Thursday, 25 May 2017

MAKALAH GASTRITIS

MAKALAH

G A S T R I T I S



LOGO AKBID.jpg
 












OLEH :

NAMA : CAMELIA MALIK
NIM : BT 15 02 007
KELAS : I A














AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA
WATAMPONE

 
2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Gastritis”, yang mana makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangannya, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah, serta kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga semua amal baik semua pihak mendapat imbalan yang belipat dari Allah SWT. amiin.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.


Watampone, 12  Agustus  2016

                                                                                           Penyusun





DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................               i
DAFTAR ISI .............................................................................................               ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.....................................................................               1
B.       Rumusan Masalah.................................................................               2
C.       Tujuan Penulisan...................................................................               2
BAB II... PEMBAHASAN
A.       Pengertian.............................................................................               3
B.       Penyebab..............................................................................               4
C.       Epidemiologi........................................................................               4
D.       Patofisiologi.........................................................................               5
E.        Manifestasi Klinik................................................................               6
F.        Komplikasi ..........................................................................               6
G.       Test  Diagnostik ..................................................................               7
H.       Penatalaksanaan Medis........................................................               7
I.          Pencegahan...........................................................................               8
BAB III.. PENUTUP
A.       Kesimpulan...........................................................................               13
B.       Saran.....................................................................................               13
DAFTAR PUSTAKA





 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag merupakan kondisi saat lapisan perut (mukosa) meradang. Gastritis dapat bersifat akut atau kronis. Gastritis erosif merupakan jenis gastritis yang sering tidak menyebabkan peradangan signifikan tetapi dapat mengikis dinding lambung. Penderita gastritis biasanya tidak menunjukkan gejala apapun. Namun adapula penderita gastritis yang mengalami dyspepsia berupa rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian atas, mual atau muntah. (Utami Prapti, 2012; 104)
Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah hematemesis atau melena. Sedangkan pada gastritis kronis, komplikasinya berupa pen-darahan saluran cerna bagian bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorbs vitamin B12 (anemia pernisiosa). (Suratun, 2010; 63). 
Data World Health Organzsation (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.  (Ayu Hardiani, 2016; 2)
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun 2012, merupakan salah satu penyakit dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus 4,9 persen. (Kartikawati, 2016. http://m.inilah.com)

B.     Rumusan Masalah
1.        Apakah definisi dari gastritis?
2.        Apakah etiologi dari gastritis?
3.        Bagaimana patofisiologi dari gastritis?
4.        Bagaiamana manifestasi klinis pada gastritis?
5.        Apakah komplikasi pada gastritis?
6.        Bagaimana penatalaksanaan pada gastritis?
7.        Bagaimana pencegahan pada gastritis?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Memahami definisi dari penyakit gastritis.
2.    Memahami etiologi dari gatritis.
3.    Memahami patofisiologi gastritis.
4.    Memahami manifestasi klinis pada gastritis.
5.    Memahami komplikasi dari gastritis.                               
6.    Memahami penatalaksanaan pada gastritis.
7.    Memahami pencegahan pada gastritis



 
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian
1.    Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrum, mual dan muntah. (Suratun, 2010. Hal. 59).
2.    Gastritis  adalah istilah umum yang mengidentifikasikan peradangan lapisan mukosa yang sering disebabkan oleh beberapa faktor termasuk alkohol, tembakau, spices, racun-racun, bakteri dan obat-obatan (contohnya aspirin). (Supriyatna, 2014. Hal. 148)
3.    Gastritis merupakan suatu peradangan pada mukosa lambung. (Ramayulis Rita 2016. Hal 44)
4.    Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung. Dalam kronologi perkembangan gastritis kronis, gastritis superfisialis adalah stadium permulaan dan gastritis atrofik merupakan stadium lanjutan. (Gendo Udayana, 2006. Hal. 174)
5.    Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus, atau lokal. (Priyanto, 2008. Hal. 69)
6.    Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa atau submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. (Zainuddin, 2014. Hal. 98)
Berdasarkan definisi diatas, maka penulis menyimpulkan gastritis  adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati.

B.  Etiologi
Ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang menderita gastritis antara lain yaitu :
1.    Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen (aspirin), steroid kor- tikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung.NSAIDS (nonsteroid anti inflammation drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan iritasi mukosa lambung.
2.    Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan gaster.
3.    Terapi radiasi, refluk empedu, zat zat korosif (cuka, lada) menyebab-kan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.
4.    Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCI lambung.
5.    Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan lain lain. (Suratun,  2010. Hal: 60).

