BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uretritis gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkanoleh
kuman neisseria gonorrhoeae. Penaganannya yang sulit menyebabkan penyakit ini
tidak terbatas hanya pada suatu negara, tetapi sudah menjadi masalah dunia
terutama pada negara berkembang atau sedang berkembang seperti Asia Selatan dan
Tenggara, Sub Sahara Afrika dan Amerika Latin.
WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan
setiap tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan dijumpai 600.000
kasus baru setiap tahunnya.Hal ini disebabkan banyak faktor penunjang yang
dapat mempermudah dalam hal penyebarannya menyangkut : kemajuan sarana
transportasi, pengaruh geografi, pengaruh lingkungan, kurangnya fasilitas pengobatan,
kesalahan diagnosis, perubahan pola hidup, dan tak kalah penting ialah
penyalahgunaan obat.Kesemuanya ini dapat terjadi terutama karena latar belakang
kurangnya pengetahuan mengenai seluk beluk dari infeksi menular
seksual.Infeksi gonore dapat juga didapat dari setiap kontak seksual,
pharyngeal dananal gonorrheae tidak biasa. Gejala pharyngeal gonorrheae
biasanya berupa nyeri tenggorokan, anal gonorrheae dapat dirasakan lebih nyeri
disertai sekret yang bernanah.Angka tertinggi pada wanita dari semua ras
adalah kelompok usia 15 sampai19 tahun.
Prevalensi gonore selama kehamilan bervariasi, tetapi dapat mencapai 7%dan
mencerminkan status resiko populasi. Faktor resiko antara lain adalah
lajang,remaja, kemiskinan, terbukti menyalahgunakan obat, prostitusi, penyakit
menular seksual lain dan tidak adanya perawatan prenatal.Dengan bertambah
banyaknya ragam antibiotik yang berhasil disintesis akhir-akhir ini memperkuat
dugaan sebelumnya bahwa uretritis gonore akan dapat terberantas secara tuntas.
Kenyataannya hal seperti ini tidak seluruhnya benar.Tidak jarang penderita
uretritis gonore tidak kunjung sembuh meskipun telah minum sendiri antibiotik
yang mahal sekalipun. Penderita lain dengan sakit yang sama berobat ke dokter,
kemudian sembuh.Berdasarkan pengalaman tersebut, setiap kali sakit setelah
hubungan seksual, pasien selalu minum obat yang sama tanpa memeriksakan diri ke
dokter lebih dahulu. Kasus seperti ini sering terjadi dalam praktek
sehari-hari
1.1 Tujuan
1.1.1
Tujuan
Umum
Mahasiswa dapat
memahami gambaran tentang asuhan
keperawatan dengan pasien uretritis
1.1.2
Tujuan
Khusus
1.1.2.1
Untuk mengetahui definisi dari uretritis
1.1.2.2 Untuk mengetahui etiologi dari uretritis
1.1.2.3
Untuk mengetahui patofisiologi dari uretritis
1.1.2.4
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari uretritis
1.1.2.5
Untuk mengetahui komplikasi
dari uretritis
1.1.2.6
Untuk mengetahui pemeriksaan
diagnostik dari uretritis
1.1.2.7
Untuk mengetahui penatalaksanaan
dari uretritis
1.1.2.8
Untuk mengetahui patoflow dari uretritis
1.2 Manfaat
1.2.1
Bagi
Mahasiswa
Dari makalah ini akan
menyediakan informasi yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa
mengenai uretritis
1.2.2
Bagi
Masyarakat
Masyarakat dapat
mengetahui tanda-tanda yang dialami bagi penderita uretritis dan menjadikan wawasan
masyarakat bertambah tentang uretritis
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Penyakit
2.1.1
Pengertian
Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau
suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan
nongonoreal. Namun demikian kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu
pasien. (Nursalam, 2008).
Uretritis yaitu inflamasi pada uretra, keadaan
ini kerap kali merupakan gejala penyakit gonore, dapat pula disebabkan oleh
mikroorganisme. (Barbara. 2005)
Uretritis adalah peradangan yang terjadi pada
uretra (Anonym 1997).
