Thursday, 25 May 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap manusia pasti membutuhkan perlindungan karena manusia butuh rasa aman dan nyaman agar dapat menjalani hidupnya dengan baik. Negara memberikan perlindungan untuk warga negaranya, di kasus hukum polisi memberikan perlindungan untuk para saksinya, dan pengacara memberikan perlindungan untuk kliennya. Semua perlindungan itu untuk apa??? Tentu saja untuk menciptakan rasa aman dan nyaman sehingga klien mereka merasa tentram dan dapat melakukan kegiatannya normal seperti biasanya.
Begitu pula dengan pasien di rumah sakit. Mereka membutuhkan rasa aman dan nyaman agar dapat menjalani aktivitas mereka dengan normal tanpa ada rasa takut dan khawatir yang membebani pikiran mereka. Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman itu merupakan bagian dari tugas seorang perawat seperti kita.
Rasa aman dan nyaman sangat dibutuhkan oleh klien agar mempercepat proses penyembuhan mereka. Ini adalah semacam terapi untuk kejiwaan. Klien membutuhkan rasa aman dan nyaman untuk dapat tidur nyenyak, rileks, berkonsentrasi untuk kesembuhannya, dan masih banyak lagi. Jika klien kita tidak merasa aman dan nyaman, tentu segudang obatpun tidak akan mempan untuk menyembuhkan klien kita tersebut.
Bisa di bayangkan pentingnya rasa aman dan nyaman yang diberikan oleh perawat kepada kliennya. Jika rasa aman dan nyaman itu tidak mampu diciptakan oleh seorang perawat, maka dapat dikatakan perawat tersebut telah gagal untuk melayani kliennya, dan upaya untuk penyembuhan klien tersebut akan sangat susah untuk mencapai keberhasilannya.
Oleh karena itu, rasa aman dan nyaman tidak dapat disepelehkan sama sekali. Karena semua kebutuhan klin tersebut seperti rantai yang berbentuk bulat. Berikatan satu sama lain, tidak dapat di poisahkan satu dan lainnya, bila satu  mata  rantainya  rusak, terputus, atau tak terpenuhi, maka pasti akan
mempengaruhi mata rantai yang lainnya.
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon yang identik pada seseorang. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah ruang lingkup kebutuhan rasa aman dan nyaman?
2.      Bagaimanakah konsep dasar gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri)?
3.      Bagaimanakah Konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan rasa aman dan nyaman?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Memahami ruang lingkup kebutuhan rasa aman dan nyaman.
2.      Memahami konsep dasar gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri).
3.      Memahami konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan rasa aman dan nyaman.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
1.      Definisi
Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis (Potter & Perry, 2006). Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pada pasien, perawat, atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
2.      Ruang Lingkup
a.       Keamanan
Kemanan dalam ruang lingkup praktik keperawatan difokuskan dalam lingkungan rumah sakit. Keamanan dalam rumah sakit meliputi keamanan  dari kecelakaan, keracunan, kebakaran, radiasi, polusi, suhu, dan oksigenasi.
1)      Kecelakaan
Kecelakaan yang terjadi di rumah sakit dapat berupa : kesalahan peletakkan karpet, tidak adanya pegangan yang ada di kamar mandi dan di tangga, resiko luka bakar karena termostat yang terpasang pada pemanas air terlalu panas.
2)      Nutrisi
Nutrisi dapat juga terjadi di rumah sakit. Misalnya mengontrol persediaan air bersih dan adequat untuk mencuci bahan makanan yang segar dan alat-alat makan, keracunan makanan yang disebabkan ingesti toksin bakteri yang dihasilkan dalam makanan, penyakit yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri
3)      Kebakaran
Kebakaran biasanya terjadi karena kelalaian manusia dalam penggunaan gas dan cairan yang mudah terbakar dan gangguan hubungan arus pendek. 
4)      Radiasi
Untuk mengurangi bahaya radiasi maka harus dibatasi lamanya waktu di dekat sumber radiasi, jarak dari sumber radiasi harus sejauh mungkin dan penggunaan alat pelindung seperti pakaian pelindung bahaya. Pengontrolan pembuangan sampah radioaktif dan pengontrolan kebocoran radioaktif.
5)      Polusi
Polusi meliputi polusi udara, polusi tanah, dan polusi air. Polusi udara misalnya meminimalisir resiko terjadinya penyakit paru-paru akibat kontaminasi asap rokok terhadap atmosfir. Polusi tanah meliputi karena pembuangan radio aktif dan sampah bioaktif yang tidak tepat misalnya bioksin. Polusi air meliputi kontaminasi air terhadap zat kimia. Polusi suara misalnya terjadi bila tingkat bunyi dalam rumah sakit menyebabkan ketidaknyamanan bagi penghuni di rumah sakit tersebut.
6)      Suhu
Bahya suhu dapat disebabkan karena dua macam suhu yaitu suhu terlalu dingin dan suhun terlalu panas.
7)      Oksigenasi
Kasus oksigenasi misalnya sistem pemanas yang tidak berfungsi dengan baik menyebabkan pembakaran yang tidak mempunyai tempat pembuangan yang tepat sehingga menyebabkan penumpukkan karbon monoksida.

