Thursday, 25 May 2017

MAKALAH ELEKTROKARDIAGRAM (EKG)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Elektrokardiografi (EKG) adalah pemantulan aktivitas listrik dari serat-serat  otot jantung secara goresan. Dalam perjalanan abad ini, perekaman EKG sebagai cara pemeriksaan tidak invasif, sudah tidak dapat lagi dihilangkan dari klinik. Sejak di introduksinya galvanometer berkawat yang diciptakan oleh Einthoven dalam tahun 1903, galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan rekor perangkat sangat peka dapat merekam setiap perbedaan tegangan yang kecil sebesar milivolt.
Perbedaan  tegangan  ini  terjadi  karena  luapadari  serat-serat  otot jantung. Perbedaan tegangan ini dirambatkan ke permukaan tubuh dan diteruskan ke sandapan-sandapan dan kawat ke perangkat penguat EKG. Aktivitas listrik mendahului penguncupan sel otot. Tidak ada perangkat pemeriksaan sederhana yang begitu banyak mengajar pada kita mengenai fungsi otot jantung selain daripada EKG.
Dengan demikian masalah-masalah diagnostik penyakit jantung dapat dipecahkan dan pada gilirannya pengobatan akan lebih sempurna. Namun kita perlu diberi peringatan bahwa EKG itu walaupun memberikan banyak masukkan, tetapi hal  ini  tak  berarti tanpa salah. Keluhan dan  pemeriksaan klinik penderita tetap merupakan hal yang penting. EKG seorang penderita dengan Angina Pectoris dan pengerasaan pembuluh darah koroner dapat memberikan rekaman yang sama sekali normal oleh karena itu EKG harus selalu dinilai dalam hubungannya dengan keluhan-keluhan dan keadaan klinis penderita.
Pada waktu sekarang, EKG sebagai perangkat elektronis sederhana sudah digunakan secara luas pada praktek-praktek dokter keluarga, rumah-rumah perawatan, dalam perusahaan, pabrik-pabrik atau tempat-tempat pekerjaan lainnya. Dengan demikian  pemeriksaan  EKG  dapat  secara  mudah  dan  langsung  dilakukan  pada penderita-penderita yang dicurigai menderita penyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak ditemukan dan banyak menyebabkan kematian.
Bila dideteksi dini, banyak penyakit yang dapat ditolong pada waktu yang tepat untuk menghindari komplikasi jangka pendek maupun panjang, bahkan kematian. Tentu saja interpretasi EKG harus baik. Ditambah keterampilan mendapatkan riwayat penyakit (anamnesis) yang baik, tidak diragukan lagi bahwa interpretasi EKG akurat dapat menjadi senjata ampuh dalam diagnosis banyak penyakit.1

B.     Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud EKG dan bagaimana kelainan-kelain kompleks Pada Beberapa Penyakit?

C.    Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang EKG dengan kelainan-kelainannya.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian EKG
Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung.  Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.
Elektrokardiogram (EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan posisi lead  pada tubuh, informasi tentang kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik pada EKG.
Elektrokardiogram adalah bagian penting dari evaluasi awal pasien yang diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem, elektroda dapat diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul. Kabel digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Aktivitas listrik yang diciptakan oleh pasien jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian dicetak pada kertas grafik khusus. Ini kemudian ditafsirkan oleh dokter. Ini membutuhkan waktu beberapa menit untuk menerapkan elektroda EKG, dan satu menit untuk membuat rekaman yang sebenarnya.

B.     Kegunaan EKG
EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus penting untuk penatalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu mendiagnosis
penyebab sesak nafas.
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluasi terhadap EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya.
1.      Kelainan Kecepatan
Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG dikalibrasikan ke kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut per menit dikenal sebagai takikardia (cepat), sedangkan denyut yang lambat yang kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardi (lambat).
2.      Kelainan Irama
Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal dan urutan eksitasi jangtung disebut aritmia.
a.       Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit.
b.      Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.
c.       Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot ventrikel memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak terkoordinasi.
3.      Miopati Jantung
Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati jantung (kerusakan otot jantung).
Jadi pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonale, emboli paru, mixedema.

