Thursday, 25 May 2017

MAKALAH HEMOROID

BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Penyakit hemorhoid atau lebih dikenal dalam masyarakat adalah ambeien yang merupakan penyakit saluran pencernaan akibat pelebaran pembuluh darah dibawah mukosa rektum, tepatnya diatas lapisan muskularis sfingter ani eksternus. Walaupun penyakit ini tidak mengancam jiwa tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman dan terdapat pada 35 % penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun yang menderita haemorhoid (Sylvia A. Price, 2005).
Kurang lebih 70 persen manusia dewasa mempunyai wasir (hemorhoid ), baik wasir dalam, wasir luar maupun keduanya. Namun tidak semua penderita wasir ini memerlukan pengobatan. Hanya sebagian kecil saja yang memerlukan pertolongan medis, yakni mereka yang mengeluhkan pendarahan, adanya tonjolan dangatal-gatal. ”Penyebab wasir sebenarnya sederhana, yakni saat susah buang air dipaksakan mengeluarkan kotoran. Penyebab susah buang air ini adalah kurang minum, kurang makan serat, kurang olah raga atau banyak duduk dan mengangkat yang berat-berat.
Penyakit hemoroid sudah banyak menyerang masyarakat luas dan banyak dari para penderita yang harus menjalani operasi hemoroidektomi. Secara keseluruhan berdasarkan statistik, jumlah tindakan hemoroidektomi menurun. Puncaknya terjadi pada tahun 1974 dimana hemoroidektomi dilakukan sebanyak 117 per 100.000 orang. Angka itu menurun 13 tahun kemudian (1987) menjadi 37 per 100.000 orang. Hemoroid tidak pandang bulu, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai resiko yang sama. Di sisi lain, resiko hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Usia puncak penderita hemoroid adalah 45-65 tahun (be11nursingae.blogspot.com, 2009).
B.     Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang beberapa materi yang ada dalam Sistem Perkemihan
1.      Apa definisi dari hemoroid?
2.      Apa saja etiologi dari hemoroid?
3.      Bagaimana anatomi fisiologi kolon dan rektum?
4.      Bagaimana patofisiologi hemoroid?
5.      Apa saja prognosis dari hemoroid?
6.      Apa saja penatalaksanaan hemoroid?
7.      Bagaimana asuha keperawatan hemoroid?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa definisi hemoroid.
2.      Untuk mengetahui apa saja etiologi hemoroid.
3.      Untuk mengetahui bagaimana fisiologi kolon dan rectum.
4.      Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi hemoroid.
5.      Untuk mengetahui apa saja prognosis dari hemoroid.
6.      Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan hemoroid.
7.      Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan hemoroid.












BAB  II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
1.      Hemoroid adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan patologik. Hanya apabila hemorid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan (Wim De Jong, 2005 Hal. 672)
2.      Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. (Smeltzer, 2002 Hal.1138).
3.      Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis. (Muttaqin, 2011 Hal. 689).

B.     Etiologi
Kondisi  hemoroid  biasanya tidak  berhubungan dengan kondisi medis    atau   penyakit, namun ada   beberapa  prisposisi   penting  yang dapat meningkatkan risiko hemoroid seperti berikut ini :
1.      Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyakit Chron.
2.      Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
3.      Konsumsi makanan rendah serat.
4.      Obesitas.
5.      Hipertensi portal. (Muttaqin, 2011 Hal. 690).
Faktor – faktor yang mungkin berperan antara lain :
1.      Keturunan/herediter.
Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah dan bukan hemoroidnya.
2.      Anatomi
Vena di daerah mesenterium tidak mempunyai katup sehingga darah
mudah mengalir kembali, menyebabkan tekanan pada vena fleksus hemoroidalis.
3.      Pekerjaan
Orang yang pekerjaannya banyak berdiri, gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya haemorhoid dan para pekerja yang pekerjaannya mengangkat barang berat. Hal ini jelas pada orang yang sering mengedan.