C.  Epidemiologi
Badan penelitian kesehatan dunia WHO, melakukan tinjauan terhadap beberapanegara dunia dan mendapatkan hasil persentase angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekita 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita.  (Kartikawati, 2016)     

D.  Patofisiolgi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnyadapat merusak mukosa lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI akan merusak mukosa. Kehadiran HCI di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edemadan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi mukosa  oleh  karena  itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya. (Suratun, 2010. Hal. 61).
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan menjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara Vitamin B12 berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu dinding lambung  menipis  rentan  terhadap  perforasi  lambung  dan perdarahan. (Suratun, 2010. Hal. 61)

E.  Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak  menimbulkan  gejala  yang  khas. Manifestasi  gastritis  akut dan kronik hampir sama seperti di bawah ini yaitu:
1.    Anoreksia.
2.    Rasa penuh.
3.    Nyeri pada epigastrium.
4.    Mual.
5.    Muntah.
6.    Sendawa.
7.    Hematemesis. (Suratun dan Lusianah, 2010, Hal.60).

F.   Komplikasi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010), komplikasi yang umum terjadi adalah :
1.    Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah hematemesis dan melena.
2.    Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena
gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia poernisiosa).
Sedangkan Menurut Muttaqim & Sari (2011). Komplikasi pada penderita            gastritis yaitu:
1.    Perdarahan pada saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
2.    Ulkus, jika prosesnya hebat.
3.    Gangguan cairan dan elektrolit.

G. Test diagnostik
1.    Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
2.    Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi B12.
3.    Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCL lambung. Achlorhidria menunjukkan adanya gastritia atropi.
4.    Tes antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya anti body sel parital dan faktor intrinsik lambung terhadap helicobacter pylori.
5.    Endoscopy , biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
6.    Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung. (Suratun, 2010. Hal. 62)
H.  Penatalaksanaan Medik
Pada klien yang mengalami mual dan muntah anjurkan pasien untuk bedrest, status NPO (Nothing Peroral), pemberian antiemetik dan pasang infuse untuk mempertahankan cairan tubuh klien. Pasien biasanya sembuh spontan dalam beberapa hari. Bila muntah berlanjut perlu dipertimbangkan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube). Antasida diberikan untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak di abdomen dan menetralisir asam lambung dengan meningkatkan pH lambung sekitar 6. Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine, simetidin) dan inhibitor pompa proton (seperti omeprazole atau lansoprazole) mampu menurunkan sekresi asam lambung. Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh helicobacter pylori. Kombinasi dua atau tiga antibiotik dapat diberikan  untuk  mengeradikasi helicobacter pylori (seperti clarithromycin dan amoksisilin). Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan transfusi  darah   untuk   mengganti  cairan  yang  keluar  dari  tubuh  dan dilakukan lavage (bilas) lambung.
Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat menjadi alternatif. Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti. Injeksi intravena cobalamin dilakuka bila terdapat anemia pernisiosa. Fokus intervensi keperawatan adalah bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyebab gastritis antara lain anjurkan klen untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kafein, teh panas, atau zat iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalisasi stress. (Suratun, 2010. Hal. 62).