C.    Bentuk Gelombang Dan Interval EKG
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium. Gelombang – gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal dan voltase vertikal. Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut :
1.      Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik yang berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P dalam keadaan normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. misalnya, irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.
2.      Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval PR yang abnormal menandakan adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut bloks jantung tingkat pertama.
3.      Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar cukuop cepat, normalnya lamanya komplek QRS adalah antara 0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas cabang (bundle branch block) akan melebarkan kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia juga akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang mempercepat penyebaran impuls melalui ventrikel di pintas. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama massa depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada elektrokardiografi.
 










    Gambar 1. Gelombang  Normal pada EKG
4.      Segmen ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak tertangkap pada EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis akan menurunkan segmen ST.

5.      Gelombang T
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum) akan mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T.
 









Gambar 2. Variasi Kompleks QRS
6.      Interval QT
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata – rata adalah 0,36 sampai 0, 44 cdetik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian obat – obat antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone).

D.    Sistematika Interpretasi EKG
1.   IRAMA
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS didahului oleh gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak berarti irama asinus.1,2
2.   LAJU QRS (QRS RATE)
Pada irama sinus laju QRS normal berkisar antara 60 – 100 kali/menit, kurang
dari 60 kali disebut sinus bradikardi, sedangkan lebih dari 100 kali disebut sinus takikardi.1,2,3
3.   REGULARITAS
     EKG normal selalu regular. Irama yang tidak reguler ditemukan pada fibrilasi atrium atau pada keadaan banyak ditemukan ekstrasistol. Regularitas ditentukan dengan kesamaan jarak antara puncak R ke R’ gelombang selanjutnya.
4.   AKSIS
Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -30 disebut deviasi aksis kiri, lebih dari +110 disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari +180 disebut aksis superior.1,3
     Kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis underterminable, misalnya pada EKG di mana defleksi porsitif dan negatif pada kompleks QRS di semua sadapan sama besarnya.
5.   GELOMBANG P
     Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Normalnya 2.5 mm x 2.5 mm (2.5 kotak kecil x 2.5 kotak kecil).
6.   INTERVAL PR
     Interval PR normal adalah kurang dari 0.2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut AV blok derajat satu. Kurang dari 0.1 detik disertai adanya gelombang delta menunjukkan Wolf-Parkinson-White Syndrome.
7.   KOMPLEKS QRS
     Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial infarction. Gelombang R yang tinggi di sadapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan atau infrak dinding posterior. Gelombang R yang tinggi di sadapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sadapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri.1,4
     Interval QRS yang lebih dari 0.1 detik harus dicari apakah adalah right branch bundle block, left bundle branch block atau ekstrasistol ventrikel.
8.   SEGMEN ST
     Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian jantung sesuai hasil bacaan tiap sadapan). Depresi segmen ST menandakan iskemia.
9.   GELOMBANG T
     Gelombang T yang datar (Flat T) menandakan iskemia. Gelombang T terbalik (T-inverted)  menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing menandakan hiperkalemia.2,3

