Thursday, 25 May 2017

MAKALAH ASUHAN KEPEREWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL “FRAKTUR TERTUTUP”

Mata Kuliah                : Keperawatan Gawat Darurat II
Dosen Pembimbing     : Ikdafilla, S.Kep. Ns.

ASUHAN KEPEREWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM  MUSKULOSKELETAL
“FRAKTUR TERTUTUP”



Disusun Oleh :
KELOMPOK II



1.      Erni Damayanti
2.      Muh. Yusuf Adam
3.      Muliadi
4.      Nurul Zulfah
5.      Hamriani
6.      Julaiha
7.      Nurastiani
8.      Suriadi Suterjo








SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) PRIMA BONE

 
2017


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT penulis ucapkan karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “Fraktur Tertutup”. Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahan-bahan yang berkaitan dengan judul makalah. Penulis juga mengucapkan banyak terimah kasih kepada teman-teman yang turut serta membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Terlapas dari itu semua, kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangannya, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang  membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, mohon maaf bila ada kata-kata dalam makalah ini yang  menyinggung perasaan guru maupun kawan-kawan, karena penulis hanya manusia biasa yang  tidak lepas dari kesalahan. Harapan besar dari penulis mudah-mudahan apa yang  kami susun ini penuh mamfaat, baik itu pribadi, teman-teman, serta orang lain yang  melihat dan membacanya . Amien.


Watampone, 22 Februari 2017

      Penyusun







DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................               i
DAFTAR ISI .............................................................................................               ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.....................................................................               1
B.       Rumusan Masalah.................................................................               2
C.       Tujuan Penulisan...................................................................               2
BAB II... PEMBAHASAN
A.       KONSEP DASAR MEDIK................................................               3
1.        Definisi..........................................................................               3
2.        Insidensi........................................................................               4
3.        Etiologi..........................................................................               4
4.        Patofisiologi..................................................................               4
5.        Gejala Klinis..................................................................               5
6.        Test Diagnostik.............................................................               5
7.        Penatalaksanaan............................................................               6
8.        Komplikasi....................................................................               7
9.        Prognosis.......................................................................               8
B.       PROSES ASUHAN KEPERAWATAN............................               8
1.        Pengkajian Keperawatan...............................................               8
2.        Diagnosa Keperawatan.................................................               9
3.        Intervensi Keperawatan................................................               9
4.        Implementasi Keperawatan...........................................               13
5.        Evaluasi Keperawatan...................................................               13
BAB III.. PENUTUP
A.       Kesimpulan...........................................................................               14
B.       Saran.....................................................................................               14
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur terbuka adalah suatu fraktur yang terdapat hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri dan dapat menimbulkan komplikasi infeksi. (Zainuddin A. Alfian. 2014: 242)
Kejadian fraktur ini bisa dialami seseorang ketika mengalami trauma langsung atau trauma tidak langsung. Fraktur mempunyai dampak yang mendalam pada aspek kehidupan pasien yang mengalaminya. Pasien dengan fraktur memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan mobilisasi selama masa penyembuhan frakturnya. (Susi Hanifah K. 2012: 2)
World Health Organization (WHO) menyatakan, bahwa terlepas dari sejumlah perbaikan sarana dan prasarana, tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya masih terbilang tinggi. Menurut data Global Status Report on Road Safety yang dikeluarkan WHO sebanyak 1,24 juta orang di seluruh dunia meninggal. Apabila dibikin rata-rata, maka sekitar 3400 orang meninggal setiap harinya akibat dari kecelakaan lalu lintas di dunia. Angka tersebut di prediksi dapat terus meningkat apabila tidak ada langkah nyata yang diambil untuk mengantisipasinya. (Bayu Mardianto. 2016 : http://media.iyaa.com)
Angka kecelakaan di Indonesia selama tahun 2015 ternyata cukup tinggi hingga menembus angka puluhan ribu. Berdasarkan data Korps Lalu Lintas Mabes Polri hingga September 2015 jumlah kasus kecelakaan lalu lintas mencapai 23.000 kasus. Dalam dua tahun terakhir ini, kecelakaan lalu lintas di Indonesia dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis/TBC. Di Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahunnya dan kelalaian manusia, menjadi faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas. (Bayu Mardianto. 2016: http://media.iyaa.com)
Di Kabupaten Bone tahun 2015 ini angka kecelakaan lalu lintas meningkat dibandingkan tahun 2014, pada tahun 2014 kasus kecelakaan lalu-lintas di Bone tercatat sebanyak 258 kasus, sementara tahun 2015 hingga September tercatat 340 kasus. (Enal Shaenal. 2015: http://www.bonepos.com)
Melihat fakta tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat kasus ini dalam sebuah makalah dengan judul : Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal ”Fraktur Tertutup”