Urethritis juga merupakan salah satu sindroma
dari penyakit menular seks (PMS),urethritis secara spesifik dapat terbagi 2
yaitu gonococal urethritis dan nongonococal urethritis
Urethritis merupakan peradangan pada saluran
kencing atau urethra, yang terjadi pada lapisan kulit urethra, disebabkan oleh
bakteri-bakteri yang menyerang saluran kemih seperti Chlamydia trachomatis,
neisseria gonorrhoae, tricomonal vaginalis dan lain-lain. peradangan ini
biasanya terjadi pada ujung urethra atau urethra bagian posterior, urethritis
juga merupakan salah satu dari infeksi dari saluran kemih yaitu urethra,
prostate, vas deferens, testis atau ovarium, buli-buli, ureter sampai ginjal.
Dan dapat dikatakan sebagai bagian dari infeksi saluran kemih superficial atau
mukosa yang tidak menandakan invasi pada jaringan.
2.1.2
Klasifikasi
A. Uretritis Akut
a. Penyebab
Asending infeksi atau sebaliknya oleh karena
prostate mengalami infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita kaum pria.
b. Tanda
dan Gejala
·
Mukosa merah udematus
·
Terdapat cairan eksudat yang purulent
·
Ada ulserasi pada uretra
·
Mikroskopis : terlihat infiltrasi
leukosit sel – sel plasma dan sel – sel limfosit
·
Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala
khas pada uretritis G.O yaitu morning sickness
·
Pada oria : pembuluh darah kapiler,
kelenjar uretra tersumbat oleh kelompok pus
·
Pada wanita : jarang diketemukan
uretritis akut, kecuali bila pasien menderita.
c.
Diagnosa Diferential
· Uretritis
GO
· Amicrobic
pyuhria
· Uretritis
karena trichomonas
· Prostatitis
non spesifik
d.
Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan terhadap secret uretra untuk
mengetahui kuman penyebab.
e.
Tindakan Pengobatan
· Pemberian
antibiotika
· Bila
terjadi striktuka, lakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougil
f.
Komplikasi
· Mungkin
prostatitis
· Periuretral
abses yang dapat sembuh, kemudian meninbulkan striktura atau urine fistula
B. Uretritis Kronis
a. Penyebab
·
Pengobatan yang tidak sempurna pada masa
akut
·
Prostatitis kronis
·
Striktura uretra
b. Tanda
dan Gejala
·
Mukosa terlihat granuler dan merah
·
Mikroskopis : infiltrasi dari leukosit,
sel plasma, sedikit sel leukosit, fibroblast bertambah
·
Getah uretra (+), dapat dilihat pada
pagi hari sebelum bak pertama
·
Uretra iritasi, vesikal iritasi,
prostatitis, cystitis.
c.
Prognosa
Bila
tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter,
ginjal.
d. Tindakan
Pengobatan
·
Chemoterapi dan antibiotika
·
Cari penyebabnya
·
Berikanlah banyak minum
e. Komplikasi
Radang dapat menjalar ke prostate.
C. Uretritis Gonokokus
a. Penyebab
Neisseria Gonorhoeoe (gonokokus)
b. Tanda
dan Gejala
Sama dengan tanda dan gejala pada
uretritis akut, karena uretritis ini adalah bagian dari uretritis akut
c. Prognosa
Infeksi dapat menyebar ke proksimal uretra.
