BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang dilahirkan berbeda. Tidak ada
manusia yang benar-benar sama meskipun mereka kembar. Perbedaan tersebut dapat
terjadi pada kondisi fisik dan non fisik. Merupakan hal wajar jika setiap orang
berbeda dalam banyak hal seperti warna kulit, bentuk jasmani, minat, potensi
atau kecerdasan. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari disamping individu
yang secara fisik normal sering kita jumpai, ada pula individu yang memiliki
fisik tidak normal,yang sering dikenal sebagai penyandang cacat. Masalah penyandang
cacat bukan merupakan masalah yang kecil, terutama di negara seperti Indonesia.
Karena permasalahan yang dihadapi meliputi segala aspek hidup dan kehidupan
seperti pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Kebutaan merupakan masalah penglihatan yang
menurunkan kualitas hidup penderitanya dan orang-orang di sekelilingnya. Kebutaan
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dan katarak
merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dan di Indonesia.
WHO telah
mencanangkan Vision 2020 The Right to Sight yaitu program dunia untuk mengatasi kebutaan dan gangguan penglihatan.
Ada tiga strategi dalam visi ini, yaitu
Pengembangan pengendalian penyakit secara terintegrasi melalui penyediaan
SDM, infrastrukstur dan teknologi yang saling menunjang disetiap tingkat
pelayanan kesehatan; Advokasi dan promosi Vision 2020 disetiap level pelayanan
kesehatan dengan penguatan strategi yang
mendukung vision 2020; serta kemitraan antar negara, organisasi profesi, LSM,
WHO dan stakeholder lainnya. Di Indonesia sendiri, Kementrian Kesehatan
(KEMENKES) telah mengembangkan strategi yang sama untuk mengatasi masalah
kebutaan yang dituangkan dalam Kepmenkes
no. 1473/2005 tentang rencana strategi nasional penanggulangan gangguan
penglihatan dan kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Visio 2020.
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat
komunitas harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana
semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama
dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan
diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya
termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan
prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan
atau kapasitas dari komunitas itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep medis kebutaan?
2. Bagaimana
proses keperawatan kmunitas pada kebutaan?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
konsep medis kebutaan.
2. Mengetahui proses keperawatan kmunitas pada kebutaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Medis
1.
Pengertian
Penyandang cacat tubuh
adalah keadaan yang terjadi sebagai akibat lanjut proses penyakit yang
mengakibatkan kerusakan jasmani atau rohani yang tidak reversible dan dalam hal
ini terdapat suatu kelainan fungsi dari alat-alat yang bersangkutan.
Buta
adalah suatu keadaan dimana seorang tidak dapat menjalankan pekerjaan-pekerjaan
yang memerlukan penglihatannya sebagai hal esensial sebagai mana orang sehat (WHO
dan UNICEF)
Kebutaan merupakan kondisi dimana
seseorang mengalami gangguan pada indra pengelihatannya, hal ini bisa meliputi
dua hal yaitu berkurangnya ketajaman mata atau tidak dapat meihat objek di
sekelilingnya sama sekali. Meskipun pada akhirnya istilah kebutaan sering
digunakan untuk kondisi dimana mata sudah tidak dapat berfungsi lagi baik tanpa
atau dengan kacamata.
Jika dilihat dari definisi di atas,
kebutaan memiliki dua jenis yaitu kebutaan parsial dan kebutaan lengkap atau
complete blindness. Kebutaan parsial adalah kondisi dimana mata mengalami
penurunan fungsi. Sedangkan complete blondness digunakan untuk mata yang sama
sekali tidak berfungsi. Banyak sebab dan faktor yang melatarbelakangi munculnya
gangguan ini.
2.