b.      Kenyamanan
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
1)      Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2)      Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3)      Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
4)      Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia  seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
3.      Faktor – faktor yang Mempengaruhi
a.       Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
b.      Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury
c.       Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan penciuman dan penglihatan
d.      Keadaan Imunits
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit
e.       Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
f.       Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
g.      Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
h.      Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
i.        Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.    
j.        Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
k.      Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
l.        Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai.

B.     Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri)
1.      Definisi Nyeri
a.       Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smatzler & Bare, 2002).
b.      Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan IASP (Potter & Perry, 2006).
c.       Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individu karena respon indivdu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien. (Asmadi, 2008)
d.      Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, disamping itu nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya potensial. (Hidayat, 2006),
2.      Fisiologi Nyeri
Menurut Perry & Potter (2006), ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor.
Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak
Kornu dorsalis dari medula spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan serabut traktus sensori asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks serebri. Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area ini disebut “gerbang”. Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem assenden menutup gerbang untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri (Mubarak, 2007).
3.      Teori Pengontrolan nyeri (Gate control theory)
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nocireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Asmadi, 2008).
Teori gate control mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Perry & Potter, 2006).
4.      Klasifikasi Nyeri
Menurut  Hidayat (2008), nyeri diklasifikasikan berdasarkan durasinya yaitu
a.       Berdasarkan Lokasi / Letak
1)      Cutaneus / superfisial
yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam. Contoh : Terkena ujung pisau atau gunting, jarum suntik.
2)      Deep somatic / nyeri dalam
yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneus. Contoh : Sensasi pukul, sensasi terbakar misalnya ulkus lambung.
3)      Nyeri Alih
merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak organ tidak memiliki reseptor, biasanya nyeri terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik. Contoh : Infark miokard yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, dan bahu kiri, batu empedu yang dapat mengalihkan nyeri ke selangkangan.
4)      Radiasi
Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Biasanya nyeri terasa seakan menyebatr ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermitten atau konstan.Contoh : Nyeri punggung bagian bawah akibat diskus intravetebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjag tungkai dari iritasi saraf skiatik
b.      Berdasarkan penyebabnya
1)      Fisik : Bisa terjadi karena stimulus fisik (contoh: fraktur femur).
2)      Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya), Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut.
c.       Berdasarkan lama/durasinya
1)      Nyeri akut
Nyeri akut merupakan kumpulan pengalaman yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan sensori, persepsi dan emosi serta berkaitan dengan respon autonomi psikologi dan perilaku.
2)      Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah situasi atau keadaan pengalaman nyeri yag menetap atau kontinyu selama beberapa bulan atau tahu setelah fase penyembuhan dari suatu penyakit atau injuri. karakteristiknya adalah nyeri dalam skala berat, dan intensitas nyeri sukar diturunkan.
5.      Faktor yang mempengaruhi respon nyeri
a.       Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
b.      Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
c.       Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
d.      Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
e.       Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
f.       Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
g.      Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
h.      Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

