Tugas Individu
Makalah
Biologi
EKOSISTEM

Oleh:
Andi Fevi Amali Lantara
KLS : X MIPA 6
NIS :
8687
SMA
NEGERI 4 WATAMPONE
|
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami
ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala rahmat,
petunjuk, dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas Biologi tentang Ekosistem.
Ekosistem merupakan
kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang didalamnya
terdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat dan saling memengaruhi. Ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya dalam suatu ekosistem disebut Ekologi.
Makalah ini dapat digunakan
sebagai wahana untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar,
dan sebagai referensi tambahan dalam belajar Biologi khususnya tentang Ekosistem.
Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah mempelajari dan
memahami tentang Jamur secara lebih lanjut.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Ekosistem.
Jangan segan bertanya jika pembaca menemui kesulitan. Semoga keberhasilan
selalu berpihak pada kita semua.
Watampone, 22 Mei 2017
Penyusun
Andi Fevi Amali Lantara
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ekosistem........................................................... 3
B.
Tingkat Organisasi Kehidupan dalam Ekosistem................. 4
C.
Komponen Penyusun Ekosistem ......................................... 5
D.
Tipe-tipe Ekosistem.............................................................. 7
E.
Saling Ketergantungan (Interdependensi)........................... 10
BAB III.. PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................... 17
B.
Saran..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini, antara satu dengan yang
lain pasti saling memengaruhi dan saling
berhubungan. Begitu juga antara makhluk hidup dan makhluk tidak hidup yang
merupakan komponen penyusun ekosistem juga saling berhubungan. Pernahkah
kalian membayangkan bahwa sebenarnya semua yang kita makan sehari-hari
ini berasal dari tumbuhan? Dari manakah tumbuhan memperoleh makanan?
Bagaimana peran lingkungan bagi makhluk hidup? (Suwarno, 2009)
Ekosistem adalah suatu
proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga
komponen abiotik(tidak hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua
komponen ini tentunya saling mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan
dengan air. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk
suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki
fungsinya masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu maka
keseimbangan dari ekosistem ini akan terus terjaga.
Semua jenis makhluk hidup di alam ini selalu
berinteraksi dengan lingkungannya,
baik dengan lingkungan fi sik maupun dengan makhluk hidup
yang lain. Tumbuhan membutuhkan tanah, udara, dan air untuk
dapat hidup dan berfotosintesis. Hewan membutuhkan tumbuh an atau
hewan lain sebagai makanannya. Selain itu hewan juga membutuhkan
udara untuk bernapas dan air untuk minum.
Fungsi ekosistem
menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam sistem.
Berdasarkan struktur dan fungsi ekosistem maka perlu pemahaman lebih dan harus
didukung oleh pengetahuan yang kompresif berbagai ilmu pengetahuan yang relevan
dengan kehidupan. Cabang biologi yang mempelajari ekosistem adalah ekologi,
ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat
hidup, dan logis yang berarti liana. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam
ekologi kita akan tau bahwa makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungan.
Pembahsan ekologi
tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai penyusunannya yaitu
faktor abitotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain, suhu, kelembapan udara,
arah angin, intensitas cahaya, Ph tanah dan tinggi serasah (sampah daun).
Faktor biotik adalah faktor hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan,
dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup yaitu populasi, komunikasi dan ekosistem yang saling
mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang saling mempengaruhi dan merupakan
suatu sistem yang menunjukkan kesalahan kompleks. Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan ekosistem?
2.
Bagaimana Tingkat
Organisasi Kehidupan dalam Ekosistem?
3.
Apa macam-macam komponen-komponen penyusun ekosistem?
4.
Bagaimana Tipe-tipe Ekosistem?
5.
Bagaimana Saling Ketergantungan (Interdependensi) dalam ekosistem?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui dan menjelaskan arti ekosistem.
2.
Untuk Menjelaskan Tingkat
Organisasi Kehidupan dalam Ekosistem.
3.
Untuk mengetahui komponen-komponen penyusun komunitas biologi.
4.
Untuk mengetahui dan menjelaskan tipe-tipe ekosistem.
5.
Untuk mengetahui dan menjelaskan Saling Ketergantungan dalam ekosistem
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekosistem
1.
