Thursday, 25 May 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN “ASMA BRONCHIALE”


 
BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Secara nasional, pembangunan di bidang kesehatan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang pada dasarnya mengarah kepada pencapaian kemampuan untuk hidup sehat dan produktif bagi setiap warga negara agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional kita.
Perawat sebagai suatu profesi merupakan bagian dari tim kesehatan, yang bertanggung jawab dalam membantu klien baik dalam kondisi sehat atau sakit. Pemberian bantuan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar klien guna tercapainya kondisi kesehatan yang optimal, Untuk mencapai tujuan ini, dibutuhkan suatu metode ilmiah yang sistematis untuk memecahkan masalah klien dalam keperawatan. Metode tersebut dinamakan proses keperawatan. (Haryanto, 2007 ; 1).
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala asma adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. (Kemenkes, 2013 ; 85)
1
 
Menurut Data World Health Organization (WHO) tahun 2013 memperkirakan bahwa 235 juta orang saat ini menderita asma. Asma adalah masalah kesehatan masyarakat bukan hanya untuk negara-negara berpenghasilan tinggi; itu terjadi di semua negara terlepas dari tingkat perkembangan. Sebagian besar kematian asma terkait terjadi di negara berpenghasilan rendah dan mene-ngah kebawah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami sepakat untung mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Asma Bronchiale”

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah Konsep   dasar medic mengenai Asma Bronchiale  meliputi : pengertian, Etiologi, Insiden, Patofisiologi,  Manifestasi Klinik, Pemeriksaan diagnostic,  dan Penatalaksanaan?
2.      Bagaimanakah Konsep dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Asma Bronchitis yang meliputi : Pengkajian, perencanaan Keperawatan, Tindakan Keperawatan Dan Evaluasinya?

C.    Tujuan Penelitian

1.      Untuk Mengetahui  Konsep   dasar medic mengenai Asma Bronchiale  meliputi : pengertian, Etiologi, Insiden, Patofisiologi,  Manifestasi Klinik, Pemeriksaan diagnostic,  dan Penatalaksanaan?
2.       Untuk mengetahui Konsep dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Asma Bronchitis yang meliputi : Pengkajian, perencanaan Keperawatan, Tindakan Keperawatan Dan Evaluasinya.







