BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keperawatan Komunitas adalah
pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan
penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawatan (CHN, 1977).
Keperawatan komunitas ditujukan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan
melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah
keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme
glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif.
(Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan
populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah
penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan
Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di
perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20
tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota
dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes
(http://health.liputan6.com.
Diakses 25 April 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi
diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis
dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau
gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%),
dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur,
namun mulai umur
≥ 65 tahun
cenderung menurun. (Kemenkes, 2013).
Melihat latar
belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun sebuah makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Komunitas pada kelompok Diabetes
Mellitus.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
Bagaimana konsep dasar diabetes mellitus?
2.
Bagaimana intervensi, implementasi dan evaluasi diabetes
melitus?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya yaitu :
1.
Mengetahui konsep dasar diabetes mellitus.
2.
Mmengetahui
intervensi, implementasi dan evaluasi diabetes mellitus.
|
BAB II
PEMBAHASAN
A
A.
Konsep Medis
1.
Pengertian
a.
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia (Smeltzer, 2002).
b.
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan
peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh
hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010).
c.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan
multifaktorial yang dicirikan dengan dengan hiperglikemia dengan hiper
lipidemia (Baradero, 2009).
d.
Diabetes Mellitus Merupakan penurunan kemampuan tubuh untuk
berespons terhadap insulin atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pankreas (Baughman, 2000).
2. Etiologi
Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus menurut
Smeltzer (2002) yakni sebagai berikut :
a.
Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan
turut menimbulkan destruksi sel beta.
1)
Faktor Genetik
Penderita
Diabetes
Mellitus tidak mewarisi
Diabetes Tipe I itu
sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2)
Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada
saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda
klinis Diabetes Tipe I.
3)
Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie
B4, gondongan (mumps), rubella,
sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat
pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
b.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya Diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini adalah:
1)
Usia
(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2)
Obesitas
3)
Riwayat
keluarga
4)
Kelompok
etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II
dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
3.
Patofisiologi
a.
Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan
insulin absolut sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan
ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun yang
pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi
oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau
(antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi sel
langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka produksi
insulin juga akan mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat
memproduksi insulin sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi
hiperglikemia dimana glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang
membawa masuk glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2007).
b.
Tipe
II
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin
(NIDDM), sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan
diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga
berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak
mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal
atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang
terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan
berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang
terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan
antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di
dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan
jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk
meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor,
resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting, namun
bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi
genetik yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin
selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang
menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa faktor,
kelaian genetik pada protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi
penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat, Diabetes Tipe II
dapat terjadi pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama
mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada
metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes
Tipe II cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa
disertai gangguan
metabolisme lemak (Silbernalg, 2007).
4.
Tanda dan Gejala
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang
menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan
kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180
mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda
dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
a.
Jumlah
urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b.
Sering
atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c.
Lapar
yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d.
Frekwensi
urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e.
Kehilangan
berat badan yang tidak jelas sebabnya
f.
Kesemutan/mati
rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
g.
Cepat
lelah dan lemah setiap waktu
h.
Mengalami
rabun penglihatan secara tiba-tiba
i.
Apabila
luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j.
Mudah
terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi
kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan
diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan
cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang
anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis (Shadine, 2010).
5.
Komplikasi
Komplikasi penyakit diabetes mellitus
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun).
Kompliasi akut
merupakan kompliasi yang harus ditindak cepat atau memerlukan pertolongan
dengan segera. Kompliasi kronis merupakan kompliasi yang timbul setelah
penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.
Komplikasi akut meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA), koma non-ketosis hiperosmolar (koma
hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis meliputi komplikasi
mikrovaskuler (komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku atau menyempit
sehingga organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh
tersebut menjadi kekurangan suplai) dan dan
komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang
lebih besar sehingga terjadi aterosklerosis) (Tobing, 2008).
6.
Test Diagnostik
a.
Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih.
b.
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
c.
Asam lemak
bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d.
Osmolalitas
serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
e.
Elektrolit
1)
Natrium :
Mungkin normal, meningkat atau menurun.
2)
Kalium :
Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjut-nya akan menurun.
3)
Fosfor : Lebih sering menurun.
f.
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali
lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan
terakhir (lama hidup SDM) karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA
dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis.
