Thursday, 25 May 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK CACAT MENTAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Para ahli mendefenisikan komunitas atau masyarakat dari berbagai sudut pandang, WHO (1974) mendefenisikan sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sedangkan Spradley (1985) mendefenisikan komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya. Saunders (1991) juga mendefenisikan komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau sistem sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, yang memiliki nilai-nilai keyakinan minta relatif sama serta ada interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Dalam pelaksanaannya Asuhan Keperawatan komunitas diupayakan dekat dengan komunitas, sehingga strategi pelayanan kesehatan utama merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan. Artinya upaya pelayanan atau asuhan yang diberikan merupakan upaya essensial atau sangat dibutuhkan komunitas secara universal upaya tersebut mudah dijangkau. Dengan demikiaan di dalam keperawatan komunitas penggunaan teknologi tepat guna, tumbuh kembang pada balita di wilayah binaannya, seyogyanya ia bisa memilih alat permainan edukatif sederhana yang tersedia di wilayah tersebut.
Cacat mental adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Anak-anak yang menderita cacat mental mengalami keterlambatan permanen dan menyeluruh di dalam banyak aspek perkembangan mereka sebab intelegensi mereka rusak. Seberapa tinggi intelegensia mereka biasanya dinyatakan di dalam bentuk Intelligence Quotient (IQ). IQ normal berkisar antara 80 sampai 120. Anak-anak cacat mental memiliki IQ dibawah 70. Sekitar 2.5 persen anak-anak mengalami semacam cacat mental. Mereka yang IQ-nya antara 50 dan 70 dikatakan menderita cacat mental ringan, sedangkan yang di bawah 50 dikatakan menderita cacat mental parah. Adakalanya kemampuan menggerakkan badan dan anggota badannya normal, tetapi koordinasi, kemampuan berbahasa dan sosialnya terhambat. Inteligensi diukur dengan memberikan tes-tes yang menghasilkan IQ. Banyak tes IQ yang tersedia. Yang paling banyak digunakan untuk anak-anak adalah WISC(R) – Weschsler Intelligence Scale for Children (Revised). Ter ini mengukur kemampuan-kemampuan seperti pemahaman, pembendaharaan kata, berhitung, penalaran, dan ingatan.
      
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan anak cacat mental?
2.      Apakah penyebab dari anak cacat mental tersebut?
3.      Bagaimana cara penanganan anak cacat mental?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui pengertian anak cacat mental 
2.      Mengetahui penyebab anak cacat mental
3.      Mengetahui cara penanganan anak cacat mental








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Medis
1.      Pengertian
Anak cacat mental adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hamper segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang/terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Anak cacat mental banyak macamnya, ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang, disertai dengan bau badan tertentu dan sebagainya; tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat cacat mental yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Terdapat perbedaan antara cacat mental dengan sakit mental, sakit jiwa, atau sakit ingatan. Dalam bahasa Inggris sakit mental disebut mental illness yaitu merupakan kegagalan dalam membina kepribadian dan tingkah laku. Sedangkan cacat mental dalam bahasa Inggris disebut mentally retarded atau mental retardation merupakan ketidakmampuan memecahkan persoalan disebabkan karena kecerdasan (inteligensinya) kurang berkembang serta kemampuan adaptasi perilakunya terhambat. Hal ini yang membedakan cacat mental dengan sakit jiwa ialah: Cacat mental bermula dan berkembang pada masa perkembangan, yaitu sejak anak lahir sampai kira-kira usia 18 tahun. Sedangkan sakit jiwa dapat menyerang setiap saat, kapan saja. Namun sekalipun sakit jiwa dan cacat mental berbeda, tidak mustahil anak cacat mental menderita sakit jiwa.
Dari berbagai definisi, ungkapan pengertian dan penjelasan yang telah diuraikan di atas maka jelaslah bahwa untuk menentukan seseorang termasuk kategori cacat mental, selain kemampuan kecerdasannya atau tingkat inteligensinya jelas-jelas berada di bawah normal perlu pula diperhatikan kemampuaan penyesuaiannya (adaptasi tingkah laku) terhadap lingkungan sosial dimana ia berada. Selanjutnya perlu diperhatikan tentang waktu terjadinya cacat mental itu. Bila cacat mental terjadi setelah masa perkembangan (setelah usia 18 tahun) maka ia tidak tergolong cacat mental.
2.      Penyebab
a.       Peristiwa kelahiran
Di negara sedang berkembang, penyebab cacat mental yang utama adalah kerusakan pada otak saat kelahiran. Kehamilan yang tidak di control, bimbingan persalinan yang tidak tepat, bantuan persalinan salah, fasilitas persalinan yang kurang memadai banyak mengakibatkan kerusakan pada otak anak.
b.      Infeksi
Anak menderita infeksi yang merusak otak seperti meningitis, encephalitistu berkulosis, dan lain-lain. Sekitar 30%-50% dari mereka yang mengalami kerusakan otak akibat penyakit-penyakit tersebut menderita deficit neorologikdan cacat mental