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan fraktur tertutup?
2.      Bagaimana insidensi penyakit fraktur tertutup?
3.      Apa etiologi penyakit fraktur tertutup?
4.      Bagaimana patofisiologi penyakit fraktur tertutup?
5.      Apa gejala klinis dari penyakit fraktur tertutup?
6.      Bagaimana menegakkan diagnosis penyakit fraktur tertutup?
7.      Bagaimana terapi penyakit fraktur tertutup?
8.      Apa komplikasi penyakit fraktur tertutup?
9.      Bagaimana prognosis penyakit fraktur tertutup?
10.  Bagaimana asuahan keperawatan pada penyakit fraktur tertutup?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan fraktur tertutup.
2.      Mengetahui insidensi penyakit fraktur tertutup.
3.      Mengetahui etiologi penyakit fraktur tertutup.
4.      Mengetahui patofisiologi penyakit fraktur tertutup.
5.      Mengetahui gejala penyakit fraktur tertutup.
6.      Mengetahui diagnosis penyakit fraktur tertutup.
7.      Mengetahui penatalaksaan penyakit fraktur tertutup.
8.      Mengetahui komplikasi penyakit fraktur tertutup.
9.      Mengetahui prognosis penyakit fraktur tertutup.
10.  Mengetahui bagaimana asuahan keperawatan pada fraktur tertutup.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  KONSEP DASAR MEDIK
1.    Pengertian
a.         Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Risnanto, 2014; 181)
b.        Fraktur merupakan rusaknya keutuhan tulang. (Brooker, 2009; 136)
c.         Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang. Fraktur dapat berbentuk transversa, oblik atau spiral. (Grace & Borley, 2006; 85)
d.        Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. (Muttaqin,. 2008 )
e.         Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price Wilson, 2005; 1365 dan Nurarif Kusuma, 2015; 8)
f.         Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. (Rendy Margareth, 2012; 59)
g.        Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial.  Fraktur terbuka adalah suatu fraktur yang terdapat hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri dan dapat menimbulkan komplikasi infeksi. (Zainuddin A.Alfian., 2014;242)
h.        Fraktur basis kanii merupakan akibat benturan langsung pada daerah-daerah dasar tulang tengkorak (oskiput, mastoid, supraorbital), transmisi energy yang berasal dari benturan pada wajah atau mandibula. (Satyanegara, 2010; 199)
i.          Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. (Sjamsuhidajat,1997)
2.       Etiologi
a.        Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
b.        Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tepat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c.        Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangan jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.  (Rendy Margareth, 2012; 63-64)
3.       Insiden
Kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahunnya dengan jumlah penduduk 238 juta jiwa, merupakan terbesar di Asia Tenggara. Kejadian fraktur di Indonesia yang dilaporkan Depkes RI (2007) menunjukkan bahwa sekitar delapan juta  orang mengalami fraktur  dengan jenis fraktur yang berbeda. Insiden fraktur di Indonesia  5,5 % dengan rentang setiap profensi antara 2,2 sampai 9 % (Depkes, 2007). Fraktur ekstremitas bawah memiliki frekuensi sekitar 46,2 % dari insiden kecelakaan. Hasil tim survey Depkes RI (2007) didapatkan 25% penderita fraktur mengalami kematian. 45% mengalami cacat fisik. 15% mengalami stres psikologis dan bahkan depresi, serta  10% mengalami kesembuhan dengan baik. (Sukmaida, 2014. http://sukmaida.blogspot.co.id)
4.    Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya. (Padila, 2012; 302)
5.    Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis fraktur yaitu (Nurarif dan Kusuma, 2015; 9) :
a.         Tidak dapat menggunakan anggota gerak.
b.         Nyeri pembengkakan.
c.         Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau jatuh  dikamar  mandi  pada  orang tua, penganiayaan, tertimpa  benda
berat, kecelakaan kerja, trauma olah raga).
d.        Gangguan fungsio anggota gerak.
e.         Deformitas.
f.          Kelainan gerak.
6.    Test Diagnostik
a.         Pemeriksaan radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi  kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
1)   Bayangan jaringan lunak.
2)   Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.
3)   Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
4)   Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
1)   Tomografi: Menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
2)   Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah diruang tulang vertebrae yang mengalami kerusak-
an akibat trauma.
3)   Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
4)   Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
b.         Pemeriksaan laboratorium
1)   Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyem-buhan tulang.
2)   Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
3)   Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase  (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c.         Pemeriksaan lain-lain
1)   Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapat-kan mikroorganisme penyebab infeksi.
2)   Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tpi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
3)   Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibat-kan fraktur.
4)   Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.
5)   Indium  Imaging: pada pemeriksaan  ini didapatkan  adanya infeksi
pada tulang.
6)   MRI: Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
(Padila, 2012; 319-320)
7.    Penatalaksanaan
a.         Reposisi : Pengembalian fragmen tulang keposisi semula
1)    Reposisi tertutup : Dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang reposisinya dengan memanipulasi dan traksi manual.
2)    Reposisi terbuka : Dilakukan dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direposisi.
b.         Imobilisasi:Mempertahankan reposisi sampai tahap penyembuhan.
1)   Konservatif fiksasi eksterna : gips,bidai,traksi
2)   ORIF(Open Reduction Internal Fixation): pen,flat,screw
c.         Rehabilitasi: Pemulihan kembali/pengembalian fungsi dan kekuatan normal bagian yang terkena . (Zainuddin A.Alfian., 2014; 243-244)
8.    Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat diklasifikasikan sebagai komplikasi cepat (saat cedera),  awal  (dalam beberapa  jam  atau hari),  dan  lambat  (dalam beberapa minggu atau bulan.
a.         Komplikasi cepat
1)     Perdarahan
2)     Kerusakan arteri dan saraf
3)     Kerusakan pada jaringan sekitar
b.         Komplikasi awal
1)     Infeksi luka
2)     Emboli lemak
3)     Sindrom kompartemen
c.         Komplikasi lambat
1)     Penyatuan terlambat
2)     Penyatuan yang salah
3)     Tidak ada penyatuan
4)     Deformitas
5)     Osteoartitis sekunder
6)     Nekrosis asepsis atau avaskuler. (Broker, 2009; 139)
9.    Prognosis
Prognosis Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk.bahkan jikalau parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi.Selain itu penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding penderita dengan usia lanjut. (Bresler,Michael Jay.2006)