Ekosistem adalah antara komunitas dan lingkungan selalu terjadi
interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan Ekologi. Komponen penyusun Ekosistem
adalah produsen (tumbuhan), konsumen (herbivora,karnivora,dan omnivora) dan Detemposer/pengurai(mikroorganisme).
Hal-hal yang menyebabkan suatu ekosistem berbeda dengan Ekosistem yang
lain adalah jumlah dan jenis produsen, jumlah dan jenis konsumen ,keragaman
mikroorganisme, jumlah dan macam komponen Abiotik , kompleksitasa interaksi,
dan berlangsungnya berbagai proses daam suatu Ekosistem. Komponen Ekosistem
selalu berhubungan dan berinteraksi menurut dinamika tertentu. Interaksi antar
organisme antar populasi dan antar komunitas. (Herni.2009:31-32)
2.
Ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang didalamnya terdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat
dan saling memengaruhi. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dalam suatu ekosistem disebut Ekologi. (Ferdinand, Fictor,dkk.2009:22)
3.
Ada hubungan timbal balik antara manusia,
tumbuhan, dan tempat tumbuhnya.
Interaksi atau hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang membentuk suatu sistem
ekologi inilah yang disebut dengan ekosistem. (Sulistyorini,
Ari. 2009:208)
4.
Di dalam suatu ekosistem, interaksi antara
organisme hidup dan lingkungannya,
melibatkan komponen-komponen, yaitu komponen abiotik dan komponen
biotik. Komponen tersebut mampu memengaruhi perubahan yang
terjadi di suatu ekosistem. (Rikky
Firmansyah, 2009:152)
5.
Pada kenyataannya lingkungan
menyediakan berbagai sumber alam yang sangat dibutuhkan manusia mulai
dari papan, sandang, dan pangan. Kelangsungan hidup manusia dan
juga organisme lain sangat ditentukan apabila ekosistem dalam keadaan
seimbang. (Riana Yani, 2009: 245)
6.
Semua organisme seperti tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan manusia saling
berinteraksi satu sama lain, organisme juga berinteraksi dengan lingkungan
fisiknya untuk mempertahankan keseimbangan alam. Semua organism yang saling
berinteraksi disuatu wilayah dan juga berinteraksi dengan lingkungan fisik akan
membentuk ekosistem atau system ekologi. Dengan demikian, ekosistem dapat
didefinisikan sebagai system ketika makhluk hidup dan lingkungan fisik saling
berinteraksi. (Septianing Rasti, 2013; 33)
B. Tingkat
Organisasi Kehidupan dalam Ekosistem
Tingkat
organisasi kehidupan dalam ekosistem, yaitu:
1.
Sel. Sel sebagai unit struktural, artinya bahwa semua
makhluk hidup tubuhnya tersusun dari sel. Sel
sebagai unit fungsional makhluk hidup artinya
bahwa sel memegang peranan yang sangat penting dalam reaksi metabolisme
dalam tubuh.
2.
Jaringan. Jaringan adalah kumpulan dari sel-sel yang memiliki
bentuk dan fungsi yang sama.
3.
Organ.
Organ adalah kumpulan dari jaringan yang memiliki fungsi tertentu.
4.
Sistem
Organ. Sistem organ adalah kumpulan dari organ-organ dalam tubuh yang mendukung
suatu fungsi tertentu.
5.
Organisme
atau Individu. Organisme atau juga biasa disebut sebagai individu adalah
makhluk hidup tunggal.
6.
Populasi. Populasi adalah sekumpulan makhluk hidup sejenis yang
mendiami suatu area wilayah tertentu.
7.
Komunitas. Komunitas adalah sekumpulan populasi yang mendiami
wilayah tertentu.
8.
Ekosistem. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut jenisnya ekosistem dibagi
menjadi dua,
yaitu ekosistem perairan dan ekosistem darat.
9.
Bioma. Bioma merupakan kumpulan dari ekosistem dalam suatu
wilayah tertentu. Contoh-contoh bioma,
antara lain: savana, stepa, gurun, dan padang
rumput.