Etiologi
a. Cataract
adalah penyebab utama dari kebutaan, dengan trakoma, lepra, onkonserkahasis,
dan xeroftalmia (keadaan selaput ikat mata yang kering karena kekurangan
vitamin A kadang-kadang sampai selaput bening rusak).
b. Lepra =
Kusta
c. Trakoma
adalah radang selaput ikat mata yang bersifat menular yang disebabkan oleh
mikroorganisme chylamidia dan juga ditandai dengan butir-butir kecil sehingga
selaput ikat tampak kasar.
d. Ketuaan
(Umur), proses penuaan.
e. Retinopati
diabetes
f. Gangguan
degenerasi retina herediter
g. Defisiensi
Vitamin A
Banyak hal yang dapat memicu
terjadinya gangguan pada mata yang cenderung mengarah pada kebutaan pada
manusia, berikut beberapa diantaranya:
a. Penyakit diabetes
b. Glukoma
c. Terpapar zat kimia atau kecelakaan
d. Degenerasi makula
Keempat penyebab tersebut biasanya
berakhir dengan kebutaan complete atau tidak dapat melihat sama sekali, untuk
kebutaan yang bersifat parsial biasanya disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Penyakit katarak
b. Penyumbatan pada pembuluh darah
c. Komplikasi akibat operasi mata
d. Tumor
Masih banyak hal lainnya yang
ditengarai dapat menghilangkan fungsi mata seperti komplikasi yang terjadi
karena kelahiran secara prematur, stroke dan lain sebagainya.
3.
Kriteria
Kebutaan
WHO menggolongkan buta :
a. Tajam
penglihatan kurang dari 3/60
b. Lapang
pandangan kurang dari 20
c. Tajam
penglihatan dapat lebih baik dari 3/60
d. Masih
mengenal warna
e. Masih
mengenal warna yang dilihat
f. Terdapatnya
cacat penglihatan dilihat dari segi sosial.
4.
Patofisiologi
a. Gangguan
penglihatan terdiri dari kesalahan refraksi dengan lensa sampai dengan kebutaan
total. Dimana seseorang tidak dapat lagi menerima cahaya untuk maksud yang
legal kebutaan di defenisikan secara tepat untuk menentukan macam-macam bantuan
yang diperlukan
b. Pada
pasien dengan kebutaan, yang mana dapat diakibatkan karena kebutaan dan diabetes melitus (DM), Kebutaan dapat diturunkan atau dapat merupakan penyulit
c. Kalainan
utama adalah akibat kelainan makula (bintik kuning), penyakit retina (selaput
jala), yang merupakan bagian dalam mata yang menerima rangsangan sinar untuk
dapat dilihat mengalami degenerasi yang akan mengakibatkan kerusakan
penglihatan sentral.
5.
Gejala
Gejala yang ditemukan pada gangguan
ini akan mudah dikenali seperti: pengelihatan mulai kabur, tidak fokus pada
objek, objek seperti terbagi menjadi dua dan lain sebagainya. Gejala yang
ditunjukkan memang mirip dengan tanda yang terdapat dalam katarak. Kebutaan
seringkali datang tiba-tiba dan tanpa meniggalkan rasa sakit apapun pada penderitanya,
oleh sebab itu langkah terbaik yang bisa kita lakukan adalah segera menghubungi
dokter mata jika ada gejala atau tanda aneh pada mata kita. Banyak kasus
kebutaan bisa ditangani ketika pasien segera memeriksakan kondisinya secepat
mungkin, namun jika pasien terlambat maka tingkat keberhasilan akan sangat kecil.
6.
Penatalaksanaan
Kebutaan adalah suatu hal
yang tidak dapat diperbaiki secara medis, namun terdapat 2 tipe alat bantu yang
memperbaiki penglihatan untuk dapat melakukan pekerjaan yaitu optikal dan
nonoptikal.
a. Alat
optik, seperti lensa atau gabungan lensa untuk membuat pembesaran seperti :
1) Lensa
kontak, untuk gangguan penglihatan akibat kornea yang ireguler.
2) Lensa
kontak teleskopik, sistem lensa kontak dapat diubah menjadi sistem teleskopik
(sistem lensa kontak teleskopik).
3) Lensa
kontak dengan lubang kecil (pinhole), berguna pada ieregular, kekeruhan pada
kornea, pupil yang melebar terus (iridiolegia), pupil distrosi, koloboma iris,
dan aniridia.