BAB  II

PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Medis
1.      Pengertian
a.       Menurut National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP), Asma Bronkial didefinisikan sebagai penyakit radang / inflamasi kronik pada paru, yang dikarakterisir oleh adanya penyumbatan saluran nafas yang bersifat reversible (dapat balik), baik secara spontan maupun dengan pengobatan, peradangan pada jalan nafas, danpeningkatan respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (hiper- responsivitas). (Ikawati, 2010 ; 20).
b.      Asma Bronkhial adalah proses peradangan disaluran nafas yang mengakibatkan peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulasi yang dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala khas sesak nafas yang reversible (Nugroho, 2011 ; 225)
c.       Asma adalah obstruksi jalan napas akut, episodic yang diakibatkan oleh rangsangan yang tidak menimbulkan responspada orang sehat. (Tambayong, 2000 ; 97)
d.      Asma Bronkial adalah penyakit saluran napas yang ditandai  oleh  serangan mendadak dispnea, batuk serta mengi. (Udayana, 2006;92)
2.         Etiologi
Menurut Davey (2005 ; 179), penyebab Asma Bronchiale adalah sebagai berikut :
a.         Genetik: diturunkan dalam keluarga dan berhubungan dengan atopi. Penelitian genetika menunjukan adanya hubungan reseptor IgE afinitas tinggi dan gen sitokin T-helper (Th2) pada kromosom 5.
b.        Faktor   lingkungan:   stimulun   bronkial  spesifik   seperti  debu rumah,
serbuk sari, bulu kucing, dan 3% populasi sensitif terhadap aspirin.
c.         Paparan pekerjaan: paparan iritan atau sensitizer adalah penyebab penting dari asma yang berhubungan dengan pekerjaan.
d.        Stimulus nonspesifik: infeksi virus, udara dingin, obesitas, olahraga atau stres emosional. Kadar atmosfer yang tinggi seperti saat badai atau masalah khusus merupakan predisposisi terjadinya eksasersi asma yang telah ada.
e.         Faktor lingkungan lain: faktor makanan (tinggi Na+, rendah Mg2+), infeksi pada anak-anak, dan peningkatan jumlah alergen seperti debu di lingkungan menyebabkan peningkatan prevalensi.
3.      Insiden
Asma adalah penyebab tunggal terpenting untuk morbiditas penyakit pernafasan dan menyebabkan 2000 kematian/tahun. Prevalensinya, sekarang sekitar 10-15%, semakin meningkat di masyarakat Barat. Insidensi mengi tertinggi pada anak-anak (satu dari tiga anak mengalami mengi dan satu dati tujuh anak sekolah terdiagnosis asma). Seringkali sembuh saat memasuki usia remaja, walaupun bisa timbul kembali saat dewasa. Intrinsik: berkembang dalam tahap kehidupan selanjutnya, lebih jarang disebabkan oleh alergi, bisa lebih progresif dan respons terhadap terapi tidak begitu baik. Berhubungan dengan pekerjaan: bila berhubungan dengan alergen industri atau tempat kerja (misalnya bahan fotokopi, dan lain-lain).  (Davey, 2005 ;179).
4.      Patofisiologi
Meskipun terdapat ketumpangtindihan bermakna antara dua kelompok, peneyebab asma dapat dibagi menjadi dua kategori utama: ekstrinsik dan intrinsik.
a.    Asma ekstrinsik (alergis) secara umum membpengaruhi anak dan remaja muda yang sering mempunyai riwayat keluarga atau pribadi  tentang alergi, bentol-bentol, ruam, dan eczema. Hasil dari tes kulit biasanya positif pada alaergen spesifik, yang menunjukkan kemungkinan  bahwa asma ekstrinsik adalah alergis. Obstruksi pernapasan akut, tahanan pada aliran udara, dan turbulensi aliran udara dikaitkan dengan tiga respon berikut:
1)   Spasme  bronkus,  yang  melibatkan  irama  peremasan  jalan napas oleh
otot yang mengitarinya
2)   Produksi mucus kental yang banyak
3)   Respon inflamsi, yang mencakup peningkatan permeabilitas kapiler dan edema mukosa.
b.    Asma instrinsik (idiosinkratik) biasanya mempengaruhi orang dewasa, termasuk mereka yang tidak mengalami asma atau alergi sebelum usia dewasa   tengah.  Riwayat   pribadi   atau  keluarga  negative   untuk  alergi,
eksema, bentol-bentol, dan ruam. (Tambayong, 2000 ; 98)
5.         Manifestasi  klinik
Asma adalah menjadi sidrom klinis yang dikarakterisktikkan oleh batuk, mengi, dan sesak napas serta sesak dada yang ditimbulkan oleh alergen, infeksi atau stimulasi lain. Stimulus ini mencakup obat, latihan (khususnya pada iklim kering dan dingin), stres emosi, refluks gastroesofagus pada mikroaspirasi, merokok pasif dan aktif, pemajanan tempat kerja pada bahan kimia, dan polusi udara. 
 Tanda dan gejala serangan asmatik sangat berhubungan dengan status jalan napas. Yang pasti tentang manifestasi asma adalah jenisnya dan tidak dapat diduga. Gejala asma mengacu pada triad: dispnea, batuk dan rongki kering (mengi). Rongki kering dapat pula terdapat pada keadaan-keadaan lain seperti aspirasi benda asing, tumor, emboli paru, infeksi, gagal jantung kiri. (Tambayong, 2000 ; 99)    
          Tabel   Manifestasi klinis dan patofisiologi dasar asma
Manifestasi klinis dan patofisiologi dasar asma
No.
Gejala
Patofisiologi
1.
Dispnea, ortopnea, batuk, mengi, sesak dada, peningkatan nadi paradoksik, penurunan bising napas, hiperesonans, hipoksia
Spame bronkiolus, jebakan udara, pendataran diafragmatik
2.
Takikardia, pernapasan sulit, lapar udara, retraksi interkostal
Peningkatan kerja pernapasan, keletihan, peningkatan konsumsi oksigen
3.
Sputum kental dan lengket, turgor kulit buruk, tanda lain dari dehidrasi
Peningkatan produksi sputum, dehidrasi, demam yang dihubungkan dengan infeksi
4.
Sputum kental hijau atau kuning
Infeksi
5.
Spasme bronkus, eosinofilia, bila ad alergi
Inflamasi
6.
Ketakutan/panik
Ansietas

