Thursday, 25 May 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK DIABETES MELLITUS (DM)

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN, 1977).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. (Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes  (http://health.liputan6.com. Diakses 25 April 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan   bertambahnya  umur,   namun   mulai  umur  ≥  65  tahun  cenderung menurun. (Kemenkes, 2013).
Melihat latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun sebuah makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok Diabetes Mellitus.

B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.         Bagaimana konsep dasar diabetes mellitus?
2.         Bagaimana intervensi, implementasi dan evaluasi diabetes melitus?

C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya yaitu :
1.         Mengetahui konsep dasar diabetes mellitus.
2.         Mmengetahui  intervensi, implementasi dan evaluasi diabetes mellitus.






 
BAB II
PEMBAHASAN
A       
A.    Konsep Medis
1.           Pengertian
a.         Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002).
b.        Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010).
c.         Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan multifaktorial yang dicirikan dengan dengan hiperglikemia dengan hiper lipidemia (Baradero, 2009).
d.        Diabetes Mellitus Merupakan penurunan kemampuan tubuh untuk berespons terhadap insulin atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas (Baughman, 2000).
2.      Etiologi
Ada beberapa penyebab Diabetes Mellitus menurut Smeltzer (2002) yakni sebagai berikut :
a.         Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
1)        Faktor  Genetik
Penderita  Diabetes  Mellitus  tidak   mewarisi  Diabetes  Tipe  I  itu
sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2)        Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis Diabetes Tipe I.
3)        Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas.

b.        Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Tipe II  masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini adalah:

1)        Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2)        Obesitas
3)        Riwayat keluarga
4)        Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
3.      Patofisiologi
a.         Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau (antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi sel langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka produksi insulin juga akan mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat memproduksi insulin sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang membawa masuk glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2007).
b.        Tipe II
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi genetik yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa faktor, kelaian genetik pada protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat, Diabetes Tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes Tipe II cenderung  menyebabkan  hiperglikemia  berat  tanpa  disertai gangguan
metabolisme lemak (Silbernalg, 2007).
4.      Tanda dan Gejala

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

a.         Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b.        Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c.         Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d.        Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e.         Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f.         Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
g.        Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h.        Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i.          Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j.          Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis (Shadine, 2010).
5.           Komplikasi
Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan kompliasi yang harus ditindak cepat atau memerlukan pertolongan dengan segera. Kompliasi kronis merupakan kompliasi yang timbul setelah penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.
Komplikasi akut meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA), koma non-ketosis hiperosmolar (koma hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara komlipkasi kronis meliputi komplikasi mikrovaskuler (komplikasi dimana pembuluh-pembuluh rambut kaku atau menyempit sehingga organ yang seharusnya mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh tersebut menjadi kekurangan suplai) dan  dan komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga terjadi aterosklerosis) (Tobing, 2008).
6.           Test  Diagnostik
a.         Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih.
b.        Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
c.         Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d.        Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
e.         Elektrolit
1)        Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
2)        Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjut-nya akan menurun.
3)        Fosfor : Lebih sering menurun.
f.         Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru).
g.        Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis etabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h.        Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
i.          Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).
j.          Amilase   darah :  Mungkin   meningkat  yang  mengindikasikan  adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k.        Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) uang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody).
l.          Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m.      Urine : Gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n.        Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka (Doengoes, 2000).
7.           Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin  dan  kadar  glukosa darah dalam  upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik.
a.         Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
1)        Memberikan  semua unsur makanan esensial (misalnya, vitamin, mineral)
2)        Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3)        Memenuhi kebutuhan energi
4)        Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
5)        Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
b.        Latihan (olah raga)
Latihan  sangat  penting dalam penatalaksanaan diabetik karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
c.         Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Pemantauan kadar glukosa darah merupakan prosedur yang berguna bagi semua penderita diabetes. Pemantauan ini merupakan dasar untuk melaksanakan terapi insulin yang intensif dan untuk menangani kehamilan yang dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga sangat dianjurkan bagi pasien-pasien dengan:
1)        Penyakit diabetes yang tidak stabil
2)        Kecenderungan untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia
3)        Hipoglikemia tanpa gejala peringatan
4)        Ambang glukosa renal yang abnormal
Bagi penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah sangat membantu dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet, dan obat hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat membantu memotivasi pasien untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II, pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang juga dapat menyebabkan hiperglikemia  (misalnya, keadaan  sakit)  atau  hipoglikemia  (misalnya,
peningkatan aktifias berlebihan)
d.        Terapi Insulin
Pada Diabetes Mellitus  tipe II insulin mungkin diperlukan seabgai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien Diabetes Mellitus tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, kehamilan, pembedahan, atau beberapa kejadian stress lainnya. Preparat insulin dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori  utama, yaitu:
1)        Insulin regular (R) / Short acting Insulin
2)        NPH Insulin / Intermediate acting Insulin, Lente Insulin (L)
3)        Ultralente Insulin (UL) / Long acting Insulin
e.         Pendidikan / Penyuluhan
Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes bertujuan untuk menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Sasaran penyuluhan adalah pasien diabetes beserta keluarganya, orang-orang yang beraktivitas bersama-sama dengan pasien sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun lingkungan lain. Pada pasien Diabetes Mellitus tipe II yang beru terdeteksi, pendidikan dasar tentang diabetes harus mencakup informasi tentang ketrampilan preventif, antara lain:
1)        Perawatan kaki
2)        Perawatan mata
3)        Higiene umum (misalnya, perawatan kulit, kebersihan mulut)
4)        Penanganan faktor resiko (mengendalikan tekanan darah dan kadar lemak darah, menormalkan kadar glukosa darah) (Smeltzer, 2002).

