Tugas Individu
MAKALAH
DEMOGRAFI WILAYAH
PESISIR DAN KEPULAUAN

Oleh
ASRIANI
213095
2006
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
(STIP) YAPI BONE
|
2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang
telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang
“DEMOGRAFI WILAYAH PESISIR DAN KEPULAUAN”. Penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen Metodologi Riset yang telah membimbing penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.
Watampone,
21 Juli 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN
A.
Defenisi Demografi.............................................................. 4
B.
Faktor
yang Mempengaruhi Demografi............................... 5
C.
Wilayah Pesisir dan
Kepulauan ditinjau dari aspek ekonomi dan lingkungan .............................................................................................. 7
D.
Karakteristik
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir................ 8
E.
Isu Dan
Permasalahan Pemanfaatan Sumber daya Hayati Pesisir Dan Kepulauan .............................................................................................. 11
F.
Strategi
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu 13
BAB III.. PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................... 17
B.
Saran..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan yang seimbang
dan terpadu antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup adalah prinsip
pembangunan yang senantiasa menjadi dasar pertimbangan utama bagi seluruh
sektor dan daerah guna menjamin keberlanjutan proses pembangunan itu sendiri.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004–2009, perbaikan
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup diarahkan
untuk memperbaiki sistem pengelolaan sumber daya alam agar sumber daya alam
mampu memberikan manfaat ekonomi, termasuk jasa lingkungannya, dalam jangka
panjang dengan tetap menjamin kelestariannya. Dengan demikian, sumber daya alam
diharapkan dapat tetap mendukung perekonomian nasional dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan daya dukung dan fungsi lingkungan
hidupnya, agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Dalam kaitan ini,
pembangunan berkelanjutan terus diupayakan menjadi arus utama dari pembangunan
nasional di semua bidang dan daerah.
Salah satunya wilayah pesisir
merupakan wilayah yang penting dan strategis dan merupakan kesatuan ruang
antara daratan dan lautan yang secara ekologis mempunyai hubungan keterkaitan
antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi. Selain itu juga
pembangunan pulau-pulau kecil telah menjadi perhatian khusus untuk ditangani
dalam beberapa tahun, mengingat kondisinya yang tertinggal dan sebagian dari
pulau-pulau tersebut sebagai titik pangkal perbatasan Indonesia dengan
negara-negara tetangga.
Pengelolaan pesisir dan
pulau-pulau kecil sangat diperlukan dan dilakukan secara terintegrasi dengan
melibatkan Pemerintah, masyarakat dengan pihak lain dalam perencanaan,
pemantauan, evaluasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil disekitar. Selain
itu untuk melindungi, mengkonservasi, memanfaatkan dan merehabilitasi wilayah
pesisir serta ekologis secara berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
laut akan dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone
Management, ICZM). Unsur utama IZCM adalah integrasi (intergration) dan
koordinasi. Pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir yang dilakukan secara
sektoral tidaklah efektif (Dahuri et al., 2008). Selain itu pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan laut seharusnya dilakukan dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut secara terpadu
dan berkelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu pengelolaan (strategic plan) yang
mengintegrasikan setiap kepentingan dalam keseimbangan (proporsionality) antar
dimensi ekologis, dimensi sosial, antar sektoral, disiplin ilmu dan segenap
pelaku pembangunan (stakeholders).
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan Demografi?
2. Faktor apa sajakah yang Mempengaruhi
Demografi?
3. Wilayah Pesisir dan Kepulauan ditinjau dari aspek
ekonomi dan lingkungan
4.
Bagaimana Karakteristik Sosial
Ekonomi Masyarakat Pesisir?
5.
Apa
saja Isu Dan Permasalahan Pemanfaatan Sumber daya Hayati Pesisir Dan Kepulauan?
6. Bagaimana Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Lautan Secara Terpadu?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan penelitian kualitatif.
2. Untuk
mengetahui dimaksud dengan Demografi.
3. Untuk
mengetahui Faktor
yang Mempengaruhi Demografi.
4. Untuk
mengetahui Wilayah Pesisir dan
Kepulauan ditinjau dari aspek ekonomi dan lingkungan.
5.
Untuk
mengetahui Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir.
6.
Untuk
mengetahui Isu Dan Permasalahan Pemanfaatan Sumber daya Hayati Pesisir Dan Kepulauan.