6.         Pemeriksaan Diagnostik
Tes fungsi paru bisa menunjukkan obstruksi saluran pernapasan atau bisa normal. Pengukuran aliran puncak serial bermanfaat dalam menegakkan diagnosis, dan seringkali menunjukkan pola klasik penurunan di pagi hari. Pada penderita asma yang telah diketahui, pengukuran aliran puncak bermanfaat dalam menentukan berat penyakit. (Davey, 2005 ; 180)
7.         Penatalaksanaan
Perlu diberikan edukasi, antara lain mengenai pathogenesis asma, peranan terapi asma, jenis-jenis terapi yang tersedia, serta faktor pencetus yang perlu dihindari. Pastikan pasien menggunakan alat untuk terapi inhalasi yang sesuai. Secara umum, terdapat dua jenis obat dalam penatalaksanaan asma, yaitu obat pengendali (controller) dan pereda (reliever). Obat pengendali merupakan profilaksis serangan yang diberikan tiap hari, ada atau tidak ada serangan/ gejala, sedangkan obat pereda adalah yang diberikan saat serangan. (Mansjoer, 2000 ; 463).
Tujuan terapi adalah menghilangkan sejala dengan pemberian seminimal mungkin obat ujuan terapi adalah menghilangkan gejala dengan pemberian seminimal mungkin obat.
a.         Penyluhan pasien penting untuk keberhasilan penatalaksanaan, khususnya penjelasan mengenai pemicu, penggunaan dan peran obat-obatan, dan bagaimana mendeteksi dan bereaksi terhadapa perburukan.
b.        Menghindari pemicu lingkungan atau allergen penting, terutama menghindari asap rokok.
c.         Pada Asma kronis dianjurkan menggunakan pendekatan bertahap. Antagonis leukotrien merupakan bronkodilator efektif pada sebagian penderita asma walaupun perannya secara tepat belum jelas.
d.        Dan pada Asma akut O2, kortikosteroid sistemik, inhalasi β-agonis, anti kolinergik, dan teofilin bila perlu. (Davey, 2005 ; 180).

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio psiko spiritual yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan mandiri. (Asmadi, 2008 ; 2). Langkah-langkah proses keperawatan meliputi :
1.      Pengkajian (assesment)
Data dasar pengkajian pasien dengan asma bronchiale (Doengoes, 2000 ; 152-163).
Aktivitas/istirahat
Gejala            :   Kelelahan, keletihan, malaise
Ketidakmampuan    untuk    melakukan   aktivitas   sehari-hari
karena sulit bernafas. Ketidakmampuan tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda            :   Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Sirkulasi
Gejala            :   Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda            :   Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia.
Distensi vena leher (penyakit berat)
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Warna kulit/membran mukosa; normal atau abu-abu/sianosis.
Pucat dapat menunjukkan anemia.
Integritas Ego
Gejala            :   Peningkatan faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda            :   Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
Makanan/cairan
Gejala            :   Mual/muntah
Nafsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan makanan karena distress pernafasan.
Tanda            :   Turgor kulit buruk
Oedema dependen
Berkeringat
Penurunan berat badan, massa otot
Pernafasan
Gejala            :   Nafas pendek, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas.
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari.
Episode batuk hilang timbul.
Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia /
iritan atau debu.
Faktor keluarga atau keturunan
Penggunaan oksigen pada malam hari terus menerus.
Tanda            :   Pernafasan biasa cepat
Penggunaan otot bantu pernafasan.
Dada; bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas; ronchi, mengi’ sepanjang area paru
Perkusi : hyperresonan (jebakan udara), pekak pada area paru (cairan, mukosa).
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku.
Gejala            :   Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi
Kemerahan/berkeringat
Seksualitas
Gejala            :   Penurunan libido
Interaksi sosial
Gejala            :   Hubungan ketergantungan
Kurang sistem pendukung
Kegagalan dukungan dari pasangan/orang terdekat
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda            :   Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernafasan.
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
Pemeriksaan Diagnostik
a.       Sinar x dada            :   Dapat   menyatakan    hyperinflasi   paru-paru,
mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
b.      Test fungsi paru      :   Untuk menentukan penyebab dispnea, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
c.       TLC                         :   Meningkat
d.      Volume residu         :   Meningkat
e.       FEV/FVC               :   Rasio volume meningkat
f.       GDA                       :   Pa O2 menurun Pa CO2 menurun, pH normal atau asidotik, alkalosis ringan sekunder.
g.      Bronkogram            :   Untuk menunjukkan dilatasi silindris bronchus saat inspirasi.
h.      JDL dan differensial   Peningkatan eosinofil
i.        Sputum                    :   Kultur untuk menentukan adanya infeksi/jenis kuman
j.        EKG                        :   Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P.
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat timbul pada asma bronchiale :
a.       Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret.
b.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, spasme bronchus.
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan, produksi sputum, mual/muntah.
d.      Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret).
e.       Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi.
2.      Perencanaan
a.       Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret.
Tujuan     :   Bersihan jalan nafas efektif tanpa adanya sumbatan pada jalan nafas
Kriteria evaluasi, pasien akan :
-         Mempertahankan jalan nafas paten dengan evaluasi bunyi nafas jelas/bersih.
-         Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas.
Intervensi :
1).    Auskultasi bunyi nafas
Rasional  :   Beberapa derajat spasme bronchus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan
adanya bunyi nafas.
2).    Kaji/pantau frekuensi nafas
Rasional  :   Tacipnea biasanya pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama adanya proses infeksi.
3).    Catat adanya/derajat dispnea
Rasional  :   Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap kronis.
4).    Beri posisi yang nyaman
Rasional  :   Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan.
5).    Pertahankan polusi lingkungan minimum
Rasional  :   Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut.
6).    Dorong/bantu latihan nafas
Rasional  :   Memberikan pasien beberapa cara mengatasi dispnea.
7).    Observasi karakteristik batuk
Rasional  :   Batuk sebagai variabel adanya sumbatan jalan nafas bagian bawah.
8).    Pertahankan masukan cairan sesuai indikasi
Rasional  :   Hidrasi membantu mengencerkan sekret.
9).    Berikan obat sesuai indikasi
Rasional  :   Pengobatan yang akurat dapat mengurangi/menghi-langkan gejala.
b.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, spasme bronchus.
Tujuan     :   Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas.
Kriteria evaluasi, pasien akan :
-         Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dan bebas gejala distress pernafasan.
-         Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi.
Intervensi :
1.)    Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan
Rasional  :   Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan.
2.)    Beri posisi yang nyaman
Rasional  :   Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan.
3.)    Kaji/awasi perubahan warna kulit dan membran mukosa
Rasional  :   Sianosis mengindikasikan beratnya hypoksemia.