B.     Konsep Keperawatan
  1. Intervensi
a.       Ketidakpatuhan masyarakat terhadap diit berhubungan dengan  Pengetahuan yang kurang.

1)      Bina hubungan saling percaya dengan masyarakat
2)      Lakukan pendidikan kesehatan tentang diit untuk penderita DM
3)      Berikan penyuluhan tentang pentingnya kepatuhan pengobatan terhadap diit bagi penderita DM
b.      Resiko peningkatan penderita ganggren pada masyarakat berhubungan dengan  Kurangnya pengetahuan penderita DM tentang pencegahan terjadinya luka ganggren .
1)      Berikan health education pada penderita DM tentang cara pencegahan terjadinya luka gangren, dan penyebab terjadinya luka gangren
2)      Ajarkan kepada penderita DM maupun keluarganya tentang perawatan luka gangren
c.       Ketidakpatuhan masyarakat/penderita DM melaksanakan check up kesehatan  berhubungan dengan  faktor penghasilan
1)      Berikan penyuluhan tentang pentingnya check up gula darah bagi penderita DM
2)      Lakukan Check up gula darah gratis pada penderita DM
3)      Berikan penyuluhan tentang faktor resiko tentang ketidakpatuhan penderita DM tentang check up gula darah
  1. Implementasi
a.       Ketidakpatuhan masyarakat terhadap diit berhubungan dengan  Pengetahuan yang kurang
1)      Membina hubungan saling percaya dengan masyarakat
2)      Melakukan pendidikan kesehatan tentang diit untuk penderita DM
3)      Memberikan penyuluhan tentang pentingnya kepatuhan pengobatan terhadap diit bagi penderita DM
b.      Resiko peningkatan penderita ganggren pada masyarakat berhubungan dengan  Kurangnya pengetahuan penderita DM tentang pencegahan terjadinya luka ganggren

1)      Memberikan health education pada penderita DM tentang cara pencegahan terjadinya luka gangren, dan penyebab terjadinya luka gangrene
2)      Mengajarkan kepada penderita DM maupun keluarganya tentang perawatan luka gangren
c.       Ketidakpatuhan masyarakat/penderita DM melaksanakan check up kesehatan   berhubungan dengan  faktor penghasilan.
1)      Memberikan penyuluhan tentang pentingnya check up gula darah bagi penderita DM
2)      Melakukan Check up gula darah gratis pada penderita DM
3)      Memberikan penyuluhan tentang faktor resiko tentang ketidakpatuhan penderita DM tentang check up gula darah
  1. Evaluasi
Setelah implementasi dilaksanakan, langkah selanjutnya melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan khusus yang telah dirumuskan yaitu :
a.       Masyarakat mengetahui tentang diit untuk penderita DM
b.      Masyarakat mengetahui tentang pentingnya kepatuahan pengobatan
c.       Masyaraka penderita DM mengetahui cara pencegahan terjadinya luka ganggren
d.      Masyaraka penderita DM mengerti cara perawatan luka ganggren
e.       Masyaraka penderita DM mengetahui penyebab terjadinya luka ganggren
f.       Masyarakat penderita DM mengetahui tentang pentingnya check up gula darah
g.      Masyarakat penderita DM mengetahui tentang resiko ketidakpetuhan untuk melaksanakan check up gula darah




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit  Diabetes Militus (DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya, Obesitas (berat badan berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.

B.       Saran
Bagi penderita diabetes melitus atau kencing manis sebaiknya menjaga pola makan dan diet agar kadar gula dalam darah bisa terkontrol dengan baik. Selain menjaga pola makan dan diet penderita DM juga bisa menggunakan kombinasi obat anti diabetes seperti metformin dengan glibenclamid untuk mengetahui efek penurunannya terhadap kadar gula darah.













DAFTAR PUSTAKA

Baradero, 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Baughman, 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakrta : EGC.

Dinkes Sulsel, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012.

Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Kemenkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan : Jakarta.

Marrelli, 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd.

Shadine, 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta : Keenbooks.

Silbernalg, 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC

Tapan, 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Tobing, 2008. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.

R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha Medika





 
 


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT  karena Hidayah-Nyalah tugas Keperawatan Komunitas tentang ‘Kelompok Diabetes Militus” ini dapat terelesaikan.
Dalam penyusunan tugas ini kami sebagai penulis mengambil referensi atau materi dari internet dan buku panduan yang terkait dengan materi ini,kemudian kami susun dan rangkum menjadi bentuk yang lebih terperinci.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan untuk itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penyusun tugas yang berikutnya bisa lebih baik lagi.
 Wassalamu’alaikum Wr.Wb            .


Watampone, 26  November 2015

                                                                                                         Penyusun








i
 
 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang .............................................................................................1
B.       Rumusan Masalah ........................................................................................1
C.       Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.       Konsep Medis……………………………………………………..………..3
1.         Pengertian..............................................................................................3
2.         Penyebab................................................................................................3
3.         Patofisiologi...........................................................................................5
4.         Tanda dan Gejala...................................................................................6
5.         Komplikasi ............................................................................................7
6.         Test Diagnostik......................................................................................8
7.         Penatalaksanaan Medis..........................................................................9
B.        Konsep Keperawatan...................................................................................11
1.         Intervensi.............................................................................................11
2.         Implementasi........................................................................................12
3.         Evaluasi................................................................................................13
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan ................................................................................................14
B.       Saran ...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA



ii
 
 


MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK DIABETES MELLITUS (DM)




OLEH :
NAMA : JUNARDI. T
BT : 13 01 016
III A






AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E


2015/2016

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...