Thursday, 25 May 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK CACAT FISIK “KEBUTAAN”

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap orang dilahirkan berbeda. Tidak ada manusia yang benar-benar sama meskipun mereka kembar. Perbedaan tersebut dapat terjadi pada kondisi fisik dan non fisik. Merupakan hal wajar jika setiap orang berbeda dalam banyak hal seperti warna kulit, bentuk jasmani, minat, potensi atau kecerdasan. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari disamping individu yang secara fisik normal sering kita jumpai, ada pula individu yang memiliki fisik tidak normal,yang sering dikenal sebagai penyandang cacat. Masalah penyandang cacat bukan merupakan masalah yang kecil, terutama di negara seperti Indonesia. Karena permasalahan yang dihadapi meliputi segala aspek hidup dan kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Kebutaan merupakan masalah penglihatan yang menurunkan kualitas hidup penderitanya dan orang-orang di sekelilingnya. Kebutaan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dan katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dan di Indonesia.
WHO telah mencanangkan  Vision 2020 The Right to Sight yaitu program dunia untuk  mengatasi kebutaan dan gangguan penglihatan. Ada tiga strategi dalam visi ini, yaitu  Pengembangan pengendalian penyakit secara terintegrasi melalui penyediaan SDM, infrastrukstur dan teknologi yang saling menunjang disetiap tingkat pelayanan kesehatan; Advokasi dan promosi Vision 2020 disetiap level pelayanan kesehatan dengan penguatan  strategi yang mendukung vision 2020; serta kemitraan antar negara, organisasi profesi, LSM, WHO dan stakeholder lainnya. Di Indonesia sendiri, Kementrian Kesehatan (KEMENKES) telah mengembangkan strategi yang sama untuk mengatasi masalah kebutaan yang dituangkan  dalam Kepmenkes no. 1473/2005 tentang rencana strategi nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Visio 2020.
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep medis kebutaan?
2.      Bagaimana proses keperawatan kmunitas pada kebutaan?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui konsep medis kebutaan.
2.      Mengetahui  proses keperawatan kmunitas pada kebutaan.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Medis
1.      Pengertian
Penyandang cacat tubuh adalah keadaan yang terjadi sebagai akibat lanjut proses penyakit yang mengakibatkan kerusakan jasmani atau rohani yang tidak reversible dan dalam hal ini terdapat suatu kelainan fungsi dari alat-alat yang bersangkutan.
Buta adalah suatu keadaan dimana seorang tidak dapat menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan penglihatannya sebagai hal esensial sebagai mana orang sehat (WHO dan UNICEF)
Kebutaan merupakan kondisi dimana seseorang mengalami gangguan pada indra pengelihatannya, hal ini bisa meliputi dua hal yaitu berkurangnya ketajaman mata atau tidak dapat meihat objek di sekelilingnya sama sekali. Meskipun pada akhirnya istilah kebutaan sering digunakan untuk kondisi dimana mata sudah tidak dapat berfungsi lagi baik tanpa atau dengan kacamata.
Jika dilihat dari definisi di atas, kebutaan memiliki dua jenis yaitu kebutaan parsial dan kebutaan lengkap atau complete blindness. Kebutaan parsial adalah kondisi dimana mata mengalami penurunan fungsi. Sedangkan complete blondness digunakan untuk mata yang sama sekali tidak berfungsi. Banyak sebab dan faktor yang melatarbelakangi munculnya gangguan ini.
2.      Etiologi
a.       Cataract adalah penyebab utama dari kebutaan, dengan trakoma, lepra, onkonserkahasis, dan xeroftalmia (keadaan selaput ikat mata yang kering karena kekurangan vitamin A kadang-kadang sampai selaput bening rusak).
b.      Lepra = Kusta
c.       Trakoma adalah radang selaput ikat mata yang bersifat menular yang disebabkan oleh mikroorganisme chylamidia dan juga ditandai dengan butir-butir kecil sehingga selaput ikat tampak kasar.
d.      Ketuaan (Umur), proses penuaan.
e.       Retinopati diabetes
f.       Gangguan degenerasi retina herediter
g.      Defisiensi Vitamin A
Banyak hal yang dapat memicu terjadinya gangguan pada mata yang cenderung mengarah pada kebutaan pada manusia, berikut beberapa diantaranya:
a.       Penyakit diabetes
b.      Glukoma
c.       Terpapar zat kimia atau kecelakaan
d.      Degenerasi makula
Keempat penyebab tersebut biasanya berakhir dengan kebutaan complete atau tidak dapat melihat sama sekali, untuk kebutaan yang bersifat parsial biasanya disebabkan oleh hal-hal berikut:
a.       Penyakit katarak
b.      Penyumbatan pada pembuluh darah
c.       Komplikasi akibat operasi mata
d.      Tumor
Masih banyak hal lainnya yang ditengarai dapat menghilangkan fungsi mata seperti komplikasi yang terjadi karena kelahiran secara prematur, stroke dan lain sebagainya.
3.      Kriteria Kebutaan
WHO menggolongkan buta :
a.       Tajam penglihatan kurang dari 3/60
b.      Lapang pandangan kurang dari 20
c.       Tajam penglihatan dapat lebih baik dari 3/60
d.      Masih mengenal warna
e.       Masih mengenal warna yang dilihat
f.       Terdapatnya cacat penglihatan dilihat dari segi sosial.
4.      Patofisiologi
a.       Gangguan penglihatan terdiri dari kesalahan refraksi dengan lensa sampai dengan kebutaan total. Dimana seseorang tidak dapat lagi menerima cahaya untuk maksud yang legal kebutaan di defenisikan secara tepat untuk menentukan macam-macam bantuan yang diperlukan
b.      Pada pasien dengan kebutaan, yang mana dapat diakibatkan karena kebutaan  dan diabetes melitus (DM), Kebutaan  dapat diturunkan atau dapat merupakan penyulit
c.       Kalainan utama adalah akibat kelainan makula (bintik kuning), penyakit retina (selaput jala), yang merupakan bagian dalam mata yang menerima rangsangan sinar untuk dapat dilihat mengalami degenerasi yang akan mengakibatkan kerusakan penglihatan sentral.
5.      Gejala
Gejala yang ditemukan pada gangguan ini akan mudah dikenali seperti: pengelihatan mulai kabur, tidak fokus pada objek, objek seperti terbagi menjadi dua dan lain sebagainya. Gejala yang ditunjukkan memang mirip dengan tanda yang terdapat dalam katarak. Kebutaan seringkali datang tiba-tiba dan tanpa meniggalkan rasa sakit apapun pada penderitanya, oleh sebab itu langkah terbaik yang bisa kita lakukan adalah segera menghubungi dokter mata jika ada gejala atau tanda aneh pada mata kita. Banyak kasus kebutaan bisa ditangani ketika pasien segera memeriksakan kondisinya secepat mungkin, namun jika pasien terlambat maka tingkat keberhasilan akan sangat kecil.