I.     Pencegahan
1.    Pencegahan Primer (Primary Prevention)
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko gastritis  bagi individu yang belum ataupun mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat, promosi kesehatan (Health Promotion) kepada masyarakat mengenai :
a.    Modifikasi pola hidup dimana perlu diberi penjelasan bagaimana mengenali dan menghindari keadaan yang potensial mencetuskan serangan gastritis .16
b.    Menjaga sanitasi lingkungan agar tetap bersih, perbaikan sosioekonomi dan gizi dan penyediaan air bersih.7
c.    Khusus untuk bayi, perlu diperhatikan pemberian makanan. Makanan yang diberikan harus diperhatikan porsinya sesuai dengan umur bayi. Susu yang diberikan juga diperhatikan porsi pemberiannya.11
d.   Mengurangi makan makanan yang pedas, asam dan minuman yang beralkohol, kopi serta merokok.
2.    Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagmosis and Prompt Treatment).
a.    Diagnosis Dini (Early Diagnosis)
Setiap penderita gastritis  sebaiknya diperiksa dengan cermat. Evaluasi klinik meliputi anamnese yang teliti, pemeriksaan fisik, laboratorik serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan, misalnya endoskopi atau ultrasonografi. Bila seorang penderita baru datang, pemeriksaan lengkap dianjurkan bila terdapat keluhan yang berat, muntah-muntah telah berlangsung lebih dari 4 minggu, penurunan berat badan dan usia lebih dari 40 tahun. Untuk memastikan penyakitnya, disamping pengamatan fisik perlu dilakukan pemeriksaan yaitu:
1)   Laboratorium
Pemeriksaan labortorium perlu dilakukan, setidak-tidaknya perlu diperiksa darah, urine, tinja secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika cairan tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorbsi. Dan pada pemeriksaan urine, jika ditemukan adanya perubahan warna normal urine maka dapat disimpulkan terjadi gangguan ginjal. Seorang yang diduga menderita gastritis  tukak, sebaiknya diperiksa asam lambungnya.
2)   Radiologis
Pada tukak di lambung akan terlihat gambar yang disebut niche yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya regular, semisirkuler, dasarnya licin. Kanker di lambung secara radiologist akan tampak massa yang irregular, tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah.
3)   Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sangat membantu dalam diagnosis. Yang perlu diperhatikan warna mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas. Kelainan di lambung yang sering ditemukan adalah tanda peradangan tukak yang lokasinya terbanyak di bulbus dan parsdesenden, tumor jinak dan ganas yang divertikel. Pada endoskopi ditemukan tukak baik di esophagus, lambung maupun duodenum maka dapat dibuat diagnosis gastritis  tukak. Sedangkan bila ditemukan tukak tetapi hanya ada peradangan maka dapat dibuat diagnosis gastritis  bukan tukak.
Pada pemeriksaan ini juga dapat mengidentifikasi ada tidaknya bakteri Helicobacter pylori, dimana cairan tersebut diambil dan ditumbuhkan dalam media Helicobacter pylori. Pemeriksaan antibodi terhadap infeksi Helicobacter pylori dikerjakan dengan metode Passive Haem Aglutination (PHA), dengan cara menempelkan antigen pada permukaan sel darah merah sehingga terjadi proses aglutinasi yang dapat diamati secara mikroskopik. Bila di dalam serum sampel terdapat anti Helicobacter pylori maka akan terjadi aglutinasi dan dinyatakan positif terinfeksi Helicobacter pylori.
4)   Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan saran diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan untuk membantu menetukan diagnostik dari suatu penyakit. Apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi pasien yang berat pun dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan alat USG pada pasien gastritis  terutama bila dugaan kearah kelainan di traktus biliaris, pankreas, kelainan di tiroid, bahkan juga ada dugaan tumor di esophagus dan lambung.
b.    Pengobatan Segera (Prompt Treatment)
1)   Diet mempunyai peranan yang sangat penting. Dasar diet tersebut adalah makan sedikit berulang kali, makanan yang banyak mengandung susu dalam porsi kecil. Jadi makanan yang dimakan harus lembek, mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan dalam lambung dan kemungkinan dapat menetralisir asam HCL.
2)   Perbaikan keadaan umum penderita
3)   Pemasangan infus untuk pemberian cairan, elektrolit dan nutrisi.
4)   Penjelasan penyakit kepada penderita.
Golongan obat yang digunakan untuk pengobatan penderita gastritis  adalah antasida, antikolinergik, sitoprotektif dan lain-lain.
3.    Pencegahan Tertier
a.    Rehabilitasi mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi penderita gangguan mental akibat tekanan yang dialami penderita gastritis  terhadap masalah yang dihadapi.
b.    Rehabilitasi sosial dan fisik dilakukan bagi pasien yang sudah lama dirawat di rumah sakit agar tidak mengalami gangguan ketika kembali ke masyarakat.



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    Gastritis  adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati.
2.    Ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang menderita gastritis antara lain yaitu : Konsumsi obat-obatan kimia, Konsumsi alcohol, Kondisi yang stressful, Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan lain lain.
3.    Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edemadan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi mukosa  oleh  karena  itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.
4.    Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak  menimbulkan  gejala  yang  khas.
5.    komplikasi yang umum terjadi adalah : Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah hematemesis dan melena. Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin
B12 (anemia poernisiosa).
6.    Pada klien yang mengalami mual dan muntah anjurkan pasien untuk bedrest, status NPO (Nothing Peroral), pemberian antiemetik dan pasang infuse untuk mempertahankan cairan tubuh klien. Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat menjadi alternatif. Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti. Injeksi intravena cobalamin dilakuka bila terdapat anemia pernisiosa.
7.    Upaya pencegahan penyakit gastritis dapat dilakukan dengan cara: Pencegahan Primer,  Pencegahan Sekunder dan Pencegahan Tersier.

B.  Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai penyakit gastritis. Kami selaku penulis pula mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk kebaikan makalah  kami.








DAFTAR PUSTAKA

Ayu Hardiani, 2016. Gambaran Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015. FKM USU. Retrieved From : http://repository.usu.ac.id

Gendo Udayana , 2006. Seri Kesehatan Masyarakat Integrasi Kedokteran Barat Dan Kedokteran Tradisional Cina. Yogyakarta : Kansius.

Haryanto, 2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan  Konsep. Jakarta: Salemba Medika.

Kartikawati, 2016. Angka Penyakit Maag Di Indonesia Capai 40,8 Persen. (online) Retrieved from : http://m.inilah.com. Diakses 20 Juni 2016.

Muttaqin & Sari, 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba medika.

Priyanto, 2008. Endoskopi Gastropntestinal. Jakarta : Salemba Medika.

Ramayulis Rita 2016. Diet untuk Penyakit Komplikasi. Cet,1. Jakarta : Penebar Plus.

Supriyatna, 2014. Seri Herbal Medik Fitoterapi Sistem Organ: Pandangan Dunia Barat terhadap Obat Herbal Global. Ad,1. Cet,2. Yogyakarta : Deepublish.

Suratun, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem. Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Syaifuddin, 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.2. Jakarta : Salemba Medika.

Utami Prapti, 2012. Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Cet,1. Jakarta : Agro Media Pustaka.

Zainuddin, 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Kesehatan Primer. Edisi Revisi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.


1 comment:

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...