BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional, yaitu untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Tujuan
pembangunan kesehatan telah ditetapkan dalam UU RI No. 23 tahun 1992 pasal 3
yaitu pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Salah satu penyakit akibat gangguan pencernaan yang
sering ditemukan pada anak ialah penyakit diare. Penyakit diare masih merupakan
masalah kesehatan utama pada anak khususnya terjadi di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri, angka kematian pada anak akibat diare
masih cukup tinggi meski sudah ada penurunan jika dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada anak setelah
pneumonia. Berdasarkan laporan kader dan
fasilitator kesehatan, angka kematian diare pada penduduk umum mencapai 23,57
per 1.000 penduduk, dimana angka penyakit tertinggi terjadi pada anak usia 3
bulan sampai 2 tahun. (www.bmf.litbang.depkes.go.id).
Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kematian, malnutrisi,
ataupun kesembuhan pada pasien penderita diare. Diare disebabkan faktor cuaca,
lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang
memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare
umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger. Pada
balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa dikarenakan
komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa. Jika
terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya
yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah
dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010,
ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang
dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di
udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
(lifestyle.okezone.com).
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis
menyusun makalah dengan judul “DIARE”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menganggap
perlu adanya rumusan masalah yang
dijadikan sebagai pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut :
1.
Apakah yang dimaksud diare?
2.
Apa sajakah penyebab diare ?
3.
Bagaimana patofisiologi terjadinya diare ?
4.
Sebutkan tanda dan gejala diare ?
5.
Apa akibat dari penyakit diare ?
6.
Bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit diare ?
7.
Sebutkan upaya penanganan penyakit diare ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian diare.
2.
Mengetahui penyebab diare.
3.
Mengetahui
patofisiologi terjadinya diare.
4.
Mengetahui tanda dan gejala diare.
5.
Mengetahui akibat dari penyakit diare.
6.
Mengetahui cara pencegahan terhadap penyakit diare.
7.
Mengetahui upaya penanganan terhadap penyakit diare.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Diare
adalah defekasi lebih dari 3 kali sehari dengan / tanpa darah dan atau lender
dalam tinja. (Mansjoer, Arif M. dkk. 2000. Hal : 470)
2. Diare
adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 200
g/hari) dan konsistensi (feses cair). (Smeltzer, Susanna C, 2002. Hal : 1093)
3. Diare
adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus,
dan pathogen parasitic. (Donna L. Wong, 2004. Hal : 492)
4. Diare
adalah keadaan frekuensi buang air besar
lenih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah atu
lender saja. (Ngastiyah, 2005. Hal : 224)
5. Diare
adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
lender darah. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006. Hal : 12)
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa “diare adalah suatu keadaan kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan karena frekuensi buang air besar dengan konsistensi cair
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan atau tanpa
lender darah”.
B. Klasifikasi Diare
1.
Menurut pedoman dari lab /UPF ilmu kesehatan anak Universitas Airlangga
diare dapat dikelompokan menjadi :
a.
Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak dan
berlangsung paling lama 3-5 hari
b.
Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari
7 hari
c.
Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari
2.
Menurut pedoman MTBS diare dikelompokan atau
diklasifikan menjadi :
a.
Diare akut terbagi atas
1)
Diare dengan dehidrasi berat
2)
Diare dengan dehidrasi ringan / sedang
3)
Diare tanpa dehidrasi
b.
Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau
lebih, terbagi atas :
1)
Diare persisten
dengan dehidrasi
2)
Diare persisten tanpa dahidrasi
3)
Disentri apabila
diare berlangsung disertai dengan darah
C. Penyebab
Menurut Ngastiyah (2005). Hal : 224, penyebab diare
dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1.
Faktor infeksi
1) Infeksi enteral,
infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak. Infeksi enteral ini meliputi :
a)
Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersenia, Aeromonas dan sebagainya.
b)
Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO
(oxgackie, Poliomyelits), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
c)
Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris,
Oxyuris, Strong lordes). Protozoa (entamoeba histolotica, giardia lamblia,
trichomonas homonis), Jamur (candida albicans).
2) Infeksi
parenteral : infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti atitis media akut tonsilitis/tonsilofaxingitis,
branchopheumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor
malabsorbsi
1) Malabsorbsi
karbohidrat : disakarida (intolerasisi laktosa, maltosa,
sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
2) Malabsorbsi
lemak
3) Malabsorbsi
protein
c. Faktor
makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor
psikologis, rasa takut dan cemas (jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar)
D. Insiden
Menurut Betz, C.L (2009). Hal : 190, insiden diare :
1.