E.     Kelainan Kompleks Pada Beberapa Penyakit
Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara kompleks EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan adanya gambaran EKG yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu sebagai patokan, maka berikut ini disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada beberapa penyakit.
1.      Kelainan gelombang P.
Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P pada irama dan kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang tinggi, lebar dan “notched” pada sandapan I dan II : gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan V2. adanya hipertrofi atrium kiri terutama pada stenosis mitralis. Sedangkan P pulmonale ditandai dengan adanya gelombang P yang tinggi, runcing pada sandapan II dan III, dan mungkin disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada sandapan VI dan V2. Ditemukan pada korpulmonale dan penyakit jantung kongenital.
Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan tunggal gelombang P misalnya “atrial premature beat” yang bisa ditemukan pada penyakit jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul lebih cepat dari pada biasanya. Misalnya “ AV nodal premature beat” pada PJK, intoksikasi digitalis, dimana bentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.
Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks QRS. Misalnya ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi (PJH).
2.      Kelainan interval P-R
a.       Interval P-R panjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang P diikuti P-R > 0,22 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada miokarditis, intoksikasi digitalis, PJK, idiopatik. PadaAV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan normal, tetapi tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T dan T. Interval P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap jaraknya. Blok jantung A-V 2 : 1 atau 3 : 1, berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau 3P&1QRS. Tipe lain dari blok jantung ini ialah fenomena Wenkebach. Pada blok jantung tingkat III atau blok jantung komplit irama dan kecepatan gelombang P normal, irama kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat (20-40 kali permenit) dari gelombang P. jadi terdapat disosiasi komplit antara atrium dan ventrikel.
b.      Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa kelainan bentuk QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma WPW.
3.      Kelainan gelombang Q.
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya >2 mm (lebih 1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard yang nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang normal.
4.      Kelainan gelombang R dan gelombang S.
Dengan membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu gelombang S di I dan R di III menunjukkan adanya “right axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale. Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya “ left axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35 mm atau gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.
5.      Kelainan kompleks QRS
a.         Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar dan atau “notched” dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan pada PJK, PJR (Penyakit Jantung Rematik).
b.         Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi iramanya teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit jantung bawaan.
c.         Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis.
d.        Irama QRS tidak tetap.
Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya “
AV nodal premature beat”, “ventricular premature beat”. Ditemukan pada PJK dan intoksikasi digitalis. Irama kompleks QRS sama sekali tidak teratur yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan pada PJH, PJR, infark miokard dan intoksikasi digitalis.
6.      Kelainan segmen S-T.
Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman. Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF. Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4 R ditemukan pada infark ventrikel kanan.
7.      Kelainan gelombang T.
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel. Untuk itu dikemukakan beberapa patokan yaitu :
a.         Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.
b.         Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan gelombang R menyolok.
c.         Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.
d.        Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada sandapan I,II, III.
Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan seluruh gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar perubahan -perubahan yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang gelombang T sangat tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi QRS positif pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding posterior.
8.      Kelainan gelombang U.
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan yang sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.

F.     Kelainan Jantung Yang Dapat Dilihat Dengan EKG
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat beberapa kegunaan dari EKG, maka dapat dilihat beberapa gambaran kelainan jantung dengan bantuan EKG, yaitu:
1.      Pembesaran ruang
2.      Aritmia
3.      Gangguan konduksi
4.      Penyakit jantung koroner
5.      Pre-eksitasi
6.      Kelainan lain seperti: gangguan metabolik dan efek obat
Semua kelainan ini akan dijelaskan satu persatu.