B.      KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.         Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada klien yang mengalami fraktur adalah : Gejala-gejala fraktur tergantung pada sisi, beratnya, dan jumlah kerusakan pada struktur lain.
a.   Aktivitas istirahat
          Tanda : Keterbatasan dan kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).
b.   Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/anseitas) atau hipotensi (kehilangan darah).
                 Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera ; pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.
                 Pembngkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.

c.   Neurosensori
Gejala :  Hilang gerakan /sensasi, spasme otot.
             Kebas/kesemutan (parestesis)
Tanda : Deformitas lokal ; angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi.          
              Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/anseitas atau trauma lain).
d.    Nyeri/kenyamanan
        Gejala : Nyeri berat  tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi) ; tak ada njyeri akibat kerusakan saraf.
                     Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).
e.    Keamanan
        Tanda : laserasi kulit, evulsi jaringan, perdarahan, parubahan warna.
                     Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).  (Risnanto, 2014; 189-190)
2.         Diagnosa Keperawatan
a.         Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot tgerakan program tulang.
b.        Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler.
c.         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer.
d.        Resiko tinggi terhadap disfungsi neuromuskuler perifer berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah.
3.         Intervensi Keperawatan
a.         Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, imobilisasi.
Tujuan:  Setelah dilakukan tindakan keperawatan  nyeri hilang
Kriteria hasil :
1)   Pasien mengatakan nyeri hilang.
2)   Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik
3)   Pasien menunjukkan tindakan santai
4)   Barpartisipasi dalam aktivitas tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi
Rasional
1.    Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi
2.    Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.

3.    Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.

4.    Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi).

5.    Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional)
6.    Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
7.    Kolaborasi pemberian anal-getik sesuai indikasi.
1.   Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.


2.   Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema / nyeri.
3.   Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sir-kulasi vaskuler.
4.   Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot.
5.   Mengalihkan perhatian terha-dap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.
6.   Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.