c.       Malnutrisi berat
Kekurangan makanan bergizi semasa bayi dapat mengganggu partumbuhan dan fungsi susunan syaraf pusat. Malnutrisi ini kebanyakan terjadi pada kelompok ekonomi lemah.
d.      Kekurangan yodium
Kekurangan yodium dapat mempengaruhi perkembangan mental anak, termasuk salah satu penyebab cacat mental. Untuk mengenal anak cacat mental secara dini, beberapa gejala ini dapat dijadikan indicator.
e.       Terlambat memberi reaksi
Gejala-gejala ini dapat diamati pada saat minggu-minggu pertama kehidupan anak. Antara lain; lambat memberi senyum jika anak diajak tertawa atau digelitik. Anak tidak memperhatikan atau seolah-olah tidak melihat jika dirangsang dengan gerakan tangan kita. Bagi anak yang sehat, bola matanya akan mengikuti gerakan tangan kita. Bagi anak yang sehat, bola matanya akan mengikuti gerakan tangan tersebut kekiri atau kekanan. Begitu juga terhadap bunyi-bunyian, anak yang sehat akan tersentak, terkejut, membesarkan bola mata, dan berusaha mencari suara tersebut. Sebaliknya anak cacat mental akan terlambat bereaksi terhadap bunyi-bunyian, seolah-olah tergantung pendengarannya. Anak cacat mental juga lambat mengunyah makanan, sehingga ia seringkali mengalami gangguan.
f.       Memandang tangannya sediri
Bayi yang berusia antara 12-20 minggu bila berbaring sering memperhatikan gerakan tangannya sendiri. Pada anak cacat mental gejala ini masih terlihat walaupun usianya sudah lebih tua dari 20 minggu.
g.      Memasukkan benda ke mulut
Kegiatan memasukkan benda ke dalam mulut merupakan aktifitas yang khas untuk anak usia 6- 12 bulan. Anak cacat mental masih suka memasukkan benda atau mainan ke dalam mulutnya walaupun usianya sudah mencapai 2 atau 3 tahun.
h.      Kurang perhatian dan kurang konsentrasi
Anak cacat mental kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Perhatiannya terhadap mainan hanya berlangsung singkat saja. Malahan seringkali tidak mengacuhkan kejadian-kejadian di sekelilingnya. Bila diberi mainan, ia kurang tertarik dan tidak berusaha untuk mengambilnya.
2.      Karakteristik Anak Cacat Mental
a.       Karakteristik Anak Cacat Mental Ringan
Anak cacat mental ringan banyak yang lancer berbicara tetapi kurang pembendaharaan kata-katanya. Mereka mengalami kesukaran berfikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Sebagaimana tertulis dalam The New American Webster (1956:301) bahwa: “Moron (debile) is a person whose mentality does not develop beyond the 12 year old level”. Maksudnya, kecerdasan berfikir seseorang cacat mental ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun.
b.      Karakteristik Anak Cacat Mental Sedang
Anak cacat mental sedang hamper tidak bias mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Mereka pada umumnya belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak cacat mental ringan. Mereka hamper selalu bergantung pada perlindungan orang lain, tetapi dapat membedakan bahaya dan yang bukan bahaya. Mereka masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 atau 8 tahun.