i.        Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
j.        Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa rinagn, sedang atau bisa jadi merupakn nyeri yang hebat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing-masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti ditusuk-tusk, nyeri tumpul, berdenyut, terbaka dan lain-lain, sebagai contoh individu yang tersuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu yang terkena luka bakar. (Sigit Nian, 2010)
6.      Penilaian dan Pengukuran Nyeri
Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien menjelaskan nyeri dengan kata-kata mereka sendiri (misalnya tumpul, berdenyut, seperti terbakar). Evaluasi ini juga dapat didekati dengan menggunakan penelitian yang lebih formal, seperti kuesioner  nyeri MC bill, yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai nyeri. Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri klien (Asmadi, 2008) :
a.       Face Pain Rating Scale




b.      Skala intensitas nyeri deskritif
skala 
intensitas nyeri deskritif
 





c.       Skala identitas nyeri 
numerikSkala identitas nyeri numerik


d.      Skala analog visualSkala analog visual


e.       Skala nyeri menurut bourbanis
Skala nyeri menurut bourbanis
 




Keterangan :
0             :     Tidak nyeri
1-3          :     Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6          :     Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9          :     Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10           :     Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
7.      Penanganan Nyeri
a.       Farmakologi
1)      Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat (Tamsuri, 2007).
Namun, penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernafasan di medulla batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur terhadap perubahan dalam status pernafasan jika menggunakan analgesik jenis ini (Smeltzer & Bare, 2001).
2)      Analgesik Non Narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi (Smeltzer & Bare, 2001). Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster.
b.      Non Farmakologi
1)      Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2006).
2)      Stimulasi Kutaneus Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai obat seperti kapsul, cairan injeksi, dan sebagainya. Placebo umumnya terdiri dari larutan gula, larutan salin normal, atau air biasa (Tamsuri, 2007).
3)      Teknik Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami ( Priharjo, 1996 ).



C.    Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Aman dan Nyaman
1.      Pengkajian Keperawatan
a.       Status kesehatan
1)      Status kesehatan saat ini
-          Alasan masuk rumah sakit
-          Faktor pencetus
-          Faktor memperberat nyeri ; ketakutan, kelelahan.
-          Keluhan utama
-          Timbulnya keluhan
-          Pemahamanaan penatalaksanaan masalah kesehatan
-          Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
-          Diagnosa medik
2)      Status kesehatan masa lalu
-          Penyakit yang pernah dialami
-          Pernah dirawat
-          Operasi
-          Riwayat alergi
-          Status imunisasi
-          Kebiasaan obat – obatan
b.       Pengakajian riwayat nyeri
1)      Sifat nyeri ; ( P, Q, R, S, T )
P : provocating ( pemacu ) dan paliative yaitu faktor yang meningkatkan atau mengurangi nyeri
Q : Quality dan Quantity
·     Supervisial : tajam, menusuk, membakar
·     Dalam : tajam, tumpul, nyeri terus
·     Visceral : tajam, tumpul, nyeri terus, kejang
R : region atau radiation ( area atau  daerah ) : penjalaran
S : severty atau keganasan : intensitas nyeri
T : time ( waktu serangan, lamanya, kekerapan muncul.