ISK baru).
g.
Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 (asidosis etabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
h.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi);
leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
i.
Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal
(dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).
j.
Amilase darah
: Mungkin meningkat
yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k.
Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada
(pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) uang mengindikasikan
insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody).
l.
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas
hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m.
Urine : Gula
dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n.
Kultur dan
sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka (Doengoes, 2000).
7.
Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi
vaskuler serta neuropatik.
a.
Diet
Diet dan
pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.
Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai
tujuan berikut:
1)
Memberikan
semua unsur makanan esensial (misalnya,
vitamin, mineral)
2)
Mencapai
dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3)
Memenuhi
kebutuhan energi
4)
Mencegah
fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa
darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
5)
Menurunkan
kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
b.
Latihan
(olah raga)
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetik karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
c.
Pemantauan
Kadar Glukosa dan Keton
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan deteksi dan
pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan
kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes
jangka panjang. Pemantauan kadar glukosa darah merupakan prosedur yang berguna
bagi semua penderita diabetes. Pemantauan ini merupakan dasar untuk
melaksanakan terapi insulin yang intensif dan untuk menangani kehamilan yang
dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga sangat dianjurkan bagi
pasien-pasien dengan:
1)
Penyakit
diabetes yang tidak stabil
2)
Kecenderungan
untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia
3)
Hipoglikemia
tanpa gejala peringatan
4)
Ambang
glukosa renal yang abnormal
Bagi
penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah
sangat membantu dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet,
dan obat hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat membantu memotivasi pasien
untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II,
pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang juga dapat
menyebabkan hiperglikemia (misalnya,
keadaan sakit) atau hipoglikemia
(misalnya,
peningkatan aktifias
berlebihan)
d.
Terapi
Insulin
Pada Diabetes Mellitus tipe II insulin
mungkin diperlukan seabgai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar
glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil
mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien Diabetes Mellitus tipe II yang
biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang
membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, kehamilan,
pembedahan, atau beberapa kejadian stress lainnya. Preparat insulin dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori
utama, yaitu:
1)
Insulin
regular (R) / Short acting Insulin
2)
NPH
Insulin / Intermediate acting Insulin, Lente Insulin (L)
3)
Ultralente
Insulin (UL) / Long acting Insulin
e.
Pendidikan
/ Penyuluhan
Pendidikan
dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes bertujuan untuk
menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan
psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Sasaran penyuluhan adalah
pasien diabetes beserta keluarganya, orang-orang yang beraktivitas bersama-sama
dengan pasien sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun lingkungan lain. Pada
pasien Diabetes Mellitus tipe II yang beru terdeteksi, pendidikan dasar tentang
diabetes harus mencakup informasi tentang ketrampilan preventif, antara lain:
1)
Perawatan
kaki
2)
Perawatan
mata
3)
Higiene
umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut)
4)
Penanganan
faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah, menormalkan
kadar glukosa darah) (Smeltzer, 2002).
B.
Konsep Keperawatan
- Intervensi
a.
Ketidakpatuhan masyarakat terhadap diit berhubungan dengan
Pengetahuan yang kurang.
1)
Bina hubungan saling percaya dengan masyarakat
2)
Lakukan pendidikan kesehatan tentang diit untuk
penderita DM
3)
Berikan penyuluhan tentang pentingnya kepatuhan
pengobatan terhadap diit bagi penderita DM
b.
Resiko peningkatan penderita ganggren pada masyarakat berhubungan
dengan Kurangnya pengetahuan penderita DM tentang pencegahan terjadinya
luka ganggren .
1) Berikan
health education pada penderita DM tentang cara pencegahan terjadinya luka
gangren, dan penyebab terjadinya luka gangren
2) Ajarkan
kepada penderita DM maupun keluarganya tentang perawatan luka gangren
c.
Ketidakpatuhan masyarakat/penderita DM melaksanakan
check up kesehatan berhubungan dengan faktor penghasilan
1)
Berikan penyuluhan tentang pentingnya check up gula
darah bagi penderita DM
2)
Lakukan Check up gula darah gratis pada penderita DM
3)
Berikan penyuluhan tentang faktor resiko tentang
ketidakpatuhan penderita DM tentang check up gula darah
- Implementasi
a.