7. Untuk
mengetahui Strategi Pengelolaan Wilayah
Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Demografi
Demografi adalah uraian tentang penduduk, terutama
tentang kelahiran, perkawinan, kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi
ilmiah tentang jumlah, persebaran geografis, komposisi penduduk, serta
bagaimana faktor-faktor ini berubah dari waktu kewaktu. Defenisi lain dari
demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang jumlah,
sturuktur dan perkembangannya. Penduduk adalah hasil tingkat kelahiran, tingkat
migrasi dan tingkatkematian. Demografi lazim digunakan untuk menyebut studi
tentang sifat terhadap komposisi dan pertumbuhan penduduk dan demograsi adalah
suatu studi statistik dan matematis tentang jumlah, komposisi san persebaran
penduduk, serta perubahan faktor-faktor ini setelah melewati kurun waktu yang
yang disebabkan oleh lima proses yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan,
migrasi dan mobilitas sosial.
Beberapa ahli demografi terutama tertarik kepada
statistik fertilitas (kelahiran), moralitas (kematian) dan migrasi (perpindahan
tempat) karena ketiga variabel ini merupakan komponen komponen yang berpengaruh
terhadap perubahan penduduk. Ketiga komponen tersebut diukur dengan tingkat
kelahiran, tingakat kematian dan migrasi yang menentukan jumlah penduduk,
komposisi umur dan laju pertambahan atau penurunan penduduk.
1.
Demografi
(Donald J. Bogue, 1885), Ilmu yg mempelajari tentang besar, komposisi,
distribusi, dan perubahan penduduk.
2.
Demografi
(Philip M. Hauser dan Duddley Duncan), Ilmu yg mempelajari jumlah, sebaran
teritorial, dan komposisi penduduk; serta perubahan penduduk karena fertilitas,
mortalitas, migrasi, dan mobilitas social.
3.
Demografi
(Hawthorn,1970) adalah studi tentang interaksi tingkat perkembangan dari 3
komponen (kelahiran, kematian dan migrasi) dan studi tentang dampak dari
perubahan komposisi dan perkembangan dari penduduk
4.
Demografi
(Boque: 1969) adalah ilmu statistik dan matematika yang mempelajari ukuran,
komposisi dan persebaran penduduk serta perubahannya pada suatu kurun waktu
melalui proses fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi serta perubahan
penduduk.
Penduduk adalah
orang-orang yabg berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan
yang berlaku dan saling berintraksi satu sama lain secara terus
menerus/kontinu.dalam sosiologi penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati
wilayah geografi dan ruang tertentu.
1.
Orang
yang tinggal di daerah tersebut
2.
Orang
yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut, dengan kata lain orang
yang mempunyai surat resmi untuk tinggal disitu.misalkan bukti kewarganegaraan,
tetapi memilih tinggal di daerah lain. Kecepatan penduduk di hitung dengan
membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal.
B.
Faktor
yang Mempengaruhi Demografi
Angka pertumbuhan penduduk adalah
tingkat pertambahan penduduk suatu wilayah atau negara dalam suatu jangka waktu
tertentu, dinyatakan dalam persentase. Pertambahan penduduk adalah perubahan
jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya yang disebabkan oleh
beberapa faktor-faktor dibawah ini (www.antaranews.com) :
1.
Kematian
Kematian apabila kematian
bertambah maka angka kependudukan pun akan berkurang akan tetapi bila angka
kematian menurun maka akan menambah juga kependudukan dikarenakan angka kelahiran
menlonjak drastis. Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia
secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk
menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka
kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian
(pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti moralitas)
2.
Kelahiran
Kelahiran apabila kelahiran bisa
cepat dikarenakan tekhnologi kesehatan kelahiran bisa cepat dikarenakan
tekhnologi kesehatan maka otomatis kenaikan penduduk pun bisa melonjak drastis
karena bertumbuhnya angka kelahiran. Kelahiran bersifat menambah jumlah
penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan
yang mendukung kelahiran (pro natalitas).
a.
Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas)
Kawin pada usia muda, karena ada
anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu. Anak dianggap sebagai sumber
tenaga keluarga untuk membantu orang tua. Anggapan bahwa banyak anak banyak
rejeki. Anak menjadi kebangaan bagi orang tua.
b.
Faktor-faktor penunjang kelahiran (anti natalitas)
Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan
pembatasan jumlah anak. Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita
minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun. Anggapan
anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya
pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan
hanya sampai anak ke-2. Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh
pekerjaan.