2)      Lokasi
3)      Intensitas
4)      Kualitas dan karakteristik
5)      Waktu terjadinya dan interval
6)      Respon nyeri
2.      Phatway
Chemic, thermik, mekanik
      
                                                          Jejas
    
                                         Kerusakan nesoseptor
                                                     ( reseptor )
                                                                
                                               Nyeri kronik/akut

                 G3 susah tidur         G3 imobilisasi           G3 ancietas

3.      Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan ikat, pembuluh darah dan membran mukosa
b.      Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan peningkatan energi akibat penyakit kronis dan perubahan kimia tubuh
c.       Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, perubahan sendi dan kerusakan neuromuskular
d.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan fungsi tubuh, ruam, lesi, dan purpura.
e.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam, lesi, edema, perubahan sirkulasi dan hambatan mobilitas fisik.
4.      Intervensi dan Implementasi
a.       Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan ikat, pembuluh darah dan membran mukosa
Tujuan dan kriteria hasil (NOC ) :
1)      Perubahan dalam rasa nyaman
2)      Penurunan tingkat nyeri
3)      Melakukan tindakan nyeri
4)      Perasaan senang fisik dan psikologis
Intervensi ( NIC ) :
1)      Lakukan pengkajian yang komprehensif dari nyeri: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan presipitasi.
2)      Eksplorasi faktor yang mempengaruhi nyeri
3)      Obsrvasi respon nonverbal karena ketidaknyamanan
4)      Evaluasi perkembangan masa lalu terhadap nyeri
5)      Catat perkembangan tingakat nyeriberikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab, lamanya, dan antisipasi terhadap kenyamanaan
nyeri
6)      Berikan strategi nonfarmakologik sebelum dilakukan prosedur yang menyakitkan
7)      Gunakan komunikasi terapeutik untuk meningkatkan pengetahuan nyeri dan penerimaan respon klien
8)      Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
b.      Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan peningkatan energi akibat penyakit kronis dan perubahan kimia tubuh
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) ;
1)      Mengikutsertakan pasien dalam tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan.
2)      Beradaptasi dengan konsentrasi dan penghematan energi
3)      Meningatkan daya tahan adekuat untuk beraktivitas
4)      Dapat beraktivitas dalam melakukan kegiatan sehari - hari
5)      Tidak letih dan lemas
Intervensi ( NIC ) :
1)      Pantau pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
2)      Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas misalnya. Takikardi, disritmia, dispnea, pucat, dan frekuensi napas
3)      Pantau lokasi dan sifat ketidak nyamanaan atau nyeri selama gerak atau beraktivitas
4)      Pantau adnya keletihan fisik dan emosi yang berlebihan pada pasien
5)      Pantau asupan nutrisi untuk menjamin keadekuatan sumber energi
6)      Jelaskan pada pasien tentang penyebab keletihan dan proses atau kondisi penyakit
7)      Ajarkan pasien mengenalai tanda dan gejala keletihan yang memerlukan pengurangan aktivitas
8)      Ajarkan tehnik pengaturan aktivitas untuk mencegah keletihan
9)      Konsultasikan pada ahli gizi dengan pemberian asupan makanan
berenergi tinggi
10)  Rencanakan aktivitas yang mengurangi keletihan pada pasien
11)  Bantu pasien dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari - hari sesuai dengan kebutuhan
c.       Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, perubahan sendi dan kerusakan neuromuskular
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) ;
1)      Mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang optimal
2)      Melakukan aktivitas sehari- hari secara mandiri
3)      Menyangga berat badan
4)      Berjalan dengan menggunakan langkah – langkah yang benar
5)      Menggunakan alat bantu secara benar dengan pengawasan
Intervensi ( NIC ) :
1)      Kaji kebutuhan bantuan pelayanan kesehatan akan peralatan pengobatan  yang tahan lama
2)      Bantu berjalan untuk mempertahankan fungsi tubuh
3)      Bantu pasien dengan penggunaan pergerakkan rom aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaikai fleksibilitas sendi
4)      Ubah posisi pasien untuk memberikan kenyamanan dan menurunkan resiko kerusakan kulit
5)      Ajarkan pasien tentang penggunaan alat bantu mobilitas misal; ktuk, walker dan kursi roda
6)      Ajarkan dan bantu pasien dalam proses perpindahan misal; dari tempat tidur ke kursi roda
7)      Ajarkan tehnik ambulasi dan perpindahan yang aman
8)      Instruksikan pasien 8ntuk memperhatikan postur tubuh yang benar
9)      Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi untuk meningkatkan mobolitas
10)  Berikan analgesik sebelum memulai aktivitas
11)  Berikan penguatan positif selama aktivitas
d.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan fungsi tubuh, ruam, lesi, dan purpura.
Tujuan dan kriteria hasil ( NOC ) :
1)      Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan pasien
2)      Pasien mengetahui perubahan aktual pada penampilan tubuh
3)      Pasien akan megambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh
4)      Pasien dapat memelihara hubungan soaial yang dekat dan hubungan personal
Intervensi ( NIC ) :
1)      Kaji dan dokumentasikan  respon verbal dan non verbal pasien tentang tubuh pasien
2)      Tentukan bagaimana respon anak terhadap reaksi orang tua, sesuai denbgan kebutuhan
3)      Beri dorongan atau pasien atau keluarga untuk mengungkapakan perasaan
4)      Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi mekanisme koping cdan kekuatan personal
5)      Kolaborasi dengan merujuk kepada layanan sosial untuk merencanakan perawatan pasien atau keluaraga
6)      Instruksikan anak tentang fungsi dari bagian tubuh sesuai dengan kebutuhan
7)      Ajarkan orang tua tentang pentingnya respon mereka terhadap perubahan tubuh anak  dan penyesuaian dikemuduan hari, sesuai kebutuhan
8)      Pertahankan kebiasaan berpakaian tentang hubungan personal yang dekat
e.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam, lesi, edema, perubahan sirkulasi dan hambatan mobilitas fisik.
Tujuan dan kriteria hasil ( NIC ) :
1)      Pemeliharaan integritas kulit.
2)      Terbebas adanya lesi jaringan
3)      Tidak ada ruam
4)      Tidak ada eritema disekitar luka
Intervensi ( NOC) ;
1)      Pantau proses penyembuhan luka
2)      Bersihkan luka pada daerah sekitar kulit
3)      Lakukan pengawasan kulit untuk mempertahankan intergritas membran mukosa dan kulit
4)      Perawatan luka untuk mencegah komplikasai luka
5)      Kaji tanda – tanda vital pasien
6)      Catat karakteristik luka meliputi; lokasi kedalaman luka, luas, adnya eksudat,  warna, dan bau
7)      Kaji adanya tanda – tanda infeksi luka lokal misal; nyeri palpasi, edema, pruritus dan eksudat
8)      Ajarkan keluarga tentang prosedur perawatan luka
9)      Konsultasikan pada dokter dengan pemberian maknan dan nutrisi secara enteral dan parental untuk penyembuhan luka
10)  Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topikal meliputi balutan absorbent

