Thursday, 25 May 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK PENYALAHGUNAAN OBAT DAN NARKOTIKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan. Penerapan dari proses keperawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki kesamaan. Elemennya menggunakan metode pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu kerangka operasional dalam pelaksanaan askep yang berupa rangkaian kegiatan secara sistematis sehingga masyarakat mampu secara mandiri dalam menghadapi masalah kesehatannya. Adanya kesungguhan, kesesuaian, bersiklus, berfokus pada klien, interaktif dan berorientasi pada komunitas, adalah elemen-elemen penting dalam asuhan keperawatan komunitas.
Narkotika, alkohol,psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) tergolong dalam zat psikoaktif yang bekerja mempenagruhi kerja sistem penghantar sinyal saraf (neurotransmiter) sel-sel susunan saraf pusat (otak)sehingga menyebabkan tergagunya fungsi koknitif (pikiran, persepsi, daya nilai (judgement), perilaku,serta dapat menyebabkan efek ketergantngan, naik fisik maupun psikis. Penyalahgunaan napza di indonesia sekarang sudah merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan bangsa dan negara.
Pengungkapan kasusnya di indonesia meningkat rata-rata 28,9 % per tahun. Tahun 2005, pabrik ekstasi terbesar ke-3 di dunia terbongkar di tanggerang  banten. Di indonesia diprediksikan terdapat sekitar 1.365.000 kasus penyalah gunaan napza aktif dan data perkiraan estimasi terakhir menyebutkan bahwa pengguna napza di indonesia mencapai 5.000.000 jiwa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Konsep dasar  NAPZA
2.      Bagaimana  intervensi, implementasi dan evaluasi dari NAPZA

C.    Tujuan Penulisan
1.   Mengetahui konsep dasar NAPZA
2.   Mengetahui  intervensi, implementasi dan evaluasi dari NAPZA




















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Medis
1.      Pengertian
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain istilah Narkoba juga dikenal istilah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU no 22, tahun 1997)
NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik ditelan melalui mulut, dihirup melalui hidung maupun disuntikkan melalui urat darah. Zat-zat kimia itu dapat mengubahpikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Pemakaian terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik dan/atau psikologis.
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang  parah  dan  sering  dianggap  sebagai  penyakit.  Adiksi  umumnya merujuk    pada    perilaku    psikososial    yang    berhubungan    dengan ketergantungan  zat.  Gejala  putus  zat  terjadi  karena  kebutuan  biologik terhadap    obat.    Toleransi    adalah    peningkatan    jumlah    zat    untuk  memperoleh   efek   yang   diharapkan.   Gejala   putus   zat   dan   toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 2005).  


