BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Elektrokardiografi (EKG) adalah pemantulan aktivitas listrik dari serat-serat
otot
jantung secara goresan. Dalam perjalanan abad ini, perekaman EKG sebagai cara
pemeriksaan
tidak invasif, sudah tidak dapat lagi dihilangkan dari klinik. Sejak di
introduksinya
galvanometer berkawat yang diciptakan oleh Einthoven dalam tahun
1903, galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan rekor perangkat sangat peka dapat merekam setiap perbedaan tegangan yang kecil sebesar milivolt.
Perbedaan tegangan ini
terjadi karena luapan dari serat-serat otot
jantung. Perbedaan tegangan ini dirambatkan
ke permukaan tubuh dan diteruskan ke
sandapan-sandapan dan kawat ke perangkat penguat EKG. Aktivitas listrik mendahului penguncupan sel otot.
Tidak ada perangkat pemeriksaan sederhana yang begitu banyak mengajar pada kita mengenai fungsi otot jantung selain daripada EKG.
Dengan demikian masalah-masalah diagnostik penyakit jantung dapat dipecahkan dan
pada gilirannya pengobatan akan lebih sempurna.
Namun kita perlu diberi peringatan bahwa EKG itu walaupun memberikan
banyak masukkan, tetapi hal ini
tak berarti tanpa salah. Keluhan dan
pemeriksaan klinik penderita tetap merupakan hal yang penting. EKG seorang penderita dengan Angina Pectoris dan pengerasaan
pembuluh darah
koroner dapat memberikan rekaman yang sama sekali normal oleh karena itu EKG harus selalu dinilai dalam hubungannya dengan keluhan-keluhan dan keadaan klinis
penderita.
Pada waktu sekarang, EKG sebagai perangkat
elektronis sederhana sudah digunakan
secara luas pada praktek-praktek dokter keluarga, rumah-rumah perawatan,
dalam perusahaan, pabrik-pabrik atau tempat-tempat
pekerjaan lainnya. Dengan demikian
pemeriksaan EKG
dapat
secara
mudah
dan langsung
dilakukan
pada
penderita-penderita
yang dicurigai menderita penyakit jantung dan pembuluh darah
yang banyak ditemukan dan banyak menyebabkan
kematian.
Bila dideteksi dini, banyak penyakit yang dapat ditolong
pada waktu yang tepat untuk menghindari komplikasi jangka pendek maupun
panjang, bahkan kematian. Tentu saja interpretasi EKG harus baik. Ditambah
keterampilan mendapatkan riwayat penyakit (anamnesis) yang baik, tidak
diragukan lagi bahwa interpretasi EKG akurat dapat menjadi senjata ampuh dalam
diagnosis banyak penyakit.1
B.
Rumusan
Masalah
Apakah
yang dimaksud EKG dan bagaimana kelainan-kelain kompleks Pada
Beberapa Penyakit?
C.
Tujuan
Penulisan
Untuk
mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang EKG dengan kelainan-kelainannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
EKG
Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik
jantung. Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut
sebagai gelombang P, QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan
pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.
Elektrokardiogram (EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan untuk
mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas listrik
jantung. Dengan posisi lead pada tubuh, informasi tentang
kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari
pola karakteristik pada EKG.
Elektrokardiogram adalah bagian penting dari evaluasi awal pasien yang
diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil
diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem,
elektroda dapat diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau
pinggul. Kabel digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Aktivitas
listrik yang diciptakan oleh pasien jantung diproses oleh mesin EKG dan
kemudian dicetak pada kertas grafik khusus. Ini kemudian ditafsirkan oleh
dokter. Ini membutuhkan waktu beberapa menit untuk menerapkan elektroda EKG,
dan satu menit untuk membuat rekaman yang sebenarnya.
B.
Kegunaan
EKG
EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus
penting untuk penatalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan
penatalaksanaan kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab
nyeri dada, dan ketepatan penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung
padanya. EKG dapat membantu mendiagnosis
penyebab sesak nafas.
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik
biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluasi terhadap
EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk
kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya.
1. Kelainan
Kecepatan
Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG
dikalibrasikan ke kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100
denyut per menit dikenal sebagai takikardia (cepat), sedangkan denyut yang
lambat yang kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardi (lambat).
2. Kelainan
Irama
Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal
dan urutan eksitasi jangtung disebut aritmia.
a.
Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi
atrium yang reguler tetapi cepat dengan kecepatan antara 200 sampai 300 denyut
per menit.
b.
Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium
yang cepat, ireguler, dan tidak terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.
c.
Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat
serius dengan otot-otot ventrikel memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak
terkoordinasi.
3. Miopati
Jantung
Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati
jantung (kerusakan otot jantung).
Jadi pada umumnya pemeriksaan EKG
berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu jantung, gangguan konduksi
interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA, iskemik miokard,
penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti digitalis,
kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan,
korpulmonale, emboli paru, mixedema.
C.
Bentuk
Gelombang Dan Interval EKG
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P,
QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui
sistem hantaran dan miokardium. Gelombang – gelombang ini direkam pada kertas
grafik dengan skala waktu horisontal dan voltase vertikal. Makna bentuk
gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut :
1.
Gelombang
P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal
untuk depolarisasi atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus
listrik yang berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat
terlihat pada EKG. Gelompang P dalam keadaan normal berbentuk melengkung dan
arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar
gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat
mengubah konfigurasi gelombang P. misalnya, irama yang berasal dari dekat
perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi
atrium terbalik.
2.
Interval
PR
Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks
QRS. Dalam interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan
hambatan impuls melalui nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20
detik. Perpanjangan interval PR yang abnormal menandakan adanya gangguan
hantaran impuls, yang disebut bloks jantung tingkat pertama.
3.
Kompleks
QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang
ini besar karena banyak massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik.
Namun, impuls menyebar cukuop cepat, normalnya lamanya komplek QRS adalah
antara 0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang
disebut sebagai blok berkas cabang (bundle branch block) akan melebarkan
kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia
juga akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus
yang mempercepat penyebaran impuls melalui ventrikel di pintas. Hipertrofi
ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot
jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama massa depolarisasi ventrikel. Tetapi
besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi gambaran pemulihan atrium yang
tercatat pada elektrokardiografi.