10. Biosfer. Biosfer
merupakan lapisan bumi tempat ekosistem berada atau biasa disebut
sebagai dunia. (Suwarno, 2009 : 165-166)
C. Komponen
Penyusun Ekosistem
Dari sebuah lingkungan kita dapat menemukan komponen penyusun ekosistem,
yaitu komponen yang terdiri dari makhluk hidup dan lingkungannya. Lingkungan
yang menyertai suatu organisme dapat berupa organisme hidup (biotik) dapat pula
bukan organisme. Secara garis besar komponen penyusun ekosistem terdiri atas
komponen biotik dan abiotik. (Moch Anshori, 2009:205)
1.
Komponen Abiotik
Komponen abiotik suatu ekosistem merupakan keadaan fisik dan kimia yang menyertai
kehidupan organisme sebagai medium dan substrat kehidupan. Komponen ini terdiri
dari segala sesuatu tak hidup dan secara langsung terkait pada keberadaan
organisme, antara lain sebagai berikut.
a.
Tanah
Tanah berperan penting bagi tumbuhan, hewan, dan manusia, sebagai tempat
tumbuh dan hidupnya tanaman, melakukan aktivitas kehidupan, tempat
berlindungnya hewan tertentu seperti tikus dan serangga, serta sumber nutrisi
bagi tanaman. Kondisi tanah ditentukan oleh derajat keasaman (pH) tanah, tekstur atau
komposisi tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah terhadap penyerapan air,
garam mineral dan nutrisi yang sangat penting bagi tanaman.
b.
Air
Semua organisme hidup tidak dapat lepas dari ketergantungannya terhadap
air. Air diperlukan organisme dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhannya,
tergantung dari kemampuannya menghemat penggunaan air. Organisme yang hidup
pada habitat kering umumnya memiliki cara penghematan air.
c.
Udara
Udara sangat penting bagi kehidupan organisme. Sebagaimana manusia
membutuhkan udara untuk bernapas. Kondisi udara pada suatu tempat sangat
dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut.
1)
Cahaya matahari, sangat penting untuk laju proses fotosintesis tumbuhan
hijau untuk memberikan pasokan oksigen ke lingkungan.
2)
Kelembaban, merupakan kadar air yang terdapat di udara yang mempengaruhi
kecepatan penguapan dan kemampuan bertahan hewan terhadap kekeringan.
3)
Angin, berpengaruh terhadap tumbuhan dalam hal sistem perakaran dan
penyerbukan tanaman.
d.
Topografi
Topografi merupakan variasi letak suatu tempat di permukaan bumi ditinjau
pada ketinggian dari permukaan air laut, garis bujur, dan garis lintang.
Perbedaan topografi menyebabkan jatuhnya cahaya matahari menjadi berbeda,
menyebabkan suhu, kelembaban, dan tekanan udara maupun pencahayaan juga berbeda.
Hal ini yang mempengaruhi persebaran organisme.
e.
Iklim
Iklim merupakan kombinasi berbagai komponen abiotik pada suatu tempat,
seperti kelembaban udara, suhu, cahaya, curah hujan dan lain-lain. Kombinasi
abiotik ini berkaitan dengan kesuburan tanah dan komunitas tumbuhan pada suatu
tempat. (Moch Anshori, 2009:206-207)
2.
Komponen Biotik
Komponen biotik suatu ekosistem merupakan komponen yang terdiri dari
organisme yang dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Berdasarkan cara memperoleh makanan
1)
Organisme autotrop, merupakan organisme yang dapat mengubah bahan anorganik
menjadi organik (dapat membuat makanan sendiri). Organisme autotrop dibedakan
menjadi dua tipe. Fotoautotrop adalah organisme yang dapat menggunakan sumber
energi cahaya untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Contohnya
tumbuhan hijau. Kemoautotrop adalah organisme yang dapat memanfaatkan energi
dari reaksi kimia untuk membuat makanan sendiri dari bahan organik. Contohnya
bakteri nitrit dan nitrat.
2)
Organisme heterotrop, adalah organisme yang memperoleh bahan organik dari
organisme lain. Contohnya hewan, jamur dan bakteri non autotrop.
b.
Berdasarkan kedudukan fungsional dalam ekosistem (Niche)
1)
Produsen, semua organisme autotrop
2)
Konsumen, semua organisme heterotrop. Contohnya karnivora, herbivora dan
omnivora.