3.
Migrasi
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja. Faktor-faktor terjadinya migrasi, yaitu :
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja. Faktor-faktor terjadinya migrasi, yaitu :
a.
Persediaan sumber daya alam
b.
Lingkungan social budaya
c.
Potensi ekonomi
d.
Alat masa depan
C.
Wilayah Pesisir dan Kepulauan ditinjau dari
aspek ekonomi dan lingkungan
Ada tahapan peninjau yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pengembangan komunal (community development) sebuah
masyarakat, diperlukan tinjauan dari aspek yang holistik untuk memparameterisasi
keberhasilan pengembangan yang dilakukan. Aspek yang ditinjau adalah aspek
ekonomi dan lingkungan.
1. Aspek Ekonomi
Telah diketahui bahwa desa nelayan
termasuk ke dalam desa dengan pendapatan daerah yang agak rendah. Maka tentu
saja perlu adanya penggiatan kegiatan ekonomi dengan berbasiskan sumber daya
yang ada. Menurut Rokhmin Dahuri, Mentri Kelautan dan Perikanan tahun 2004
mengatakan bahwa setiap daerah pesisir pantai memiliki potensi perikanan yang
cukup baik untuk dikembangkan. Jadi tidak benar bahwa kondisi geografis dan
demografis daerah pesisir sama sekali tidak memiliki peluang ekonomis. Hal ini
dibuktikan dengan potensi lestari sumberdaya ikan (SDI) laut Indonesia sekitar
6,4 juta ton per tahun atau 7,5 persen dari total potensi lestari ikan laut
dunia.
2. Aspek Lingkungan
Pentingnya mempertimbangkan aspek
lingkungan (selain ekonomi) dapat dilihat dari kenyataan bahwa sumberdaya
pesisir mempunyai peranan penting dilihat dilihat dari segi ekologis,
diantaranya sebagai penyeimbang ekosistem dan penyedia kebutuhan hidup bagi hewan.
Sebagai contoh ekosistem hutan mangrove mempunyai keragaman biologi yang
tinggi, yang anggota-anggotanya telah mampu beradaptasi dengan perubahan
salinitasi yang tinggi dan beberapa biotanya memiliki nilai ekonomis tinggi
seperti udang, ikan dan kepiting juga mempunyai fungsi ekologis sebagai nursery
ground berbagai ikan dan udang. Demikian juga ekosistem terumbu karang (coral
reefs) selain memiliki sumberdaya yag dapat dimanfaatkan untuk konsumsi dan
sebagai objek wisata, khususnya wisata selam, juga mempunyai fungsi ekologis
antara lain tempat mencari makanan, tepat berkembang biak, tempat asuhan
nursery ground, dan tempat memijah.
D. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat
Pesisir
1.
Mata pencaharian
Sebagian besar penduduk di wilayah
pesisir bermata pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan
seperti nelayan, petani ikan (budidaya tambak dan laut), Kemiskinan masyarakat
nelayan, penambangan pasir, kayu mangrove dan lain-lain. Sebagai contoh :
Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara dengan penduduk 17.991 jiwa, sekitar
71,64 % merupakan nelayan (Tahun 2001).
2.
Tingkat
pendidikan
Sebagian besar penduduk wilayah
pesisir memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sebagai contoh : penduduk
Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara (Tahun 2001) sekitar 70,10 %
merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD) dan sejalan dengan tingkat tersebut,
fasilitas pendidikan yang ada masih sangat terbatas.
3.
Lingkungan pemukiman
Kondisi lingkungan pemukiman
masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik dan
terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada
dalam tingkat kesejahteraa rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap
sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan pokoknya.
4.
Nilai
dan Arti Penting Pesisir bagi Masyarakat
Nilai dan arti penting pesisir dan
laut bagi bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua aspek,yaitu:
a.
Pertama,
secara sosial ekonomi wilayah pesisir dan laut memiliki arti penting karena:
1)
Sekitar
140 juta (60%) penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir (dengan pertumbuhan
rata-rata 2% per tahun)
2)
Sebagian
besar kota (baik propinsi dan kabupaten) terletak di kawasan pesisir
3)
Kontribusi
sektor kelautan terhadap PDB nasional sekitar 20,06% pada tahun 1998
4)
Industry
kelautan (coastal industries)
menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja.
b.