1.      Pembesaran Ruang
Pada penyakit-penyakit tertentu, ruang jantung dapat membesar, lebih besar daripada normal. Dengan mengetahui terjadinya pembesaran ruang jantung, maka akan mendapatkan informasi tambahan untuk mendiagnosa penyakit tertentu.
Ada 2 pembesaran ruang yang dapat dinilai, yaitu pembesaran atrium dan ventrikel. Berikutnya, masing-masing terbagi lagi menjadi 2 bagian:
a)      Right atrium hipertropi (RAH)
Lihat di lead II
Bila ada gelombang P yang tinggi, ini disebut Peak P atau P pulmonal.
Biasanya ini terjadi pada pembesaran atrium kanan akibat penyakit paru kronis.
Description: RAH
P normal                                      P pulmonal
b)      Left atrium hipertropi (LAH)
Lihat di lead II
Bila ada gelombang P berlekuk seperti huruf “m”, ini disebut P mitral.
Biasanya ini terjadi pada pembesaran atrium kiri akibat insufisiensi mitral atau stenosis mitral.
Description: LAH
P normal                                      P mitral
c)      Right ventrikel hipertropi (RVH)
Lihat di lead I, V1, V5, V6
Gelombang S > R pada lead I
Gelombang R > S pada V1
Depresi segmen ST dan Gelombang T inverted pada V1
Gelombang S menetap pada V5 dan V6
Right axis deviation (+90o sampai +270o)
Description: gamabar ekg 12-130001
d)     Left ventrikel hipertropi (LVH)
Lihat di lead I, III, V1, V5, V6
Gelombang R pada lead I > 15mm
Gelombang R pada lead I + gelombang S pada lead III > 25mm
Gelombang R pada V5 atau gelombang R pada V6 > 26mm
Gelombang S pada V1 + gelombang R pada V5 atau glmbang R pada V6 > 35mm
2.      Aritmia
Pembahasan tentang aritmia adalah pembahasan tentang gangguan pacemaker. Disini akan dibahas pacemaker yang dominan dan bagaimana gangguan irama yang terjadi akibat terganggunya pacemaker jantung.
Irama yang terjadi mungkin berasal dari:
a)      NSA, disebut irama sinus
b)      Atrium, disebut irama atrial
c)      AV node/junction, disebut irama junctional
d)     Ventrikel, disebut irama ventrikuler
3.      Gangguan Konduksi
Gangguan konduksi adalah gangguan yang terjadi pada jaringan konduksi (jalur listrik jantung) sehingga listrik jantung tidak berjalan lancar atau berhenti di tengah jalan.terdiri : 5,7
a.       Block SA node
Gangguan pada SA node menyebabkan block SA dan sinus Arrest.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieUdypWU_c-YfvwltE6DYoWGDTpvoZji6krf-yY2okRT1gUKfvv01tTRs6znP0QgVKJTtMvEyqqV_bVXJsMG8nmu5Ur4q_fVLGC40tNlgMDmoyZ1B1t2sRaskdFcuwyXtKeNx14fl72RY/s320/New+Picture+%252824%2529.png


Gambar 15. Block SA node.6
b.      Gangguan AV Blok
1.      AV Blok derajat 1
Umumnya disebabkan karena gangguan konduksi di proximal His bundle, sering terjadi pada intoksitas digitalis, peradangan, proses degenerasi maupun varian normal . Gambar yang muncul pada EKG adalah interval PR yang melebar > 0,22 detik dan interval PR tersebut kurang lebih sama di setiap gelombang.7
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXjV19aLW_fe91V6jgsLe5nHzShMRz1OLU9eFn59MPhtb1hKSfLzQ7E8cPI7zvRLFwneSMiA85fWwiH8sXTXn2UPJ3iK_CYGM-HVU7c9yW1k06-wSN302ARBuoo4ffQ_dTph8QMAL7lEk/s320/New+Picture+%252825%2529.png
            

Gambar 16. AV Blok derajat 1.6
2.      AV Blok derajat II
            Dibagi menjadi 2 tipe :
1)      Mobitz tipe 1  (wenckebach block)
Interval PR secara progresif bertambah panjang sampai suatu ketika implus dari atrium tidak sampai ke ventrikel dan denyut ventrikel (gelombang QRS) tidak tampak, atau gelombang P tidak diikuti oleh QRS. Hal ini disebabkan karena tonus otot yang meningkat , keracunan digitalis atau iskemik.7
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF6t19PgYP4l4KemLmc791GRL1J49vTf5zKvfIjMW8q50KS2jHEt69OFUxocsxJBp8MsdKMV0jYPbY-pGBhxbMrKzxxNwqRK-48pQZ6Z2wEjoAuJODWWLzdGIjhPlBj0SyeV8E-JENaBE/s320/New+Picture+%252826%2529.png 