6.      Penatalaksanaan
Kebutaan adalah suatu hal yang tidak dapat diperbaiki secara medis, namun terdapat 2 tipe alat bantu yang memperbaiki penglihatan untuk dapat melakukan pekerjaan yaitu optikal dan nonoptikal.
a.       Alat optik, seperti lensa atau gabungan lensa untuk membuat pembesaran seperti :
1)      Lensa kontak, untuk gangguan penglihatan akibat kornea yang ireguler.
2)      Lensa kontak teleskopik, sistem lensa kontak dapat diubah menjadi sistem teleskopik (sistem lensa kontak teleskopik).
3)      Lensa kontak dengan lubang kecil (pinhole), berguna pada ieregular, kekeruhan pada kornea, pupil yang melebar terus (iridiolegia), pupil distrosi, koloboma iris, dan aniridia.
4)      Kacamata pembesar, biasanya kekuatan lensa konveks-konveks atau plano konveks yang berkekuatan +4 -+20.00
5)      Loupe, loupe memakai lensa sferis
6)      Lensa pembesar binocular
7)      Kacamata berlubang kecil, memperbaiki penglihatan pada mata dengan fungsi mecula masih baik.
b.      Pembesaran sistem jauh dengan sistem optik
1)      Kacamata teleskopik, bentuk kombinasi lensa konveks dan lensa konkaf yang terpisah akan terjadi penyebaran sinar, sehingga terjadi memperbesar penglihatan.
2)      Sclip on, lensa yang dijepitkan atau clip on merupakan kacamata teleskopik atau pin hole yang dijepit pada kacamata biasa.
c.       Pembesaran melihat dekat dengan sistem nonoptik
1)      Mendekatkan mata
2)      Huruf diperbesar
d.      Sistem Proyeksi
Closed-circuid televisi (CCTV), memperbayangan pada layar Televisi
e.       Alat penolong lain
1)      Membaca dan steno dengan huruf Braile.
2)      Teknik nonoptik yang paling sederhana adalah dengan mendekatkan benda yang akan dilihat. Meletakkan dekat sekali (1 meter) pada layar Televisi, tidak akan merusak mata.
3)      Penerangan yang benar adlah perlu pada penglihatan lemah (low vision). Pada keadaan ini sinar dengan intensitas tinggi dengan tangan yang dapat diatur den berguna. Lensa obsertif berguna untuk mengurangi silau.
f.       Tehnik komunikasi terapeutik pada klien gangguan penglihatan
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula, diantaranya adalah :
1)      Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
a)      Pandang klien ketika sedang bicara
b)      Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
c)      tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan
d)     Hindarkan gerakan yang tidak perlu
e)      Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
f)       Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2)      Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima :
a)      Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
b)      Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian
c)      Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal
d)     Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
3)      Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
4)      Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
5)      Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
6)      Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
7)      Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
8)      Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
9)      Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
10)  Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
11)  Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
12)  Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
7.      Pencegahan
Tidak ada satu pun usaha yang dapat mencegah timbulnya kebutaan  pada seseorang. Pengetahuan mengenal kebutaan adalah untuk mencegah terjadinya kebutaan akibat kebutaan . Masalah kebutaan juga menjadi masalah publik karena berpengaruh pula terhadap masalah ekonomi seperti : hilangnya produktifitas, menjadi beban keluarga, beban pendamping, beban pemerintah, dan lain-lain. Adapun hambatan dalam pencegahan kebutaan adalah : kurangnya partisipasi masyarakat, kurangnya pengetahuan masyarakat, kurangnya tenaga profesional dan kurangnya fasilitas. Ada empat tingkat pencegahan yang dapat mencegah terjadinya kebutaan yaitu :
a.      Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah pencegahan yang baru dikenal. Tujuan dari pencegahan primordial adalah untuk menghindari kemunculan atau kemapanan dibidang sosial, ekonomi dan pola kehidupan yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit. Sasaran dari pencegahan primordial adalah masyarakat yang sehat secara umum. Mengingat besarnya masalah kebutaan di dunia, WHO pada tanggal 30 September 1999, mencanangkan komitmen global Vision 2020: The Right to Sight untuk mendorong pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan. Dalam upaya mencapai Vision 2020, WHO menetapkan setiap hari Kamis pada bulan Oktober minggu kedua sebagai peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day/WSD).
b.      Pencegahan Primer
Untuk dapat mencegah kebutaan diperlukan kerjasama banyak pihak diantaranya adalah : dari pihak masyarakat dalam hal peningkatan pengetahuan, pengertian dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mata, dari pihak rumah Sakit Mata dalam bentuk pelayanan dan penyuluhan kesehatan mata baik didalam maupun diluar Rumah Sakit, dari LSM, Individu, Profesional serta Sektor swasta, dan lain-lain.
c.       Pencegahan Sekunder
Kebutaan karena kebutaan  dapat dicegah dengan pemeriksaan dini sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan saraf mata yang lebih parah dapat dicegah. Bahkan, bila ditemukan lebih awal, saraf mata yang belum rusak karena kebutaan  itu masih bisa dipertahankan dengan obat tetes mata, laser, dan tindakan operasi pembedahan.
d.      Pencegahan Tersier
Walaupun kerusakan yang sudah terjadi akibat kebutaan  tidak dapat diperbaiki lagi, tetapi dengan pemeriksaan dan pengobatan yang teratur
maka kerusakan dapat dihambat seminimal mungkin.

