|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara
nasional, pembangunan di bidang kesehatan baik jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang pada dasarnya mengarah kepada pencapaian kemampuan untuk hidup
sehat dan produktif bagi setiap warga negara agar dapat terwujud derajat
kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
nasional kita.
Perawat
sebagai suatu profesi merupakan bagian dari tim kesehatan, yang bertanggung
jawab dalam membantu klien baik dalam kondisi sehat atau sakit. Pemberian
bantuan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar klien guna tercapainya
kondisi kesehatan yang optimal, Untuk mencapai tujuan ini, dibutuhkan suatu
metode ilmiah yang sistematis untuk memecahkan masalah klien dalam keperawatan.
Metode tersebut dinamakan proses keperawatan. (Haryanto, 2007 ; 1).
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis
di jalan napas. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi
jalan napas. Gejala asma adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif
terutama pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. (Kemenkes,
2013 ; 85)
|
Menurut Data World
Health Organization (WHO) tahun 2013 memperkirakan bahwa 235 juta orang saat ini menderita asma. Asma adalah masalah
kesehatan masyarakat bukan hanya untuk negara-negara berpenghasilan tinggi; itu
terjadi di semua negara terlepas dari tingkat perkembangan. Sebagian besar
kematian asma terkait terjadi di negara berpenghasilan rendah dan mene-ngah kebawah.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami sepakat
untung mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Asma Bronchiale”
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
Konsep dasar medic mengenai Asma
Bronchiale meliputi : pengertian,
Etiologi, Insiden, Patofisiologi,
Manifestasi Klinik, Pemeriksaan diagnostic, dan Penatalaksanaan?
2.
Bagaimanakah
Konsep dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Asma Bronchitis yang meliputi :
Pengkajian, perencanaan Keperawatan, Tindakan Keperawatan Dan Evaluasinya?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Konsep
dasar medic mengenai Asma Bronchiale meliputi : pengertian, Etiologi, Insiden, Patofisiologi, Manifestasi Klinik, Pemeriksaan diagnostic, dan Penatalaksanaan?
2.
Untuk mengetahui
Konsep dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Asma Bronchitis yang meliputi :
Pengkajian, perencanaan Keperawatan, Tindakan Keperawatan Dan Evaluasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a.
Menurut National
Asthma Education and Prevention Program (NAEPP), Asma Bronkial didefinisikan sebagai penyakit radang / inflamasi
kronik pada paru, yang dikarakterisir oleh adanya penyumbatan saluran nafas
yang bersifat reversible (dapat balik), baik secara spontan maupun dengan
pengobatan, peradangan pada jalan nafas, danpeningkatan respon jalan nafas
terhadap berbagai rangsangan (hiper-
responsivitas). (Ikawati, 2010 ; 20).
b.
Asma Bronkhial
adalah proses peradangan disaluran nafas yang mengakibatkan peningkatan
responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulasi yang dapat
menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala khas sesak
nafas yang reversible (Nugroho, 2011 ; 225)
c.
Asma adalah
obstruksi jalan napas akut, episodic yang diakibatkan oleh rangsangan yang
tidak menimbulkan responspada orang sehat. (Tambayong, 2000 ; 97)
d.
Asma Bronkial adalah penyakit saluran napas yang
ditandai oleh serangan mendadak dispnea, batuk serta mengi.
(Udayana, 2006;92)
2.
Etiologi
Menurut Davey (2005 ; 179), penyebab Asma Bronchiale adalah sebagai berikut :
a.
Genetik: diturunkan dalam keluarga dan berhubungan
dengan atopi. Penelitian genetika menunjukan adanya hubungan reseptor IgE
afinitas tinggi dan gen sitokin T-helper (Th2) pada kromosom 5.
b.
Faktor lingkungan:
stimulun bronkial spesifik seperti debu rumah,
serbuk sari, bulu kucing, dan 3% populasi
sensitif terhadap aspirin.
c.
