MAKALAH
G A S T R I T I S
![]() |
OLEH :
NAMA : CAMELIA MALIK
NIM : BT 15 02 007
KELAS : I A
AKADEMI
KEBIDANAN BATARI TOJA
WATAMPONE
|
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Gastritis”, yang mana makalah ini diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas di Akademi Kebidanan
Batari Toja Watampone.
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan-kekurangannya, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu,
serta sumber yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penyusunan
selanjutnya.
Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah, serta kepada semua
pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga semua amal
baik semua pihak mendapat imbalan yang belipat dari Allah SWT. amiin.
Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya.
Watampone, 12 Agustus 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN
A.
Pengertian............................................................................. 3
B.
Penyebab.............................................................................. 4
C.
Epidemiologi........................................................................ 4
D.
Patofisiologi......................................................................... 5
E.
Manifestasi
Klinik................................................................ 6
F.
Komplikasi .......................................................................... 6
G.
Test
Diagnostik .................................................................. 7
H.
Penatalaksanaan
Medis........................................................ 7
I.
Pencegahan........................................................................... 8
BAB III.. PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................... 13
B.
Saran..................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag merupakan
kondisi saat lapisan perut (mukosa) meradang. Gastritis dapat bersifat akut
atau kronis. Gastritis erosif merupakan jenis gastritis yang sering tidak
menyebabkan peradangan signifikan tetapi dapat mengikis dinding lambung.
Penderita gastritis biasanya tidak menunjukkan gejala apapun. Namun adapula
penderita gastritis yang mengalami dyspepsia berupa rasa tidak nyaman atau
nyeri pada perut bagian atas, mual atau muntah. (Utami Prapti, 2012; 104)
Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut
adalah hematemesis atau melena. Sedangkan pada gastritis kronis, komplikasinya
berupa pen-darahan saluran cerna bagian bagian atas, ulkus, perforasi dan
anemia karena gangguan absorbs vitamin B12 (anemia pernisiosa). (Suratun, 2010;
63).
Data World
Health Organzsation (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara
dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,
diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis
29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk
setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635
dari jumlah penduduk setiap tahunnya. (Ayu
Hardiani, 2016; 2)
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa
penduduk. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun 2012, merupakan salah
satu penyakit dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit
di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus 4,9 persen. (Kartikawati, 2016. http://m.inilah.com)
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah definisi dari gastritis?
2.
Apakah etiologi dari gastritis?
3.
Bagaimana patofisiologi dari gastritis?
4.
Bagaiamana manifestasi klinis pada gastritis?
5.
Apakah komplikasi pada gastritis?
6.
Bagaimana penatalaksanaan pada gastritis?
7.
Bagaimana pencegahan pada gastritis?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Memahami definisi dari penyakit gastritis.
2.
Memahami etiologi dari gatritis.
3.
Memahami patofisiologi gastritis.
4.
Memahami manifestasi klinis pada gastritis.
5.
Memahami komplikasi dari
gastritis.
6.
Memahami penatalaksanaan pada gastritis.
7.
Memahami pencegahan pada gastritis
|
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa
penuh, tidak enak pada epigastrum, mual dan muntah. (Suratun, 2010. Hal. 59).
2. Gastritis
adalah istilah umum yang mengidentifikasikan peradangan lapisan mukosa yang
sering disebabkan oleh beberapa faktor termasuk alkohol, tembakau, spices,
racun-racun, bakteri dan obat-obatan (contohnya aspirin). (Supriyatna, 2014. Hal.
148)
3. Gastritis merupakan suatu peradangan pada
mukosa lambung. (Ramayulis Rita
2016. Hal 44)
4.
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. Dalam kronologi perkembangan
gastritis kronis, gastritis superfisialis adalah stadium permulaan dan
gastritis atrofik merupakan stadium lanjutan. (Gendo Udayana, 2006. Hal. 174)
5.
Gastritis
merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik
difus, atau lokal. (Priyanto, 2008. Hal. 69)
6.
Gastritis
adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa atau submukosa lambung sebagai
mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan
lain. (Zainuddin, 2014. Hal. 98)
Berdasarkan
definisi diatas, maka penulis menyimpulkan gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris
atau nyeri pada ulu hati.
B. Etiologi
Ada
beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang menderita gastritis antara
lain yaitu :
1.
Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen (aspirin), steroid kor- tikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan
kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung.NSAIDS (nonsteroid anti inflammation drugs) dan
kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat
dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan
iritasi mukosa lambung.
2.
Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan
gaster.
3.
Terapi radiasi, refluk empedu, zat zat korosif (cuka, lada)
menyebab-kan kerusakan mukosa gaster dan
menimbulkan edema dan perdarahan.
4.
Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi
dan kerusakan susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCI lambung.
5.
Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori,
eschericia coli, salmonella dan lain lain. (Suratun, 2010. Hal: 60).
C. Epidemiologi
Badan penelitian kesehatan dunia WHO, melakukan tinjauan terhadap
beberapanegara dunia dan mendapatkan hasil persentase angka kejadian gastritis
di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk
setiap tahun. Insiden
terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekita 583.635 dari jumlah penduduk
setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada
populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada
populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis
biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal
dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. (Kartikawati, 2016)
D. Patofisiolgi
Obat-obatan, alkohol, garam
empedu, zat iritan lainnyadapat merusak mukosa lambung (gastritis erosive).
Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh
HCI dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI
akan merusak mukosa. Kehadiran HCI di mukosa lambung menstimulasi perubahan
pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast.
Histamine akan menyebabkan penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edemadan
kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung
dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu
gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya. (Suratun, 2010. Hal. 61).
Namun bila lambung sering
terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan menjadi terus menerus. Jaringan
yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung
dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang
dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau menghilang sehingga
cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara Vitamin
B12 berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Pada
akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu dinding lambung menipis
rentan
terhadap perforasi lambung dan perdarahan. (Suratun, 2010. Hal. 61)
E.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul
perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang
khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir sama seperti di bawah ini yaitu:
1.
Anoreksia.
2.
Rasa penuh.
3.
Nyeri pada epigastrium.
4.
Mual.
5.
Muntah.
6.
Sendawa.
7.
Hematemesis. (Suratun dan Lusianah, 2010, Hal.60).
F.
Komplikasi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010), komplikasi yang umum terjadi adalah
:
1. Komplikasi yang timbul pada gastritis akut
adalah hematemesis dan melena.
2. Perdarahan saluran cerna bagian atas,
ulkus, perforasi dan anemia karena
gangguan absorpsi vitamin B12
(anemia poernisiosa).
Sedangkan Menurut Muttaqim & Sari (2011).
Komplikasi pada penderita gastritis yaitu:
1.
Perdarahan pada saluran cerna bagian atas, yang
merupakan kedaruratan medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak
sehingga dapat menyebabkan kematian.
2.
Ulkus, jika prosesnya hebat.
3.
Gangguan cairan dan elektrolit.
G.
Test diagnostik
1.
Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
2.
Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui
adanya defesiensi B12.
3.
Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCL
lambung. Achlorhidria menunjukkan adanya gastritia atropi.
4.
Tes antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya
anti body sel parital dan faktor intrinsik lambung terhadap helicobacter
pylori.
5.
Endoscopy , biopsy dan pemeriksaan urin biasanya
dilakukan bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
6.
Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan
sel lambung. (Suratun, 2010.
Hal. 62)
H.
Penatalaksanaan Medik
Pada klien yang mengalami mual dan muntah anjurkan
pasien untuk bedrest, status NPO (Nothing Peroral), pemberian antiemetik
dan pasang infuse untuk mempertahankan cairan tubuh klien. Pasien biasanya
sembuh spontan dalam beberapa hari. Bila muntah berlanjut perlu dipertimbangkan
pemasangan NGT (Naso Gastric Tube). Antasida diberikan untuk mengatasi
perasaan begah (penuh) dan tidak enak di abdomen dan menetralisir asam lambung
dengan meningkatkan pH lambung sekitar 6. Antagonis H2 (seperti rantin atau
ranitidine, simetidin) dan inhibitor pompa proton (seperti omeprazole atau
lansoprazole) mampu menurunkan sekresi asam lambung. Antibiotik diberikan bila
dicurigai adanya infeksi oleh helicobacter pylori. Kombinasi dua atau tiga
antibiotik dapat diberikan untuk mengeradikasi helicobacter
pylori (seperti clarithromycin dan amoksisilin). Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa
lambung maka perlu dilakukan transfusi darah untuk mengganti
cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage (bilas)
lambung.
Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat
menjadi alternatif. Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan gastritis
adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti. Injeksi intravena
cobalamin dilakuka bila terdapat anemia pernisiosa. Fokus intervensi
keperawatan adalah bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyebab
gastritis antara lain anjurkan klen untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kafein,
teh panas, atau zat iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola
hidup sehat dan meminimalisasi stress. (Suratun, 2010. Hal. 62).
I.
Pencegahan
1. Pencegahan Primer (Primary
Prevention)
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko gastritis
bagi individu yang belum ataupun
mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat, promosi kesehatan
(Health Promotion) kepada masyarakat mengenai :
a.
Modifikasi pola hidup dimana perlu
diberi penjelasan bagaimana mengenali dan menghindari keadaan yang potensial
mencetuskan serangan gastritis .16
b.
Menjaga sanitasi lingkungan agar
tetap bersih, perbaikan sosioekonomi dan gizi dan penyediaan air bersih.7
c.
Khusus untuk bayi, perlu
diperhatikan pemberian makanan. Makanan yang diberikan harus diperhatikan
porsinya sesuai dengan umur bayi. Susu yang diberikan juga diperhatikan porsi
pemberiannya.11
d.
Mengurangi makan makanan yang
pedas, asam dan minuman yang beralkohol, kopi serta merokok.
2. Pencegahan Sekunder (Secondary
Prevention)
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan
diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagmosis and Prompt Treatment).
a.
Diagnosis Dini (Early Diagnosis)
Setiap penderita gastritis sebaiknya diperiksa dengan cermat. Evaluasi
klinik meliputi anamnese yang teliti, pemeriksaan fisik, laboratorik serta
pemeriksaan penunjang yang diperlukan, misalnya endoskopi atau ultrasonografi.
Bila seorang penderita baru
datang, pemeriksaan lengkap dianjurkan bila terdapat keluhan yang berat,
muntah-muntah telah berlangsung lebih dari 4 minggu, penurunan berat badan dan
usia lebih dari 40 tahun. Untuk memastikan penyakitnya, disamping pengamatan
fisik perlu dilakukan pemeriksaan yaitu:
1)
Laboratorium
Pemeriksaan labortorium perlu dilakukan,
setidak-tidaknya perlu diperiksa darah, urine, tinja secara rutin. Dari hasil
pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi.
Pada pemeriksaan tinja, jika cairan tampak cair berlendir atau banyak
mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorbsi. Dan pada
pemeriksaan urine, jika ditemukan adanya perubahan warna normal urine maka
dapat disimpulkan terjadi gangguan ginjal. Seorang yang diduga menderita gastritis
tukak, sebaiknya diperiksa asam
lambungnya.
2)
Radiologis
Pada tukak di lambung akan terlihat gambar
yang disebut niche yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras
media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya regular, semisirkuler,
dasarnya licin. Kanker di lambung secara radiologist akan tampak massa yang
irregular, tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung
berubah.
3)
Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sangat membantu dalam
diagnosis. Yang perlu diperhatikan warna mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas.
Kelainan di lambung yang sering ditemukan adalah tanda peradangan tukak yang
lokasinya terbanyak di bulbus dan parsdesenden, tumor jinak dan ganas yang
divertikel. Pada endoskopi ditemukan tukak baik di esophagus, lambung maupun
duodenum maka dapat dibuat diagnosis gastritis tukak. Sedangkan bila ditemukan tukak tetapi
hanya ada peradangan maka dapat dibuat diagnosis gastritis bukan tukak.
Pada pemeriksaan ini juga dapat
mengidentifikasi ada tidaknya bakteri Helicobacter pylori, dimana cairan
tersebut diambil dan ditumbuhkan dalam media Helicobacter pylori.
Pemeriksaan antibodi terhadap infeksi Helicobacter pylori dikerjakan
dengan metode Passive Haem Aglutination (PHA), dengan cara menempelkan
antigen pada permukaan sel darah merah sehingga terjadi proses aglutinasi yang
dapat diamati secara mikroskopik. Bila di dalam serum sampel terdapat anti Helicobacter
pylori maka akan terjadi aglutinasi dan dinyatakan positif terinfeksi Helicobacter
pylori.
4)
Ultrasonografi
(USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan saran
diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan untuk
membantu menetukan diagnostik dari suatu penyakit. Apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi pasien
yang berat pun dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan alat USG pada pasien gastritis terutama bila dugaan kearah kelainan di
traktus biliaris, pankreas, kelainan di tiroid, bahkan juga ada dugaan tumor di
esophagus dan lambung.
b.