Gambar 17. AV Blok derajat II tipe mobitz tipe 1 6
2)      Mobitz tipe 2
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsYutNXxOL1io4_viqb58gdMccgDcYyXugYkwaBtiqTJZ6KKoH41-iPdlfqNVhY16oMDrp0rJl22Yji7lr4eHGHtsdA5knBCaOH4Qbpz2nDCWhyphenhyphenq67COo_8xkehh8eFwMdHDy0zEHwHwk/s320/New+Picture+%252827%2529.pngInterval PR tetap sama tetapi didapatkan denyut ventrikel yang berkurang. Dapat terjadi pada infark miokard akut, miokarditis, dan proses degenerasi.



Gambar 18. AV Blok derajat II tipe mobitz tipe 2 6
3.      AV Blok derajat III
Disebut juga blok jantung komplit, dimana impuls dari atrium tidak bisa sampai pada ventrikel, sehingga ventrikel berdenyut sendiri karena impuls yang berasal dari ventrikel sendiri. Gambaran EKG memperlihatkan adanya gelombang P teratur dengan kecepatan 60 – 90 kali permenit, sedangkan komplek QRS hanya 40 – 60 kali permenit. Hal ini disebabkan oleh infark miokard akut, peradangan, dan proses degenerasi. Jika menetap diperlukan pemasangan pacu jantung. 7
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJG_JNhqbbh3fv8jz-zOvV_yMGidMOP2Llh9-nvRfAY5E718Bt5peNJIiMqM6Iq95pNsDUIwLdLe9uUEFWDJdqndteK7znua6dRd46pkOJVmDKUYeznOrQoNNTqnB3jxW2bKihk9TFmZE/s320/New+Picture+%252829%2529.png



Gambar 19. Third Degree AV Block (Total AV block). 6
c.       Gangguan pada serabut HIS menyebabkan RBBB dan LBBB
Bundle Branch Block menunjukan adanya gangguan konduksi di cabang kanan atau kiri sistem konduksi, atau divisi anterior atau posterior cabang kiri. Dimana pada EKG ditemukan komplek QRS yang melebar lebih dari 0,11 detik disertai perubahan bentuk komplek QRS dan aksis QRS. Bila cabang kiri yang terkena disebut sebagai Left Bundle Branch Block (LBBB) dan jika kanan yang terkena disebut Right Bundle Branch Block (RBBB).
1)      LBBB
Pada EKG akan terlihat bentuk rsR’ atau R di lead I, aVL, V5 dan V6 yang melebar. Gangguan konduksi ini dapat menyebabkan aksis bergeser ke kiri yang ekstrim, yang disebut sebagai left anterior hemiblock (jika gangguan dicabang anterior kiri) dan left posterior hemiblock (jika gangguan dicabang posterior kiri ).
2)      RBBB
Pada EKG akan terlihat kompleks QRS yang melebar lebih dari 0,12 detik dan akan tampak gambaran  rsR’atau RSR’ di V1, V2 , sementara itu di I, aVL, V5 didapatkan S yang melebar karena
depolarisasi ventrikel kanan yang terlambat.
4.      Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner diawali oleh kurangnya asupan oksigen kepada otot jantung karena aliran darah yang melalui arteri koroner terhambat. Proses yang terjadi adalah iskemia lalu injury dan akhirnya infark.
a)      Iskemia adalah keadaan dimana otot jantung kekurangan O2 namun belum mengalami kerusakan dan dapat membaik kembali.
Gambaran khas: ST depresi sejajar dengan isoelektrik dan atau T inversi yang simetris
b)      Injury adalah fase dimana otot jantung telah mulai rusak dan dalam waktu singkat mengalami infark.
Gambaran khas: ST elevasi
c)      Infark adalah keadaan dimana otot jantung telah mengalami nekrosis atau mati.
Gambaran khas: gelombang Q patologis
Pada akut myokard infark (AMI), Q patologis disertai dengan ST elevasi dan T inversi.
Pada Old myokard infark (OMI), Q patologis, ST elevasi yang terjadi pada AMI telah menjadi isoelektrik.
Description: Letak Infark
Variasi EKG Pada Infark Miokard Dari Akut Sampai Menetap
5.      Pre-Eksitasi
Pre-eksitasi adalah keadaan dimana beberapa bagian dari ventrikel mengalami aktivasi oleh rangsangan dari NSA lebih cepat dari seharusnya.
Ini terjadi karena jalur konduksi yang dilalui rangsangan listrik bukanlah jalur yang normal. Terdapat jaringan konduktif yang dapat menghubungkan rangsangan dari atrium ke ventrikel dengan menembus cincin atrio-ventrikular sehingga terjadi percepatan rangsang melalui jaringan abnormal tersebut. Sementara itu, sebagian rangsangan tetap melalui jalur normal.
a.       Wolf Parkinson White (WPW) sindrom
Gambaran khas:
1)      Interval PR antara 0,09-0,12 detik
2)      Interval QRS memanjang (> 0,10 detik)
3)      Ada Delta wave
Description: tog250