Paparan pekerjaan: paparan iritan atau sensitizer
adalah penyebab penting dari asma yang berhubungan dengan pekerjaan.
d.
Stimulus nonspesifik: infeksi virus, udara dingin,
obesitas, olahraga atau stres emosional. Kadar atmosfer yang tinggi seperti
saat badai atau masalah khusus merupakan predisposisi terjadinya eksasersi asma
yang telah ada.
e.
Faktor lingkungan lain: faktor makanan (tinggi Na+,
rendah Mg2+), infeksi pada anak-anak, dan peningkatan jumlah alergen
seperti debu di lingkungan menyebabkan peningkatan prevalensi.
3. Insiden
Asma adalah penyebab tunggal terpenting untuk
morbiditas penyakit pernafasan dan menyebabkan 2000 kematian/tahun.
Prevalensinya, sekarang sekitar 10-15%, semakin meningkat di masyarakat Barat.
Insidensi mengi tertinggi pada anak-anak (satu dari tiga anak mengalami mengi
dan satu dati tujuh anak sekolah terdiagnosis asma). Seringkali sembuh saat
memasuki usia remaja, walaupun bisa timbul kembali saat dewasa. Intrinsik: berkembang dalam tahap
kehidupan selanjutnya, lebih jarang disebabkan oleh alergi, bisa lebih
progresif dan respons terhadap terapi tidak begitu baik. Berhubungan dengan
pekerjaan: bila berhubungan dengan alergen industri atau tempat kerja (misalnya
bahan fotokopi, dan lain-lain). (Davey, 2005 ;179).
4. Patofisiologi
Meskipun terdapat ketumpangtindihan bermakna antara
dua kelompok, peneyebab asma dapat dibagi menjadi dua kategori utama:
ekstrinsik dan intrinsik.
a.
Asma ekstrinsik (alergis) secara umum membpengaruhi
anak dan remaja muda yang sering mempunyai riwayat keluarga atau pribadi tentang alergi, bentol-bentol, ruam, dan
eczema. Hasil dari tes kulit biasanya positif pada alaergen spesifik, yang
menunjukkan kemungkinan bahwa asma
ekstrinsik adalah alergis. Obstruksi pernapasan akut, tahanan pada aliran
udara, dan turbulensi aliran udara dikaitkan dengan tiga respon berikut:
1)
Spasme bronkus, yang melibatkan
irama peremasan jalan napas oleh
otot yang mengitarinya
2)
Produksi mucus kental yang banyak
3)
Respon inflamsi, yang mencakup peningkatan
permeabilitas kapiler dan edema mukosa.
b.
Asma instrinsik (idiosinkratik) biasanya mempengaruhi
orang dewasa, termasuk mereka yang tidak mengalami asma atau alergi sebelum
usia dewasa tengah. Riwayat pribadi atau keluarga
negative untuk alergi,
eksema, bentol-bentol, dan ruam. (Tambayong, 2000 ; 98)
5.
Manifestasi klinik
Asma adalah menjadi sidrom klinis yang
dikarakterisktikkan oleh batuk, mengi, dan sesak napas serta sesak dada yang
ditimbulkan oleh alergen, infeksi atau stimulasi lain. Stimulus ini mencakup
obat, latihan (khususnya pada iklim kering dan dingin), stres emosi, refluks
gastroesofagus pada mikroaspirasi, merokok pasif dan aktif, pemajanan tempat
kerja pada bahan kimia, dan polusi udara.