Ketidakpatuhan masyarakat terhadap diit berhubungan
dengan Pengetahuan yang kurang
1)
Membina hubungan saling percaya dengan masyarakat
2)
Melakukan pendidikan kesehatan tentang diit untuk
penderita DM
3)
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kepatuhan
pengobatan terhadap diit bagi penderita DM
b.
Resiko peningkatan penderita ganggren pada masyarakat
berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan penderita DM tentang pencegahan
terjadinya luka ganggren
1)
Memberikan health education pada penderita DM tentang
cara pencegahan terjadinya luka gangren, dan penyebab terjadinya luka gangrene
2)
Mengajarkan kepada penderita DM maupun keluarganya
tentang perawatan luka gangren
c. Ketidakpatuhan
masyarakat/penderita DM melaksanakan check up kesehatan berhubungan
dengan faktor penghasilan.
1) Memberikan
penyuluhan tentang pentingnya check up gula darah bagi penderita DM
2) Melakukan
Check up gula darah gratis pada penderita DM
3) Memberikan
penyuluhan tentang faktor resiko tentang ketidakpatuhan penderita DM tentang
check up gula darah
- Evaluasi
Setelah
implementasi dilaksanakan, langkah selanjutnya melakukan evaluasi sesuai dengan
tujuan khusus yang telah dirumuskan yaitu :
a.
Masyarakat mengetahui tentang diit untuk penderita DM
b. Masyarakat
mengetahui tentang pentingnya kepatuahan pengobatan
c.
Masyaraka penderita DM mengetahui cara pencegahan
terjadinya luka ganggren
d.
Masyaraka penderita DM mengerti cara perawatan luka
ganggren
e.
Masyaraka penderita DM mengetahui penyebab terjadinya
luka ganggren
f.
Masyarakat penderita DM mengetahui tentang pentingnya
check up gula darah
g.
Masyarakat penderita DM mengetahui tentang resiko
ketidakpetuhan untuk melaksanakan check up gula darah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan
bahwa penyakit Diabetes Militus (DM) ini
sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan
seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya, Obesitas (berat
badan berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah
raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.
B. Saran
Bagi penderita diabetes melitus atau kencing manis
sebaiknya menjaga pola makan dan diet agar kadar gula dalam darah bisa
terkontrol dengan baik. Selain menjaga pola makan dan diet penderita DM juga
bisa menggunakan kombinasi obat anti diabetes seperti metformin dengan
glibenclamid untuk mengetahui efek penurunannya terhadap kadar gula darah.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.
Baughman, 2000. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakrta :
EGC.
Dinkes Sulsel, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2012.
Doenges, 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2013. Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan : Jakarta.
Marrelli, 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu
Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan
Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd.
Shadine, 2010. Mengenal
Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta : Keenbooks.
Silbernalg, 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC
Tapan, 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Tobing, 2008. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.
R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan
Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha Medika
|
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
Hidayah-Nyalah tugas Keperawatan Komunitas tentang ‘Kelompok Diabetes Militus”
ini dapat terelesaikan.
Dalam penyusunan tugas ini kami sebagai penulis mengambil referensi atau
materi dari internet dan buku panduan yang terkait dengan materi ini,kemudian
kami susun dan rangkum menjadi bentuk yang lebih terperinci.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan
untuk itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar penyusun tugas yang berikutnya bisa lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb .
Watampone, 26 November 2015
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
.............................................................................................1
B.
Rumusan Masalah
........................................................................................1
C.
Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Konsep Medis……………………………………………………..………..3
1.
Pengertian..............................................................................................3
2.
Penyebab................................................................................................3
3.
Patofisiologi...........................................................................................5
4.
Tanda
dan Gejala...................................................................................6
5.
Komplikasi ............................................................................................7
6.
Test
Diagnostik......................................................................................8
7.
Penatalaksanaan
Medis..........................................................................9
B.
Konsep
Keperawatan...................................................................................11
1.
Intervensi.............................................................................................11
2.
Implementasi........................................................................................12
3.
Evaluasi................................................................................................13
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................14
B.
Saran
...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
|
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA
KELOMPOK DIABETES MELLITUS (DM)

OLEH
:
NAMA
: JUNARDI. T
BT
: 13 01 016
III
A
AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E
2015/2016
No comments:
Post a Comment