Kedua,
secara biofisik, wilayah pesisir dan laut Indonesia memiliki arti penting
karena:
1)
Indonesia
memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah kanada, yaitu sekitar 81.000
km (13,9 % dari panjang pantai dunia)
2)
Sekitar
75 % dari wilayahnya merupakan wilayah perairan (sekitar 5, juta km2 termasuk
ZEE)
3)
Indonesia
merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.508
pulau
4)
Dalam
wilayah tersebut terkandung potensi kekayaan dan keaneka ragaman sumberdaya
alamnya yang terdiri atas potensi sumberdaya alami pilih (renewable resources)
seperti perikanan, ekosisten mangrove, ekosistem terumbu karang, maupun potensi
sumberdaya ala tidak pulih (non renewable
resources) seperti migas, mineral atau bahan tambang lainnya serta
jasa-jasa lingkingan (environmental
services), seperti peristiwa ahari industry maritime dan jasa transportasi.
Sumberdaya alam dan lingkungan
merupakan modal pembangunan yang dapat dikelola untuk menyediakan barang dan jasa
(goods & services) bagi
kemakmuran masyarakat dan bangsa. Dilihat dari potensi dan kemungkinan
pengembangannya, wilayah pesisir memiliki peranan penting dalam pembangunan
nasional, apalagi bangsa Indonesia saat sekarang sedang mengalami krisis
ekonomi. Peranan tersebut tidak hanya dalam penciptaan pertumbuhan ekonomi (growth), tetapi juga dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat (social welfare)
dan pemerataan kesejahteraan (equity).
Namun demikian, peranan tersebut tidak akan tercapai dengan baik apabila
mengabaikan aspek kelestarian lingkungan (environmental
sustainability) dan kesatuan bangsa (unity).
5.
Ciri Khas Wilayah Pesisir
Ditinjau dari aspek biofisik wilayah,
ruang pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya bersifat
khas sehingga adanya intervensi manusia pada wilayah tersebut dapat
mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang alam yang sulit
diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan beberapa
ekosistem khas. Ditinjau dari aspek kepemilikan, wilayah pesisir dan laut serta
sumberdaya yang terkandung di dalamnya sering tidak mempunyai kepemilikan yang
jelas (open access), kecuali pada beberapa wilayah di Indonesia, seperti Ambon
dengan kelembagaan sasi, NTB dengan kelembagaan tradisional Awig-awig dan
Sangihe Talaud dengan kelembagaan Maneeh. Dengan karaktersitik yang khas dan
open access tersebut, maka setiap pembangunan wilayah dan pemanfaatan
sumberdaya timbul konflik kepentingan pemanfaatan ruang dan sumberdaya serta
sangat mudah terjadinya degradasi lingkungan dan problem eksternalit.
E.
Isu Dan Permasalahan Pemanfaatan Sumber daya
Hayati Pesisir Dan Kepulauan
1.
Isu dan Permasalahan Penggunaan Lahan
a.
Lahan pesisir yang cukup luas dan memiliki daya
dukung untuk pengembangan perikanan ikan dan ekowisata bahari.
b.
Tingkat pemanfataan wilayah perairan untuk
pengembangan perikanan tangkap masih
rendah.
c.
Konflik Pemanfaatan Ruang
2.
Isu dan Permasalahan Geomorfologi dan Geologi
a.
Relief rendah, proses degradasi lahan daratan pulau
cepat oleh aksi gelombang, arus dan angin yang kontinu.
b.
Pantai berpasir putih, danau air asin, keunikan pola
arus pasang surut dan distribusi terumbu karang
c.
Titik episentrum gempa tektonik dangkal sampai dalam
dan potensi
3.
Isu dan Permasalahan Oseanografi
a.
Kondisi oseanografi pd wil. Kabupaten. Kepulauan.
Mendukung usaha perikanan ikan pelagis kecil dan pelagis besar, pengembangan
budidaya laut, ekowisata bahari, dan konservasi kenekaragaman (SDHL).
b.
Letak perairan pesisir dan PPK yang berhadapan langsung dengan
perairan dlm, cenderung mendapat tekanan dari faktor lingkungan, baik dari
cuaca maupun dari faktor air laut.
c.
Luasan wilayah kelola 0 – 4 mil dan 4 – 12 mil
sangat menjanjikan bagi upaya pengembangan perikanan berskala kecil maupun
skala besar, dan didukung pemupukan akibat upwelling.
d.