Tanda dan gejala serangan asmatik sangat
berhubungan dengan status jalan napas. Yang pasti tentang manifestasi asma
adalah jenisnya dan tidak dapat diduga. Gejala asma mengacu pada triad:
dispnea, batuk dan rongki kering (mengi). Rongki kering dapat pula terdapat
pada keadaan-keadaan lain seperti aspirasi benda asing, tumor, emboli paru,
infeksi, gagal jantung kiri. (Tambayong, 2000 ; 99)
Tabel Manifestasi klinis dan patofisiologi dasar
asma
Manifestasi
klinis dan patofisiologi dasar asma
|
||
No.
|
Gejala
|
Patofisiologi
|
1.
|
Dispnea,
ortopnea, batuk, mengi, sesak dada, peningkatan nadi paradoksik, penurunan
bising napas, hiperesonans, hipoksia
|
Spame bronkiolus,
jebakan udara, pendataran diafragmatik
|
2.
|
Takikardia,
pernapasan sulit, lapar udara, retraksi interkostal
|
Peningkatan
kerja pernapasan, keletihan, peningkatan konsumsi oksigen
|
3.
|
Sputum kental
dan lengket, turgor kulit buruk, tanda lain dari dehidrasi
|
Peningkatan
produksi sputum, dehidrasi, demam yang dihubungkan dengan infeksi
|
4.
|
Sputum kental
hijau atau kuning
|
Infeksi
|
5.
|
Spasme
bronkus, eosinofilia, bila ad alergi
|
Inflamasi
|
6.
|
Ketakutan/panik
|
Ansietas
|
6.
Pemeriksaan
Diagnostik
Tes fungsi paru bisa menunjukkan
obstruksi saluran pernapasan atau bisa normal. Pengukuran aliran puncak serial
bermanfaat dalam menegakkan diagnosis, dan seringkali menunjukkan pola klasik
penurunan di pagi hari. Pada penderita asma yang telah diketahui, pengukuran aliran
puncak bermanfaat dalam menentukan berat penyakit. (Davey, 2005 ; 180)
7.
Penatalaksanaan
Perlu diberikan edukasi, antara lain mengenai
pathogenesis asma, peranan terapi asma, jenis-jenis terapi yang tersedia, serta
faktor pencetus yang perlu dihindari. Pastikan pasien menggunakan alat untuk
terapi inhalasi yang sesuai. Secara umum, terdapat dua jenis obat dalam
penatalaksanaan asma, yaitu obat pengendali (controller) dan pereda (reliever).
Obat pengendali merupakan profilaksis serangan yang diberikan tiap hari, ada
atau tidak ada serangan/ gejala, sedangkan obat pereda adalah yang diberikan
saat serangan. (Mansjoer, 2000 ; 463).
Tujuan terapi adalah menghilangkan sejala dengan
pemberian seminimal mungkin obat ujuan terapi adalah menghilangkan gejala dengan
pemberian seminimal mungkin obat.
a.
Penyluhan pasien penting untuk keberhasilan
penatalaksanaan, khususnya penjelasan mengenai pemicu, penggunaan dan peran
obat-obatan, dan bagaimana mendeteksi dan bereaksi terhadapa perburukan.
b.
Menghindari pemicu lingkungan atau allergen penting,
terutama menghindari asap rokok.
c.
Pada Asma kronis dianjurkan menggunakan pendekatan
bertahap. Antagonis leukotrien merupakan bronkodilator efektif pada sebagian
penderita asma walaupun perannya secara tepat belum jelas.
d.
Dan pada Asma akut O2, kortikosteroid sistemik,
inhalasi β-agonis, anti kolinergik, dan teofilin bila perlu. (Davey, 2005 ;
180).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio psiko spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan
keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan mandiri. (Asmadi,
2008 ; 2). Langkah-langkah proses keperawatan meliputi :
1. Pengkajian (assesment)
Data dasar pengkajian pasien dengan asma bronchiale (Doengoes, 2000 ;
152-163).
Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan,
keletihan, malaise
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
karena sulit bernafas. Ketidakmampuan tidur, perlu
tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap
aktivitas atau latihan.
Tanda : Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan
pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan
tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat,
disritmia.
Distensi vena leher (penyakit berat)
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit
jantung.
Warna kulit/membran mukosa; normal atau
abu-abu/sianosis.
Pucat dapat menunjukkan anemia.