b.      Lown Ganong Levine (LPL) sindrom
Gambaran khas:
·         Interval PR < 0,12 detik
·         QRS komplek normal





BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung.  Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.
EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus penting untuk penatalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu mendiagnosis penyebab sesak nafas. Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluasi terhadap EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya.
Jadi pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonale, emboli paru, mixedema.

B.       Saran
Dengan adanya pembelajaran tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien kita. Benar bahwa EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat ini baru betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara total.
DAFTAR PUSTAKA

Joyce dkk. 2008. Prinsip-Prinsip Sains dalam Keperawatan. Jakarta : Erlangga

Sjukri, Kabo, 2001. EKG dan Penanggulangan beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter Umum. Jakarta.

Irawan Yusuf, PhD. 2001. Sistem Kardiovaskuler. Makassar.

Price, Sylvia Anderson.2005. Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Hampton, Jhon R. 2006. Dasar-dasar EKG. Jakarta. EGC

Syaifuddin. 2006.  Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa keperawatan. Jakarta : EGC

Sudoyo. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.

Guyton, Arthur C, Jhon.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : ECG

Benson, Harold J. 2005. Anatomy and Physiology. New York : Mc Graw Hill














 
 


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah... Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Elektrokardiagram (EKG)”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dan diharapkan dengan disusunnya makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung proses asuhan keperawatan secara sederhana dan mengena pada permasalahan yang ada di masyarakat.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itubesar harapan kami akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberi arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa kami ucapkan terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.
Watampone, 17  April 2015

                                                                                                    Penyusun
                                                             SAMSINAR





i
 
 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang ..................................................................................................1
B.       Rumusan Masalah..............................................................................................2
C.       Tujuan Penulisan………………………..................…………..…..…….........2
BAB II PEMBAHASAN
A.       Pengertian EKG……………………………………………………………….3
B.       Kegunaan EKG……………………………………………………………..…3
C.       Bentuk Gelombang Dan Interval EKG……………………………....………..5
D.       Sistematika Interpretasi EKG…………………………………………………7
E.        Kelainan Kompleks Pada Beberapa Penyakit………………………...……….9
F.        Kelainan Jantung Yang Dapat Dilihat Dengan EKG……………..…………13
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan .....................................................................................................21
B.       Saran................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA







ii
 
 


MAKALAH
ELEKTROKARDIAGRAM (EKG)



OLEH :
S A M S I N A R
NIM: 1314201002






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PUANGRIMAGGALATUNG BONE

 
2015
MAKALAH
ELEKTROKARDIAGRAM (EKG)




OLEH :
RAHMAWATI
NIM: 1314201027





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PUANGRIMAGGALATUNG BONE


 
2015

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...