3)
Pengurai atau perombak, organisme yang mampu menguraikan organisme mati
menjadi mineral atau bahan anorganik kembali. Contohnya bakteri dan jamur.
4)
Detritivora, organisme yang memakan bahan organik dan diubah menjadi
partrikel organik yang lebih kecil strukturnya. Contohnya cacing tanah dan
kumbang kotoran. (Moch
Anshori, 2009:207-208)
D.
Tipe-tipe Ekosistem
Ekosistem tersusun atas berbagai komponen dan satuan organisasi yang
menyusunnya. Di dalam ekosistem terjadi interaksi antar komponen yang
menjadikan ekosistem memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karenanya,
ekosistem terdiri atas beberapa tipe. Ekosistem terdiri atas ekosistem darat, ekosistem air tawar, dan ekosistem
air laut. Untuk lebih jelasnya pelajari
uraian berikut.
1.
Ekosistem Darat
Ekosistem darat atau dikenal juga ekosistem terestrial, merupakan wilayah
atau lingkungan fisiknya berupa daratan. Pengelompokan ekosistem darat
didasarkan atas tipe struktur vegetasi yang dominan hidup atau dinamakan bioma.
Jenis bioma terdiri atas bioma gurun, bioma padang rumput, bioma tundra, bioma savana,
bioma hutan hujan tropis, bioma taiga, dan bioma tundra.
a.
Bioma gurun
Gurun merupakan daerah kering yang curah hujannya hanya 20 cm per tahun.
Vegetasi dominan pembentuk bioma gurun adalah kaktus. Adapun hewan yang hidup
di bioma ini umumnya aktif pada malam hari atau nokturnal. Hal tersebut
merupakan adaptasi terhadap suhu lingkungan yang sangat panas dan untuk
mengurangi kehilangan cairan tubuh.
b.
Bioma padang rumput
Bioma ini memiliki karakteristik beriklim sedang, dengan curah hujan berkisar antara 25–75
per tahun dan vegetasi dominannya adalah rumput. Sistem perakaran rumput bercabang-cabang sehingga apabila terjadi kemarau bioma ini
akan tetap berwarna hijau karena akarnya bercabang banyak di dalam tanah
untuk mengambil air. Adapun hewan yang hidup di bioma ini adalah kelinci, serigala, dan kuda.
c.
Bioma savana
Savana merupakan padang rumput yang didominasi oleh rumput dengan semak serta
pohon yang terpencar. Savana memiliki curah hujan sekitar 90–150 cm per tahun. Hewan yang hidup di dalamnya, antara lain gajah, kuda, dan
zarafah.
d.
Bioma hutan hujan tropis
Bioma ini terdapat di daerah khatulistiwa termasuk sebagian besar wilayah
Indonesia. Bioma hutan hujan tropis memiliki suhu rata-rata 25°C dan curah hujan yang
cukup tinggi, yaitu antara 200–400 cm per tahun. Vegetasi yang hidup di daerah ini sangat heterogen atau beraneka ragam. Hewan yang hidup di
dalamnya, antara lain monyet, harimau, dan serangga.
e.
Bioma tundra
Tundra memiliki dua jenis, yaitu tundra artik dan tundra alpin. Tundra artik adalah
tundra yang berada dekat daerah kutub utara sedangkan tundra alpin adalah
tundra yang terdapat di dataran tinggi atau puncak gunung. Vegetasi yang
dominan di bioma tundra adalah rumput alang-alang dan lumut daun. Adapun hewan
yang terdapat pada bioma ini, antara lain kelinci dan serigala.
f.
Bioma taiga
Taiga merupakan bioma yang memiliki ciri beriklim musim dingin yang
panjang. Taiga disebut juga hutan konifer (pinus). Hutan ini selalu hijau oleh
karenanya konifer disebut juga tumbuhan evergreeen. Vegetasi yang dominan pada
bioma ini adalah tumbuhan pinus. Adapun hewan yang hidup pada bioma ini, antara lain kelinci, serangga, dan
beruang.
2.
Ekosistem Air Tawar
Ekosistem ini memiliki beberapa karakteristik,
seperti variasi suhu yang perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya
alga, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Ekosistem air tawar
dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik. Ekosistem air tawar lotik merupakan
perairan berarus, contohnya adalah sungai. Adapun ekosistem air tawar lentik
memiliki ciri airnya tidak berarus. Contoh perairan lentik adalah danau. Danau
memiliki tiga wilayah horizontal, yaitu zona limnetik, zona litoral, dan zona
profundal.
Zona limnetik adalah wilayah perairan yang masih bisa di tembus oleh cahaya
matahari. Di zona ini banyak didominasi oleh zooplankton dan nekton. Zona
litoral merupakan wilayah tepi pada danau dan sungai. Organisme yang hidup di
dalamnya adalah katak, serangga, dan Hydrilla. Adapun zona profundal adalah daerah dasar pada suatu danau atau kolam. Organisme yang hidup
di dalamnya adalah dekomposer.
3.
Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang paling luas di bumi ini.
Ekosistem air laut memiliki tiga jenis zona, yaitu zona litoral, neritik, dan
pelagik. Zona litoral merupakan daerah pantai yang terletak di antara pasang
tertinggi dan surut terendah. Zona neritik adalah daerah laut dangkal yang selalu
tertutup air meski pada waktu surut. Adapun zona pelagik adalah daerah perairan
terbuka yang memiliki kedalaman 6.000–10.000 m. Zona pelagik terdiri atas
daerah epipelagik, mesopelagik, dan batipelagik. Perhatikan gambar
berikut. (Rikky Firmansyah, 2009:155-158)
E. Saling
Ketergantungan (Interdependensi)
Dari uraian yang terdahulu jelas terlihat
bahwa ada saling ketergantungan di antara komponen penyusun ekosistem, baik itu
komponen biotik maupun komponen abiotik. Hewan dan manusia bergantung kepada
tumbuhan. Tumbuhan, hewan, dan manusia sangat bergantung pada lingkungannya.
Berikut diuraikan hubungan saling ketergantungan tersebut. (Sulistyorini, Ari. 2009:215)
1.
Saling Ketergantungan antara Komponen Penyusun Ekosistem
Saling ketergantungan antara komponen penyusun ekosistem tersebut terbagi
menjadi:
a.
saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik;
b.
saling ketergantungan antarkomponen biotik:
1)
saling ketergantungan antara makhluk hidup sejenis (interspesies);
2)
saling ketergantungan antara makhluk hidup yang berbeda jenis
(antarspesies).
a. Saling Ketergantungan
antara Komponen Biotik dan Komponen Abiotik
Peran dan fungsi
komponen biotik dan komponen abiotik dalam suatu ekosistem telah banyak dibahas
di bagian depan bab ini. Selanjutnya, pada subbab
ini akan dibahas tentang hubungan saling ketergantungan antardua komponen
penyusun ekosistem tersebut. Sebagai contoh adalah aktivitas cacing tanah yang
dapat menyuburkan tanah karena pada saat berada dalam tanah, cacing
meninggalkan bekas berupa rongga udara. Rongga udara tersebut dapat membantu
tumbuhan dalam memperoleh oksigen untuk bernapas.
Selain contoh di atas, ada beberapa contoh yang lain, misalnya, bintil akar
kacang tanah yang mengandung bakteri Rhizobium yang dapat membantu menyuburkan
tanah karena dapat menangkap nitrogen, oksigen yang dihasilkan pada
fotosintesis yang menyejukkan udara, dan air yang sangat diperlukan oleh
tumbuhan dalam proses fotosintesis. Selain itu, keberadaan air banyak
dipengaruhi oleh tumbuhan karena tumbuhan dapat menahan keberadaan air tanah.
Dapatkah kalian menyebutkan contoh yang lain?
b. Saling Ketergantungan
Antarkomponen Biotik
Saling ketergantungan antarkomponen biotik ini terjadi antara makhluk hidup
yang satu dengan makhluk hidup yang lain dalam suatu ekosistem. Saling
ketergantungan antarkomponen biotik ini dibagi lagi menjadi saling
ketergantungan antara makhluk hidup yang sejenis dan saling ketergantungan
antara makhluk hidup yang tidak sejenis.