5.      Evaluasi
a.       Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan ikat, pembuluh darah dan membran mukosa
Evaluasi :
1)      Pasien terlihat nyaman
2)      Nyeri berkurang dengan skala 0
3)      Pasien dapat beristirahat dengan tenang
4)      Memberikan obat analgesik
5)      TTV  normal ( T: 36 C, N : 96 X/menit, RR : 20 X/menit )
b.      Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan peningkatan energi akibat penyakit kronis dan perubahan kimia tubuh
Evaluasi :
1)      Pasien dapat beradaptasi dengan berkonsentrasi dalam beraktivitas
2)      Pasien terlihat daya tahanya adekuat untuk beraktivitas
3)      Pasien dapat beraktivitas dalam melakukan kegiatan sehari - hari
4)      Pasien tidak letih dan lemas
c.       Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, perubahan sendi dan kerusakan neuromuskular
Evaluasi :
1)      Pasien dapat melakukan mobilitas fungsional yang optimal
2)      Pasien dapat melakukan aktivitas sehari- hari secara mandiri
3)      Berat badan pasien bertambah
4)      Pasien terlihat berjalan dengan menggunakan langkah – langkah yang benar
5)      Pasien dapat menggunakan alat bantu secara benar tanpa pengawasan
d.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan fungsi tubuh, ruam, lesi, dan purpura.
Evaluasi :
1)      Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan pasien
2)      Pasien dapat mengetahui perubahan aktual pada penampilan tubuh
3)      Pasien akan megambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh
4)      Pasien dapat memelihara hubungan soaial yang dekat dan hubungan personal
5)      Pasien terlihat percaya diri terhadap perubahan fungsi tubuh
6)      Pasien dapat menerima terhadap perubahan fungsi tubuhnya
e.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam, lesi, edema, perubahan sirkulasi dan hambatan mobilitas fisik.
Evaluasi :
1)      Integritas  kulit terlihat normal atau elastis
2)      Tidak  adanya lesi jaringan pada kulit
3)      Tidak ada ruam
4)      Tidak ada eritema disekitar luka