Integritas Ego
Gejala : Peningkatan
faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas,
ketakutan, peka rangsang.
Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah
Nafsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan makanan karena distress pernafasan.
Tanda : Turgor
kulit buruk
Oedema dependen
Berkeringat
Penurunan berat badan, massa otot
Pernafasan
Gejala : Nafas
pendek, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas.
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari.
Episode batuk hilang timbul.
Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia /
iritan atau debu.
Faktor keluarga atau keturunan
Penggunaan oksigen pada malam hari terus menerus.
Tanda : Pernafasan
biasa cepat
Penggunaan otot bantu pernafasan.
Dada; bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas; ronchi, mengi’ sepanjang area paru
Perkusi : hyperresonan (jebakan udara), pekak pada area
paru (cairan, mukosa).
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata
sekaligus.
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku.
Gejala : Riwayat
reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi
Kemerahan/berkeringat
Seksualitas
Gejala : Penurunan
libido
Interaksi sosial
Gejala : Hubungan
ketergantungan
Kurang sistem pendukung
Kegagalan dukungan dari pasangan/orang terdekat
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan
untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernafasan.
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Sinar x dada : Dapat menyatakan
hyperinflasi paru-paru,
mendatarnya diafragma, peningkatan area
udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
b.
Test fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnea, melihat
obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
c.
TLC : Meningkat
d.
Volume residu : Meningkat
e.
FEV/FVC : Rasio volume meningkat
f.
GDA : Pa O2 menurun Pa CO2 menurun,
pH normal atau asidotik, alkalosis ringan sekunder.
g.
Bronkogram : Untuk menunjukkan dilatasi silindris bronchus
saat inspirasi.
h.
JDL dan differensial Peningkatan
eosinofil
i.
Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi/jenis
kuman
j.
EKG : Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P.
Diagnosa keperawatan yang
mungkin dapat timbul pada asma bronchiale :
a.
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
bronkospasme, peningkatan produksi sekret.
b.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas, spasme bronchus.
c.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dispnea, kelemahan, produksi sputum, mual/muntah.
d.
Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret).
e.
Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
2. Perencanaan
a.
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
bronkospasme, peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Bersihan
jalan nafas efektif tanpa adanya sumbatan pada jalan nafas
Kriteria evaluasi, pasien
akan :
-
Mempertahankan jalan nafas paten dengan evaluasi bunyi
nafas jelas/bersih.
-
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
nafas.
Intervensi :
1).
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa
derajat spasme bronchus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat
dimanifestasikan dengan
adanya bunyi nafas.
2).
Kaji/pantau frekuensi nafas
Rasional : Tacipnea
biasanya pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama
adanya proses infeksi.
3).
Catat adanya/derajat dispnea
Rasional : Disfungsi
pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap kronis.
4).
Beri posisi yang nyaman
Rasional : Peninggian
kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan.
5).
Pertahankan polusi lingkungan minimum
Rasional : Pencetus
tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut.
6).
Dorong/bantu latihan nafas
Rasional : Memberikan
pasien beberapa cara mengatasi dispnea.
7).
Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk
sebagai variabel adanya sumbatan jalan nafas bagian bawah.
8).
Pertahankan masukan cairan sesuai indikasi
Rasional : Hidrasi
membantu mengencerkan sekret.
9).
Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : Pengobatan
yang akurat dapat mengurangi/menghi-langkan gejala.
b.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas, spasme bronchus.
Tujuan : Tidak
terjadi kerusakan pertukaran gas.
Kriteria evaluasi, pasien
akan :
-
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat dan bebas gejala distress pernafasan.
-
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan
/ situasi.
Intervensi :
1.)
Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan
Rasional : Berguna
dalam evaluasi derajat distress pernafasan.
2.)
Beri posisi yang nyaman
Rasional : Peninggian
kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan.
3.)
Kaji/awasi perubahan warna kulit dan membran mukosa
Rasional : Sianosis
mengindikasikan beratnya hypoksemia.
