien mau mencukur kumis dan
jenggotnya
2.
Klien tidak dapat mengambil makanan dari dapur untuk itu klien minta
dibantu mengambilkan makanannya.
3.
Klien dapat melakukan aktivitas minimal untuk memenuhi kebutuhannya
(mandi, berpakaian, dan ke toilet)
4.
Klien termotivasi untuk melakukan perawatan diri sebisa mungkin yang
dapat dilakukannya
5.
klien merasa senang atas usaha yang dapat ia lakukan.
|
E. EVALUASI KEPERAWATAN
No
Dx
|
Waktu
|
Catatan
Perkembangan
|
Paraf
|
I
|
26-04-17
Jam
08.30
|
S : Klien mengatakan mau melakukan
latihan pergerakan
sendi tetapi tangan dan kakinya terasa berat untuk digerakkan.
O :
- Kaki
dan tangan kanan klien susah digerakkan.
- TD
120/80 mmHg
- Derajat
pergerakan tangan klien mencapai 900
- Derajat
pergelangan kaki 50 C
A : Masalah belum teratasi
P
: Intervensi dilanjutkan
I
: Implementasi diteruskan
1.
Melakukan rentang gerak aktif/pasif
2. Mengobservasi
klien dalam melakukan pergerakan.
3. Mengajurkan
klien untuk mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur/duduk.
4. Menganjurkan
klien untuk merubah posisi miring kanan/kiri.
5. Membantu klien
dengan perlahan dari berbaring ke posisi duduk dan biarkan klien untuk
menjuntaikan kakinya di samping tempat
tidur selama beberapa menit sebelum berdiri.
E : Klien belum
dapat melakukan rentang gerak aktif secara mandiri.
|
|
2
|
26 -11- 2008
Jam
09.00
|
S :
-
Klien mengatakan tidak pernah terjatuh
-
Klien mengatakan sering berjalan menggunakan tongkat atau bila telah
lelah menggunakan kakinya dengan merangkak.
O:
- Klien
tampak menggunakan tongkat
-
Lantai ruangan klien terlihat kering dan tidak licin
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
|
|
3
|
26-11-2008
Jam
09.30
|
S :
-
Klien mengatakan dirinya bisa mandi, makan dan berpakaian sendiri
-
Klien mengatakan tidak bisa memotong kuku, mencukur kumis dan jenggot,
karena tangan kanan susah digerakkan
O :
- Klien
tampak rapi
- Kancing
baju terpasang dengan tepat
- Kuku
klien masih tampak panjang
-
Kumis dan janggut belum di cukur
A : Masalah
teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
I
:Implementasi diteruskan
1. Memberikan
bantuan minimal untuk memotong kuku dan mencukur kumis dan jenggot.
2.
Memberikan umpan balik positif terhadap usaha yang telah dilakukan oleh
klien.
E : Klien
belum dapat melakukan perawatan diri secara mandiri.
|
|
1
|
27-04-17
Jam
|
S : Klien
mengatakan sudah dapat melakukan
rentang pergerakan sendiri setiap pagi secara mandiri.
O :
-
Tangan klien sudah dapat digerakkan sedikit demi sedikit.
-
Kaki klien tampak belum dapat digerakkan
- TD
110/80 mmHg
- Derajat
pergerakan tangan klien mencapai 1200
- Derajat
pergelangan kaki 50 C
A : Masalah teratasi sebagian
P
: Intervensi dilanjutkan
I
: Implementasi diteruskan
1.
Melakukan rentang gerak
aktif/pasif
2. Mengobservasi klien dalam melakukan pergerakan.
3. Membantu klien dengan perlahan untuk menggerakkan
kakinya.
E : Klien sudah
dapat melakukan rentang gerak sendi secara mandiri namun dalam batas
pengawasan.
|
|
2.
|
27-04-17
Jam
09.00
|
S :
-
Klien mengatakan dirinya bisa mandi, makan dan berpakaian sendiri
-
Klien mengatakan tidak bisa memotong kuku, mencukur kumis dan jenggot,
karena tangan kanan susah digerakan
O :
- Klien
tampak rapi
- Kancing
baju terpasang dengan tepat
- Kuku
klien sudah dipotong
-
Kumis dan janggut sudah
A : Masalah
teratasi
P :
Intervensi dihentikan
|
|
3.
|
27-04-17
Jam
09.10
|
S : Klien
mengatakan mengetahui tentang
penyakitnya.
O : Klien dapat menyebutkan pengertian,
tanda dan
gejala tentang stroke
A : masalah
teratasi
P :
Intervensi dihentikan
|
|
1
|
28-04-17
Jam
08.30
|
S : Klien setiap
pagi klien melakukan pergerakan sendi secara mandiri secara aktif
O :
- Tangan klien
sudah dapat digerakkan sedikit demi sedikit.
-
Klien melakukan pergerakan sendi pada tangan dan kaki secara mandiri
setiap pagi
A :
Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu.
Yogyakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
Haryanto, 2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan
Pemetaan Konsep. Jakarta:
Salemba Medika.
Kushariyadi. 2010. Asuhan
Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta.
Kusuma, H., & Nurarif, H.
(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda
Nic-Noc. Jogjakarta: MediactioN.
Margareth, & Rendi, C.
(2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Setiadi. (2007). Anatomi
Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sodoyo, A. W. (2006). Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih.
Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Stockslager, 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik.
Ed,2. Jakarta : EGC
Susanto, T. (2012). Buku
Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Syaifuddin, H. (2006). Anatomi
Fisiologi. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Tamher, S. Noorkasiani. 2011. Kesehatan
Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
No comments:
Post a Comment