MAKALAH
A S M A
![]() |
OLEH :
NAMA : A S R I N A
NIM : BT 15 02 006
KELAS : I A
AKADEMI
KEBIDANAN BATARI TOJA
WATAMPONE
|
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ASMA”. Kemudian shalawat serta salam, kami sampaikan
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni
Al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Watampone, 12 Agustus 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................... 3
BAB II... PEMBAHASAN
A. Pengertian............................................................................. 4
B. Etiologi................................................................................. 5
C. Epidemiologi........................................................................ 7
D. Patofisiologi......................................................................... 7
E.
Manifestasi
Klinik................................................................ 8
F.
Komplikasi .......................................................................... 9
G. Test Diagnostik .................................................................. 10
H.
Penatalaksanaan
Medis........................................................ 10
I.
Pencegahan........................................................................... 11
BAB III.. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 14
B. Saran..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas. Dasar
penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala
asma adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama pada malam
hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. (Kemenkes, 2013 ; 85)
Menurut Data World Health Organization (WHO) tahun 2013
memperkirakan bahwa 235 juta orang
saat ini menderita asma. Asma adalah masalah kesehatan masyarakat bukan
hanya untuk negara-negara berpenghasilan tinggi; itu terjadi di semua negara
terlepas dari tingkat perkembangan. Sebagian besar kematian asma terkait terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan mene-ngah kebawah. (http://www.who.int)
Penyakit asma sudah lama diketahui, namun saat ini
pengobatan atau terapi yang diberikan hanya untuk mengendalikan gejala
(Sundaru, 2008). Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tapi
dapat dikendalikan. Asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan
secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis yaitu dengan
cara pemberian obat-obatan anti inflamasi tetapi juga menggunakan terapi
nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala asma (Sundaru 2008).
Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan
dengan cara menghindari allergen pencetus asma, konsultasi asma dengan tim
medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai,
menghindari stres dan olahraga (Wong, 2003). Semua penatalaksanaan ini
bertujuan untuk mengurangi gejala asma dengan meningkatkan sistem imunitas
(Siswantoyo, 2007; The Asthma Foundation of Victoria, 2002).
Asma dapat diatasi dengan baik dan akan lebih
sedikit mengalami gejala asma apabila kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat.
Olahraga dan aktivitas merupakan hal penting untuk membuat seseorang segar
bugar dan sehat. Melakukan olahraga merupakan bagian penanganan asma yang baik
(The Asthma Foundation of Victoria, 2002). Namun anjuran olahraga
terhadap penderita asma masih menjadi kontroversi. Disatu pihak olahraga dapat
memicu gejala asma, namun di lain pihak olahraga dapat meningkatkan kemampuan
bernapas penderita asma sehingga sangat penting dilakukan dalam upaya
pengendalian asma.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dibahas
lebih lanjut tentang penyakit asma dan pengendaliannya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah definisi dari asma?
2.
Apakah etiologi dari asma?
3.
Bagaimana patofisiologi dari asma?
4.
Bagaiamana manifestasi klinis pada asma?
5.
Apakah komplikasi pada asma?
6.
Bagaimana penatalaksanaan pada asma?
7.
Bagaimana pencegahan pada asma?
C. Tujuan Penulisan
1.
Memahami definisi dari penyakit asma.
2.
Memahami etiologi dari asma.
3.
Memahami patofisiologi asma.
4.
Memahami manifestasi klinis pada asma.
5.
Memahami komplikasi dari asma.
6.
Memahami penatalaksanaan pada asma.
7.
Memahami pencegahan pada asma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1.
Menurut National
Asthma Education and Prevention Program (NAEPP), Asma Bronkial didefinisikan sebagai penyakit radang / inflamasi
kronik pada paru, yang dikarakterisir oleh adanya penyumbatan saluran nafas
yang bersifat reversible (dapat balik), baik secara spontan maupun dengan
pengobatan, peradangan pada jalan nafas, danpeningkatan respon jalan nafas
terhadap berbagai rangsangan (hiper-
responsivitas). (Ikawati, 2010 ; 20).
2.
Asma Bronkhial
adalah proses peradangan disaluran nafas yang mengakibatkan peningkatan
responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulasi yang dapat
menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala khas sesak
nafas yang reversible (Nugroho, 2011 ; 225)
3. Asma
adalah obstruksi jalan napas akut, episodic yang diakibatkan oleh rangsangan
yang tidak menimbulkan responspada orang sehat. (Tambayong, 2000 ; 97)
4.