4.)    Dorong pengeluaran sputum
Rasional  :   Sekret adalah penyebab utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.
5.)    Auskultasi bunyi nafas
Rasional  :   Adanya  bunyi  nafas  tambahan  mengindikasikan spasme
bronchus dan tertahannya sekret.
6.)    Palpasi fremitus
Rasional  :   Penurunan getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan.
7.)    Awasi tingkat kesadaran/status mental
Rasional  :   Gelisah dan anxietas adalah manifestasi umum pada hypoksia.
8.)    Awasi tanda-tanda vital
Rasional  :   Takikardia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
9.)    Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional  :   Untuk mencegah memburuknya hypoksia.
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan, produksi sputum, mual/muntah.
Tujuan     :   Terjadi pemenuhan nutrisi yang adekuat/sesuai kebutuhan tubuh.
Kriteria evaluasi, pasien akan :
-         Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
-         Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi :
1.)    Kaji kebiasaan diet klien
Rasional  :   Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea peningkatan sekret atau pengaruh obat.
2.)    Auskultasi bunyi usus
Rasional  :   Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan kontipasi (komplikasi umum).
3.)    Berikan perawatan oral
Rasional  :   Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama dari nafsu makan.
4.)    Beri porsi makan kecil tapi sering
Rasional  :   Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
5.)    Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional  :   Untuk menentukan kebutuhan kalori.
6.)    Kolaborasi dengan ahli gizi/pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah dicerna.
Rasional  :   Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi kebutuhan individu.
7.)    Kaji pemeriksaan laboratorium.
Rasional  :   Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan nutrisi.
d.      Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret).
Tujuan     :   Infeksi/bertambah beratnya kondisi dapat dicegah.
Kriteria evaluasi, pasien akan :
-         Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
-         Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Intervensi :
1.)    Observasi demam
Rasional  :   Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.
2.)    Kaji pentingnya latihan nafas
Rasional  :   Aktifitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko infeksi.
3.)    Observasi warna, karakter, bau sputum
Rasional  :   Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.
4.)    Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sekret.
Rasional  :   Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
5.)    Batasi pengunjung
Rasional  :   Menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksi.
6.)    Dorong keseimbangan antara aktifitas dan istirahat
Rasional  :   Menurunkan kebutuhan oksigen karena aktifitas.
7.)    Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional  :   Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas.
e.       Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan     :   Kecemasan berkurang/hilang.
Kriteria evaluasi, pasien akan :
-         Menyatakan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan tindakan.
-         Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1.)    Jelaskan tentang proses penyakit individu.
Rasional  :   Menurunkan anxietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi.
2.)    Diskusikan tentang penggunaan obat
Rasional  :   Pemahaman tentang penggunaan obat dapat mengurangi anxietas dan menimbulkan hubungan saling percaya.
3.)    Diskusikan faktor lingkungan yang meningkatkan kondisi
Rasional  :   Faktor lingkungan dapat menimbulkan peningkatan produksi sekret dan hambatan jalan nafas.
4.)    Berikan informasi tentang pembatasan istirahat
Rasional  :   Memberikan pemahaman kepada klien tentang pentingnya pengaturan kebutuhan oksigen.
f.       Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan
batuk.
Tujuan   : Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
Kriteria  : Klien dapat tiudr dengan tenang, istirahat tidur 6-8 jam sehari.
Evaluasi : Menuju tujuan yang tepat.
Pasien    : Dapat memenuhi akan kebutuhan istirahat akan tidurnya.
Intervensi :
1.)    Kaji faktor pencetus timbulnya gangguan istirahat tidur.
Rasional  :   Faktor pencetus sedapat mungkin dihindari.
2.)    Batas aktivitas.
Rasional  :   Akan member kesempatan untuk lebih banyak beristirahat.
3.)    Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional  :   Memberikan rasa aman dan nyaman untuk  beristirahat.
4.)    Batasi pengunjung dan penunggu pasien.
Rasional  :   Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
3.      Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan mengacu kepada perencanaan yang telah disusun, diprioritaskan pada upaya untuk :
a.       Mempertahankan potensi jalan nafas yang efektif.
b.      Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
c.       Meningkatkan masukan nutrisi
d.      Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi.
e.       Memberikan informasi tentang proses penyakit dan pengobatan.
4.      Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan mengacu kepada tujuan yang diharapkan yaitu:
a.       Ventilasi adekuat untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
b.      Masukan nutrisi memenuhi kebutuhan kalori.
c.       Bebas infeksi/komplikasi
d.      Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.