4) Kacamata
pembesar, biasanya kekuatan lensa konveks-konveks atau plano konveks yang
berkekuatan +4 -+20.00
5) Loupe,
loupe memakai lensa sferis
6) Lensa
pembesar binocular
7) Kacamata
berlubang kecil, memperbaiki penglihatan pada mata dengan fungsi mecula masih
baik.
b. Pembesaran
sistem jauh dengan sistem optik
1) Kacamata
teleskopik, bentuk kombinasi lensa konveks dan lensa konkaf yang terpisah akan
terjadi penyebaran sinar, sehingga terjadi memperbesar penglihatan.
2) Sclip on, lensa yang dijepitkan atau
clip on merupakan kacamata teleskopik atau pin hole yang dijepit pada kacamata
biasa.
c. Pembesaran
melihat dekat dengan sistem nonoptik
1) Mendekatkan
mata
2) Huruf
diperbesar
d. Sistem
Proyeksi
Closed-circuid
televisi (CCTV), memperbayangan pada layar Televisi
e. Alat
penolong lain
1) Membaca
dan steno dengan huruf Braile.
2) Teknik
nonoptik yang paling sederhana adalah dengan mendekatkan benda yang akan dilihat.
Meletakkan dekat sekali (1 meter) pada layar Televisi, tidak akan merusak mata.
3) Penerangan
yang benar adlah perlu pada penglihatan lemah (low vision). Pada keadaan ini sinar dengan intensitas tinggi
dengan tangan yang dapat diatur den berguna. Lensa obsertif berguna untuk
mengurangi silau.
f. Tehnik
komunikasi terapeutik pada klien gangguan penglihatan
Tiap klien tidak
sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda
pula, diantaranya adalah :
1) Mendengarkan
dengan penuh perhatian
Berusaha
mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian
merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
a) Pandang
klien ketika sedang bicara
b) Pertahankan
kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
c) tubuh
yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan
d) Hindarkan
gerakan yang tidak perlu
e) Anggukan
kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
f) Condongkan
tubuh ke arah lawan bicara.
2) Menunjukkan
penerimaan
Menerima tidak
berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Berikut ini menunjukkan sikap perawat
yang menerima :
a) Mendengarkan
tanpa memutuskan pembicaraan
b) Memberikan
umpan balik verbal yang menapakkan pengertian
c) Memastikan
bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal
d) Menghindarkan
untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran
klien.
3) Menanyakan
pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat
bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien.
Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan
kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan
pertanyaan secara berurutan.
4) Mengulang
ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.
5) Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
6) Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
7) Menawarkan
informasi
Tambahan informasi
ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya.
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain
ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi
yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat
tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi
memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
8) Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
9) Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
10) Memberikan
penghargaan
Memberi salam pada
klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang
terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan
tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
11) Menawarkan
diri
Klien mungkin belum
siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu
untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan
kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa
pamrih.
12) Menganjurkan
klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat
ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif
klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat.
Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala
ansietas.
7. Pencegahan
Tidak ada satu pun usaha yang dapat mencegah
timbulnya kebutaan pada
seseorang. Pengetahuan mengenal kebutaan
adalah untuk mencegah terjadinya
kebutaan akibat kebutaan . Masalah kebutaan juga menjadi masalah publik
karena
berpengaruh pula terhadap masalah ekonomi
seperti : hilangnya produktifitas, menjadi beban keluarga, beban pendamping,
beban pemerintah, dan lain-lain. Adapun hambatan dalam pencegahan kebutaan
adalah : kurangnya partisipasi masyarakat,
kurangnya pengetahuan masyarakat, kurangnya
tenaga profesional dan kurangnya fasilitas. Ada empat tingkat pencegahan yang dapat
mencegah terjadinya kebutaan yaitu :
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan
primordial adalah pencegahan yang baru dikenal. Tujuan dari
pencegahan primordial adalah untuk menghindari
kemunculan atau kemapanan dibidang sosial, ekonomi dan pola kehidupan yang
diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit. Sasaran dari pencegahan primordial
adalah
masyarakat yang sehat secara umum.
