MAKALAH
DIABETES MELLITUS

Disusun Oleh :
A R N I A N T
I
BT 12 01 098
III A
AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA
WATAMPONE
|
2016
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Esa kami dapat menyelesaikan makalah tentang Diabetes
Mellitus ini
dengan baik tanpa hambatan. Hal ini tidak terlepas juga karena dukungan dari dosen
pembimbing kami.
Kami mengucapkan terima
kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah diberikan kepada
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Meskipun telah berusaha
dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak
untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya senantiasa akan kami terima
dengan tangan terbuka.
Akhirul kalam, terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah membimbing kami untuk
membuat makalah ini.
Watampone, 02 Agustus 2016
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
........................................................................................1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................................1
C.
Tujuan
Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian................................................................................................3
B.
Penyebab..................................................................................................4
C.
Insiden......................................................................................................5
D.
Patofisiologi.............................................................................................6
E.
Tanda
dan Gejala.....................................................................................7
F.
Komplikasi ..............................................................................................8
G.
Test
Diagnostik ......................................................................................8
H.
Pencegahan..............................................................................................9
I.
Penatalaksanaan
Medis..........................................................................11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
...........................................................................................14
B.
Saran .....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relatif. (Kemenkes, 2013).
Data World Health Organization (WHO) telah mencatat Indonesia dengan
populasi 230 juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah
penderita diabetes terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan
Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan
dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun
pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan
10,7 juta warga desa menderita diabetes
(http://health.liputan6.com.
Diakses 25 April 2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi
diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis
dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala
sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau
gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%),
dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data Survailans Penyakit tidak menular Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2014 terdapat Diabetes Mellitus 27.470 kasus baru, 66.780 kasus lama
dengan 747 kematian. (Dinkes Sulsel, 2015).
Melihat latar
belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun sebuah makalah yang berjudul Diabetes Mellitus.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dan penyebab dari Diabetes Mellitus.?
2.
Bagaimana insiden Diabetes Mellitus.?
3.
Bagaimana patofisiologi Diabetes Mellitus.?
4.
Bagaimana tanda dan gejala Diabetes Mellitus?
5.
Bagaimanakah pencegahan Diabetes Mellitus.?
6.
Bagaimana penatalaksanaan Diabetes Mellitus.?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui definisi dan penyebab dari Diabetes
Mellitus.
2.
Mengetahui insiden Diabetes Mellitus.
3.
Mengetahui patofisiologi Diabetes Mellitus.
4.
Mengetahui tanda dan gejala Diabetes Mellitus.
5.
Mengetahui pencegahan Diabetes Mellitus.
6.
Mengetahui penatalaksanaan Diabetes Mellitus.
|
BAB II
PEMBAHASAN
A
A.
Pengertian
1. Diabetes Melitus adalah penyakit
metabolisme yang merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. (Dinkes Sulsel, 2015)
2. Diabetes
Mellitus (kencing manis)
adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana
kadar diatur tingkatan-nya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine,
2013).
3. Diabetes
Mellitus merupakan
penyakit sistemis, kronis dan multifaktorial yang dicirikan dengan
dengan hiperglikemia dengan hiper lipidemia (Baradero, 2014).
4. Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom
defisiensi sekresi insulin atau pengurangan efektifitas kerja insulin atau
keduanya yang menyebabkan hiperglekimia (Marrelli, 2016).
5. Penyakit
Kencing Manis (Diabetes Mellitus) adalah
suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya
peningkatan kadar gula (glukosa)
darah secara terus-menerus (kronis)
akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Tapan, 2015).
6. Diabetes
Mellitus adalah penyakit
metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (Kemenkes,
2013).
B. Penyebab
Ada
beberapa penyebab Diabetes Mellitus yakni sebagai berikut :
1.
Diabetes Tipe I
Diabetes
Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor
genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut
menimbulkan
destruksi sel beta.
a.
Faktor Genetik
Penderita
Diabetes
Mellitus tidak mewarisi
Diabetes Tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya Diabetes Tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b.
Faktor Imunologi
Pada Diabetes Tipe I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi
terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada
saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun
sebelum timbulnya tanda-tanda klinis Diabetes Tipe I.
c.
Faktor Lingkungan
Infeksi virus misalnya Coxsackie
B4, gondongan (mumps), rubella,
sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat
pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
2.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya Diabetes Tipe II. Faktor-faktor ini adalah:
a.
Usia
(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b.
Obesitas
c.
Riwayat
keluarga
d.
Kelompok
etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Tipe II
dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
C.
Insiden
Penyakit degeneratif telah menjadi epidemi yang meluas
di berbagai negara di seluruh dunia. Akibatnya hampir 17 juta orang meninggal
lebih awal setiap tahun. Indonesia sebagai negara berkembang, merupakan salah
satu negara dengan prevalensi penyakit degeneratif meningkat paling cepat,
khususnya penyakit diabetes. Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah 150-200 orang setiap hari.
Itu artinya, setiap enam menit, jumlah penderita diabetes bertambah satu orang.