2.      Etiologi
Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang menyalahgunakan NAPZA dan ketergantungan. Artinya, mengapa seseorang akhirnya terjebak dalam perilaku ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja dengan kasus lainnya. Namun berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan NAPZA.
a.       Faktor keluarga 
Dalam percakapan sehari-hari, keluarga paling sering menjadi “tertuduh” timbulnya penyalahgunaan NAPZA pada anaknya. Tuduhan ini tampaknya bukan tidak beralasan, karena hasil penelitian dan pengalaman para konselor di lapangan menunjukkan peranan penting dari keluarga dalam kasus-kasus penyalahgunaan NAPZA. Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat penyalahgunaan NAPZA.
1)      Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan NAPZAKeluarga dengan menejemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak).Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
2)      Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Di sini peran orang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua – dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya.
3)      Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal
4)      Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu
b.      Faktor kepribadian 
Kepribadian penyalahguna NAPZA juga turut berperan dalam perilaku ini. Pada remaja, biasanya penyalahguna NAPZA memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. 
Selain itu, kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya ia menyalahkan lingkungan dan lebih melihat faktor-faktor di luar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam memandang
c.       Faktor kelompok teman sebaya (peer group) 
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan. 
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih populer, mencapai prestasi dalam bidang olah raga, sosial dan akademik, dapat menyebabkan frustrasi dan mencari kelompok lain yang dapat menerimanya. Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan NAPZA dapat muncul. 
d.      Faktor kesempatan 
Ketersediaan NAPZA dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan sebagai pemicu. Indonesia yang sudah mendjadi tujuan pasar narkotika internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil – tentunya dengan berbagai kendalanya – juga turut menyuburkan usaha penjualan NAPZA di Indonesia. 
Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang satu-satu berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan NAPZA. Ada faktor yang memberikan kesempatan, dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan. Karena itu,
3.      Tanda Dan Gejala
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para pengguna NAPZA, dilihat dari :
a.       Ciri-ciri Umum
1)      Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
2)      Sulit diajak bicara
3)      Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga
4)      Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
5)      Mudah tersinggung
6)      Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari
b.      Perubahan Fisik dan Lingkungan
1)      Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk
2)      Mata merah dan berair
3)      Hidung berair atau seperti pilek
4)      Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
5)      Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci
6)      Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal
7)      Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di kamar atau di dalam tas
8)      Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh
9)      Sering kehilangan uang atau barang di rumah
10)  Mengabaikan kebersihan diri
c.       Perubahan Perilaku Sosial
1)      Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain
2)      Berbohong atau memanipulasi keadaan
3)      Kurang disiplin
4)      Bengong atau linglung
5)      Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
6)      Mengabaikan kegiatan ibadah
7)      Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
8)      Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau tempat-tempat tertutup
d.      Perubahan Psikologis
1)      Mudah tersinggung
2)      Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
3)      Malas melakukan aktivitas sehari-hari
4)      Sulit berkonsentrasi
5)      Tidak memiliki tanggung jawab
6)      Emosi tidak terkendali
7)      Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada
8)      Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
9)      Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan
4.      Jenis-Jenis NAPZA
Terdapat  berbagai jenis bahan psikotropika atau yang sering dikenal dengan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) yang beredar dewasa ini. Orang awam hanya mengenal yang sering dan hanya diberitakan di media masa yaitu: ganja, ekstasi, sabu. Padahal jenis narkoba itu banyak dan mudah ditemukan ditengah masyarakat.
Dari jenisnya narkoba dapat digolongkan dalam 3 bagian besar yaitu :
a.       Narkotika
Terdapat berbagai besar narkotika yang beredar sekarang ini diantaranya :
1)      Ganja (getahnya disebut hashis)
2)      Heroin dengan turunannya adalah putaw
3)      Morfin
4)      Kokain
b.      Psikotropika
Terdiri dari :
1)      Ekstasi (CT)
2)      Shabu-shabu
3)      Lexotan, nipan
4)      Pil koplo, dll
c.       Bahan adiktif lainnya
Yang termasuk bahan adiktif lainnya tang tergolong narkoba adalah:
1)      Alkohol
2)      Daftar G
3)      Lem atau cat (inhalan)
4)      Nikotin, kafein, dll.