Mengingat besarnya masalah kebutaan di dunia,
WHO pada tanggal 30 September 1999, mencanangkan komitmen global Vision 2020: The Right
to Sight untuk mendorong pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan. Dalam
upaya
mencapai Vision 2020, WHO menetapkan setiap
hari Kamis pada bulan Oktober minggu kedua sebagai peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight
Day/WSD).
b. Pencegahan Primer
Untuk dapat mencegah kebutaan diperlukan kerjasama banyak pihak
diantaranya adalah : dari pihak masyarakat
dalam hal peningkatan pengetahuan, pengertian dan kesadaran akan pentingnya
kesehatan mata, dari pihak rumah Sakit Mata dalam bentuk pelayanan dan penyuluhan
kesehatan mata baik didalam maupun diluar Rumah Sakit, dari LSM, Individu,
Profesional serta Sektor swasta, dan lain-lain.
c. Pencegahan Sekunder
Kebutaan
karena kebutaan
dapat
dicegah dengan pemeriksaan dini sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan saraf mata
yang lebih parah dapat dicegah. Bahkan, bila ditemukan lebih awal, saraf mata yang belum rusak karena kebutaan
itu
masih bisa dipertahankan dengan obat tetes
mata, laser, dan tindakan operasi pembedahan.
d. Pencegahan Tersier
Walaupun kerusakan yang sudah terjadi akibat kebutaan
tidak
dapat
diperbaiki lagi, tetapi dengan pemeriksaan dan
pengobatan yang teratur
maka kerusakan dapat dihambat seminimal mungkin.
B.
Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas terdiri dari
inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan,
riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.
Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung, penggunaan data statistik,
angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah.
2. Analisis Data Dan Diagnosis
Keperawatan
Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisis untuk
mengetahui stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang
muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosiskan keperawatan
menurut Mueke (1987), yang terdiri dari : a) Masalah sehat-sakit. b)
Karakteristik populasi. c) Karakteristik lingkungan.
3. Intervensi
Strategi intervensi dalam
keperawatan komunitas mencakup partnership, locality devepment, health
education dan empowerment melaui pendidikan kesehatan, kerjasama dan proses
kelompok, serta mendorong peran serta masyarakat dalam memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapi. Tujuan akhir perencanaan komunitas adalah menumbuhkan
kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian komunitas yang
dirancang untuk membuat perubahan.
4. Implementasi
Pelaksanaan praktik keperawatan
komunitas berfokus pada tiga tingkatan pencegahan (Anderson & Mc. Farlane,
2000) yaitu : pencegahan primer, skunder, dan tersier. Adapun tahap pencegahan
pada kebutaan adalah sebagai berikut :
a.
Pencegahan
Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan
yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu
terjadi. Pencegahan primer juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya
suatu penyakit pada seseorang dengan faktor risiko.
1) Spesific
protection, antara lain yaitu :
a) Menghindari
sinar matahari langsung
b) Tidak
merokok dan menghindari asap rokok
c) Mengurangi
berat badan bagi yang mempunyai berat badan berlebih
d) Menghindari
pemakaian obat steroid
e) Menghindari
makanan yang sudah tengik dan sumber radikal bebas lainnya
f) Mengurangi
asupan lemak hewan
g) Menghindari
makanan yang merupakan produk akhir
h) Mengurangi
minuman alkohol
i)
Mengkonsumsi buah dan sayur lebih dari
3,5 porsi sehari
j)
Makan makanan yang lebih banyak
mengandung asam amino sulfur dan menggunakan banyak bumbu, tumerik dan curcumin
k) Mengkonsumsi
vitamin dan mineral yang mengandung vitamin B1, vitamin C, vitamin E, beta
karoten, zinc, cooper, dan selanium dengan dosis diberikan oleh pengawas
kesehatan.
2) Pendidikan
dan promosi kesehatan
b.