BAB III

PENUTUP


A.      Kesimpulan
Asma bronkial merupakan penyakit saluran pernapasan obstruktif yangditandai inflamasi saluran dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Insiden penyakit asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : umur pasien, jenis kelamin, bakat alergi, keturunan, lingkungan dan faktor psikologi

B.      Saran
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan namun dalam penggunaan obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja. Kontrol yang baik diperlukan oleh penderita untuk terbebas dari gejala serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk mengontrol gejala asma secara baik maka penderita harus bisa merawat penyakitnya dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut







DAFTAR PUSTAKA


Asih, 2004. Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC
Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Davey, 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Jakarta : EGC
HamsahPK4, 2013. Askep Asma Bronchiale. (Online) Diakses 21 Juni 2014
Haryanto, 2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep (Concept Mapping). Jakarta : Salemba Medika
Ikawati, 2010. Resep Hidup Sehat. Yogyakarta : Kanisius
Info Kedokteran, 2013. Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada Penyakit Asma Bronkial. http://www.infokedokteran.com. (Online) Diakses 23 Juni 2014.
Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. depkes.go.id (Online). Diakses 20 Juni 2014
Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius
Nugroho, 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kab.Bone
Tambayong, 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Udayana, 2006. Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran Tradisional Cina. Yogyakarta : Kanisius

 




 


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN
“ASMA BRONCHIALE”



OLEH :
Kelompok II

J   NIRWANA
J   SAIFUL
J   AMIRUDDIN
J   JULAIHA
J   IRMAYANTI



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PUANGRIMAGGALATUNG BONE

 
2015
KATA PENGANTAR
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQVlhyueOTON7ERRhRSvV93vad-4TNHBBAEVsxNgO-TlorLvvlVww

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya bisa menyusun dan menyajikan makalah yang berisi tentang “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien “ASMA BRONCHIALE”. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
            Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
            Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.


Watampone, 28 Oktober 2015

                                                                                                       Penyusun



i
 
 




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang ..................................................................................................1
B.       Rumusan Masalah..............................................................................................2
C.       Tujuan Penulisan………………………............……..…..…….......................2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Konsep Dasar Medik…………………………………....…………………….3
1.      Pengertian ……………………………….………………………………..3
2.      Etiologi………………………………………....…………………………3
3.      Insiden……………………………………………………………………4
4.      Patofisiologi………………………..…………...…………………………4
5.      Manifestasi Klinis………………………………………...……………….5
6.      Pemeriksaan Diagnostik…………………………………..………………5
7.      Penanganan……………………………………………..…………………6
8.      Prognosis………………………………………………….………………7
B.                              Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………..……………….……………..7
1.      Pengkajian……………………………….…………………….………….8
2.      Diagnosa keperawatan……………………………………...……………11
3.      Perencanaan ……………….……………………………...……………..11
4.      Tindakan Keperawatan…………………………………………………..17
5.      Evaluasi……………………………...……….………………………….17
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan .....................................................................................................18
B.       Saran................................................................................................................18

ii
 
DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...