Diare adalah penyakit utama kedua yang paling sering
menyerang anak-
anak (flu adalah yang pertama).
2.
Sekitar separuh dari semua kasus diare terjadi dalam 3
sampai 4 bulan pada puncak musim dingin.
3.
Angka penyakit tertinggi terjadi pada anak antara usia
3 bulan sampai 2 tahun
4.
Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita diare
daripada bayi yang mendapat susu formula, antibodi maternal terhadap sejumlah
patogen enterik dipindahkan melalui ASI.
E. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan factor diantaranya (A. Aziz Alimun Hidayat, 2006. Hal : 12) :
1. Faktor
infeksi :
Proses
ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang
dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan
elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan system
transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2. Faktor
malabsorpsi :
Merupakan
kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3. Faktor
makanan :
Ini dapat terjadi apabila
toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik, sehingga terjadi peningkatan
peristaltic usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan
yang kemudian menyebabkan diare.
4. Faktor
psikologis :
Dapat mempengaruhi
terjadinya peningkatan peristaltic usus yang akhirnya mempengaruhi proses
penyerapan makanan yang dapat menebabkan diare.
F. Tanda dan Gejala
Menurut Betz, C.L (2009). Hal : 190, bahwa gejala yang sering timbul pada
penderita diare adalah :
1. Konsistensi
feses cair (daire) dan frekuensi defekasi meningkat.
2. Muntah
(umumnya tidak lama)
3. Demam
(mungkin ada atau tidak)
4. Kram
abdomen, tenesmus
5. Fontanel
cekung (bayi)
6. Berat
badan turun
7. Malaise
G. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005). Hal : 225), Akibat diare, kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi
(ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan
hipovolemik
3. Hipokalemia
(dengan gejala mereorisme, hipotoni otot. Lemah. Bradikardi).
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi
sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.
6. Kejang,
terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi
energi protein
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Betz, C.L (2002). Hal : 190, bahwa pemeriksaan diagnostik diare
yaitu :
1.
Darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah (
lebih sering pada yang bacteria)
2.
Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau
pus pada feses
3.
Hitung darah lengkapdengan diferensial
4.
Uji antigen immunoassay
enzim : Untuk memastikan adanya rotavirus
5.
Kultur feses : untuk menentukan pathogen
6.
Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
7.
Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
8.
Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena
dehidrasi, organism Shigella keluar
melalui urine)
I. Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
-
Primary Prevention (promosi kesehatan dan
pencegahan khusus)
-
Secondary Prevention (diagnosis dini serta
pengobatan yang tepat)
-
Tertiary Prevention (pencegahan terhadap cacat
dan rehabilitasi)
- Pencegahan
Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat
ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu.
a.
Penyediaan Air Bersih
Air dapat juga menjadi
sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat
berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar penyakit,
bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan
dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit
(Soemirat, 1996).
Untuk mencegah
terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi
atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan
kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus ditampung dalam
wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung
yang bersih, dan untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau
oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila
dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air besih (Andrianto,
1995).
b.
Tempat Pembuangan Tinja
Untuk mencegah
kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus
dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi
syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air
permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah
digunakan dan dipelihara, dan murah (Notoatmodjo, 1996).
Tempat pembuangan tinja
yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare
berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang
mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo,
2003). Menurut hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak balita berasal dari
keluarga yang menggunakan jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki septik,
prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga yang
menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9 % di
desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluaga yang mempergunakan sungai
sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota dan 12,7% di desa.
c.
Status Gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan
kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto,
1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi. Menurut Gibson (1990)
metode penilaian tersebut adalah;
1)
Konsumsi makanan
2)
Pemeriksaan laboratorium
3)
Pengukuran antropometri
4)
Pemeriksaan klinis
Metode-metode ini dapat digunakan secara
tunggal atau kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.
d.
Kebiasaan Mencuci Tangan
Diare merupakan salah
satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan perilaku hidup
sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang
tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum.
Pada penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat
tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke
tubuh manusia.
e.
Imunisasi
Diare sering timbul
menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare
oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan
(Depkes RI, 2006). Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin
setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat
pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini
sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi
campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG
untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri,
pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit
polio (Depkes RI, 2006).
- Pencegahan
Sekunder
Pencegahan tingkat
kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang terancam
akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat
dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi.
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak
faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang
diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi
tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri
atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang
membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan
mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan
menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri,
parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum
sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
- Pencegahan
Tertier
Pencegahan tingkat
ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan kematian
akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian
fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan
usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit
diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan
bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap
mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan
dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain
diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan
kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman
sepermainan.