4.)
Dorong pengeluaran sputum
Rasional : Sekret
adalah penyebab utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.
5.)
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Adanya
bunyi
nafas tambahan mengindikasikan spasme
bronchus dan tertahannya
sekret.
6.)
Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan
getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan.
7.)
Awasi tingkat kesadaran/status mental
Rasional : Gelisah
dan anxietas adalah manifestasi umum pada hypoksia.
8.)
Awasi tanda-tanda vital
Rasional : Takikardia
dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
9.)
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional : Untuk
mencegah memburuknya hypoksia.
c.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dispnea, kelemahan, produksi sputum, mual/muntah.
Tujuan : Terjadi
pemenuhan nutrisi yang adekuat/sesuai kebutuhan tubuh.
Kriteria evaluasi, pasien
akan :
-
Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang
tepat.
-
Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk
meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi :
1.)
Kaji kebiasaan diet klien
Rasional : Pasien
distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea peningkatan sekret
atau pengaruh obat.
2.)
Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan
bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan kontipasi (komplikasi
umum).
3.)
Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa
tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama dari nafsu makan.
4.)
Beri porsi makan kecil tapi sering
Rasional : Memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
5.)
Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Untuk
menentukan kebutuhan kalori.
6.)
Kolaborasi dengan ahli gizi/pendukung tim untuk
memberikan makanan yang mudah dicerna.
Rasional : Metode
makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi kebutuhan individu.
7.)
Kaji pemeriksaan laboratorium.
Rasional : Mengevaluasi/mengatasi
kekurangan dan mengawasi keefektifan nutrisi.
d.
Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret).
Tujuan : Infeksi/bertambah
beratnya kondisi dapat dicegah.
Kriteria evaluasi, pasien
akan :
-
Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
-
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
Intervensi :
1.)
Observasi demam
Rasional : Demam
dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.
2.)
Kaji pentingnya latihan nafas
Rasional : Aktifitas
ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko
infeksi.
3.)
Observasi warna, karakter, bau sputum
Rasional : Sekret
berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.
4.)
Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sekret.
Rasional : Mencegah
penyebaran patogen melalui cairan
5.)
Batasi pengunjung
Rasional : Menurunkan
potensial terpajan pada penyakit infeksi.
6.)
Dorong keseimbangan antara aktifitas dan istirahat
Rasional : Menurunkan
kebutuhan oksigen karena aktifitas.
7.)
Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat
diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan
sensitivitas.
e.
Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
Tujuan : Kecemasan
berkurang/hilang.
Kriteria evaluasi, pasien
akan :
-
Menyatakan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit
dan tindakan.
-
Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan
Intervensi :
1.)
Jelaskan tentang proses penyakit individu.
Rasional : Menurunkan
anxietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi.
2.)
Diskusikan tentang penggunaan obat
Rasional : Pemahaman
tentang penggunaan obat dapat mengurangi anxietas dan menimbulkan hubungan
saling percaya.
3.)
Diskusikan faktor lingkungan yang meningkatkan kondisi
Rasional : Faktor
lingkungan dapat menimbulkan peningkatan produksi sekret dan hambatan jalan nafas.
4.)
Berikan informasi tentang pembatasan istirahat
Rasional : Memberikan
pemahaman kepada klien tentang pentingnya pengaturan kebutuhan oksigen.
f.
Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan
sesak nafas dan
batuk.
Tujuan : Kebutuhan istirahat tidur
terpenuhi.
Kriteria : Klien dapat tiudr
dengan tenang, istirahat tidur 6-8 jam sehari.
Evaluasi : Menuju tujuan yang tepat.
Pasien : Dapat memenuhi akan
kebutuhan istirahat akan tidurnya.
Intervensi :
1.)
Kaji faktor pencetus timbulnya gangguan istirahat
tidur.
Rasional : Faktor
pencetus sedapat mungkin dihindari.
2.)
Batas aktivitas.