c.       Karakteristik Anak Cacat Mental Berat
Anak cacat mental berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan slalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri. Pada umumnya mereka tidak dapat membedakan mana yang berbahaya dan yang tidak berbahaya, tidak mungkin berpartisifasi dengan lingkungan di sekitarnya, dan jika sedang berbicara maka kat-kata ucapannya sangat sederhana. Kecerdasan seorang anak cacat mental berat dan sangat berat hanya dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau 4 tahun.
Sunaryo Kartadinata (1998/1999) mengatakan karakteristik anak cacat mental antara lain (1) Keterbatasan inteligensi, (2) Keterbatasan social dengan ciri-ciri ; cenderung berteman dengan anak yang lebih muda, ketergantungan terhadap orang tua, tidak mampu memikul tanggung jawab. (3) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya seperti; kurang mampu mempertimbangkan sesuatu, kurang mampu membedakan yang baik dengan yang buruk, yang benar dan yang salah, tidak membayangkan terlebih dahulukonsekuensi suatu perbuatan.
Guru TK mengenali anak keterbelakangan mental melalui berbagai aktifitas selama kegiatan, bermain, bercerita, makan, di kelas maupun di halaman sekolah atau bagaimana cara ia berinteraksi dengan anak lain, guru, atau orang di sekitarnya. Begitu juga interaksinya dengan lingkungan alam, alat permainannya, dan rangsangan lain yang ada di sekitarnya.
3.      Klasifikasi Cacat Mental
Pengelompokan pada umumnya berdasarkan pada tarafintelegensinya, yang terdiri dari terbelakang ringan, dan berat. Pengelompokan seperti ini sebenarnya bersifat artificial karena ketiga kelompok di atas tidak dibatasi oleh garis demargasi yang tajam. Gradasi dari satu level ke level berikutnya bersifat kontinyu.  Kemampuan inteligensi anak cacat mental kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC).
a.       Cacat Mental Ringan
Cacat mental ringan disebut juga debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Namun pada umumnya anak cacat mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian social secara independen dan anak ini tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak cacat mental dengan anak normal.
b.      Cacat Mental Sedang
Anak cacat mental sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 berdasarkan skala Binet sedangkan menurut Skala Wsechler memiliki IQ 54- 40. Anak cacat mental sedang masih memperoleh kecakapan komunikasi selama masa anak usia dini. Walaupun agak lambat. Anak dapat mengurus atau merawat diri sendiri dengan pelatihan yang intensif. Mereka dapat memperoleh manfaat latihan kecakapan social dan pekerjaan namun tidak dapat menguasai kemampuan akademik seperti; membaca, menulis, dan berhitung. Akan tetapi mereka masih dapat bepergian di lingkungan yang sudah dikenalnya.
c.       Cacat Mental Berat
Kelompok anak cacat mental berat disebut juga idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak cacat mental berat dan sangat berat. Cacat mental berat (severe) memiliki IQ antara 32-20menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Wechsler (WISC) Anak cacat mental sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut skala Wechsler (WISC). Anak cacat mental berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dll. Hampir semua anak cacat mental berat dan sangat berat menyandang cacat ganda. Umpamanya sebagai tambahan cacat mental tersebut si anak lumpuh (karena cacat otak) , tuli atau cacat lainnya.
4.      Penatalaksanaan
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya. Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan (merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut). Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi terhadap hubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan kesadaran dalam merawat anak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapat tingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun lingkungannya (teman-teman disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat hubungan anak dengan orang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orang tua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikap orang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk mengurangi sikap rendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak ibu lain yang mengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan demikian ibu dapat bersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang baik bagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut diatas.