Sedangkan dari cara pengggunaannya, narkoba dibagi menjadi kedalam empat bagian besar yaitu :
a.       Ditelan atau diminum
Pada umumnya yang termasuk  dalam penggolinga inimerupakan jenis narkoba yang diracik dalam bentuk pil atau biji-bijian atau yang juga minuman keras. Yang termasuk didalamnya adalah :
1)      Ekstasi
2)      Lexotan
3)      Giji ganja
4)      Minuman keras
b.      Dihisap
Yang termasuk dihisap adalah :
1)      Daun ganja
2)      Tembakau
c.       Dihirup
Yang termasuk dihirup adalah :
1)      Kokain
2)      Hashis
3)      Shabu-shabu
d.      Disuntik
Penggunaan narkoba dengan jenis ini melalui alat sintik yakni dengan memasukkan cairan (zat adiktif):
1)      Heroin/ putaw
2)      Morfin
3)      Amfetamin (ATS)
Menurut proses pembuatannya narkotika terbagi menjadi 3 pengolongan yaitu :
a.       Alami
Adalah jenis obat yang diambil langsung dari alamtanpa adanya proses fregmentasi atau produksi. Exampel : ganja, opium, kokain, kafein, dll.
b.      Semi sintesis
Adalah obat yang dibuat sedemikian rupa melalui proses fregmentasi. Exampel : morfin, heroin, kodein, dll.
c.       Sintesis
Adalah obat yang mulai berkembang sejak tahun 1930 untuk keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai pelindung rasa sakit dan penekan batuk  seperti anfetamin,dekasmfetamin, perthidin, meridian, metadon, dipipanon LSD, zat sintes juga dipakai dokter untuk terapi penyembuhan pencandu narkoba.
5.      Peran Perawat Komunitas Dalam Penanggulangan NAPZA
Peran perawat didefinisikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap oraang lain, dalam hal ini perawat untuk memberikan asuhan keperawatan, melakukan pembelaan pada klien , sebagai peendidik tenaga perawat dan masyarakat, koordinator dalam pelayanan klien, kolaborasi dalam membina  kerja sama dengan profesi lain dan  sejawat, konsultasi pada tenga kerja dan klien, agent of change dari sistem, metodologi, serta sikap (CHS,1989).
Masalah penanggulangan NAPZA merupakan masallah global dan memerlukan partisipasi aktif seluruh  komponen bangsa dalam penanganannya, perawat sebagai bagian ddari tenaga kesehatan mutlak wajib melaksanakan fungsi dan perannya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk penanganan penyalahgunaan NAPZA.
a.       Fungsi Perawat
1)      Independent
Fungsi independent perawat  adalah “ those activies that are considered to be within nursing’s scope of diagnosis and treatment “. Dalam fungsi ini tindakan perawat dalam penanganan klien pengguna NAPZA tidak memerlukan dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Dalam kaitan dengan penggunaan NAPZA tindakan perawat antara lain :
a)      Pengkkajian klien pengguna NAPZA
b)      Membantu klien pengguna NAPZA memenuhi kebutuhan sehari-hari
c)      Mendororoong klien berprilaku secara wajar.
2)      Interdependent
Fungsi perawat adalah “ carrier out in conjunction with other health team members “. Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan lain. Fungsi ini dilaksanakan dengan pembentukan tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Dan anggota tim lain bekerja sesuai kopetensinya masing-masing. Contoh tidakannya adalah kolaborasi rehabilitas klien pengguna NAPZA, dimana perawat bekerja dengan psikiater, sosial worker, ahli gizi juga rahaniawan.
3)      Dependent
Fungsi perawat adalah “the activities performen based on the physician’s order “. Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalm memberikan pelayanan medik. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatab atau pemberian psikofarmaka dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan oleh dokter. Contohnya pada tindakan detoksifikasi NAPZA.
b.      Peran perawat
1)      Provider/ pelaksana
Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai media penyedia layanan keperawatan (praknisi). Perawat baik secara langsung maupun tidak langung membeerikan asuhan keperawatan kepada klien dengan ketergantungan obbat-obat terlarang baik secaara individu, keluarga, ataupun masyarakat.peran ini biasanya dilaksanakann oleh perawat di tatanan pelayana seperti rumah sakit khusus ketergantungan obat terlarang, unit pelayanan psikiatri, puskesmas dam masyarakat. Untuk memcapai peran ini seorang perawat harus mempunyai  kemampuan secaara mandiri dan kolaborasi , memiliki kemampuan dan ilmu pengetahuan tentang NAPZA. Dalam menjalankan perannya perawat memakai metode pemecahan masalah dalam bentuk asuhan proses keperawat.
2)      Edukator/pendidik
Peran ini menekankan kepada tindakan promotif. Perawat mmelakukan pendidikan keesehatan tentang NAPZA dan dampaknya bagi kesehatan kepada klien baik individu,kelompok, maupun masyarakat. Dlam pelakukan peran ini perawat arus mempunyai kemampuan dalam hubungan interpersonal yang efektif, mengetahui prinsip, yaang dianut oleh klien,mempunyai kemampuan proses belajar dan mengajar daan mempunyai pengetahuan yan cukup tentang NAPZA.
3)      Advokat
Di indonesiaa saat ini sudah ada peraturan yyang menyebutkan bahwa pengguna NAPZA dapat dikirim ke panti rehabilitasi untuk menjalani perawatan sebagai ganti hukuman kurungan. Namun sayangnya, seemenjak peraturan  tersebut berlaku tahhun 1997 (UU no.22tahun 1997 tentang narkotika & UU no.5 tahun 1997 tentang psikotropika). Beelum banyaak yaang dikirim ke panti rehabilitasi ataas perintah hhaki di pengadilan. Hal ini terjadi terutama  karna masih kurangnya batasabn aantar pengguna dan pengedar di dalam UU narkotika yang berlaku.  Disinilah peran perawat dillakksannakan yait sebgai protektor dann avokat. Peran ini dilaksanakan denagn upaya melindungi klien, selalu “ berbicara untuk pasien” dan menjadi penengah antara pasien dan orang llain, membantu dan mendukung klien dalam membuat keputusan serta berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan kesehatan.
6.      Upaya Penanggulangan Narkoba
Ada 4 bentuk upaya penyalahgunaan masalah narkoba yaitu promotif, preventif, rehabilitatif, dan represif.
a.       Promotif
Disebut juga program preemtif atau program pemmbinaan. Program ini ditujukan kepada masyarakat yangg belum memakai narkoba, atau yang bahkan belum mengenal narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranaan atau kegiatan agar kelompok ini secar nyata lebih sejahatera sehingga tidak pernahberpikir untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai naarkoba.
Bentuk program ini adalah : pelatihan,dialog interaktif, dan lain-lain pada kelompok belajar, kelompok olahraga, seni budaya, atau kelompok usia (tani,dagang,bengkel kopeasi,kerajinan dan lain-lain).
Penekanan dalm program preemtif adalah peningkatan kwalitas kinerja agar leebih bahagia dan sejaahtera. Pengenalan terhadap masalah narkoba hanya peringatan sepintas lalu.
Pelaku program prefentif yang paling tepat adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
b.      Peventif
Disebut juga  program pencegahan. Program ini di tunjukan kepada masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengethui seluk beluk narkob sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakan naarkoba. Selain dilakukan oleh pemerintah, program ini juga sangat efektif jika dibantu oleh instalansi dan institusi lain, juga termasuk lembaga profesional lain, lembaga swadaya masyarakat, perkumplan, ormas dan lain-lain.
Bentuk kegiatan :
1)      Program prmberian informasi satu arah (monolog) dari pembicara kepada pendengar tentang bahaya pemakain narkoba. Kampanye bersifat memberi informasi satu arah tanpa ada tanya jawab. Biasanya hanyamemberikan garis besar, dangkal, da umum. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba dapat juga dilakukan melalui spandu, brosur, poster, dan baliho. Misi yang disampaikan adalah pesan untu relawan penyalahgunaan narkoba, tanpa penjelasan yang mendalam atau ilmiah tentang naarkoba.
2)      Penyulihan seluk beluk narkoba
Berbeda dengan kampanye yang monolog, penyuluhan bersifat dialog daan tanya jawab. Bentuknya dapat berupa seminar, ceramah dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk mendalami berbagai masalah tentang narkoba sehingga masyarakat memahami tentang penyalahgunaan narkobaa.
Materi deberikan / disampaikan  oleh tenaga profesinal sesuai dengan tema penyuluhan.
3)      Pendidikan dan pelatiha kelompok  sebaya (peer group)
untuk dapat mengulangi masalah narkoba secara efektif di dallam kelompok masyarakat terbatas tertentu, dilakukan pendidikan dan pelatihan . program ini menenalkan materi narkiba secara mendalamtentang narkoba, termasuk latihan pidato latihan diskitasi dan lain-lain. Program ini dilakkan dirsekolah, kampus, atau kantor dalam waktu beberapa hari
4)      Upaaya mengawasi dan mengendalikan produsi dan distribusi narkoba  di masyarakat :
Pengawasan dan pengendalikan adalah program preventif yang menjadi tugas aprat terkait.
c.       Rehabilitatif
Rehabilitatif adalah upaya pemulihan  kesehatan jiwa dan raga yangdijutukan kepda pemakai narkobayang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai lagi daan bebas dari penyakitikutanyang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba.
Itu sebabnya mengapa pengguna narkoba yang tanpa upaya pemulihan tidak bermanfaat. Setelah sembuh, masih banyak masalah lain yang akan timbul. Semua dampak negatif tersebut sangat sulit diatasi. Karna, banyak pemakai narkoba yang ketika sudah sadar mengalami putus asa, kemudian bunuh diri. Cara bunuh diiri terbanyak pemakai narkoba adalah dengan mentuntikkan  dirinya sendiri dengan narkoba dengan dosis besar sehingga mengalami overdosis.  Penyebab bunuh diri terbanyak karna putus asa adalah karna mengetahui mengidap penyakit HIV/AIDS, atau jenggkel tidak dapat lepas dari nakoba.
Cara bunih diri lain yang ditempu adalah melompat dari ketnggian, membenturkan kepala ketembok/ lantai, atau menabrakkan diri pada kendaraan.
Banyak maasyarakat yang membuka usaha rehabilitas bagi korban narkoba dengan cara membuat pondokan bagi penderita narkoba. Ada berbagai cara pemulihan. Namun, keberhasilan upaya ini tergantung pada :
1)      Profesionalisme lembaga rehabilitasi (SDM, sarana dan prasarana) yang menangani.
2)      Kesadaran dan kesungguhan penderita
3)      Dukungan atau kerjasama antara penderita, lembaga, dan keluarga penderita.
Masalah yang paling besar dan sulit dalam penangana penderita narkoba adalah mencegah datang nya kambuhan/relapse setalah yang penderitaselesai menjalankan pengobatan. Relapse disebabkan oleh perasaan rindu dan keingina yang kuatakibat salah satu sifatnarkoba, yaitu habitul. Satu-satunya cara yang dianggap efektif untuk mencegah datangnya kambuhan saat ini adalah dengan rehabilitasi fisik dan mental.
d.      Represif
Program represif adalah penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum.program ini merupakan instansi pemerintah yang berkewajiban mengawasi danmengendalikaan produksimaupun distribusi semua zat yang tergolong narkoba. Selain megendalikan, program represif berupa penindakan juga terhadap pemakai sebagai pelanggar undang-undang tentang narkoba. Banyak narkoba dibuat dari bahan kimai yang sehari-hari bermanfaat untuk kepentingan industri pertanian.