Pencegahan
sekunder
Pencegahan sekunder ini diberikan
kepada mereka yang menderita atau dianggap menderita. Adapun tujuan pada
pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. Adapun
beberapa pengobatan terhadap kebutaan dapat
melalui obat dan operasi.
Pencegahan sekunder terdiri dari :
1) Diagnosis
dini dan pengobatan segera
2) Pembatasan
ketidakmampuan (disability)
c.
Pencegahan
Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah
cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi. Pencegahan tersier terhadap kebutaan
dapat dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan
terapi-terapi untuk meminimalisir kecacatan akibat kebutaan tersebut.
Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas
terhadap program kesehatan yang dilaksanakan meliputi masukan (input),
pelaksanaan (process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan
asuhan keperawatan komunitas adalah : a) Relevansi antara kenyataan yang ada
dengan pelaksanaan. b) Perkembangan atau kemajuan proses : apakah sesuai dengan
perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas
dan jumlah peserta. c) Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan
pengunaannya. d) Efektifitas kerja : tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas. e) Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah
dilakukan intervensi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Buta
adalah suatu keadaan dimana seorang tidak dapat menjalankan pekerjaan-pekerjaan
yang memerlukan penglihatannya sebagai hal esensial sebagai mana orang sehat.
Kebutaan disebabkan oleh cataract adalah penyebab utama dari kebutaan, dengan
trakoma, lepra, onkonserkahasis, dan xeroftalmia dimana keadaan selaput ikat
mata yang kering karena kekurangan vitamin A kadang-kadang sampai selaput
bening rusak. Kebutaan adalah suatu hal yang tidak dapat diperbaiki secara
medis, namun terdapat 2 tipe alat bantu yang memperbaiki penglihatan untuk
dapat melakukan pekerjaan yaitu optikal dan nonoptikal.
B.
Saran
- Diharapkan kepada
mahasiswa/i agar dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang
kesehatan mata.
- Diharapkan kepada
seluruh instansi kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang kesehatan
mata atau kebutaan, kepada seluruh lapisan masyarakat.
- Diharapkan kepada
seluruh masyarakat umum agar dapat menerapkan pola hidup sehat sejak dini
dimulai dari Individu itu sendiri.
- Untuk membina hubungan
saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima
klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien dan melayani sepenuh
hati.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland,
2006, Kamus Kedokteran, Penerbit Buku
Kedoteran EGC Jakarta.
Hidayat,
A. Azis Alimun, 2004. Kebutaan Dasar
Manusia EGC, Jakarta.
Marilyne
E, 1999, Doengus. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba
Medika
Riyadi.
Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, retieved may 12nd.
Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal. Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC
R,
Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan
Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha Medika
Vaughan,
2000, General Oftamology, Jakarta.
|
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN .................................................................... 1
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN........................................................................ 3
A.
Konsep Medis...................................................................... 3
1.
Pengertian ..................................................................... 3
2.
Etiologi .......................................................................... 3
3.
Kriteria Kebutaan .......................................................... 4
4.
Patofisiologi .................................................................. 5
5.
Gejala
............................................................................ 5
6.
Penatalaksanaan............................................................. 6
7.
Pencegahan.................................................................... 10
B.
Konsep Keperawatan........................................................... 12
1.
Pengkajian...................................................................... 12
2.
Analisa Data dan
Diagnosis Keperawatan..................... 12
3.
Intervensi....................................................................... 12
4.
Implementasi.................................................................. 12
5.
Evaluasi.......................................................................... 14
BAB III.. PENUTUP................................................................................. 15
A.
Kesimpulan........................................................................... 15
B.
Saran..................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Cacat Fisik (Kebutaan)” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Adapun maksud
dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Komunitas.
Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata,
kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul
makalah ini.
Watampone, 08 Februari 2016
Penyusun
|

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK CACAT FISIK
“KEBUTAAN”

OLEH :
NAMA
: MANSARUDDIN
NIM
: BT 13 01 050
III
B
AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E
|
2016
No comments:
Post a Comment