Asma Bronkial adalah penyakit saluran napas yang
ditandai oleh serangan mendadak dispnea, batuk serta mengi.
(Udayana, 2006;92)
5.
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini
berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma
dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh
penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau
pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya
cairan kental yang berlebih (Prasetyo, 2010).
6.
Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan
memberikan respon yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau
ganguan. Saluran pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan
menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan
salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas
pendek, tersengal-sengal, hingga nafas yang berbunyi ”ngik-ngik” (Hadibroto et
al, 2006).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
bronkhial atau sering disebut pencetus sebagai faktor pencetus adalah :
1.
Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila dihisap atau
dimakan dapat menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah,tengau debu rumah (dermatophagoides pteronissynus), spora
jamur, bulu kucing, bulu binatang ,
beberapa makanan laut dan sebagainya.
2.
Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh
virus. Virus influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan , dua pertiga penderita asma dewasa serangan
asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan (sundaru , 1991)
3.
Tekanan Jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma,
karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita
asma bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada
orang yang agak labil kepribadianya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan
anak-anak.
4.
Olahraga/kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan
serangan asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan.
Lari cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan yang paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani terjadi
setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul
beberapa jam stelah olahraga.
5.
Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkhial sensitif atau
alerrgi terhadap obat tertentu seperti penisilin,salsilat,beta blocker,kodein
dan sebagainya.
6.
Polusi Udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap
pabrik/kendaran, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida
fotokemikal, serta bau yang tajam.
7.
Linghkungan kerja
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus
yang menyumbang 2-15 % klien dengan asma bronkhial.
C. Epidemiologi
Penyakit ini umumnya dimulai sejak dari masa anak-anak
terutama pada usia lima tahun. Anak-anak yang tinggal diperkotaan rentan
menderita asma. Hal ini disebabkan karena di perkotaan banyak terpapar polusi
dan debu serta memiliki jumlah penduduk yang padat. Berdasarkan data dari
Yayasan Penyantun Asma, kasus asma di Indonesia mencapai 12juta atau sekitar 6%
dari jumlah penduduk. Berdasarkan
data World Health Organization (WHO),
jumlah penderita asma di dunia mencapai 300 juta orang. Angka ini dikhawatirkan
terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025. Di dunia penyakit asma
termasuk 5 besar penyebab kematian. Diperkirakan 250.000 orang meninggal setiap
tahunnya dikarenakan asma. (Aliya Rahma, 2015 : 50)
D. Patofisiologi
Meskipun terdapat ketumpangtindihan bermakna antara dua
kelompok, peneyebab asma dapat dibagi menjadi dua kategori utama: ekstrinsik
dan intrinsik.
1.
Asma ekstrinsik (alergis) secara umum mempengaruhi anak
dan remaja muda yang sering mempunyai riwayat keluarga atau pribadi tentang alergi, bentol-bentol, ruam, dan
eczema. Hasil dari tes kulit biasanya positif pada alaergen spesifik, yang
menunjukkan kemungkinan bahwa asma
ekstrinsik adalah alergis. Obstruksi pernapasan akut, tahanan pada aliran
udara, dan turbulensi aliran udara dikaitkan dengan tiga respon berikut:
a.
Spasme bronkus, yang melibatkan
irama peremasan jalan napas oleh
otot yang mengitarinya
b.
Produksi mucus kental yang banyak
c.
Respon inflamsi, yang mencakup peningkatan
permeabilitas kapiler dan edema mukosa.
2.
Asma instrinsik (idiosinkratik) biasanya mempengaruhi
orang dewasa, termasuk mereka yang tidak mengalami asma atau alergi sebelum
usia dewasa tengah. Riwayat pribadi atau keluarga
negative untuk alergi,
eksema, bentol-bentol, dan ruam. (Tambayong, 2000 ; 98)
E. Manifestasi Klinik
Asma adalah menjadi sidrom klinis yang
dikarakterisktikkan oleh batuk, mengi, dan sesak napas serta sesak dada yang
ditimbulkan oleh alergen, infeksi atau stimulasi lain. Stimulus ini mencakup
obat, latihan (khususnya pada iklim kering dan dingin), stres emosi, refluks
gastroesofagus pada mikroaspirasi, merokok pasif dan aktif, pemajanan tempat
kerja pada bahan kimia, dan polusi udara.