Rasional : Akan
member kesempatan untuk lebih banyak beristirahat.
3.)
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Memberikan
rasa aman dan nyaman untuk beristirahat.
4.)
Batasi pengunjung dan penunggu pasien.
Rasional : Menciptakan
lingkungan yang nyaman dan tenang.
3. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan mengacu kepada perencanaan yang
telah disusun, diprioritaskan pada upaya untuk :
a.
Mempertahankan potensi jalan nafas yang efektif.
b.
Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
c.
Meningkatkan masukan nutrisi
d.
Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi.
e.
Memberikan informasi tentang proses penyakit dan
pengobatan.
4. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan mengacu kepada tujuan yang diharapkan yaitu:
a.
Ventilasi adekuat untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
b.
Masukan nutrisi memenuhi kebutuhan kalori.
c.
Bebas infeksi/komplikasi
d.
Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asma bronkial merupakan penyakit saluran pernapasan obstruktif yangditandai
inflamasi saluran dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan
menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia,
sekitar setengah kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi
sebelum usia 40 tahun.
Insiden penyakit asma dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain : umur pasien, jenis kelamin, bakat alergi, keturunan, lingkungan
dan faktor psikologi
B.
Saran
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan namun dalam penggunaan obat-obat
yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja. Kontrol yang
baik diperlukan oleh penderita untuk terbebas dari gejala serangan asma dan
bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk mengontrol gejala asma secara
baik maka penderita harus bisa merawat penyakitnya dengan cara mengenali lebih
jauh tentang penyakit tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Asih,
2004. Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta
: EGC
Asmadi,
2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Davey,
2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Jakarta : EGC
HamsahPK4, 2013. Askep Asma Bronchiale. (Online)
Diakses 21 Juni 2014
Haryanto, 2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan
Konsep (Concept Mapping). Jakarta : Salemba Medika
Ikawati, 2010. Resep Hidup Sehat. Yogyakarta :
Kanisius
Info Kedokteran,
2013. Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada Penyakit Asma Bronkial. http://www.infokedokteran.com.
(Online) Diakses 23 Juni 2014.
Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. depkes.go.id (Online).
Diakses 20 Juni 2014
Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius
Nugroho, 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kab.Bone
Tambayong, 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan.
Jakarta : EGC
Udayana, 2006. Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran
Tradisional Cina. Yogyakarta : Kanisius
![]() |
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN
“ASMA BRONCHIALE”

OLEH :
Kelompok II
J
NIRWANA
J
SAIFUL
J
AMIRUDDIN
J
JULAIHA
J
IRMAYANTI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PUANGRIMAGGALATUNG BONE
|
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya bisa menyusun dan menyajikan makalah
yang berisi tentang “Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien “ASMA BRONCHIALE”. Tak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam
menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon
maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan pengetikan dan
kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.
Watampone, 28
Oktober 2015
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...................................................................................................i
DAFTAR ISI
................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
..................................................................................................1
B.
Rumusan
Masalah..............................................................................................2
C.
Tujuan Penulisan………………………............……..…..…….......................2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Medik…………………………………....…………………….3
1.
Pengertian ……………………………….………………………………..3
2.
Etiologi………………………………………....…………………………3
3.
Insiden……………………………………………………………………4
4.
Patofisiologi………………………..…………...…………………………4
5.
Manifestasi Klinis………………………………………...……………….5
6.
Pemeriksaan Diagnostik…………………………………..………………5
7.
Penanganan……………………………………………..…………………6
8.
Prognosis………………………………………………….………………7
B.
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan…………..……………….……………..7
1.
Pengkajian……………………………….…………………….………….8
2.
Diagnosa keperawatan……………………………………...……………11
3.
Perencanaan ……………….……………………………...……………..11
4.
Tindakan Keperawatan…………………………………………………..17
5.
Evaluasi……………………………...……….………………………….17
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
.....................................................................................................18
B.
Saran................................................................................................................18
|
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment