BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hemorhoid atau lebih dikenal dalam masyarakat
adalah ambeien yang merupakan penyakit saluran pencernaan akibat pelebaran
pembuluh darah dibawah mukosa rektum, tepatnya diatas lapisan muskularis
sfingter ani eksternus. Walaupun penyakit ini tidak mengancam jiwa tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman dan terdapat pada 35 % penduduk
yang berusia lebih dari 25 tahun yang menderita haemorhoid (Sylvia A. Price, 2005).
Kurang lebih 70 persen manusia dewasa mempunyai wasir
(hemorhoid ), baik wasir dalam, wasir luar maupun keduanya. Namun tidak semua
penderita wasir ini memerlukan pengobatan. Hanya sebagian kecil saja yang
memerlukan pertolongan medis, yakni mereka yang mengeluhkan pendarahan, adanya
tonjolan dangatal-gatal. ”Penyebab wasir sebenarnya sederhana, yakni saat susah
buang air dipaksakan mengeluarkan kotoran. Penyebab susah buang air ini adalah
kurang minum, kurang makan serat, kurang olah raga atau banyak duduk dan
mengangkat yang berat-berat.
Penyakit hemoroid sudah banyak menyerang masyarakat
luas dan banyak dari para penderita yang harus menjalani operasi
hemoroidektomi. Secara keseluruhan berdasarkan statistik, jumlah tindakan
hemoroidektomi menurun. Puncaknya terjadi pada tahun 1974 dimana hemoroidektomi
dilakukan sebanyak 117 per 100.000 orang. Angka itu menurun 13 tahun kemudian
(1987) menjadi 37 per 100.000 orang. Hemoroid tidak pandang bulu, baik
laki-laki maupun perempuan mempunyai resiko yang sama. Di sisi lain, resiko
hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia. Hemoroid sering dijumpai
dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun
keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat
tidak nyaman. Usia puncak penderita hemoroid adalah 45-65 tahun (be11nursingae.blogspot.com,
2009).
B. Rumusan Masalah
Di
dalam makalah ini kami akan membahas tentang beberapa materi yang ada dalam
Sistem Perkemihan
1.
Apa definisi dari hemoroid?
2.
Apa saja etiologi dari hemoroid?
3.
Bagaimana anatomi fisiologi kolon dan rektum?
4.
Bagaimana patofisiologi hemoroid?
5.
Apa saja prognosis dari hemoroid?
6.
Apa saja penatalaksanaan hemoroid?
7.
Bagaimana asuha keperawatan hemoroid?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa definisi hemoroid.
2.
Untuk mengetahui apa saja etiologi
hemoroid.
3.
Untuk mengetahui bagaimana
fisiologi kolon dan rectum.
4.
Untuk mengetahui bagaimana
patofisiologi hemoroid.
5.
Untuk mengetahui apa saja
prognosis dari hemoroid.
6.
Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan
hemoroid.
7.
Untuk mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan hemoroid.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Hemoroid
adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
patologik. Hanya apabila hemorid ini menyebabkan keluhan atau penyulit,
diperlukan tindakan (Wim De Jong, 2005 Hal. 672)
2. Hemoroid
adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena. (Smeltzer, 2002 Hal.1138).
3. Hemoroid
adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus hemoroidalis. Walaupun
kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis. (Muttaqin, 2011 Hal. 689).
B. Etiologi
Kondisi hemoroid biasanya tidak
berhubungan dengan kondisi medis
atau penyakit, namun ada beberapa
prisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid
seperti berikut ini :
1.
Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis
ulseratif atau penyakit Chron.
2.
Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
3.
Konsumsi makanan rendah serat.
4.
Obesitas.
5.
Hipertensi portal. (Muttaqin, 2011 Hal. 690).
Faktor – faktor yang mungkin berperan antara lain :
1.
Keturunan/herediter.
Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding
pembuluh darah dan bukan hemoroidnya.
2.
Anatomi
Vena di daerah mesenterium tidak mempunyai katup
sehingga darah
mudah mengalir kembali, menyebabkan tekanan pada
vena fleksus hemoroidalis.
3.
Pekerjaan
Orang yang pekerjaannya banyak berdiri, gaya
gravitasi akan mempengaruhi timbulnya haemorhoid dan para pekerja yang
pekerjaannya mengangkat barang berat. Hal ini jelas pada orang yang sering
mengedan.
C. Fisiologi
Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan
panjang ±
1,5 meter, dimulai dari katup ileocaecal. Reflek gastrokolik terjadi ketika
makanan masuk ke dalam lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam kolon.
Sekum terletak di daerah iliaka dan menempel pada tempat yang disebut pleksura
hepatika, seperti terlihat pada gambar 1 berikut ini :


Gbr. Hemoroid
Usus besar mempunyai
fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus yang
paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit yang sebagian besar
dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai
reservoir untuk dehidrasi masa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorbsi air,
sekitar 600 ml perhari dibandingkan dengan 800 ml air yang diabsorbsi oleh usus
besar. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2000 ml perhari. Bila
jumlah ini dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum akan
mengakibatkan diare.