Contoh saling ketergantungan yang terjadi antara makhluk hidup yang
sejenis, misalnya, adanya ketergantungan orang utan kepada induknya, bayi
kepada ibunya, dan kerja sama semut dalam memperoleh makanan. Selain itu,
saling ketergantungan antarmakhluk hidup sejenis ini terjadi pada saat akan
melakukan perkawinan, hewan jantan memerlukan hewan betina, demikian juga hewan
betina memerlukan hewan jantan.
2.
Saling Ketergantungan antara Produsen, Konsumen, dan Dekomposer
Saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan dekomposer terjadi
dalam suatu ekosistem. Gejala ini terjadi pada peristiwa makan dan dimakan.
Peristiwa ini akan membentuk rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan
piramida makanan. Peristiwa ini erat kaitannya dengan pengalihan energi dari
produsen ke konsumen.
Energi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Energi matahari
merupakan sumber energi bagi segala kehidupan. Hanya organisme autotrof yang
dapat menangkap dan memanfaatkan energi matahari melalui proses fotosintesis.
Organisme autotrof mengubah energi matahari menjadi gula dan
oksigen.
Dalam suatu ekosistem, energi mengalir dari matahari hingga ke pengurai.
Produsen mendapatkan energi dari matahari yang oleh tumbuhan diubah menjadi
energi kimia. Energi kimia kemudian berpindah ke konsumen I, lalu ke konsumen
II, ke konsumen III, dan seterusnya. Inilah yang disebut dengan aliran energi
di dalam ekosistem. Aliran energi ini akan berakhir pada proses
penguraian.
Dalam proses ini, energi dilepaskan dalam bentuk panas yang tersebar di
lingkungan dan tidak dimanfaatkan lagi. Produsen menempati tingkat trofik
I, komsumen I menempati tingkat trofik II, dan seterusnya. Semakin jauh jarak
transfer energi dari matahari, semakin kecil aliran energinya. Berarti konsumen
III pada tingkat tofik IV mendapatkan transfer energi yang paling kecil
sehingga rawan punah. Mengapa semakin jauh dari matahari, energi yang
didapatkan semakin kecil?
Pada setiap trofik, energi yang dilepaskan ke lingkungan sekitar 90%, yang
dimanfaatkan organ hanya 10%. 90% panas yang dilepas ke lingkungan ini tidak
dapat didaur ulang karena energi tidak dapat didaur ulang. Akibatnya,
pemborosan energi telah terjadi di dalam ekosistem.
a. Rantai Makanan
Untuk kelangsungan
hidupnya, makhluk hidup memerlukan makanan. Dalam satu ekosistem terdapat
hubungan makan dan dimakan sehingga terbentuklah rantai makanan. Rantai makanan
dapat diartikan pula sebagai pengalihan energi dari tumbuhan melalui beberapa
makhluk hidup yang makan dan dimakan. Sebagai contoh, marilah kita menuju
ke dalam ekosistem sawah.
Di sawah terdapat tanaman padi, tanaman padi dimakan oleh belalang, belalang
dimakan oleh katak, katak dimakan ular, setelah ular mati, bangkainya akan
dimakan dan diuraikan oleh dekomposer, dekomposer akan menyuburkan tanah dan
memberikan makanan bagi tumbuhtumbuhan. Begitu seterusnya hingga siklus berulang kembali.
b. Jaring-Jaring
Makanan
Jika dalam rantai makanan dapat ditarik satu garis lurus, pada
jaring-jaring makanan ini, peristiwa makan dan dimakan tidak sesederhana yang
kalian bayangkan karena satu makhluk hidup dapat memakan lebih dari satu jenis
makanan dan satu makhluk hidup dapat dimakan oleh lebih dari satu makhluk hidup
sehingga garis yang terjadi saling bersilangan.
Dalam kehidupan ini, rantai makanan dapat saling
berhubungan satu dengan yang lain sehingga dapat membentuk suatu jaring-jaring
yang sangat kompleks. Keadaan inilah yang disebut dengan jaring-jaring
makanan. (Sulistyorini, Ari. 2009:217-218)
c.
Piramida Makanan
Piramida
makanan adalah piramida yang menggambarkan jumlah berat dan energi mulai dari
produsen sampai konsumen puncak. Piramida ini dibuat dengan satu asumsi bahwa
pada saat terjadi peristiwa makan dan dimakan telah terjadi perpindahan energi
dari makhluk hidup yang dimakan ke makhluk hidup pemakannya. Misalnya, dari
produsen ke konsumen I, dari konsumen I ke konsumen II, dari konsumen II ke
konsumen III, dan seterusnya.