Pada tahun-tahun mendatang jumlah ini akan terus meningkat dengan prevalensi
penderita yaitu orang-orang usia
produktif di perkotaan (http://digilib.itb.ac.id
di akses 26 April 2015)
D.
Patofisiologi
1.
Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan
insulin absolut sehingga pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan
ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun yang
pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi
oleh limfosit T dan dapat ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau
(antibodi sel langerhans) dan insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi sel
langerhans menghilang. Namun saat sel beta pankreas telah dirusak maka produksi
insulin juga akan mengalami gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat
memproduksi insulin sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi
hiperglikemia dimana glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang
membawa masuk glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2014).
2. Tipe II
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin
(NIDDM), sebelumnya disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan
diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga
berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak
mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal
atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang
terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan
berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang
terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara
suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam
darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan
jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk
meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor,
resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting,
namun bukan merupakan penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi
genetik yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin
selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang
menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa faktor,
kelaian genetik pada protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi
penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat, Diabetes Tipe II
dapat terjadi pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama
mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada
metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes
Tipe II cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa
disertai gangguan metabolisme lemak
(Silbernalg, 2014).
E.
Tanda dan Gejala
Tanda awal
yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga
urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita
kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak
(Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas
sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf
ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara
tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat
penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi
kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan
diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan
cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang
anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II, umumnya mereka tidak mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis (Shadine, 2013).
F. Komplikasi
Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan
menjadi dua,
yaitu komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun). Kompliasi akut merupakan
kompliasi yang harus ditindak cepat atau memerlukan pertolongan dengan segera. Kompliasi kronis merupakan
kompliasi yang timbul setelah
penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10tahun atau lebih.
Komplikasi akut meliputi Diabetic Ketoacidosis (DKA), koma non-ketosis hiperosmolar (koma hiperglikemia), hiperglikemia. Sementara
komlipkasi kronis meliputi komplikasi mikrovaskuler (komplikasi dimana
pembuluh-pembuluh rambut kaku atau menyempit sehingga organ yang seharusnya
mendapatkan suplai darah dari pembuluh-pembuluh tersebut menjadi kekurangan
suplai) dan dan komplikasi makrovaskuler
(komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga
terjadi aterosklerosis) (Tobing, 2016).
G. Test
Diagnostik
- Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih.
- Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok.
- Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
- Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
- Elektrolit
a.
Natrium :
Mungkin normal, meningkat atau menurun.
b.
Kalium :
Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjut-nya akan menurun.
c.
Fosfor : Lebih sering menurun.
- Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis. ISK baru).
- Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis etabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
- Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi.
- Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi ginjal).
- Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
- Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) uang mengindikasikan insufisiensi insulin / gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody).
- Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
- Urine : Gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
- Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka (Doengoes, 2000).
H.
Pencegahan
Upaya pencegahan
penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Pencegahan Primer
Cara
ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada orang atau
populasi yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan sebelum timbul tanda-tanda
klinis dengan cara :
a.
Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang
dikeluarkan seimbang disesuiakan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh,
dengan menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak karena bisa menyebabkan
penyusutan konsumsi energi. Mengkonsusmsi makanan
dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.
b.
Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada
sensitifitas insulin dan menjaga berat badan agar tetap ideal.
c.
Kerjasama dan tanggung jawab antara instansi kesehatan,
masyarakat, swasta dan pemerintah, untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat
2. Pencegahan
Sekunder
a.
Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan
segera dan efektif, sehingga komplikasi dapat dicegah.
b.
Hal ini dapat dilakukan dengan skrining, untuk
menemukan penderita sedini mungkin terutama individu/populasi.
c.
Kalaupun ada komplikasi masih reversible / kembali
seperti semula.
d.
Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan
memberikan materi penyuluhan seperti : apakah itu DM, bagaimana penatalaksanaan
DM, obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah, perencanaan makan, dan olah
raga.
3. Pencegahan
Tersier
a.
Upaya dilakukan untuk semua penderita DM untuk mencegah
komplikasi.
b.
Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi
kegagalan organ.
c.
Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan.
Strategi yang bisa dilakukan untuk pencegahan DM adalah :
1. Population/Community
Approach (Pendekatan Komunitas) :
Mendidik masyarakat menjalankan gaya hidup sehat dengan
cara
a.
Mengendalikan berat badan, glukosa darah, lipid,
tekanan darah, asam urat.
b.
Menghindari gaya hidup berisiko.
c.
Kerjasama dengan semua lapisan masyarakat.
2. Individual
High Risk Approach (Pendekatan Individu) :
a.
Umur > 40th
b.
Obesitas
c.
Hipertensi
d.
Riwayat keluarga / keturunan
e.
Dislipidemia / timbunan lemak dalam darah yang
berlebihan
f.
Riwayat melahirkan > 4 kg
g.
Riwayat DM pada saat kehamilan
I.
Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik.
1. Diet
Diet dan
pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.
Penatalaksaan nutrisi pada penderita Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai
tujuan berikut:
a. Memberikan semua unsur makanan esensial
(misalnya, vitamin, mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan
yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap
harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara-cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar
ini meningkat.