d. Komplikasi
·
Infeksi yang menyebar ke proksimal
uretra menyebabkan peningkatan frekuensi kencing
·
Gonokokus dapat menebus mukosa uretra
yang utuh, mengakibatkan terjadi infeksi submukosa yang meluas ke korpus
spongiosum
·
Infeksi yang menyebabkan kerusakan
kelenjar peri uretra akan menyebabkan terjadinya fibrosis yang dalam beberapa
tahun kemudian mengakibatkan striktura uretra. (underwood,1999)
D. Uretritis Non Gonokokus (Non Spesifik)
Uretritis
non gonokokus (sinonim dengan uretritis non spesifik) merupakan penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual yang paling sering diketemukan. Pada pria,
lender uretra yang mukopurulen dan disuria terjadi dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu setelah melakukan hubungan kelamin dengan wanita yang
terinfeksi. Lendir mengandung sel nanah tetapi gonokokus tidak dapat di deteksi
secara mikroskopis atau kultur. (Underwood,1999)
a. Insiden
Masih
merupakan penyakit yang sering terjadi pada banyak bagian dunia, insiden
berhubungan langsung dengan promiskuitas dari populasi
b. Etiologi
Infeksi
hamper selalu didapat selama hubungan seksual. Gonokokus membelah diri pada
mukosa yang utuh dari uretra anterior dan setelah itu menginvasi kelenjar peri
uretral, dengan akibat terjadinya bakteremia dan keterlibatan limfatik.
c. Makroskopik
Peradangan
akut dari mukosa uretra, dengan eksudat yang purulenta pada permukaan; dapat
terjadi ulserasi dari mukosa.
d. Rabas
Timbul
3-8 hari setelah infeksi dan kental, kuning serta banyak. Apusan memperlihatkan
sejumlah besar sel – sel pus (100%), banyak mengandung diplokokus gram negative
intraseluler yang difagositosis.
e. Perjalanan
Penyakit
1. Dapat
mengalami resolusi dalam 2-4 minggu, sebagai akibat pengobatan atau kadang –
kadang spontan.
2. Menjadi
kronik.
f. Penyulit
1. Uretritis
posterior, prostatitis, vesikulitis, epididimitis dan sistitis.
2. Abses
peri uretral.
3. Penyebaran
sistemik – arthritis supuratif atau teno – sinovitis tidak jarang ditemukan
pada kasus yang terabaikan sementara endokarditis jarang sekali terjadi. (A.D Thomson,1997)
E. Uretritis Abakterial Penyakit Reiter
a. Klinik
Uretritis
yang berkaitan dengan konjunktivitis dan artritis
b. Etiologi
Kemungkinan
terdapat organisme dari kelompok chlamydia
c. Hasil
Kemungkinan
terdapat pemulihan spontan, tetapi sering kali terdapat riwayat yang lama,
dengan banyak eksaserbasi klinik. Pada kasus yang berat terdapat ulserasi dari
mukosa bukal, kulit kaki, glans penis, uretra dan kandung kemih. Iritis dan
keraitis dapat menjadi penyulit konjunktivitis.
2.1.3 Anatomi Fisiologi

Sistem
perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya
membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan
dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang
menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih.
Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing
ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling
tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira
sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang
abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar
disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung
disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran,
seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
Panjang ureter
sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior
abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan
menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke
dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih
akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih
ke dalam ureter.
Kandung kemih
bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam
pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin
teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih.
Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan
organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong
vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
2.1.4 Etiologi
Pada orang dewasa
khususnya wanita muda dan aktif dapat ditularkan organisme penyebab urethritis
melalui hubungan seksual seperti Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoaeae,
dan virus herpes simpleks merupakan kuman-kuman penyebab utama urethritis. Pada
wanita dapat juga terjadi karena perubahan pH dan flora vulva dalam siklus
menstruasi. Ada juga organisme lain seperti ureaplasma urealyticum, mycoplasma
hominis, tricomonal vaginalis, neisseria meningitides, dan androvirus yang juga
merupakan organisme penyebab peradangan urethra. Tidak hanya pada perempuan
tapi pada laki-laki dan anak bayi dan remaja bias terjangkit oleh kuman-kuman
ini.
Kuman gonore atau kuman
lain, kadang – kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri. Penyebab klasik
dari uretritis adalah infeksi yang dikarenakan oleh Neisseria Gonorhoed. Akan
tetapi saat ini uretritis disebabkan oleh infeksi dari spesies Chlamydia,
E.Coli atau Mycoplasma.