B.     Konsep  Keperawatan
1.      Pengkajian
Pengkajian komunitas terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung, penggunaan data statistik, angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah.
2.      Analisis Data Dan Diagnosis Keperawatan
Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisis untuk mengetahui stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosiskan keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri dari : a) Masalah sehat-sakit. b) Karakteristik populasi. c) Karakteristik lingkungan.
3.      Intervensi
Strategi intervensi dalam keperawatan komunitas mencakup partnership, locality devepment, health education dan empowerment melaui pendidikan kesehatan, kerjasama dan proses kelompok, serta mendorong peran serta masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi. Tujuan akhir perencanaan komunitas adalah menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan.
4.      Implementasi
Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tiga tingkatan pencegahan (Anderson & Mc. Farlane, 2000) yaitu : pencegahan primer, skunder, dan tersier. Adapun tahap pencegahan pada kebutaan adalah sebagai berikut :
a.      Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan faktor risiko.
1)      Spesific protection, antara lain yaitu :
a)      Menghindari sinar matahari langsung
b)      Tidak merokok dan menghindari asap rokok
c)      Mengurangi berat badan bagi yang mempunyai berat badan berlebih
d)     Menghindari pemakaian obat steroid
e)      Menghindari makanan yang sudah tengik dan sumber radikal bebas lainnya
f)       Mengurangi asupan lemak hewan
g)      Menghindari makanan yang merupakan produk akhir
h)      Mengurangi minuman alkohol
i)        Mengkonsumsi buah dan sayur lebih dari 3,5 porsi sehari
j)        Makan makanan yang lebih banyak mengandung asam amino sulfur dan menggunakan banyak bumbu, tumerik dan curcumin
k)      Mengkonsumsi vitamin dan mineral yang mengandung vitamin B1, vitamin C, vitamin E, beta karoten, zinc, cooper, dan selanium dengan dosis diberikan oleh pengawas kesehatan.
2)      Pendidikan dan promosi kesehatan
b.      Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ini diberikan kepada mereka yang menderita atau dianggap menderita. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap kebutaan  dapat melalui obat dan operasi.
Pencegahan sekunder terdiri dari :
1)      Diagnosis dini dan pengobatan segera
2)      Pembatasan ketidakmampuan (disability)
c.       Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi. Pencegahan tersier terhadap kebutaan dapat dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-terapi untuk meminimalisir kecacatan akibat kebutaan tersebut. Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi.
5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas terhadap program kesehatan yang dilaksanakan meliputi masukan (input), pelaksanaan (process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah : a) Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan. b) Perkembangan atau kemajuan proses : apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah peserta. c) Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan pengunaannya. d) Efektifitas kerja : tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas. e) Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan intervensi.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Buta adalah suatu keadaan dimana seorang tidak dapat menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan penglihatannya sebagai hal esensial sebagai mana orang sehat. Kebutaan disebabkan oleh cataract adalah penyebab utama dari kebutaan, dengan trakoma, lepra, onkonserkahasis, dan xeroftalmia dimana keadaan selaput ikat mata yang kering karena kekurangan vitamin A kadang-kadang sampai selaput bening rusak. Kebutaan adalah suatu hal yang tidak dapat diperbaiki secara medis, namun terdapat 2 tipe alat bantu yang memperbaiki penglihatan untuk dapat melakukan pekerjaan yaitu optikal dan nonoptikal.