J. Penatalaksanaan Medis
Menurut Ngastiyah (2005). Hal : 227, dasar pengobatan diare adalah :
1.
Pemberian cairan
a.
Cairan per oral .
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NACL dan NAHCO3, KCL,dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L.
pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang kadar Natrium
50-60 mEq/L. formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat
dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NACL
dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk pengobatan
sementara di rumah sebelum dibawah berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan
untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
b.
Cairan parenteral .
Jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnyan
untuk bayi atau pasien yang MEP.
2.
Pengobatan dietetik
a.
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun
dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan :
1)
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tak jenuh).
2)
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim).
3)
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan.
b.
Cara memberikannya :
1)
Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan
peroral. Bila diberi ASI / susu formula tapi masih diare diberikan oralit
selang-selang.
2)
Hari 2 – 4 : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
3)
Hari 5 : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan.
Kembali susu atau makanan biasa.
3.
Obat-obatan
a.
Obat anti sekresi :
dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 –
1 mg /kg bb /hari.
b.
Obat spasmolitik.
c.
Antibiotik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) denganjumlah
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi
defekasi. Penyalitm diare ditimbulkan oleh makanan, miniman, virus dan bakteri,
dan juga alkohol. Kuman penyakit diare ditularkan melalui air dan makanan,
tangan yang kotor, berak sebarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu;
diare aku dan kronik. Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer,
biasanya 3x atau lebih dalam sehari, disertai muntah, badan lesu dan lemah,
tidak mau makan, panas. Bahaya dari pada diare itu adalah banyaknya kehilangan
cairan tubuh, dan menyebabkan kematian.
Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi
minuman, larutan Oralit, biasanya juga larutan gula, garam (LGG). Yang harus
diperhatikan dalam pemberian makanan dan minuman pada penderita diare yaitu jangan
dipuaskan, ,pemberian ASI, pemberian air sayur, buah bila penderita menimbulkan
gejala diare. Cara pencegahan penyakit diare yaitu dengan cara pemberian ASI,
makanan, pemakaian air bersih, berak pada tempatnya, kebersihan perorangan,
kebersihan makanan dan minuman.
B. Saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari
pada diare tersebut, maka kita harus dapat menyadari betapa pentingnya
kebersihan dalam diri dan lingkunyan. Oleh karena itu, kita berharap dengan
adanya kesadaran, semua masyarakat mau bergotong royong untuk membersihkan dan
memelihara lingkunyam dengan baik. Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup
bersih dapat diwujudkan bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Betz, C.L, (2009), Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi
5, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J, (2006), Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, EGC,
Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul A. (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 1 dan
2, Edisi 1, Jakarta
Mansjoer, A, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid Pertama, Media Aesculapius,
Jakarta.
Ngastiyah, (2005), Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, EGC,
Jakarta.
Smeltzer & Bare C, (2001), Buku Ajar Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, Edisi 8 Volume 2, EGC, Jakarta.
Wilkinson, J.M, (2007), Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
intervensi NIC dan criteria hasil NOC, Edisi 7. EGC, Jakarta
Wong, Donna L. (2004), Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi
4, EGC, Jakarta
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,
Pencipta danPemelihara alam semesta ini, atas karunianya kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Diare”.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam
pembahasan makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi
untuk itubesar harapan kami akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung
untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pembimbing yang telah memberi arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa
untuk rekan rekan mahasiswa kami ucapkan terima kasih semoga apa yang saya
susun bermanfaat.
Watampone, 22 Desember 2015
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
........................................................................................1
B.
Rumusan Masalah
...................................................................................2
C.
Tujuan
Penulisan.....................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian ……………………….……………………………………..3
B.
Klasifikasi……………………………………..………………………..3
C.
Etiologi……………………………………...………….………………4
D.
Insiden ……………………………………………..………….……….5
E.
Patofisiologi…………………………………………………...………..5
F.
Manifestasi klinis……………..…………………………..…………….6
G.
Komplikasi…………………………………….……..…………………6
H.
Pemeriksaan diagnostik……………………………….………………..7
I.
Pencegahan…………………………………………….……………….7
J.
Penatalaksanaan medis…………………………...……………...……11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
...........................................................................................13
B.
Saran......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
|
MAKALAH
PENYAKIT YANG ADA DI MASYARAKAT
“D I A R E”

Disusun Oleh :
NAMA : SITTI FATIMAH
KELAS : X II
NIS : 395.13
SMK KESEHATAN TERPADU BINA SEHAT
W A T A M P O N E
|
2015/2016
No comments:
Post a Comment