Penyebab uretritis:
· Kuman Gonorrhoe (N.Gonorhoe)
· Kuman
Non-Gonorrhoe (Klamidia Trakomatik / Urea Plasma Urelytikum)
· Tindakan
invasif
· Iritasi batu
ginjal
· Trihomonas
vaginalis
· Organisme gram
negatif :
Ø Escherichia
coli
Ø Entero bakteri
Ø Pseudomonas
Ø Klebsiella dan
Proteus
2.1.5 Manifestasi Klinik
· Terdapat cairan eksudat yang
purulent
· Mukosa memerah
dan edema
· Ada ulserasi
pada uretra, iritasi,
vesikal iritasi, prostatitis
· Adanya rasa
gatal yang menggelitik,
gejala khas pada uretritis G.O yaitu morning sickness
· Adanya pus awal
miksi
· Nyeri pada saat
miksi
· Kesulitan untuk
memulai miksi
· Nyeri pada
abdomen bagian bawah
· Pada pria pembuluhdarah kapiler,
kelenjar uretra tersumbat oleh pus
2.1.6 Patofisiologi
Invasi kuman (gonorrhoe, trihomonas vaginalis gram negatif)
uretritis. Iritasi (iritasi batu ginjal, iritasi karena tindakan invasif
menyebabkan retak dan permukaan mukosa pintu masuknya kuman proses peradangan
uretritis).
Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai
kandung kemih melalui uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di
kandung kemih saja / dapat merambat ke atas melalui uretra ke ginjal. Organisme
juga dapat sampai ke ginjal atau melalui darah / getah bening, tetapi ini jarang
terjadi. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat
mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai menyerang mukosa.
Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih
mengakibakan penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal
ini dapat menyebabkan atrofi hebat pada parenkim ginjal / hidronefrosis.
Disamping itu obstruksi yan6g terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluk
vesiko ureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringa
parut ginjal dan uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat,
kelainan kongenital pada leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan
uretra.
2.1.7 Patoflow
2.1.8 Komplikasi
Penyulit yang terjadi dapat bersifat lokal, ekstra genital dan
disseminated.
- Penyulit lokal :
# Pada laki-laki : tysonitis, cystitis, vesiculitis,
parauretritis, cowperitis,deferenitis, littritis, prostatitis, epidydimitis,
infertile.
# Pada wanita : skenitis, bartholinitis, cystitis,
salpingitis, proctitis, PID,infertilitas.
- Penyulit ekstra genital : orofaringitis,
konjungtivitis
- Penyulit disseminated : arthritis, myocarditis,
endocarditis, pericarditis,meningitis.
2.1.9 Pemeiksaan Diagnostik
· Kultur urine : Mengidentifikasi organisme penyebab
· Urine analisis/urinalisa : Memperlihatkan bakteriuria, sel darah
putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal
· Darah lengkap
· Sinar-X ginjal, ureter dan kandung kemih
mengidentifikasi anomali struktur nyata.
· Pielogram intravena (IVP) : Mengidentifikasi perubahan atau
abnormalitas struktur
2.1.10
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
terapi berdasarkan panduan The Center for Disease Control and Prevention.
Antibiotika yang
direkomendasikan untuk N. gonnorrheae
– Cefixime
400 mg oral
– Ceftriaxone
250 mg IM
– Ciprofloxacine
500 mg oral
– Ofloxacin
400 mg oral
Keempat
antibiotika diatas diberikan dalam dosis tunggal.Infeksi gonorrheae sering
diikuti dengan infeksi chlamydia. Oleh karena itu perluditambahkan antibiotika
anti-chlamydial :
– Azithromycin,
1 gr oral (dosis tunggal)
– Doxycycline
100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari
– Erythromycine
500 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari
– Ofloxacin
200 mg oral 2 kali sehati slama 7 hari
2.2 Asuhan Keperawatan
Teoritis
2.2.1 Pengkajian
I. Biodata klien
Pada
biodata perlu adanya pencatatan secara akurat. Pada kasus uretritis 90% dialami
oleh pria. Sebaliknya Pada wanita hanya sedikit yang mengalami dan kebanyakan
asimptomatik.
