Thursday, 25 May 2017

MAKALAH PENYAKIT YANG ADA DI MASYARAKAT “D I A R E”

BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yaitu untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Tujuan pembangunan kesehatan telah ditetapkan dalam UU RI No. 23 tahun 1992 pasal 3 yaitu pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Salah satu penyakit akibat gangguan pencernaan yang sering ditemukan pada anak ialah penyakit diare. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak khususnya terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri, angka kematian pada anak akibat diare masih cukup tinggi meski sudah ada penurunan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada anak setelah pneumonia. Berdasarkan  laporan kader dan fasilitator kesehatan, angka kematian diare pada penduduk umum mencapai 23,57 per 1.000 penduduk, dimana angka penyakit tertinggi terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 2 tahun. (www.bmf.litbang.depkes.go.id).
Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kematian, malnutrisi, ataupun kesembuhan pada pasien penderita diare. Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger. Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa. Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis menyusun makalah dengan judul “DIARE”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menganggap perlu adanya rumusan  masalah yang dijadikan sebagai pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud diare?
2.      Apa sajakah penyebab diare ?
3.      Bagaimana patofisiologi terjadinya diare ?
4.      Sebutkan tanda dan gejala diare ?
5.      Apa akibat dari penyakit diare ?
6.      Bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit diare ?
7.      Sebutkan upaya penanganan penyakit diare ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui  pengertian diare.
2.      Mengetahui penyebab diare.
3.      Mengetahui  patofisiologi terjadinya diare.
4.      Mengetahui tanda dan gejala diare.
5.      Mengetahui akibat dari penyakit diare.
6.      Mengetahui cara pencegahan terhadap penyakit diare.
7.      Mengetahui upaya penanganan terhadap penyakit diare.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian
1.      Diare adalah defekasi lebih dari 3 kali sehari dengan / tanpa darah dan atau lender dalam tinja. (Mansjoer, Arif M. dkk. 2000. Hal : 470)
2.      Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi (feses cair). (Smeltzer, Susanna C, 2002. Hal : 1093)
3.      Diare adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. (Donna L. Wong, 2004. Hal : 492)
4.      Diare adalah  keadaan frekuensi buang air besar lenih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah atu lender saja. (Ngastiyah, 2005. Hal : 224)
5.      Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006. Hal : 12)
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa “diare adalah suatu keadaan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan karena frekuensi buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan atau tanpa lender darah”.

B.     Klasifikasi Diare

1.      Menurut pedoman dari lab /UPF  ilmu kesehatan anak Universitas Airlangga diare dapat dikelompokan menjadi :
a.       Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling  lama 3-5 hari
b.      Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari
c.       Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari
2.      Menurut pedoman MTBS diare dikelompokan atau diklasifikan menjadi :
a.       Diare akut terbagi atas
1)      Diare dengan dehidrasi berat
2)      Diare dengan dehidrasi ringan / sedang
3)      Diare tanpa dehidrasi
b.      Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas :    
1)       Diare persisten dengan dehidrasi
2)      Diare persisten tanpa dahidrasi
3)       Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah

C.    Penyebab
Menurut Ngastiyah (2005). Hal : 224, penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1.      Faktor infeksi
1)   Infeksi enteral, infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
a)      Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersenia, Aeromonas  dan sebagainya.
b)      Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO (oxgackie, Poliomyelits), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
c)      Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, Oxyuris, Strong lordes). Protozoa (entamoeba histolotica, giardia lamblia, trichomonas homonis), Jamur (candida albicans).
2)   Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti atitis media akut tonsilitis/tonsilofaxingitis, branchopheumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b.   Faktor malabsorbsi
1)   Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerasisi laktosa, maltosa,
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
2)   Malabsorbsi lemak
3)   Malabsorbsi protein
c.   Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d.   Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)

D.    Insiden
Menurut Betz, C.L (2009). Hal : 190, insiden diare :
1.      Diare adalah penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak-
anak (flu adalah yang pertama).
2.      Sekitar separuh dari semua kasus diare terjadi dalam 3 sampai 4 bulan pada puncak musim dingin.
3.      Angka penyakit tertinggi terjadi pada anak antara usia 3 bulan sampai 2 tahun
4.      Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita diare daripada bayi yang mendapat susu formula, antibodi maternal terhadap sejumlah patogen enterik dipindahkan melalui ASI.

E.     Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan factor diantaranya (A. Aziz Alimun Hidayat, 2006. Hal : 12) :
1.      Faktor infeksi :
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan system transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2.      Faktor malabsorpsi :
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3.      Faktor makanan :
Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik, sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.
4.      Faktor psikologis :
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menebabkan diare.