C.    Fisiologi
Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang ± 1,5 meter, dimulai dari katup ileocaecal. Reflek gastrokolik terjadi ketika makanan masuk ke dalam lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam kolon. Sekum terletak di daerah iliaka dan menempel pada tempat yang disebut pleksura hepatika, seperti terlihat pada gambar 1 berikut ini :
                          Gbr. Hemoroid
Usus besar mempunyai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit yang sebagian besar dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai reservoir untuk dehidrasi masa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorbsi air, sekitar 600 ml perhari dibandingkan dengan 800 ml air yang diabsorbsi oleh usus besar. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum akan mengakibatkan diare.
Berat akhir faeces yang dikeluargakan perhari sekitar 200 gr, 75 % diantaranya berupa air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas dan mineral yang tidak diabsorpsi. Sangat sedikit pencernaan berlangsung dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung banyak mukus, menunjukkan sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai pelumas dan pelindung mukosa pada peradangan usus. Didalam usus besar terdapat pembusukan cukup banyak antara lain : peptida, asam amino, indol, skatol, fenol dan asam lemak. Amino, CO2. H2, H2S, dan Ch4 merupakan gas – gas yang terpenting. Sebagian besar dari gas – gas dikeluarkan dari faeces sedangkan yang lainnya diabsorbsi dan diangkut ke hati untuk dirubah menjadi senyawa yang tidak toksik diekskresi dalam urine. Sekitar 1000 ml gas flatus dalam keadaan biasanya dikeluarkan melalui anus setiap hari.
Penyebab terjadinya hemoroid akibat dari pelebaran vena fleksus hemoroidalis superior, medial dan inferior. Hemoroid dikenal dalam masyarakat adalah ambeien yang merupakan penyakit saluran pencernaan. Hemoroid dapat terjadi pada semua tingkat usia, baik pria maupun wanita.

D.    Patofisiologi

Pada daerah rektum terdapat vena hemoroidalis superior, medialis dan inferior. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka yang merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, medialis dan inferior. Tekanan yang cukup tinggi pada kavum abdominalis secara kronis misalnya konstipasi atau diare, tumor rektum, sering mengedan, kongesti pelvis pada kehamilan. Fibroma uteri dan penyakit hati kronis disertai hipertensi portal, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Konstipasi dapat memperburuk keadaan, dimana faeces yang keras dapat menggores vena hemoroidalis yang  membengkak, sehingga apabila keadaan ini terus menerus bisa menimbulkan perlukaan dan perdarahan secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar yang menyebabkan prolapsus.


E.     Prognosis

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.


F.     Therapi

1.      Farmakologis
a.       Untuk melunakkan feces/psilium yang dapat mengurangi sembelit diberikan obat golongan laksansia.
b.      Untuk mengurangi/menghilangkan rasa sakit pada daerah anus digunakan analgetik atau golongan suposituria untuk hemoroid interna.
c.       Untuk menghentikan perdarahan diberikan anti koagulan.
2.      Non Farmakologis
a.       Perbaikan pola hidup dengan menyarankan perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat yang dapat melunakkan feces.
b.      Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau asam dan beralkohol.
c.       Perbaiki pola buang air besar mengganti closet jongkok menjadi duduk
d.      Menjaga kebersihan lokal daerah anal misalnya dengan merendam anus disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk/tidur lelah banyak berjalan.
3.      Tindakan
Jika pengobatan farmakologi dan non farmokologi tidak berhasil, dilakukan tindakan :
a.       Skleroskopi hemoroid dengan menyuntikkan obat langsung pada benjolan/prolaps hemoroidnya.
b.      Irigasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid, prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
c.       Penyinaran sinar laser
d.      Disinari sinar infra merah
e.       Dialiri arus listrik
f.       Hemoroideolysis