II. Pemeriksaan fisik
a. Pola
sehat sakit
·
Riwayat penyakit sekarang : kali dengan
PQRST
·
Riwayat penyakit terdahulu : Apakah
klien pernah atau sedang mengalami penyakit kelamin. Apakah klien pernah
mengalami lesi local yang berlokasi dekat uretra.
b. Pola
aktivitas sehari – hari
·
Nutrisi
Kaji pola nutrisi klien apakah klien
mengalami mual, muntah atau anoreksia berhubungan dengan adanya rasa nyeri dan
adanya inflamasi uretra.
·
Eliminasi
Perubahan pola eliminasi berkemih
biasanya ; terjadi penurunan frekuensi / oliguri
·
Istirahat / tidur
Apakah klien mengalami gangguan tidur,
keletihan, kelemasan, malaise dikarenakan adanya inflamasi uretra dan adanya
rasa nyeri.
Apakah klien mengalami gangguan tidur
karena ansietas / ketakutan terhadap penyakitnya
c. Riwayat
psokologis
Kaji bagaimana status emosi,
gaya komunikasi, konsep diri, dan gambaran diri klien berhubungan dengan
penyakityang dideritanya.
d. Riwayat
social ekonomi
Pengkajian riwayat social ekonomi dapat
memberikan sedikit gambaran penyakit klien. Misalnya yang suka berganti – ganti
pasangan dapat mudah terkena uretritis karena ia mudah terkena penyakit
kelamin.
e. Pemeriksaan
wajah
Amati apakah klein mengalami
konjunktivitis karena dengan adanya konjunktivitis dapat menunjukkan terjadinya
uretritisabakterial – penyakit reiter
f. Pemeriksaan
abdomen
·
Inpeksi : Bagaimanakah bentuk abdomen
·
Palpasi : Adakah nyeri tekan
·
Auskultasi : Adakah peningkatan bising
usus / gangguan kontraksi otot polos ureter yang menyebabkan gangguan miksi
g. Pemeriksaan
Genetalia
·
Inpeksi :
Pada penderita uretritis adanya mukosa
merah udematus.
Terdapat cairan eksudat purulen.
Ada ulserasi diuretra
Adanya pus.
Peradangan akut uretra
·
Palpasi
Ada nyeri tekan pada genetalia karena
adanya inflamasi
·
Auskultasi
Adanya gangguan kontraksi otot polos
uretra sehingga terjadi kesulitan miksi
h.
Pemeriksaan persistem
·
Pemeriksaan S.Pernafasan
Pernafasan pendek, karena menahan nyeri
(nyeri daerah simpisis pubis)
·
Pemeriksaan S.Kardiovaskuler
Tidak ada gangguan pada sistem
kardiovaskuler
·
Pemeriksaan S.Persepsi-sensori
Tidak ada gangguan pada sistem
persersi-sensori
·
Pemeriksaan S.Muskulus
Tidak ada gangguan pada sisitem
muskulus
·
Pemeriksaan S.Pencernaan
Abdomen tegang dan nyeri tekan pada
daerah simpisis pubis/perut bagian bawah.
·
Pemeriksaan S.Perkemihan
Nyeri dan panas saat berkemih, terjadi disuria,
hematuria, & piuria.
III. Analisa data
Data
Subyektif :
·
Klien mengeluhkan rasa nyeri di daerah
uretra dan sekitarnya
·
Klien mengeluhkan adanya pus dan
kemerahan di penis
·
Klien mengeluhkan nyeri saat BAK
·
Klien mengatakan kecemasan terhadap
penyakitnya
Data
Obyektif :
·
Mukosa merah
·
Tredapat cairan eksudat
·
Terdapat cairan ulserasi uretra
·
Mikroskopis : infiltrasi dari leukosit,
sel plasma, sedikit sel leukosit, fibroblas bertambah
2.2.2 Diagnosa
1.
Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada uretra
2. Gangguan perubahan eliminasi urine
berhubungan dengan
obstruksi/edema/proses peradangan pada saluran kemih.
3.
Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada saluran kemih
4.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap penyakit
5.
Resiko infeksi berhubungan dengan penyebaran
patogen secara sistemik
2.2.3 Intervensi
Dx 1: Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada uretra
|
|
Tujuan: Rasa nyeri
bisa berkurang / hilang
|
|
Kriteria Hasil:
· Klien
mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
· Tidak ada
nyeri abdomen bawah / daerah simpisis pubis
· Mukosa uretra
tidak memerah / edema
· Tidak ada
nyeri saat berkemih
· Ekspresi
wajah tenang
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
· Kaji tingkat
nyeri, lokasi & intensitas
· Berikan
tindakan nyaman, seperti pijatan
· Alihkan
perhatian pada hal yang menyenangkan
· Pantau pola
berkemih secara berkala
· Berikan
analgetik sesuai kebutuhan & evaluasi keberhasilannya
|
· Untuk
membantu mengevaluasi tempat obstruksi & penyebab nyeri
· Meningkatkan
relaksasi & menurunkan tegangan otot
· Relaksasi,
menghindari terlalu merasakan nyeri
· Untuk
mengidentifikasi indikasi kemajuan / pengunduran gejala / penyakit.
· Analgetik
memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri
|
Dx 2: Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi/edema/proses
peradangan pada saluran kemih.
|
|
Tujuan:
Pasien
dapat mempertahankan pola eliminasi urine / BAK secara
adekuat
|
|
Kriteria
Hasil:
§ Klien dapat
berkemih / BAK secara lancar
§ Klien tidak
kesulitan saat berkemih
§ Pola
eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (seperti:
disuria, piuria, & hematuria)
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
·
Awasi pemasukan dan pengeluaran
karakteristik urine
·
Dorong peningkatan pemasukan cairan
·
Awasi pemeriksaan laboratorium
(elektrolit, BUN, keratinin)
|
·
Memberikan dan mengetahui informasi
tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
·
Meningkatkan hidrasi untuk membilas
bakteri
·
Pengawasan terhadap disfungsi ginjal
|
Dx 3: Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada saluran kemih
|
|
Tujuan: Suhu tubuh
normal (36,5-37,2 C)
|
|
Kriteria
Hasil:
· Pasien bebas
dari demam
· Pasien
mengatakan tubuh tidak terasa panas
· Mukosa uretra
tidak memerah / edema
· Suhu tubuh
dan nadi normal
· Ekspresi
wajah tenang/tidak menyeringai
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
· Kaji
timbulnya demam
· Observasi
tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, & pernafasan
· Anjurkan
pasien untuk banyak minum
· Berikan
kompres hangat
|
· Untuk
mengidentifikasi pola demam pasien
· Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui kaeadaan umum pasien
· Peningkatan
suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak
· Dengan
vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang dapat mempercepat penurunan
suhu tubuh
|
Dx 4: Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap penyakit
|
|
Tujuan: pasien dapat merasa nyaman dan
tidak takut
|
|
Kriteria Hasil:
· Klien
merasa nyaman
· Klien
megetahui tentang penyakitnya
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
· Kaji
ulang proses penyakit dan harapan masa datang
· Mendengar
dengan aktif tentang program terapi/perubahan pola hidup
|
· Memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
· Membantu
pasian bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa kontrol terhadap apa
yang terjadi
|
Dx 5 : Resiko
infeksi berhubungan
dengan penyebaran patogen secara sistemik
|
|
Tujuan : Tidak ada
tanda – tanda infeksi
|
|
Kriteria Hasil:
· Urine
berwarna orange jernih / normal
· Urine tidak
mengandung / bercampur darah dan nanah
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
·
Tingkatkan kebersihan yang baik pada
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan.