Gambar
1. Gelombang Normal pada EKG
4.
Segmen
ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi
ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi
selama periode ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak tertangkap
pada EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium
sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan digitalis
akan menurunkan segmen ST.
5.
Gelombang
T
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T.
Dalam keadaan normal gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas
pada kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia
miokardium. Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum) akan mempertinggi dan
mempertajam puncak gelombang T.
![]() |
Gambar 2. Variasi Kompleks QRS
6.
Interval
QT
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir
gelombang T, meliputi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata
– rata adalah 0,36 sampai 0, 44 cdetik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi
jantung. Interval QT memanjang pada pemberian obat – obat antidisritmia seperti
kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone).
D.
Sistematika
Interpretasi EKG
1.
IRAMA
Pertama-tama
tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS didahului oleh
gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak berarti irama asinus.1,2
2.
LAJU QRS (QRS RATE)
Pada
irama sinus laju QRS normal berkisar antara 60 – 100 kali/menit, kurang
dari
60 kali disebut sinus bradikardi, sedangkan lebih dari 100 kali disebut sinus
takikardi.1,2,3
3. REGULARITAS
EKG normal
selalu regular. Irama yang tidak reguler ditemukan pada fibrilasi atrium atau
pada keadaan banyak ditemukan ekstrasistol. Regularitas ditentukan dengan
kesamaan jarak antara puncak R ke R’ gelombang selanjutnya.
4. AKSIS
Aksis
normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -30 disebut deviasi
aksis kiri, lebih dari +110 disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari
+180 disebut aksis superior.1,3
Kadang
aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis underterminable,
misalnya pada EKG di mana defleksi porsitif dan negatif pada kompleks QRS
di semua sadapan sama besarnya.
5. GELOMBANG
P
Perhatikan
apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Normalnya 2.5 mm x 2.5 mm (2.5
kotak kecil x 2.5 kotak kecil).
6. INTERVAL
PR
Interval
PR normal adalah kurang dari 0.2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut AV blok
derajat satu. Kurang dari 0.1 detik disertai adanya gelombang delta menunjukkan
Wolf-Parkinson-White Syndrome.
7. KOMPLEKS
QRS
Adanya
gelombang Q patologis menandakan old
myocardial infarction. Gelombang R yang tinggi di sadapan V1 dan V2
menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan atau infrak dinding posterior. Gelombang
R yang tinggi di sadapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di sadapan V1
dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri.1,4
Interval
QRS yang lebih dari 0.1 detik harus dicari apakah adalah right branch bundle block, left bundle branch block atau
ekstrasistol ventrikel.
8. SEGMEN
ST
Elevasi
segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian jantung sesuai hasil
bacaan tiap sadapan). Depresi segmen ST menandakan iskemia.
9. GELOMBANG
T
Gelombang T yang datar (Flat T) menandakan iskemia. Gelombang T terbalik (T-inverted) menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang
runcing menandakan hiperkalemia.2,3
E.
Kelainan
Kompleks Pada Beberapa Penyakit
Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara
kompleks EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan
adanya gambaran EKG yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu
sebagai patokan, maka berikut ini disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada
beberapa penyakit.
1. Kelainan
gelombang P.
Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P pada irama
dan kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan gelombang P
yang tinggi, lebar dan “notched” pada sandapan I dan II : gelombang P lebar dan
bifasik pada VI dan V2. adanya hipertrofi atrium kiri terutama pada stenosis
mitralis. Sedangkan P pulmonale ditandai dengan adanya gelombang P yang tinggi,
runcing pada sandapan II dan III, dan mungkin disertai gelombang P tinggi dan
bifasik pada sandapan VI dan V2. Ditemukan pada korpulmonale dan penyakit
jantung kongenital.
Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa
kelainan tunggal gelombang P misalnya “atrial premature beat” yang bisa
ditemukan pada penyakit jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain
itu dapat ditemukan kelainan pada semua gelombang P disertai kelainan bentuk
dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat disebabkan oleh penyakit
jantung rematik (PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P lainnya berupa
tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul lebih cepat dari pada
biasanya. Misalnya “ AV nodal premature beat” pada PJK, intoksikasi digitalis,
dimana bentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan
lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.
Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS
adalah normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi
yang timbul akibat intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung
hipertensi (PJH). Gelombang P seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk
dan lamanya kompleks QRS. Misalnya ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang
dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi (PJH).
2. Kelainan
interval P-R
a.
Interval P-R panjang menunjukkan adanya keterlambatan
atau blok konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang P
diikuti P-R > 0,22 detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada
miokarditis, intoksikasi digitalis, PJK, idiopatik. PadaAV blok tingkat II
yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan normal, tetapi tidak diikuti
kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T dan T. Interval P-R
pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap jaraknya.
Blok jantung A-V 2 : 1 atau 3 : 1, berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau
3P&1QRS. Tipe lain dari blok jantung ini ialah fenomena Wenkebach. Pada
blok jantung tingkat III atau blok jantung komplit irama dan kecepatan
gelombang P normal, irama kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat (20-40 kali
permenit) dari gelombang P. jadi terdapat disosiasi komplit antara atrium dan
ventrikel.
b.
Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik
dengan atau tanpa kelainan bentuk QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi
digitalis, sindroma WPW.
3. Kelainan
gelombang Q.
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya
>2 mm (lebih 1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan
adanya miokard yang nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR
merupakan gambaran yang normal.
4. Kelainan
gelombang R dan gelombang S.
Dengan membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu gelombang
S di I dan R di III menunjukkan adanya “right axis deviation”. Kelainan ini
ditemukan pada hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung
bawaan, korpulmonale. Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan
adanya “ left axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel
kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan voltase (kriteria voltasi) dari
gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35 mm atau gelombang
R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.
5. Kelainan
kompleks QRS
a.
Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya
kompleks QRS lebar dan atau “notched” dengan gelombang P dan interval P-R
normal. Ditemukan pada PJK, PJR (Penyakit Jantung Rematik).
b.
Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa
kelainan bentuk tetapi iramanya teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok
jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit jantung bawaan.
c.
Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa
kelainan bentuk, yaitu pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi,
fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit Jantung
Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung Rematik),
infark miokard, intoksikasi digitalis.
d.
Irama QRS tidak tetap.
Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari
biasa, misalnya “
AV nodal premature beat”, “ventricular premature
beat”. Ditemukan pada PJK dan intoksikasi digitalis. Irama kompleks QRS sama
sekali tidak teratur yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan pada
PJH, PJR, infark miokard dan intoksikasi digitalis.
6. Kelainan
segmen S-T.
Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu,
sebaiknya dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu
seri perekaman. Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak
melebihi 1 mm atau depresi tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan
standar. Secara klinik elevasi atau depresi segmen S-T pada 3 sandapan standar,
biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan yang sesuai, menunjukkan
adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T merupakan petunjuk adanya
infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada sandapan
prekordial menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding
inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II,
III, dan aVF. Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan
akan tampak elevasi di hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4 R
ditemukan pada infark ventrikel kanan.
7. Kelainan
gelombang T.
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel.
Untuk itu dikemukakan beberapa patokan yaitu :
a.
Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada
setiap sandapan.
b.
Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau
II dengan gelombang R menyolok.
c.
Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.
d.
Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih
tinggi 8 mm pada sandapan I,II, III.
Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam
menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan
seluruh gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar
perubahan -perubahan yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris,
runcing, disertai segmen S-T konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard.
Kadang-kadang gelombang T sangat tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan
dimana defleksi QRS positif pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada
sandapan I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di sandapan III
menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam pada
semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T
yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark
dinding posterior.
8.
Kelainan gelombang U.
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada
sandapan yang sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.
F.
Kelainan
Jantung Yang Dapat Dilihat Dengan EKG
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa terdapat beberapa kegunaan dari EKG, maka dapat dilihat
beberapa gambaran kelainan jantung dengan bantuan EKG, yaitu:
1.
Pembesaran ruang
2.
Aritmia
3.
Gangguan konduksi
4.
Penyakit jantung koroner
5.
Pre-eksitasi
6.
Kelainan lain seperti: gangguan
metabolik dan efek obat
Semua kelainan ini akan dijelaskan
satu persatu.
1. Pembesaran Ruang
Pada
penyakit-penyakit tertentu, ruang jantung dapat membesar, lebih besar daripada
normal. Dengan mengetahui terjadinya pembesaran ruang jantung, maka akan
mendapatkan informasi tambahan untuk mendiagnosa penyakit tertentu.
Ada
2 pembesaran ruang yang dapat dinilai, yaitu pembesaran atrium dan ventrikel.
Berikutnya, masing-masing terbagi lagi menjadi 2 bagian:
a) Right
atrium hipertropi (RAH)
Lihat
di lead II
Bila ada gelombang P yang tinggi,
ini disebut Peak P atau P pulmonal.
Biasanya ini terjadi pada
pembesaran atrium kanan akibat penyakit paru kronis.