F.     Tanda dan Gejala
Menurut Betz, C.L (2009). Hal : 190, bahwa gejala yang sering timbul pada penderita diare adalah :
1.      Konsistensi feses cair (daire) dan frekuensi defekasi meningkat.
2.      Muntah (umumnya tidak lama)
3.      Demam (mungkin ada atau tidak)
4.      Kram abdomen, tenesmus
5.      Fontanel cekung (bayi)
6.      Berat badan turun
7.      Malaise

G.    Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005). Hal : 225), Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :
1.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.      Renjatan hipovolemik
3.      Hipokalemia (dengan gejala mereorisme, hipotoni otot. Lemah. Bradikardi).
4.      Hipoglikemia
5.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.
6.      Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7.      Malnutrisi energi protein

H.    Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Betz, C.L (2002). Hal : 190, bahwa pemeriksaan diagnostik diare yaitu :
1.      Darah samar feses : untuk memeriksa adanya darah ( lebih sering pada yang bacteria)
2.      Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau pus pada feses
3.      Hitung darah lengkapdengan diferensial
4.      Uji antigen immunoassay enzim : Untuk memastikan adanya rotavirus
5.      Kultur feses : untuk menentukan pathogen
6.      Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
7.      Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
8.      Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi, organism Shigella keluar melalui urine)

I.       Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
-          Primary Prevention (promosi kesehatan dan pencegahan khusus)
-          Secondary Prevention (diagnosis dini serta pengobatan yang tepat)
-          Tertiary Prevention (pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi)
  1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu.
a.       Penyediaan Air Bersih
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit (Soemirat, 1996).
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air besih (Andrianto, 1995).
b.      Tempat Pembuangan Tinja
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah (Notoatmodjo, 1996).
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2003). Menurut hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak balita berasal dari keluarga yang menggunakan jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9 % di desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluaga yang mempergunakan sungai sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota dan 12,7% di desa.
c.       Status Gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto, 1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi. Menurut Gibson (1990) metode penilaian tersebut adalah;
1)      Konsumsi makanan
2)      Pemeriksaan laboratorium
3)      Pengukuran antropometri
4)      Pemeriksaan klinis
Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.
d.      Kebiasaan Mencuci Tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.
e.       Imunisasi
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006). Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).
  1. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
  1. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.

J.      Penatalaksanaan Medis
Menurut Ngastiyah (2005). Hal : 227, dasar pengobatan diare adalah :
1.      Pemberian cairan
a.       Cairan per oral .
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NACL dan NAHCO3, KCL,dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang kadar Natrium 50-60 mEq/L. formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NACL dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula, untuk pengobatan sementara di rumah sebelum dibawah berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
b.      Cairan parenteral .
Jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnyan untuk bayi atau pasien yang MEP.
2.      Pengobatan dietetik
a.       Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan :
1)      Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh).
2)      Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
3)      Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
b.      Cara memberikannya :
1)      Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI / susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-selang.
2)      Hari 2 – 4 : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
3)      Hari 5 : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.
3.      Obat-obatan
a.       Obat anti sekresi :  dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
b.      Obat spasmolitik.
c.       Antibiotik



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) denganjumlah yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi. Penyalitm diare ditimbulkan oleh makanan, miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman penyakit diare ditularkan melalui air dan makanan, tangan yang kotor, berak sebarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu; diare aku dan kronik. Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer, biasanya 3x atau lebih dalam sehari, disertai muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya dari pada diare itu adalah banyaknya kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan kematian.
Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi minuman, larutan Oralit, biasanya juga larutan gula, garam (LGG). Yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan dan minuman pada penderita diare yaitu jangan dipuaskan, ,pemberian ASI, pemberian air sayur, buah bila penderita menimbulkan gejala diare. Cara pencegahan penyakit diare yaitu dengan cara pemberian ASI, makanan, pemakaian air bersih, berak pada tempatnya, kebersihan perorangan, kebersihan makanan dan minuman.

B.     Saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari pada diare tersebut, maka kita harus dapat menyadari betapa pentingnya kebersihan dalam diri dan lingkunyan. Oleh karena itu, kita berharap dengan adanya kesadaran, semua masyarakat mau bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam dengan baik. Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih dapat diwujudkan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L, (2009), Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 5, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J, (2006), Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimul A. (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 1 dan 2, Edisi 1, Jakarta

Mansjoer, A, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid Pertama, Media Aesculapius, Jakarta.

Ngastiyah, (2005), Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Smeltzer & Bare C, (2001), Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 Volume 2, EGC, Jakarta.

Wilkinson, J.M, (2007), Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC dan criteria hasil NOC, Edisi 7. EGC, Jakarta

Wong, Donna L. (2004), Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC, Jakarta
















KATA PENGANTAR
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGBfL5HdYXWzem4rz1PoEp4FOcu0Vvc3z7LIxIEsTeZjTGzjMjiNd3-K1HAB7Vt_Kwnt8VtRGVRzW_5EnAmw72cBQccZrCgF4PJXAhST1RF_tyRxPKEpYaHWAUE0iOvS2fZKM9Rv2cwgg/s1600/Basmalah16.jpg
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Diare”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itubesar harapan kami akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberi arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa kami ucapkan terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.

Watampone, 22  Desember  2015

                                                                                                 Penyusun









i
 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ........................................................................................1
B.       Rumusan Masalah ...................................................................................2
C.       Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian ……………………….……………………………………..3
B.     Klasifikasi……………………………………..………………………..3
C.     Etiologi……………………………………...………….………………4
D.    Insiden ……………………………………………..………….……….5
E.     Patofisiologi…………………………………………………...………..5
F.      Manifestasi klinis……………..…………………………..…………….6
G.    Komplikasi…………………………………….……..…………………6
H.    Pemeriksaan diagnostik……………………………….………………..7
I.       Pencegahan…………………………………………….……………….7
J.       Penatalaksanaan medis…………………………...……………...……11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ...........................................................................................13
B.     Saran......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA







ii
 
 

MAKALAH

PENYAKIT YANG ADA DI MASYARAKAT
“D I A R E”







Disusun Oleh :

NAMA : SITTI FATIMAH
KELAS  : X II
NIS : 395.13






SMK KESEHATAN TERPADU BINA SEHAT
W A T A M P O N E

 
2015/2016

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...