·
Awasi / pantau tanda-tanda vital
·
Dorong peningkatan pemasukan cairan
·
Berikan perawatan parineal
·
Lakukan tindakan untuk memelihara
asam urine (Tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk
meningkatkan asam urine)
·
Berikan antibiotik sesuai kebutuhan
& evaluasi keberhasilannya
|
· Menurunkan
resiko kontaminasi silang
· Demam dengan
peningkatan nadi dan pernafasan & tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui kaeadaan umum pasien
· Meningkatkan
hidrasi untuk membilas bakteri
· Dapat
mencegah kontaminasi uretra
· Asam urine
menghalangi, membunuh / mengurangi tumbuhnya kuman, peningkatan masukan sari
buah dapat berpegaruh dalam pengobatan infeksi.
· Dapat
mencegah/mengurangi kolonisasi periuretra agar tidak terjadi kekambuhan
infeksi
|
.
BAB
III
PENUTUPAN
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Uretritis gonore ( gonorrheae ) merupakan penyakit hubungan seksual
yangdisebabkan oleh kuman Neiserria gonorrheae yang menyerang uretra pada
laki-lakidan endocervix pada wanita, paling sering ditemukan dan mempunyai
insiden yangcukup tinggi.
WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baruditemukan
setiap tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan dijumpai600.000
kasus baru setiap tahunnya. Neiserria gonorrheae merupakan kuman kokus
gram negatif, berukuran 0,6-1,5 μm, berbentuk diplokokus seperti biji kopi
dengan sisi yang datar berhadaphadapan. Kuman ini tidak motil dan
tidak membentuk spora
Masa tunas gonore sangat singkat, pada waktu masa tunas sulit
untuk ditentukan karena pada umumnya bersifat asimtomatis. Umumnya
penyulit akantimbul jika uretritis tidak cepat diobati atau mendapat pengobatan
yang kurangadekuat. Di samping penyulit, uretritis gonore pada umumnya bersifat
lokalsehingga penjalarannya sangat erat dengan susunan anatomi dan faal alat
kelamin.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaanlaboratorium.
Diagnosis pada laki-laki jauh lebih mudah daripada wanita, baik secara
klinis maupun laboratorium, karena pada wanita seringkali asimtomatis.Pada
dasarnya pengobatan uretritis baru diberikan setelah diagnosisditegakkan.
Antibiotik canggih dan mahal tanpa didasari diagnosis, dosis dan
cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin kesembuhan dan bahkan dapat
memberidampak berbahaya dalam penggunaannya, misalnya resistensi kuman
penyebab.
Pengobatan yang benar meliputi : pemilihan obat yang tepat serta dosis
yang adekuat untuk menghindari resistensikuman. Melakukan tindak lanjut secara
teratur sampai penyakitnya dinyatakansembuh. Sebelum penyakitnya benar-benar sembuh dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual.
Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar tidak terjadi fenomena
ping pong.
3.2 Saran
Sebaiknya kita semua dapat mengenali tanda dan gejala
penyakit uretritis ini sehingga bila kita mengidap penyakit tersebut maka kita
dapat langsung mengkonsultasikannya dengan dokter agar dapat diberikan tindakan
dengan segera selain itu juga kita harus menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh
agar terbebas dari kuman serta kita harus waspada dalam melakukan hubungan seksual karena bila salah satu
pasangan kita terinfeksi kuman penyebab penyakit uretritis ini maka kita juga
bisa tertular hanya dengan melakukan hubungan seksual tersebut dan diharapkan
kepada perawat apabila merawat pasien dengan gangguan uretritis ini agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat sesuai standar keperawatan
dan juga diharapkan agar dapat memberikan pendidikan kesehatan yang baik kepada
pasien agar kedepannya penyakit ini dapat dihindari atau dicegah.
No comments:
Post a Comment