P
normal P
pulmonal
b) Left
atrium hipertropi (LAH)
Lihat
di lead II
Bila ada gelombang P berlekuk
seperti huruf “m”, ini disebut P mitral.
Biasanya ini terjadi pada
pembesaran atrium kiri akibat insufisiensi mitral atau stenosis mitral.

P
normal P
mitral
c) Right
ventrikel hipertropi (RVH)
Lihat
di lead I, V1, V5, V6
Gelombang S > R pada lead I
Gelombang R > S pada V1
Depresi segmen ST dan Gelombang T
inverted pada V1
Gelombang S menetap pada V5 dan V6
Right axis deviation (+90o
sampai +270o)

d) Left
ventrikel hipertropi (LVH)
Lihat
di lead I, III, V1, V5, V6
Gelombang R pada lead I > 15mm
Gelombang R pada lead I + gelombang
S pada lead III > 25mm
Gelombang R pada V5 atau gelombang
R pada V6 > 26mm
Gelombang S pada V1 + gelombang R
pada V5 atau glmbang R pada V6 > 35mm
2. Aritmia
Pembahasan
tentang aritmia adalah pembahasan tentang gangguan pacemaker. Disini akan
dibahas pacemaker yang dominan dan bagaimana gangguan irama yang terjadi akibat
terganggunya pacemaker jantung.
Irama
yang terjadi mungkin berasal dari:
a) NSA,
disebut irama sinus
b) Atrium,
disebut irama atrial
c) AV
node/junction, disebut irama junctional
d) Ventrikel,
disebut irama ventrikuler
3. Gangguan Konduksi
Gangguan
konduksi adalah gangguan yang terjadi pada jaringan konduksi (jalur listrik
jantung) sehingga listrik jantung tidak berjalan lancar atau berhenti di tengah
jalan.terdiri : 5,7
a. Block SA node
Gangguan pada SA node menyebabkan block SA
dan sinus Arrest.