Beberapa lokasi selat dengan potensi pengembangan
energi konvensional yang memanfaatkan potensi arus pasang surut sebagai energi
kinetik.
4.
Isu dan Permasalahan Pemanfaatan Ekosistem Utama
Pemanfaatan kayu bakau utk kayu bakar dan bahan
bangun terus dilakukan hampir di semua wilayah. Ini seiring dgn penurunan
produksi SDHL, disamping dampak fisik seperti abrasi dan degradasi garis
pantai.Tekanan terhadap padang lamun karena reklamasi siltasi yang tinggi
akibat pembukaan pemukiman di lahan atas. Penangkapan ikan di kawasan terumbu
karang dengan teknik/teknologi merusak dan penambangan batu karang.
5.
Isu dan Permasalahan Penangkapan Ikan dan Budidaya
Perairan
Teknologi sangat tradisional, kapasitas produksi
rendah. Hasil produksi perikanan tangkap dibuang, lemahnya penanganan produksi. Budaya pemanfaatan SD dengan
cara berburu menyebab kan masyarakat lokal belum maksimal utk menjalan kan
kegiatan-kegiatan budidaya perairan. Keberhasilan budidaya perairan
umumnya pada masyarakat pendatang atau pd skala usaha yg padat modal.
6.
Isu dan Permasalahan Konservasi
Banyak kearifan lokal dlm konservasi SDH
pesisir dan laut telah terkikis, akibat
sistemkelembagaan yang tidak lagi berbasis adat & orientasi ekonomi secara
berlebihan.Pemanfaatan sumberdaya yg dilindungi utk tujuan ekonomi memberikan
konsekuensi pada pelanggaran-pelanggaran pd kawasan konservasi yang sudah
ditetapkan. Minimnya rumusan regulasi yg mendukung penge lolaan SDA secara
berkelanjutan, terutama dlm mempertahankan kawasan-kawasan konservasi yg telah
ditetapkan dalam rencana umum tata ruang wilayah maupun tata ruang wilayah
pesisir dan laut.
7.
Isu Dan Permasalahan Pengembangan Ekowisata Bahari
Kesiapan masyarakat secara sosial yang masih relatif
kurang terbuka dalam proses pengembangan ekowisata. Lemahnya
kapasitas wilayah pesisir dan kawasan PPK untuk mengakomodasi perkembangan
ekowisata bahari karena keterbatasan infrastruktur pendukung. Kurangnya tindakan promosi untuk
memperkenalkan kawasan-kawasan potensial ekowisata bahari yang terdistribusi di
setiap wilayah, disamping untuk menarik investasi di bidang ekowisata bahari.
8.
Isu dan Permasalahan Ekonomi Pulau-Pulau Kecil
Kapasitas ekonomi yang lemah menyebabkan upaya
investasi di tingkat masyarakat tidak jalan. Akses antar wilayah yang lemah
menyebab kan tidak bergeraknya ekonomi pasar dan rendahnya kapasitas penarikan
investasi ke dalam wilayah. Minimnya ketersediaan
infrastruktur ekonomi yang men-dukung distribusi hasil produksi, penanganan
kualitas produksi dan dukungan modal usaha bagi masyarakat.
9.
Isu dan Permasalahan Kelembagaan Lokal dan Daerah
Sistem dan manajemen kelembagaan lokal yang lemah
dan tdk fleksibel terhadap tuntutan perubahan di satu sisi dan upaya
memepertahankan kearfian lokal di lain sisi. Pengelolaan
pulau kecil tidak hanya menjadi tanggung jawab DKP sehingga kebutuhan terhadap
integrasi kelembagaan menjadi penting untuk pengembangan kawasan PPK. Namun ini
belum terakomodasi dengan baik, mulai dari proses perencanaan, impelementasi
pembangunan sampai dengan pengawasan dan evaluasi (Sahetapy, 2013).
F.
Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Lautan Secara Terpadu
Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Lautan Secara Terpadu (PWPLT) memerlukan informasi tentang potensi pembangunan
yang dapat dikembangkan di suatu wilayah pesisir dan lautan beserta
permasalahan yang ada, baik aktual aupun potensial. PWPLT pada dasarnya
ditujukan untuk mendapatkan pemanfaatan sumber daya dan jasa-jasa lingkungan
yang terdapat diwilayah ini secara berkelanjutan dan optimal bagi kemakmuran
rakyat. Oleh karena itu, rumusan PWPLT disusun berdasarkan pada potensi,
peluang, permasalahan, kendala dan kondisi aktual yang ada, dengan
memperimbangkan pengaruh lingkungan strategis terhadap pembangunan nasional,
otonomi daerah dan globalisasi. Untuk mengimplementasikan PWPLT pada tataran
praktis (kebijakan dan program) maka ada lima strategi, yaitu :
(1) Penerapan Konsep
Pembangunan Berkelanjutan dalam PWPLT
(2) Mengacu pada
Prinsip-prinsip dasar dalam PWPLT
(3) Proses Perencanaan
PWPLT
(4) Elemen dan Struktur
PWPLT
(5) Penerapan PWPLT dalam
Perencanaan Pembangunan Daerah
Dalam strategi pertama, suatu kawasan pembangunan
yang berkelanjutan memiliki empat dimensi, yaitu : ekologis, sosial-ekonomi-budaya,
sosial-politik, dan hukum serta kelembagaan. Dimensi ekologis menggambarkan
daya dukung suatu wilayah pesisir dan lautan (supply capacity) dalam
menopang setiap pembanguan dan kehidupan manusia, sedangkan untuk dimensi
ekonomis-sosial dari pembangunan berkelanjutan mempresentasikan permintaan
terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan dimana manfaat dari pembangunan wilayah
pesisir seharusnya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal sekitar
program terutama yang termasuk ekonomi lemah. Untuk Dimensi Sosial-politik,
pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana
politik demokratis dan transparan, tanpa kondisi politik semacam ini, niscaya
laju kerusakan lingkungan akan melangkah lebih cepat ketimbang upaya pencegahan
dan penanggulangannya. Penegakan dimensi Hukum dan kelembagaan, Sistem
peraturan dan perundang-undangan yang berwibawa dan kuat akan mengendalikan
setiap orang untuk tidak merusak lingkungan pesisir dan lautan.
Strategi kedua, Pengelolaan dan
pemanfaatan wilayah pesisir harus mengacu pada prinsip-prinsip dasar PWPLT, ada
15 prinsip dasar yang sebagian besar mengacu Clark (1992) dalam Dahuri et al
(2008) yaitu :
1.
Wilayah pesisir adalah suatu sistem
sumberdaya (resource system) yang unik, yang memerlukan pendekatan
khusus dalam merencanakan dan mengelola pembangunannya.
2.
Air merupakan faktor kekuatan pemersatu utama
dalam ekosistem pesisir.
3.
Tata ruang daratan dan lautan harus
direncanakan dan dikelola secara terpadu.
4.
Daerah perbatasan laut dan darat hendaknnya
dijadikan faktor utama dalam setiap program pengelolaan wilayah pesisir.
5.
Batas suatu wilayah pesisir harus ditetapkan
berdasarkan pada isu dan permasalahan yang hendak dikelola serta bersifat
adaptif.
6.
Fokus utama dari pegelolaan wilayah pesisir
adalah untuk mengkonservasi sumberdaya milik bersama.
7.
Pencegahan kerusakan akibat bencana alam dan
konservasi sumberdaya alam harus dikombinasikan dalam suatu program PWPLT.
8.
Semua tingkatan di pemerintahan dalam suatu
negara harus diikut sertakan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.
9.
Pendekatan pengelolaan yang disesuaikan
dengan sifat dan dinamika alam adalah tepat dalam pembangunan wilayah pesisir.
10.
Evaluasi pemanfaatan ekonomi dan sosial dari
ekosistem pesisir serta partisipasi masyarakat lokal dalam program pengelolaan
wilayah pesisir.
11.
Konservasi untuk pemanfaatan yang
berkelanjutan adalah tujuan dari pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir.
12.
Pengelolaan multiguna (multiple uses)
sangat tepat digunakan untuk semua sistem sumberdaya wilayah pesisir.
13.
Pemanfaatan multiguna (multiple uses)
merupakan kunci keberhasilan dalam
pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan
14.
Pengelolaan sumberdaya pesisir secara
tradisional harus dihargai.
15.
Analisis dampak lingkungan sangat penting
bagi pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.
Strategi
ketiga, Proses perencanaan PWPLT pada dasarnya ada tiga langkah
utama, yaitu :
1.
Perencanaan,
2.
implementasi dan
3.
Pemantauan dan Evaluasi.