B.     Konsep Keperawatan

1.      Intervensi
a.       Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
b.      Identifikasi dan g unakan sumber pendidikan untuk menfasilitasi perkembangan anak yang optimal
c.       Berikan aktifitas stimulus yang sesuai dengan usia
d.      Pantau pola pertumbuhan ( tinggi badan , berat badan , lingkar kepala dan rujuk ke ahli gizi untuk mendapatkan intrvensi nutrisi
e.       Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulus taktil
f.       Berikan intuksi beulang dan sederhana
g.      Beri waktu yang cukup untuk berkomunikasi
h.      Dorong komunikasi terus menerus dengan dunia luarcontoh koran , televisi , radio , kelender , dan jam
i.        Berikan posisi yang nyaman dan aman
j.        Manajemen perilaku anak yang sulit
k.      Batasi aktivitas yang berlebihan
l.        Ambulasi dengan bantuan  : berikan kamar mandi khusus
2.      Implementasi
a.       Mengkaji  faktor penyebab gangguan perkembangan anak
b.      Mengiidentifikasi dan g unakan sumber pendidikan untuk menfasilitasi perkembangan anak yang optimal
c.       Memberikan aktifitas stimulus yang sesuai dengan usia
d.      Memantau pola pertumbuhan ( tinggi badan , berat badan , lingkar kepala dan rujuk ke ahli gizi untuk mendapatkan intrvensi nutrisi
e.       Meningkatkan komunikasi verbal dan stimulus taktil
f.       Memberikan intuksi beulang dan sederhana
g.      Memberi waktu yang cukup untuk berkomunikasi
h.      Mendorong komunikasi terus menerus dengan dunia luarcontoh koran , televisi , radio , kelender , dan jam
i.        Memberikan posisi yang nyaman dan aman
j.        Manajemen perilaku anak yang sulit
k.      Membatasi aktivitas yang berlebihan
l.        Ambulasi dengan bantuan  : berikan kamar mandi khusus
3.      Evaluasi
a.       Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya
b.      Dapat berkomunikasi dengan baik sesuai usia
c.       Perilaku dan pola hidup anak jauh dari resiko cedera
d.      Anak berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak anak dan keluarga lain
e.       Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak terapinya
f.       Anak melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Anak cacat mental adalah anak yang memiliki kecerdasan jelas berada di bawah rata-rata.
2.      Penyebab anak cacat mental antara lain:
a.       Penyebab kelahiran
b.      Infeksi
c.       Malnutrisi berat
d.      Kekurangan yodium
e.       Terlambat memberi reaksi
f.       Memandang tangannya sendiri
g.      Memasukkan benda di mulut
h.      Kurang perhatian dan kurang konsentrasi
3.      Klasifikasi anak cacat mental antara lain : anak cacat mental ringan, anak cacat mental sedang, dan anak cacat mental berat dan sangat berat.
4.      Karakteristik anak cacat mental antara lain karakteristik anak cacat mental ringan, karakteristik anak cacat mental sedang, dan karakteristik anak cacat mental berat dan sangat berat.
5.      Cara menangani anak cacat mental antara lain:

B.     Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas Pada kelompok Balita” semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca khususnya untuk penulis dan bias menjadi salah satu referensi



DAFTAR PUSTAKA

            
Delphie Bandi, 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama

Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Dewi Rosmala, 2005. Berbagai Masalah Anak-Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Malik Muhammad Anas, 2005. Konsep Dasar Psikologi Sosial. Makassar

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd.
R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha Medika
Rochyadi Endang, 2005. Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional











 
 


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Cacat Mental”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itubesar harapan kami akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberi arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa kami ucapkan terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.
Watampone, 23  November 2015

                                                                                                         Penyusun




i
 
 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang .............................................................................................1
B.       Rumusan Masalah ........................................................................................2
C.       Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.       Konsep Medis……………………………………………………..………..3
1.         Pengertian..............................................................................................3
2.         Penyebab ……………………………………………………...………4
3.         Karakteristik ………………………………………………………….6
4.         Klasifikasi ……………………………………………………….……7
5.         Penatalaksanaan……………………………………………….………9
B.        Konsep Keperawatan..................................................................................10
1.         Intervensi.............................................................................................10
2.         Implementasi.......................................................................................10
3.         Evaluasi...............................................................................................11
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan ................................................................................................12
B.       Saran ...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA


ii
 
 


MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK CACAT MENTAL



OLEH :
NAMA : RIRIN RUSPIANA
BT : 13 01 057





AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E


 
2015/2016

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...