B.     Konsep Keperawatan
1.      Intervensi
Intervensi keperawatan difokuskan kepada pencegahan primer, sekunder dan tertier. Jika streesor memasuki garis pertahanan fkexibel, maka perawat melakukan prevensi primer, jika streesor masuk kegaris pertahanan normal, maka intervensi keperawatan terfokus kepada pencegahan sekunder dan jika stressor sudah memasuki garis pertahanan resisten maka perawat melakukan prenvesi tertier.
Tujuan prevensi primer mengurangi insiden penyalahgunaan NAPZA dalam populasi dengan mengurangi faktor risiko serta memperkuat komunitas (Remaja) menghadapi risiko tersebut. Peran perawat sebagai pendidik lebih menonjol dalam prevensi primer ini.  Upaya prevensi sekunder melalui deteksi dini penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Peran perawat yang menonjol adalah penemu kasus dan pemberi pelayanan. Perawat aktif menemukan kasus penyalahgunaan NAPZA dan melakukan upaya pelayanan dalam mengurangi  perilaku tersebut.
Upaya prevensi tertier, diarahkan untuk mengurangi dampak atau akibat ketergantungan pada NAPZA. Upaya rehabilitasi  lebih menjadi fokus pencegahan tertier.  Peran perawat  utama  pada fase ini adalah sebagai advocator agar klien mendapat perlindungan dan mendapat pelayanan yang sesuai serta memadai , pemberi pelayanan  (Provider) untuk memaksimalkan fungsi yang masih mampu dilakukan klien. Diharapkan remaja dapat beradaptasi kembali dengan lingkungan dan perawat beserta sosial support lainnya (orang tua, teman, tokoh masyarakat dan guru) tetap memantau perilaku remaja agar tidak kembali mencoba menggunakan NAPZA (McMurray, 2003 ; Anderson & McFarlane, 2000).
Masyarakat dituntut menciptakan lingkungan yang mendukung untuk kesehatan remaja. Jika ditemui adanya kondisi yang sangat mendukung terjadinya penyalahgunaan NAPZA seperti bebasnya pusat hiburan mengedarkan NAPZA maka perlu kebijakan oleh pemerintah setempat. Pendekatan promotif dan preventif ini perlu dengan menggunakan pendekatan  sistem, karena jika berjalan sendiri-sendiri hasilnya tidak akan memuaskan (McMurray , 2003).
2.      Implementasi
Implementasi dilakukan bersama masyarakat , dengan mengacu kepada perencanaan yang telah disusun bersama masyarakat. Perlu upaya peningkatan harga diri remaja, komunikasi yang efektif dalam keluarga, latihan mengatakan tidak pada NAPZA.  Serta berbagai implementasi lainnya. 
3.      Evaluasi
Evaluasi pada keperawatan komunitas dilakukan secara terus-menerus. Perubahan perilaku komunitas tidak dapat dilihat dalam jangka waktu singkat, akan tetapi tahapan perubahan perilaku dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, psikomotor dan sikap. Minimal dibutuhkan waktu 12 minggu untuk merubah perilaku masyarakat. Perubahan yang lebih besar membutuhkan waktu 6 bulan, satu tahun bahkan lebih. Evaluasi dilakukan bersama-sama masyarakat. Apakah terjadi penurunan pengguna NAPZA ?, apakah kekerasan masih sering terjadi dan bagaimana insiden AIDS / HIV dalam komunitas remaja.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang  parah  dan  sering  dianggap  sebagai  penyakit
Peran perawat komunitas didefinisikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap oraang lain, dalam hal ini perawat untuk memberikan asuhan keperawatan, melakukan pembelaan pada klien , sebagai peendidik tenaga perawat dan masyarakat, koordinator dalam pelayanan klien, kolaborasi dalam membina  kerja sama dengan profesi lain dan  sejawat, konsultasi pada tenga kerja dan klien, agent of change dari sistem, metodologi, serta sikap (CHS,1989).