B.     Saran
  1. Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan mata.
  2. Diharapkan kepada seluruh instansi kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang kesehatan mata atau kebutaan, kepada seluruh lapisan masyarakat.
  3. Diharapkan kepada seluruh masyarakat umum agar dapat menerapkan pola hidup sehat sejak dini dimulai dari Individu itu sendiri.
  4. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien dan melayani sepenuh hati.



DAFTAR PUSTAKA

Dorland, 2006, Kamus Kedokteran, Penerbit Buku Kedoteran EGC Jakarta.

Hidayat, A. Azis Alimun, 2004. Kebutaan Dasar Manusia EGC, Jakarta.

Marilyne E, 1999, Doengus. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika

Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd.

Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC
R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha Medika

Vaughan, 2000, General Oftamology, Jakarta.














 
 


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................               i
DAFTAR ISI .............................................................................................               ii
BAB I..... PENDAHULUAN ....................................................................               1
A.      Latar Belakang.....................................................................               1
B.       Rumusan Masalah.................................................................               2
C.       Tujuan Penulisan...................................................................               2
BAB II... PEMBAHASAN........................................................................               3
A.       Konsep Medis......................................................................               3
1.      Pengertian .....................................................................               3
2.      Etiologi ..........................................................................               3
3.      Kriteria Kebutaan ..........................................................               4
4.      Patofisiologi ..................................................................               5
5.      Gejala ............................................................................               5
6.      Penatalaksanaan.............................................................               6
7.      Pencegahan....................................................................               10
B.       Konsep Keperawatan...........................................................               12
1.      Pengkajian......................................................................               12
2.      Analisa Data dan Diagnosis Keperawatan.....................               12
3.      Intervensi.......................................................................               12
4.      Implementasi..................................................................               12
5.      Evaluasi..........................................................................               14
BAB III.. PENUTUP.................................................................................               15
A.       Kesimpulan...........................................................................               15
B.       Saran.....................................................................................               15
DAFTAR PUSTAKA
ii
 
 


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Cacat Fisik (Kebutaan)sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.


Watampone, 08 Februari 2016


                                                                                                         Penyusun




i
 
 


MAKALAH

ASUHAN  KEPERAWATAN KOMUNITAS  PADA KELOMPOK CACAT FISIK
“KEBUTAAN”




OLEH :
NAMA : MANSARUDDIN
NIM : BT 13 01 050
III B







AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E


 
2016

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...