Akan tetapi, harus diingat bahwa tidak semua energi
dari makhluk hidup yang dimakan akan berpindah ke makhluk hidup pemakan
sehingga terbentuk piramida makanan yang semakin ke atas semakin mengecil.
Selain energi dalam bentuk makanan, tubuh organisme juga memerlukan air,
oksigen, dan mineral. Jaring-jaring makanan muncul dengan diawali terjadinya
proses perputaran zat dari tubuh organisme menuju tanah dan reaksi kimia.
Proses ini sering disebut dengan daur biogeokimia.
d.
Daur Biogeokimia
Daur biogeokimia adalah daur materi melalui makhluk
hidup, tanah, dan reaksi kimia. Berfungsinya daur biogeokimia menentukan
kelestarian makhluk hidup. Pernahkah kalian membayangkan bahwa dalam nasi
atau makanan yang kalian makan ada molekul zat yang berasal dari molekul zat
yang pernah dikeluarkan oleh tubuh kalian sendiri? Mungkin itu satu molekul air
atau satu molekul hidrogen yang pernah singgah di dalam tubuh kalian mengikuti
daur materi hingga akhirnya singgah lagi di dalam tubuh kalian.
Bagian tubuh itu mungkin berasal dari bagian tubuh
hewan yang telah punah berjuta tahun yang lalu atau mungkin juga bagian tubuh
kalian yang sudah kalian keluarkan besok menjadi bagian tubuh makhluk hidup di
masa yang akan datang.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aliran materi
yang dibutuhkan dunia kehidupan pada dasarnya berasal dari dua arah karena
keterbatasan bahan kimia sehingga harus dimanfaatkan lagi melalui proses
perputaran (siklus). Aliran bahan kimia dalam tubuh makhluk hidup
terjadi melalui rantai makanan mengikuti arus aliran oksigen dalam makhluk
hidup, kemudian mengikuti siklus abiotik. Ada dua siklus abiotik, yaitu fase
atmosfer seperti nitrogen dan fase sedimen seperti fosfor. (Sulistyorini, Ari. 2009:219)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan
lingkungannya yang didalamnya terdapat hubungan dan interaksi yang sangat erat
dan saling memengaruhi.
2.
Tingkatan-tingkatan satuan makhluk hidup
dalam ekosistem meliputi sel, jaringan, organ, sistem organ,
individu, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer.
3.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor biotik
(tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme) dan faktor abiotik (tanah, air,
udara, suhu)
4.
Ekosistem terdiri atas sistem darat, ekosistem air tawar, dan ekosistem air laut.
5.
Saling ketergantungan antara komponen penyusun ekosistem tersebut terbagi
menjadi saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik serta
saling ketergantungan antarkomponen biotik. Saling ketergantungan antarkomponen
biotik terbagi lagi menjadi saling ketergantungan antara makhluk hidup sejenis
(interspesies) dan saling ketergantungan antara makhluk hidup yang berbeda
jenis (antarspesies).
B. Saran
Hendaknya kita
sebagai siswa dapat memahami dengan mendalam mengenai materi Ekosistem ini
karena disinilah kita hidup dan berinteraksi dengan segala ciptaan Tuhan agar
tidak saling merugikan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Fictor
Ferdinand, 2009. Praktis Belajar Biologi 1 untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Herni Budiati, 2009. Biologi : untuk SMA dan MA Kelas
X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Idun Kistinnah, 2009. Biologi 1 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya
Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta
: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Moch Anshori, 2009. Biologi 1 : Untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA)-Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rasti Septianing, 2013. Panduan Belajar Biologi 1 B SMA Kelas X, cet,2. Yudhistira : Jakarta.
Riana Yani dkk; 2009.
Biologi
1 : Kelas X SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Rikky Firmansyah, 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1
: untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Subardi dkk, 2009. Biologi 1 : untuk Kelas X SMA/ MA.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarno, 2009. Panduan Pembelajaran Biologi :
Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Widayati
Sri. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
No comments:
Post a Comment