B.     Saran
Diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada para pemuda agar tidak salah dalam memilih pergaulan. Isilah hidup dengan kegiatan yang positif dan jangan mencoba hal-hal yang memberikan kenikmatan sesaat.









DAFTAR PUSTAKA
Anderson,E and McFarlane, J. (2000). Community AS Partner (Theory and Practice in Nursing) : Lippincott.

Asbanu. (2000). Mengapa Remaja Menggunakan NAPZA (Riset kualitatif) : Tidak dipublikasikan. 

Hamid,A. (1999). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja. Jakarta : Widya Medika

Helvie, C. (1998). Advanced Practice Nursing in The Community. Virginia : SAGE Publications.

Hurlock,E. (1999). Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga

Mohamad.K (1998). Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Notoatmodjo,S..(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Riyanto (2002). Analisis Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap Perilaku Sehat Siswa SLTP Negeri Wilayah Jakarta Timur Dalam Konteks Keperawatan Komunitas Tahun 2002 (Tesis). Jakarta : Tidak dipublikasikan.
Hawari, Dadang.,2003, Penyelahgunaan dan ketergantungan NAZA,FKUI, Jakarta, gaya baru

Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta

Stuart,G. W & Laraia,M.T (1998). Principles and Practice of Psichiatric Nursing : Mosby
Willis, S. . (2001). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan edisi 36 : Konseling Terpadu Pemulihan Pecandu Narkoba . Jakarta : Depdiknas.

Wong, D. L (1999). Nursing Care of Infant and Children. USA : Mosby

Kohlberg, L. (1980). Stage and sequence: the cognitive developmental approach to socialization. Avery Publishing Group Inc.
Sumiati, 2009, Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA, Jakarta, Penerbit CV. Trans Info Media


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada kelompok  Penyalahgunaan Obat dan Narkotika”, yang mana makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangannya, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah, serta kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga semua amal baik semua pihak mendapat imbalan yang belipat dari Allah SWT. amiin.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.


Watampone,    22  November  2015

              Penulis,



i
 
 


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................         i
DAFTAR ISI .............................................................................................        ii
BAB I..... PENDAHULUAN ....................................................................        1
A.      Latar Belakang.....................................................................        1
B.       Rumusan Masalah.................................................................        2
C.       Tujuan Penulisan...................................................................        2
BAB II... PEMBAHASAN........................................................................        3
A.       Konsep Medis......................................................................        3
1.      Pengertian......................................................................        3
2.      Etiologi...........................................................................        4
3.      Tanda Dan Gejala..........................................................        6
4.      Jenis-Jenis NAPZA........................................................        7
5.      Peran Perawat Komunitas Dalam Penanggulangan NAPZA       10
6.      Upaya Penanggulangan Narkoba...................................       12
B.       Konsep Keperawatan...........................................................       15
1.      Intervensi.......................................................................       15
2.      Implementasi..................................................................       17
3.      Evaluasi..........................................................................       17
BAB III.. PENUTUP.................................................................................       18
A.       Kesimpulan...........................................................................       18
B.       Saran.....................................................................................       18
DAFTAR PUSTAKA

ii
 
 


MAKALAH
ASUHAN   KEPERAWATAN   KOMUNITAS   PADA KELOMPOK PENYALAHGUNAAN OBAT
DAN NARKOTIKA




OLEH :
NAMA : SURAHMAN
BT : 13 01 061



AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E
2015/2016


 
 

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...