2. Latihan (olah raga)
Latihan sangat penting
dalam penatalaksanaan diabetik karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa
darah dan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan otot
juga diperbaiki
dengan
berolahraga.
3. Pemantauan Kadar Glukosa dan Keton
Pemantauan kadar glukosa darah
secara mandiri memungkinkan deteksi
dan pencegahan hipoglikemia
serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal
yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Pemantauan
kadar glukosa darah merupakan prosedur yang berguna bagi semua penderita
diabetes. Pemantauan ini merupakan dasar untuk melaksanakan terapi insulin yang
intensif dan untuk menangani kehamilan yang dipersulit oleh penyakit diabetes.
Pemeriksaan ini juga sangat dianjurkan bagi pasien-pasien dengan:
a. Penyakit diabetes yang tidak stabil
b. Kecenderungan untuk mengalami ketosis
berat atau hipoglikemia
c. Hipoglikemia tanpa gejala peringatan
d. Ambang glukosa renal yang abnormal
Bagi
penderita yang tidak menggunakan insulin, pemantauan mandiri glukosa darah
sangat membantu dalam melakukan pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet,
dan obat hipoglikemia oral. Metode ini juga dapat membantu memotivasi pasien
untuk melanjutkan terapinya. Bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II,
pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang juga dapat
menyebabkan hiperglikemia (misalnya, keadaan sakit) atau hipoglikemia (misalnya, peningkatan aktifias berlebihan)
4. Terapi Insulin
Pada
Diabetes Mellitus tipe II insulin mungkin
diperlukan seabgai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa
darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
Disamping itu, sebagian pasien Diabetes Mellitus tipe II yang biasanya
mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat oral kadang membutuhkan
insulin secara temporer selama mengalami sakit, kehamilan, pembedahan, atau
beberapa kejadian stress lainnya. Preparat insulin dapat dikelompokkan kedalam
tiga kategori utama, yaitu:
a. Insulin regular (R) / Short acting Insulin
b. NPH Insulin / Intermediate acting Insulin,
Lente Insulin (L)
c. Ultralente Insulin (UL) / Long acting
Insulin.
5. Pendidikan / Penyuluhan
Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes
bertujuan untuk menunjang perilaku meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal dan
penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Sasaran
penyuluhan adalah pasien diabetes beserta keluarganya, orang-orang yang beraktivitas
bersama-sama dengan pasien sehari-hari baik di lingkungan rumah maupun
lingkungan lain. Pada pasien Diabetes Mellitus tipe II yang beru terdeteksi,
pendidikan dasar tentang diabetes harus mencakup informasi tentang ketrampilan
preventif, antara lain:
a. Perawatan kaki
b. Perawatan mata
c. Higiene umum (misalnya, perawatan kulit,
kebersihan mulut)
d. Penanganan faktor resiko (mengendalikan
tekanan darah dan kadar lemak darah, menormalkan kadar glukosa darah).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Diabetes Melitus adalah penyakit
metabolisme yang merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
- Ada
beberapa penyebab Diabetes Mellitus yakni : Faktor Genetik, Faktor Imunologi, Faktor
Lingkungan, Usia, Obesitas dan Riwayat keluarga
- Insiden Diabetes Mellitus di Indonesia bertambah 150-200 orang setiap hari. Itu artinya, setiap enam menit, jumlah penderita diabetes bertambah satu orang. Pada tahun-tahun mendatang jumlah ini akan terus meningkat dengan prevalensi penderita yaitu orang-orang usia produktif di perkotaan
- Tanda awal yang dapat diketahui bahwa
seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek
peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering
dilebung atau dikerubuti semut.
- Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu komplikasi bersifat akut dan kronis (menahun).
6. Upaya
pencegahan penyakit diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara: Pencegahan Primer, Pencegahan Sekunder dan
Pencegahan Tersier.
- Penatalaksanaan diabetes mellitus bisa
dilakukan dengan cara : Diet, Latihan (olah raga), Pemantauan Kadar Glukosa dan
Keton, Terapi Insulin dan Pendidikan
/ Penyuluhan.
B. Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Selalu berhati-hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan
istirahat yang cukup.
2.
Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering
mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu manis. Karena itu dapat
menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, 2014. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta:
EGC.
Christmastuti Nur, 2016. Sarana Deteksi
Penyakit Diabetes Dengan Sampel Saliva (Studi Kasus Di Bandung Indah Plaza)
http://digilib.itb.ac.id (Online) Diakses 01Agustus 2016.
Dinkes Sulsel, 2015. Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2014. Dinkes Sulsel.
Kemenkes, 2013. Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pembangunan
Kesehatan : Jakarta.
Liputan6, 2016. Diabetes
Melitus, Indonesia Duduki Peringkat ke-4 Dunia. http://health.liputan6.com (Online) Diakses 01Agustus 2016.
Marrelli, 2016. Buku Saku
Dokumentasi Keperawatan. Jakarta :
EGC
Shadine, 2013. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung. Jakarta : Keenbooks.
Silbernalg, 2014. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta : EGC.
Tapan, 2015. Penyakit
Degeneratif. Jakarta :
Elex Media Komputindo.
Tobing, 2016. Care
Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus.
|
No comments:
Post a Comment