Gambar
15. Block SA node.6
b. Gangguan
AV Blok
1.
AV Blok derajat 1
Umumnya disebabkan karena gangguan
konduksi di proximal His bundle,
sering terjadi pada intoksitas digitalis, peradangan, proses degenerasi maupun
varian normal . Gambar yang muncul pada EKG adalah interval PR yang melebar
> 0,22 detik dan interval PR tersebut kurang lebih sama di setiap gelombang.7

Gambar
16. AV Blok derajat 1.6
2.
AV Blok derajat II
Dibagi
menjadi 2 tipe :
1) Mobitz
tipe 1 (wenckebach block)
Interval PR secara progresif
bertambah panjang sampai suatu ketika implus dari atrium tidak sampai ke
ventrikel dan denyut ventrikel (gelombang
QRS) tidak tampak, atau gelombang P tidak
diikuti oleh QRS. Hal ini disebabkan karena tonus otot yang meningkat ,
keracunan digitalis atau iskemik.7

Gambar
17. AV Blok derajat II tipe mobitz tipe 1 6
2) Mobitz
tipe 2

Gambar
18. AV Blok derajat II tipe mobitz tipe 2 6
3.
AV Blok derajat III
Disebut juga blok jantung komplit, dimana impuls dari atrium tidak bisa sampai pada
ventrikel, sehingga ventrikel berdenyut sendiri karena impuls yang berasal dari ventrikel sendiri. Gambaran EKG memperlihatkan adanya
gelombang P teratur dengan kecepatan 60 – 90 kali permenit, sedangkan komplek
QRS hanya 40 – 60 kali permenit. Hal
ini disebabkan oleh infark
miokard akut,
peradangan, dan proses degenerasi. Jika menetap diperlukan pemasangan pacu
jantung. 7

Gambar
19. Third Degree AV Block (Total AV
block). 6
c. Gangguan
pada serabut HIS menyebabkan RBBB dan LBBB
Bundle
Branch Block menunjukan adanya gangguan konduksi di cabang kanan atau kiri sistem konduksi,
atau divisi anterior atau posterior cabang kiri. Dimana pada EKG ditemukan
komplek QRS yang melebar lebih dari 0,11 detik disertai perubahan bentuk
komplek QRS dan aksis QRS. Bila cabang kiri yang terkena disebut sebagai Left Bundle Branch Block (LBBB) dan jika
kanan yang terkena disebut Right Bundle
Branch Block (RBBB).
1) LBBB
Pada EKG akan terlihat bentuk rsR’
atau R di lead I, aVL, V5 dan V6 yang
melebar. Gangguan konduksi ini dapat menyebabkan aksis bergeser ke kiri yang
ekstrim, yang disebut sebagai left
anterior hemiblock (jika gangguan dicabang anterior kiri) dan left posterior hemiblock (jika gangguan
dicabang posterior kiri ).
2) RBBB
Pada EKG akan terlihat kompleks QRS
yang melebar lebih dari 0,12 detik dan akan tampak gambaran rsR’atau RSR’ di V1, V2 , sementara itu di I,
aVL, V5 didapatkan S yang melebar karena
depolarisasi ventrikel kanan yang
terlambat.
4. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit
jantung koroner diawali oleh kurangnya asupan oksigen kepada otot jantung
karena aliran darah yang melalui arteri koroner terhambat. Proses yang terjadi
adalah iskemia lalu injury dan akhirnya infark.
a) Iskemia
adalah keadaan dimana otot jantung kekurangan O2 namun belum mengalami
kerusakan dan dapat membaik kembali.
Gambaran khas: ST depresi sejajar
dengan isoelektrik dan atau T inversi yang simetris
b) Injury
adalah fase dimana otot jantung telah mulai rusak dan dalam waktu singkat
mengalami infark.
Gambaran khas: ST elevasi
c) Infark
adalah keadaan dimana otot jantung telah mengalami nekrosis atau mati.
Gambaran khas: gelombang Q
patologis
Pada akut myokard infark (AMI), Q
patologis disertai dengan ST elevasi dan T inversi.
Pada Old myokard infark (OMI), Q
patologis, ST elevasi yang terjadi pada AMI telah menjadi isoelektrik.

Variasi
EKG Pada Infark Miokard Dari Akut Sampai Menetap
5. Pre-Eksitasi
Pre-eksitasi
adalah keadaan dimana beberapa bagian dari ventrikel mengalami aktivasi oleh
rangsangan dari NSA lebih cepat dari seharusnya.
Ini
terjadi karena jalur konduksi yang dilalui rangsangan listrik bukanlah jalur
yang normal. Terdapat jaringan konduktif yang dapat menghubungkan rangsangan
dari atrium ke ventrikel dengan menembus cincin atrio-ventrikular sehingga
terjadi percepatan rangsang melalui jaringan abnormal tersebut. Sementara itu,
sebagian rangsangan tetap melalui jalur normal.
a. Wolf
Parkinson White (WPW) sindrom
Gambaran khas:
1) Interval
PR antara 0,09-0,12 detik
2) Interval
QRS memanjang (> 0,10 detik)
3) Ada
Delta wave

b. Lown
Ganong Levine (LPL) sindrom
Gambaran khas:
·
Interval PR < 0,12 detik
·
QRS komplek normal
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu
alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung. Pada EKG terlihat
bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T, sesuai
dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan
miokardium.
EKG dapat
memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus penting untuk
penatalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan
kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan
ketepatan penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG
dapat membantu mendiagnosis penyebab sesak nafas. Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola
listrik biasanya disertai oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluasi
terhadap EKG dapat memberikan informasi yang berguna mengenai status jantung,
termasuk kecepatan denyut, irama dan kesehatan otot-ototnya.
Jadi pada
umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu
jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan
jantung, IMA, iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh
obat-obatan seperti digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain
seperti penyakit jantung bawaan, korpulmonale, emboli paru, mixedema.
B. Saran
Dengan adanya pembelajaran
tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien kita. Benar bahwa EKG saja dapat dibaca
dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat ini baru betul-betul muncul bila
diintregasikan dengan penilaian klinik secara total.
DAFTAR
PUSTAKA
Joyce dkk. 2008. Prinsip-Prinsip Sains dalam Keperawatan. Jakarta :
Erlangga
Sjukri, Kabo, 2001. EKG dan Penanggulangan beberapa Penyakit
Jantung untuk Dokter Umum. Jakarta.
Irawan Yusuf, PhD. 2001. Sistem Kardiovaskuler.
Makassar.
Price, Sylvia Anderson.2005. Patofisologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta
: EGC
Hampton, Jhon R. 2006. Dasar-dasar EKG. Jakarta. EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi
Fisiologi untuk Mahasiswa keperawatan. Jakarta : EGC
Sudoyo. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta
: Interna Publishing.
Guyton, Arthur C, Jhon.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 11. Jakarta : ECG
Benson, Harold J. 2005. Anatomy and Physiology. New York :
Mc Graw Hill
|
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah... Segala puji dan
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara alam semesta
ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Elektrokardiagram
(EKG)”.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.
Makalah ini kami susun sebagai bahan
diskusi bagi mahasiswa dan diharapkan dengan disusunnya makalah ini akan
menjadi acuan untuk mendukung proses asuhan keperawatan secara sederhana dan
mengena pada permasalahan yang ada di masyarakat.
Disadari sepenuhnya masih banyak
kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan
pembahasan materi untuk itubesar harapan kami akan saran dan masukan yang
sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak
terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah memberi arahan untuk membuat
Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa kami ucapkan terima
kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.
Watampone, 17 April 2015
Penyusun
SAMSINAR
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...................................................................................................i
DAFTAR ISI
................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan
Penulisan………………………..................…………..…..…….........2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
EKG……………………………………………………………….3
B. Kegunaan
EKG……………………………………………………………..…3
C. Bentuk
Gelombang Dan Interval EKG……………………………....………..5
D. Sistematika
Interpretasi EKG…………………………………………………7
E.
Kelainan Kompleks Pada Beberapa Penyakit………………………...……….9
F.
Kelainan Jantung Yang Dapat Dilihat
Dengan EKG……………..…………13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
.....................................................................................................21
B. Saran................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
|
MAKALAH
ELEKTROKARDIAGRAM
(EKG)

OLEH :
S A M S I N A R
NIM: 1314201002
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PUANGRIMAGGALATUNG BONE
|
2015
MAKALAH
ELEKTROKARDIAGRAM
(EKG)

OLEH :
RAHMAWATI
NIM: 1314201027
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PUANGRIMAGGALATUNG BONE
|
2015
No comments:
Post a Comment