Strategi keempat, Agar mekanisme atau
proses PWPLT dapat direalisasikan dengan baik perlu dilengkapi dengan
komponen-komponen yang diramu dalam suatu piranti pengelolaan (management
arrangement) sebagai raganya. Pada intinya, piranti pengelolaan terdiri
dari piranti kelembagaan dan alat pengelolaan. Piranti kelembagaan menyediakan
semacam kerangka (frame work) bagi pelaksanaan tugas-tugas pengelolaan
dan penerapan segenap alat pengelolaan. Meskipun rancangan dan praktek PWPLT
bervariasi dari satu negara ke negara yang lain, namun dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan PWPLT memerlukan empat persyaratan utama, yaitu : (1) kepemimpinan
pionir (initial leadership), (2) piranti kelembagaan, (3) kemapuan
teknis (technical capacity), dan (4) alat pengelolaan. Penerapan keempat
persyaratan ini bervariasi dari satu negara dengan negara lain, bergantung pada
kondisi geografi, demografi, sosekbud dan politik.
Strategi kelima, Untuk mengatasi konflik
perencanaan pengelolaan pesisir, maka perlu diubah dari perencanaan sektoral ke
perencanaan terpadu yang melibatkan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat
terkait di pesisir. Semua instansi sektoral, Pemda dan stakeholder terkait
harus menjustifikasi rencana kegiatan dan manfaat yang akan diperoleh, serta
mengkoordinasi kegiatan tersebut dengan kegiatan sektoral lain yang sudah mapan
secara sinergis. Dengan semangat pelaksanaan otonomi daerah yang diantaranya
ditandai dengan lahir dan diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintah
Daerah, yang di dalamnya mencakup pengaturan kewenangan daerah dalam mengelola
sumber daya kelautan (pesisir dan lautan), diharapkan dapat membawa angin segar
sekaligus menjadi mometum untuk melaksanakan pembangunan, pendayagunaan, dan
pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara yang lebih baik, optimal,
terpadu serta berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Demografi
adalah uraian tentang penduduk, terutama tentang kelahiran, perkawinan,
kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah,
persebaran geografis, komposisi penduduk, serta bagaimana faktor-faktor ini
berubah dari waktu kewaktu.
2.
Sebagian besar penduduk di wilayah pesisir
menggantungkan kehidupannya pada sumber daya laut,mereka terdiri dari: nelayan,
buruh nelayan, penjual ikan dll. Selain itu kondisi pemukiman masih belum baik,
kehidupan nelayan masih banyak yang kurang mampu, serta hidup kekurangan atau
tingkat kesejahteraan yang rendah .
3.
Sumber daya dan lingkungan merupakan modal
pembngunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk pesisir dengan tidak
mengabaikan aspek kelestarian lingkungan. Namun banyak para nelayan yang
melakukan aktifias ekonomi tanpa menghiraukan aspek tersebut.
B. Saran
Penulis
menyadari, dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Untuk itu
dapat kiranya memberikan kritik dan saran mengenai makalah ini. Walaupun demikian penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Aristian,
F. 2010. Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan Berkelanjutan Yang
Berbasis Masyarakat. http//.www. pengelolaan wilayah pesisir.htlm.
diakses tanggal 21 Juli 2016.
Dahuri,
R., Rais, J., Ginting, S. P., dan Sitepu, J. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
Darajati,
W. 2004. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan
Berkelanjutan. Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP. Direktur Kelautan
dan Perikanan, Bappenas.
Lampe, Munsi. 2008. Wawasan Sosial Budaya Bahari.
UPT-MKU, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rudyanto.
2004. Kerangka Kerjasama Dalam
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut. Disampaikan pada Sosialisasi
Nasional Program MFCDP, Direktur Kerjasama Pembangunan Sektoral dan Daerah,
Bappenas.
Sahetapy,
D. 2013. Materi Kuliah Pengelolaan Sumberdaya Hayati Pesisir Laut dan
Pulau-pulau Kecil. Program Studi Ilmu Kelautan, Program Pasca Sarjana
Universitas Pattimura Ambon. Ambon.
Sudirman, dkk. 1999. Bahan Pengajaran Metode
Penangkapan Ikan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Tuwo, Ambo. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan
Laut : Pendekatan Ekologi, Sosial Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah.
Brilian Internasional, Surabaya.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMakalahnya bagus, sangat membantu.. thanks ya postingannya..
ReplyDelete