Tanda dan gejala serangan asmatik sangat
berhubungan dengan status jalan napas. Yang pasti tentang manifestasi asma
adalah jenisnya dan tidak dapat diduga. Gejala asma mengacu pada triad:
dispnea, batuk dan rongki kering (mengi). Rongki kering dapat pula terdapat
pada keadaan-keadaan lain seperti aspirasi benda asing, tumor, emboli paru,
infeksi, gagal jantung kiri. (Tambayong, 2000 ; 99)
Tabel Manifestasi klinis dan patofisiologi dasar
asma
Manifestasi
klinis dan patofisiologi dasar asma
|
||
No.
|
Gejala
|
Patofisiologi
|
1.
|
Dispnea,
ortopnea, batuk, mengi, sesak dada, peningkatan nadi paradoksik, penurunan
bising napas, hiperesonans, hipoksia
|
Spame
bronkiolus, jebakan udara, pendataran diafragmatik
|
2.
|
Takikardia,
pernapasan sulit, lapar udara, retraksi interkostal
|
Peningkatan
kerja pernapasan, keletihan, peningkatan konsumsi oksigen
|
3.
|
Sputum kental
dan lengket, turgor kulit buruk, tanda lain dari dehidrasi
|
Peningkatan
produksi sputum, dehidrasi, demam yang dihubungkan dengan infeksi
|
4.
|
Sputum kental
hijau atau kuning
|
Infeksi
|
5.
|
Spasme
bronkus, eosinofilia, bila ad alergi
|
Inflamasi
|
6.
|
Ketakutan/panik
|
Ansietas
|
F. Test Diagnostik
Tes fungsi paru bisa menunjukkan obstruksi saluran
pernapasan atau bisa normal. Pengukuran aliran puncak serial bermanfaat dalam
menegakkan diagnosis, dan seringkali menunjukkan pola klasik penurunan di pagi
hari. Pada penderita asma yang telah diketahui, pengukuran aliran puncak
bermanfaat dalam menentukan berat penyakit. (Davey, 2005 ; 180)
G. Komplikasi
1.
Kelelahan
2.
Dehidrasi
3.
Atelektasis
4.
Infeksi
jalan napas
5.
Kor
pulmonale
6.
Gagal
nafas
7.
PPO
kronik
8.
Pneumotoraks
(jarang).
H. Penatalaksanaan
Perlu diberikan edukasi, antara lain mengenai
pathogenesis asma, peranan terapi asma, jenis-jenis terapi yang tersedia, serta
faktor pencetus yang perlu dihindari. Pastikan pasien menggunakan alat untuk
terapi inhalasi yang sesuai. Secara umum, terdapat dua jenis obat dalam
penatalaksanaan asma, yaitu obat pengendali (controller) dan pereda (reliever).
Obat pengendali merupakan profilaksis serangan yang diberikan tiap hari, ada
atau tidak ada serangan/ gejala, sedangkan obat pereda adalah yang diberikan
saat serangan. (Mansjoer, 2000 ; 463).
Tujuan terapi adalah menghilangkan sejala dengan
pemberian seminimal mungkin obat ujuan terapi adalah menghilangkan gejala
dengan pemberian seminimal mungkin obat.
1.
Penyluhan pasien penting untuk keberhasilan
penatalaksanaan, khususnya penjelasan mengenai pemicu, penggunaan dan peran
obat-obatan, dan bagaimana mendeteksi dan bereaksi terhadapa perburukan.
2.
Menghindari pemicu lingkungan atau allergen penting,
terutama menghindari asap rokok.
3.
Pada Asma kronis dianjurkan menggunakan pendekatan
bertahap. Antagonis leukotrien merupakan bronkodilator efektif pada sebagian
penderita asma walaupun perannya secara tepat belum jelas.
4.
Dan pada Asma akut O2, kortikosteroid sistemik,
inhalasi β-agonis, anti kolinergik, dan teofilin bila perlu. (Davey, 2005 ;
180).
I. Pencegahan
Menurut Danu suanto
(2010), pencegahan asma dapat dilakukan dengan tiga langkah.
1.
Pencegahan Primer
a.
Pendidikan
kesehatanPendidikan kesehatan meliputi penginformasian mengenai asma dengan
gejala, pencegahan dan juga penyebarannya.
b.
konsultasi
genetikGenetic memudahkan seseorang untuk mendapatkan penyakit ini.
c.
Sanitasi dan hygiene
individu
d.
Membebaskan lingkungan
dari debu, asap rokok, bulu hewan, dan serbuk sari. Menggunakan masker, dan
memasang filter rungan.
e.
Olahraga teratur
melatih tubuh menjadi sehat dan tidak rentan asma.
2.
Pencegahan Sekunder
a.
Check up rutin
Dapat dilakukan dengan
melakukan check up pada dokter spesialis penyakit dalam yang berfungsi untuk
mengontrol terjadinya asma agar tidak terlalu sering maupun fatal.
b.