Pengobatan
Segera (Prompt Treatment)
1)
Diet
mempunyai peranan yang sangat penting. Dasar diet tersebut adalah makan sedikit
berulang kali, makanan yang banyak mengandung susu dalam porsi kecil. Jadi
makanan yang dimakan harus lembek, mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan
dalam lambung dan kemungkinan dapat menetralisir asam HCL.
2)
Perbaikan
keadaan umum penderita
3)
Pemasangan
infus untuk pemberian cairan, elektrolit dan nutrisi.
4)
Penjelasan
penyakit kepada penderita.
Golongan obat yang digunakan untuk pengobatan
penderita gastritis adalah antasida,
antikolinergik, sitoprotektif dan lain-lain.
3.
Pencegahan Tertier
a.
Rehabilitasi
mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi penderita gangguan
mental akibat tekanan yang dialami penderita gastritis terhadap masalah yang dihadapi.
b.
Rehabilitasi sosial dan fisik dilakukan bagi pasien
yang sudah lama dirawat di rumah sakit agar tidak mengalami gangguan ketika
kembali ke masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Gastritis
adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih
atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan
dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati.
2.
Ada
beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang menderita gastritis antara
lain yaitu : Konsumsi obat-obatan kimia, Konsumsi alcohol, Kondisi yang stressful, Infeksi oleh
bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan lain lain.
3. Pepsin
merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan
penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari
intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edemadan kerusakan kapiler sehingga
timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi
mukosa oleh karena itu
gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.
4.
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan
ringan hingga muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa
pasien tidak menimbulkan gejala
yang khas.
5. komplikasi
yang umum terjadi adalah : Komplikasi yang timbul pada gastritis akut
adalah hematemesis dan melena. Perdarahan saluran cerna bagian atas,
ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin
B12 (anemia poernisiosa).
6.
Pada klien yang mengalami mual dan muntah anjurkan
pasien untuk bedrest, status NPO (Nothing Peroral), pemberian antiemetik
dan pasang infuse untuk mempertahankan cairan tubuh klien. Bila tidak dapat
dikoreksi maka pembedahan dapat menjadi alternatif. Pembedahan yang dapat
dilakukan pada klien dengan gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau
pyloroplasti. Injeksi intravena cobalamin dilakuka bila terdapat anemia
pernisiosa.
7.
Upaya pencegahan penyakit gastritis
dapat dilakukan dengan cara: Pencegahan Primer, Pencegahan
Sekunder dan Pencegahan Tersier.
B. Saran
Dengan
adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca
mengenai penyakit gastritis. Kami selaku penulis pula mengharapkan kritik dan
saran bagi para pembaca untuk kebaikan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Hardiani, 2016.
Gambaran Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015. FKM USU. Retrieved From :
http://repository.usu.ac.id
Gendo Udayana , 2006. Seri
Kesehatan Masyarakat Integrasi Kedokteran Barat Dan Kedokteran Tradisional Cina. Yogyakarta : Kansius.
Haryanto, 2007. Konsep
Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep.
Jakarta: Salemba Medika.
Kartikawati, 2016. Angka
Penyakit Maag Di Indonesia Capai 40,8 Persen. (online) Retrieved
from : http://m.inilah.com. Diakses 20 Juni 2016.
Muttaqin
& Sari, 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Salemba medika.
Priyanto, 2008. Endoskopi Gastropntestinal. Jakarta
: Salemba Medika.
Ramayulis
Rita 2016. Diet untuk Penyakit Komplikasi. Cet,1. Jakarta : Penebar Plus.
Supriyatna, 2014. Seri Herbal Medik Fitoterapi
Sistem Organ: Pandangan Dunia Barat terhadap Obat Herbal Global. Ad,1.
Cet,2. Yogyakarta : Deepublish.
Suratun, 2010. Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem. Gastrointestinal. Jakarta:
Trans Info Media.
Syaifuddin,
2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.2.
Jakarta : Salemba Medika.
Utami Prapti, 2012. Antibiotik
Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Cet,1. Jakarta : Agro Media
Pustaka.
Zainuddin, 2014. Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Kesehatan Primer. Edisi Revisi.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Kak di mohon bantuanya mampir ya kak karena disini juga ada kak
ReplyDeletehttp://gastricpainss.site123.me/
.