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pada pasien, perawat, atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
  1. kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari).
  2. Nyeri merupakan suatu gejala yang bersifat ojektif. Hanya orang yang merasakan yang bisa mengungkapkan. Kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi rasa yang tidak nyaman atau nyeri ini, perawat perlu memperhatiakn, mengkaji konsep dasar nyeri pada klien yangmengalami gngguan keamaman.

B.     Saran
Semoga dengan memahami konsep dasar nyeri ini. Kita bisa menerapkan dan membagi ilmu dalam menyelesaikan masalah gangguan rasa aman dan nyaman ini dalan dunia kesehatan.








DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta.
Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Hidayat, AAA., Musifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC.

Judith M. Wilkinson. 2006. Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.

Mubarak, Iqbal. 2007. Buku Ajar : Kebutuhan Dasar Manusia. EGC. Jakarta.
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Nian SP, 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu. Surakarta
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta















KATA PENGANTAR


Puji syukur penyusun panjatkan Kehadirat Allah S.W.T. berkat rahmatNya Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI)”. Dalam penyusunan makalah ini, kami berusaha menyajikan bahan-bahann yang berkaitan  dengan kebutuhan rasa nyaman dan aman seperti : konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman, gangguan rasa aman dan nyaman serta askep gangguan rasa aman dan nyaman.
Kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada teman-teman yang turut serta membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Terlapas dari itu semua, kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangannya, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yg membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Harapan besar dari kami mudah-mudahan apa yg kami susun ini penuh mamfaat, baik itu pribadi, teman-teman, serta orang lain yg melihat dan membacanya . Amien.


Watampone, 07 November  2015

  PENYUSUN







i
 
 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang ............................................................................................1
B.       Rumusan Masalah........................................................................................1
C.       Tujuan Penulisan………………………...………..…..…….......................2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman………………...…………...……….3
1.      Definisi …………………………………………………………..……3
2.      Ruang Lingkup ………………………………………………..………3
3.      Faktor – faktor yang Mempengaruhi …………………….……………5
B.     Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri)…………………..…………..6
1.      Definisi Nyeri………………………………………………………….6
2.      Fisiologi Nyeri ………………………………………………………..7
3.      Teori Pengontrolan nyeri (Gate control theory)……………………....8
4.      Klasifikasi Nyeri ……………………………………………….……..9
5.      Faktor yang mempengaruhi respon nyeri…………………….………10
6.      Penilaian dan Pengukuran Nyeri………………………..……………12
7.      Penanganan Nyeri………………………………………………...….13
C.                              Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Aman dan Nyaman……..15
1.      Pengkajian Keperawatan…………………………………………..…15
2.      Pathway………………………………………………………………16
3.      Diagnosa keperawatan……………..……………………...…………16
4.      Intervensi dan Impelementasi………………………………………..16
5.      Evaluasi………………………...…………………………………….21
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan ...............................................................................................23
B.       Saran...........................................................................................................23
ii
 
DAFTAR PUSTAKA
Tugas Kelompok

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI)




OLEH :
KELOMPOK V

v  NURLELA
v  NELLY AGUSTINA
v  MULYADI
v  AMAR






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PUANGRIMAGGALATUNG BONE


 
2015

 

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...