7.   Diberikan untuk Menurunkan nyeri

b.        Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Tujuan :  Setelah diadakan tindakan keperawatan mobilitas fisik tidak terganggu.
Kriteria hasil :
1)   Mempertahankan posisi fungsional
2)   Meningkatkan kekuatan fungsi yang sakit dan mengkonvensasi
bagian tubuh
3)   Menunjukkan teknik kemampuan aktivitas
Intervensi
Rasional
1.   Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera  / pe-ngobatan dan perhatikan per-sepsi terhadap imobilisasi


2.   Bantu dalam rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.
3.   Berikan atau bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tonngkat, sesegera mungkin. Instruksikan ke-amanan dalam menggunakan alat mobilitas.
4.   Kolaborasi dengan ahli terapi fisik
1.     Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, intervensi untuk me-ningkatkan kemajuan kese-hatan.
2.     Meningkatkan aliran darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot

3.     Mobilitas dini dapat menu-runkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan penyembuhan dan normali-sasi fungsi organ.

4.     Berguna dalam membuat aktivitas individual / prog-ram latihan.
c.         Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan primer.
Tujuan : Setelah dilkaukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas tanda-tanda infeksi (tumor, dolor, kalor, rubor, fungsiolesa).
Intervensi
Rasional
1.      Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas

2.      Berikan perawatan pen / kawat steril

3.      Kaji sisi pen atau kulit perhatikan keluhan pening-katan nyeri.
4.      Kolaborasi pemberian anti-biotik.
1.    Pen atau kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan atau abrasi.
2.    Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.
3.    Dapat mengindikasikan tim-bulnya infeksi lokal.

4.    Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi.

d.        Risiko tinggi disfungsi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan penurunan aliran darah.
Tujuan   : Setelah dilakukan tindakan keperawatan sirkulasi aliran darah lancar.
Kriteria hasil : Mempertahankan perfusi jaringan yang dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit hangat tanda vital stabil.
Intervensi
Rasional
1.    Kaji nadi perifer distal terhadap cedera.



2.    Ambulasi sesegera mungkin.



3.    Awasi tanda-tanda vital, per-hatikan tanda-tanda sianosis, kulit dingin.
4.    Kaji aliran pengisian kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur.


5.    Kolaborasi kompres es sekitar fraktur.
1.    Tidak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi.
2.    Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnya pada ekstremitas bawah.
3.    Ketidak adekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.
4.    Kembalinya warna harus cepat (tiga sampai lima detik), warna kulit putih menunjuk-kan gangguan arterial, sianosis diduga ada gangguan vena.
5.    Menurunkan edema pemben-tukan yang dapat membantu sirkulasi.
(Risnanto 2014; 190-195)
5.         Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.  Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan tehnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistemis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008; 177-178).
6.         Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi  tujuan  atau  intervensi keperawatan  ditetapkan. Evaluasi yangdiharapkan pada pasien dengan fraktur adalah :
a.         Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b.        Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
c.         Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
d.        Pasien akan menunjukkantingkat mobilitas optimal.
e.         Infeksi tidak terjadi / terkontrol.





BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. (Sjamsuhidajat,1997).
Selanjutnya penulis menyimpulakn konsep asuhan keperawatan fraktur tertutup sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi.

B.  Saran
Pada penderita fraktur tertutup sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan pengeluaran energi, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien dan keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat total.












DAFTAR PUSTAKA

Asmadi,  2008. Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC

Batticaca, 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan. Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Bayu Mardianto. 2016. Ini 5 Negara dengan Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Tertinggi di Dunia. (online) Retrieved from : http://media.iyaa.com. Diakses 20 Juni 2016.

Bresler,Michael Jay.2006. Manual Kedokteran Darurat Edisi 6. Pg.60. Jakarta :EGC

Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC

Grace  & Borley, 2006. At A Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Gramedia.

Nurarif Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta : Mediaction.

Padila, 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.

Price Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses. Penyakit. Edisi 6. EGC, Jakarta.

Rendy Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Risnanto, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Muskuloskeletal). Ed,1. Cet, 1. Yogyakarta : Deepublish.

Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Syaraf Satyanegara. Edisi IV, Jakarta : PT. Gramedia. Pustaka Utama.

Suratun. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Susi Hanifah K, 2012. Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Pasien Patah Tulang Berobat Ke Pengobatan Tradisional Ahli Tulang Di Sumedang. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran.

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed,2. Jakarta : Salemba Medika.


 
Zainuddin A.Alfian. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Kesehatan Primer. Edisi Revisi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...