Screening test
pemeriksaan fisik yakni
dengan melihat frekuensi pernafasan,
spirometri, maupun foto rotgen,
pemeriksaan darah jika penyebabnya alergen dengan melihat peningkatan enofil.
c.
Pencarian kasus
melihat sebaran
penyakit ini, sehingga akan mudah untuk melakukan penyuluhan maupun pengobatan
pada wilayah yang spesifik.
d.
Pencegahan khusus
menjaga dan
menghindarkan diri dari factor-faktor resiko yang rentan serta sering terdapat
disekeliling penderita.
e.
Monitoring
Penderita mampu
mengontrol asma agar asma yang dideritatidak mengganggu aktivitas sehari-hari
dan mencegahdari kefatalan.
Pemberian obat yang
rasional dan efektif sesuai dengan serangan yang terjadi. Pada serangan astma
tingkat sedang dapat diobati dengan salbutamol (3x2-4mg/oral) denan inhaler,
bisa juga dengan aminofilin 500-1200mg perhari secara oral.
3.
Pencegahan Tersier
Rehabilitasi dan
memperkerjakan orang yang asma selayaknya yang sehat. Pada pencegahan ini orang
dengan asma tetap diperlakukan layaknya orang normal dan juga perlu diadakan
motivasi untuk pra penderita astma agar tetap mampu memposisikan diri mereka
sebagai bagian dari masyarakat yang saling membutuhkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, penulis
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Asma bronchiale adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan meningkatnya respon trakhea dan bronhus terhadap berbagai alergen yang
menyebabkan terjadinya penyempitan jalan nafas.
2.
Faktor predisposisi asma bronchiale adalah adanya
riwayat keluarga yang pernah menderita, pola hidup yang buruk, serta berbagai
alergen yang berada di sekitar tempat tinggal atau di lingkungan kerja.
3.
Gejala spesifiknya berupa sesak nafas, batuk dan adanya
bunyi nafas tambahan (wheezing).
4.
Penanganan spesifiknya mengarah kepada pembebasan jalan
nafas.
5.
Secara umum tampak adanya beberapa perbedaan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus. Hal ini disebabkan karena klien sudah pernah
mendapatkan pengobatan dan perawatan secara intensif sebelumnya serta respon
tiap individu yang berbeda-beda terhadap asma bronchiale.
B. Saran
Dengan
mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma, maka beberapa saran penulis sebagai berikut:
1.
Untuk para penderita.
Jangan menganggap remeh
penyakit yang Anda derita. Namun, seringlah
berkonsul dengan dokter
yang menangani Anda. Akan tetapi, jangan pula Anda terlalu memikirkan tentang
penyakit anda, karena itu akan bisa memicu asma Anda kambuh.
2.
Untuk para keluarga penderita.
Perhatikanlah keluarga
Anda yang menderita penyakt asma. Karena asma adalah penykit yang serius.
Namun, perhatian dan pengamanan Anda jangan terlalu berlebihan karena bisa saja
si penderita merasa tertekan dan stres yang bisa mengakibatkan asmanya kambuh.
DAFTAR PUSTAKA
Aliyah Rahma,
2015. Pengaruh Pemberian Konseling Apoteker Terhadap Hasil Terapi Pasien Asma
Anak Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Yogyakarta. Program
Studi Farmasi, POLTEKKES Permata Indonesia
Asih, 2004. Keperawatan
Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC
Asmadi, 2008. Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Danu
Suanto, Halim. 2010. Buku saku Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Davey, 2005. At a
Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Jakarta
: EGC
Hadibroto, Iwan. dan Alam,
Syamsir. 2006. Asma. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ikawati, 2010. Resep Hidup Sehat. Yogyakarta :
Kanisius
Info Kedokteran,
2013. Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada Penyakit Asma Bronkial. http://www.infokedokteran.com. (Online) Diakses 23
Juni 2014.
Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. depkes.go.id (Online).
Diakses 20 Juni 2014
Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius
Nugroho, 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prasetyo, Budi. 2010. Seputar Masalah Asma : Mengenal Asma,
Sebab-sebab, Resiko-resiko, Dan Cara Mengantisipasinya. Yogyakarta:
Diva Press.
Tambayong, 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan.
Jakarta : EGC
Udayana, 2006. Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran
Tradisional Cina. Yogyakarta : Kanisius
WHO, 2013. Asthma. http://www.who.int/mediacentre. (Online) Diakses 22 Juni 2014
No comments:
Post a Comment