G.    Asuhan Keperawatan

Menurut Smeltzer 2001; Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh.  Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1.         Pengkajian
a.         Riwayat kesehatan:
1)        Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi?
2)        Adakah nyeri abdomen?
3)        Apakah terdapat perdarahan dari rektum?
4)        Berapa banyak, seberapa sering, apa warnanya?
5)        Adakah mucus atau pus?
6)        Bagaimana pola eliminasi klien?
7)        Apakah sering menggunakan laksatif?
b.        Riwayat diet:
1)        Bagaimana pola makan klien?
2)        Apakah klien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat?
c.         Riwayat pekerjaan:
Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau berdiri dalam waktu lama?
d.        Aktivitas dan latihan:
Seberapa jumlah latihan dan tingkat aktivitas?
e.         Pengkajian obyektif:
Menginspeksi feses apakah terdapat darah atau mucus dan area
perianal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus. (Smeltzer
dan Bare. 2001: Hal 1139).
2.      Diagnosa Keperawatan

a.       Nyeri akut berhubungan dengan intasi kulit/jaringan didaerah anus.

b.      Konstipasi berhubungan dengan nyeri pada saat defekasi

c.       Risiko infeksi berhubungan dengan prolaps dan strangulasi didaerah anus

d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps pada anus.

e.       Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu.

3.  Rencana Tindakan/ Intervensi
No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rasional
1
Nyeri akut berhubungan dengan intasi kulit/jaringan didaerah anus
1.  Kaji nyeri, catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri
2.  Observasi TTV pasien

3.  Dorong pasien untuk melaporkan nyeri


4.  Catat petunjuk non verbal seperti gelisah menolak untuk berhati-hati, selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal



5.  Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi


6.  Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
7.  Kolaborasi pemberian obat seperti: Analgesik

1.  Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan terjadinya komplikasi seperti perforasi

2.  Membantu menunjukkan perkembangan pasien
3.  Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgesik
4.  Bahasa tubuh/ nonverbal dapat secara psikologis dan fisiologik dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
5.  Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan koping
6.  Meningkatkan relaksasi untuk mengurangi nyeri
7.  Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan
2
Konstipasi berhubungan dengan nyeri pada saat defekasi
1.   Kaji dan catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus






2.   Anjurkan minum 2000-2500 ml/hari kecuali bila ada kontra indikasi
3.   Berikan diet rendah sisa, tinggi serat, lunak sesuai toleransi

4.   Kolaborasi dalam pemberian pelunak feses. Anjurkan defekasi sesegera mungkin bila dorongan terjadi
1.   Distensi dan hilangnya peristaltik usus merupakan tanda bahwa fungsi defekasi hilang yang kemungkinan berhubungan dengan kehilangan persarafan parasimpati usus besar dengan tiba-tiba
2.   Membantu memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi
3.   Makanan rendah sisa tinggi serat membantu memperbaiki konsistensi feses
4.   Mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi
3
Risiko infeksi berhubungan dengan prolaps dan strangulasi didaerah anus
1.   Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu tubuh
2.   Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan prolaps aseptik. Berikan perawatan paripurna

3.   Kolaborasi dalam memberikan antibiotik sesuai indikasi





4.   Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik lokal
1.   Adanya peningkatan suhu tubuh adalah karakteristik infeksi

2.   Menurunkan risiko infeksi (penyebaran bakteri)



3.   Mungkin diberikan secara profilaksi atau menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri
4.   Mengetahui adanya tanda infeksi dan perkembangannya

4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps pada anus
1.   Kaji respon pasien terhadap aktivitas mandiri

2.   Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik


3.   Catat  respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi. Berikan aktivitas yang sesuai dengan pasien

4.   Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik + 30 menit sebelum melakukan aktifitas
1.   Mengetahui aktivitas yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh pasien secara mandiri
2.   Aktifitas, jenis prosedur yang kurang berhati-hati akan meningkatkan kerusakan daerah hemoroid
3.   Imobilisasi yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan


4.   Antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelaksasikan pasien, meningkatkan rasa nyaman selama pasien melakukan aktivitas
5
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu
1.   Kaji kecemasan pasien dan catat petunjuk prilaku misalnya peka rangsang, gelisah
2.   Dorong menyatakan perasaan dan berikan umpan balik


3.   Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan



4.   Berikan lingkungan tenang dan istirahat



5.   Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
1.   Indikator derajat ansietas misalnya pasien dapat merasa tidak terkontrol (gelisah)
2.   Membuat hubungan terapeutik membantu pasien dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress
3.   Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas
4.   Memindahkan pasien dari stres, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas
5.   Memberikan keadaan rileks untuk menenangkan pikiran dan mengurangi kecemasan

4.      Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah preskripsi untuk mengetahui perilaku positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat sesuai dengan apa yang direncanakan (Doenges et al, 2000).
Menurut Smeltzer; 2001, Tujuan utama tindakan keperawatan dengan hemoroid mencakup : mendapatkan pola eliminasi yang adekuat, penurunan ansietas, penghilangan nyeri, peningkatan eliminasi urinarius, patuh dengan program terapeutik,
5.      Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
a.        Mendapatkan pola eliminasi normal.
1)        Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau pada waktu tidur.
2)        Berespons terhadap dorongan untuk defekasi dan menyediakan waktu untuk duduk di toilet dan mencoba untuk defekasi.
3)        Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan.
4)        Menambahkan makanan tinggi serat pada diet.
5)        Meningkatkan masukan cairan sampai 2 liter/24 jam.
6)        Melaporkan pasase feses lunak dan berbentuk.
7)        Melaporkan penurunan ketidaknyamanan pada abdomen.
b.        Ansietas berkurang.
c.        Nyeri teratasi atau berkurang.
1)        Mengubah posisi tubuh dan aktivitas untuk meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan.
2)        Menerapkan kompres hangat/dingin pada area rektal/anal.
3)        Melakukan rendam duduk empat kali sehari.
d.       Mentaati program terapeutik.
1)        Mempertahankan area perianal kering.
2)        Makan makanan pembentuk bulk.
3)        Mengalami feses lunak dan berbentuk secara teratur.
e.        Bebas dari masalah perdarahan.
1)        Insisi bersih.
2)        Menunjukkan tanda vital normal.
3)        Menunjukkan tidak ada tanda hemoragi.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hemoroid adalah penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari. Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidhalis. Biasanya masyrakat awam menyetnya dengan wasir atau ambeyen.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hemoroid adalah Nyeri akut berhubungan dengan intasi kulit/jaringan didaerah anus; Konstipasi berhubungan dengan nyeri pada saat defekasi; Risiko infeksi berhubungan dengan prolaps dan strangulasi didaerah anus; Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps pada anus; Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu.

B.     Saran
Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu dengan mempertahankan tinja tetap lunak agar mudah keluar, dimana hal ini menurunkan tekanan dan pengedanan dan mengosongkan usus segera mungkin setelah perasaan mau ke belakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan, peningkatan konsumsi serat diet juga membantu mengurangi konstipasi dan mengedan.









DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram,  2000, Rencana Asuhan Keperawatan Madical Bedah, EGC Jakarta

Marlynn E. Doenges,   2000, Rencana Asuhan   Keperawatan,   Edisi   HI   EGC Jakarta

Mannsjoer. A, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III jilid II, penerbit Jakarta

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan. Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Nursalam & Pariani,S. 2001. Pendekatan Praktek Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seto : Jakarta.

R. Sjamsuhidayat, Wim De Jong, 2005, BukuAjar Bedah, EGC Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sylvia. A. Parice, Lirainne M. Wilson. 2001, Patofisiologi, Edisi 4, EGC Jakarta

Sudoyo.W Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: 397-399.


No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...