Berat akhir faeces yang
dikeluargakan perhari sekitar 200 gr, 75 % diantaranya berupa air. Sisanya
terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang
mengelupas dan mineral yang tidak diabsorpsi. Sangat sedikit pencernaan
berlangsung dalam usus besar. Sekresi usus besar mengandung banyak mukus,
menunjukkan sekresi alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai
pelumas dan pelindung mukosa pada peradangan usus. Didalam usus besar terdapat
pembusukan cukup banyak antara lain : peptida, asam amino, indol, skatol, fenol
dan asam lemak. Amino, CO2. H2, H2S, dan Ch4
merupakan gas – gas yang terpenting. Sebagian besar dari gas – gas dikeluarkan
dari faeces sedangkan yang lainnya diabsorbsi dan diangkut ke hati untuk
dirubah menjadi senyawa yang tidak toksik diekskresi dalam urine. Sekitar 1000
ml gas flatus dalam keadaan biasanya dikeluarkan melalui anus setiap hari.
Penyebab terjadinya
hemoroid akibat dari pelebaran vena fleksus hemoroidalis superior, medial dan
inferior. Hemoroid dikenal dalam masyarakat adalah ambeien yang merupakan
penyakit saluran pencernaan. Hemoroid dapat terjadi pada semua tingkat usia,
baik pria maupun wanita.
D. Patofisiologi
Pada daerah rektum
terdapat vena hemoroidalis superior, medialis dan inferior. Vena hemoroidalis
media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka yang merupakan bagian dari
sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,
medialis dan inferior. Tekanan yang cukup tinggi pada kavum abdominalis secara
kronis misalnya konstipasi atau diare, tumor rektum, sering mengedan, kongesti
pelvis pada kehamilan. Fibroma uteri dan penyakit hati kronis disertai
hipertensi portal, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam
sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.
Konstipasi dapat memperburuk keadaan, dimana faeces yang keras dapat menggores
vena hemoroidalis yang membengkak,
sehingga apabila keadaan ini terus menerus bisa menimbulkan perlukaan dan
perdarahan secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar yang menyebabkan
prolapsus.
E.
Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid
simptomatis dapat dibuat menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya
diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya
memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk
menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya
kembali gejala hemoroid.
F. Therapi
1.
Farmakologis
a.
Untuk melunakkan feces/psilium
yang dapat mengurangi sembelit diberikan obat golongan laksansia.
b.
Untuk mengurangi/menghilangkan
rasa sakit pada daerah anus digunakan analgetik atau golongan suposituria untuk
hemoroid interna.
c.
Untuk menghentikan perdarahan
diberikan anti koagulan.
2.
Non Farmakologis
a.
Perbaikan pola hidup dengan
menyarankan perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat yang dapat
melunakkan feces.
b.
Mengurangi makanan yang terlalu
pedas atau asam dan beralkohol.
c.
Perbaiki pola buang air besar
mengganti closet jongkok menjadi duduk
d.
Menjaga kebersihan lokal daerah
anal misalnya dengan merendam anus disarankan untuk tidak terlalu banyak
duduk/tidur lelah banyak berjalan.
3.
Tindakan
Jika pengobatan farmakologi dan non farmokologi
tidak berhasil, dilakukan tindakan :
a.
Skleroskopi hemoroid dengan
menyuntikkan obat langsung pada benjolan/prolaps hemoroidnya.
b.
Irigasi pita karet, dilakukan
dengan cara mengikat hemoroid, prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa
sakit.
c.
Penyinaran sinar laser
d.
Disinari sinar infra merah
e.
Dialiri arus listrik
f.
Hemoroideolysis
G. Asuhan Keperawatan
Menurut
Smeltzer 2001; Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat
beberapa langkah yang harus ditempuh. Adapun langkah tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Pengkajian
a.
Riwayat kesehatan:
1)
Apakah ada rasa gatal, terbakar
dan nyeri selama defekasi?
2)
Adakah nyeri abdomen?
3)
Apakah terdapat perdarahan dari
rektum?
4)
Berapa banyak, seberapa sering,
apa warnanya?
5)
Adakah mucus atau pus?
6)
Bagaimana pola eliminasi klien?
7)
Apakah sering menggunakan
laksatif?
b.
Riwayat diet:
1)
Bagaimana pola makan klien?
2)
Apakah klien mengkonsumsi makanan
yang mengandung serat?
c.
Riwayat pekerjaan:
Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau
berdiri dalam waktu lama?
d.
Aktivitas dan latihan:
Seberapa jumlah latihan dan tingkat aktivitas?
e.
Pengkajian obyektif:
Menginspeksi feses apakah terdapat darah atau mucus dan
area
perianal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.
(Smeltzer
dan Bare. 2001: Hal 1139).
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri akut berhubungan dengan
intasi kulit/jaringan didaerah anus.
b.
Konstipasi berhubungan dengan
nyeri pada saat defekasi
c.
Risiko infeksi berhubungan dengan
prolaps dan strangulasi didaerah anus
d.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan adanya massa atau prolaps pada anus.
e.
Ansietas berhubungan dengan
rencana pembedahan dan rasa malu.
3. Rencana
Tindakan/ Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Nyeri akut berhubungan dengan intasi
kulit/jaringan didaerah anus
|
1. Kaji nyeri, catat lokasi, lamanya
intensitas (skala 0-10) selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri
2. Observasi TTV pasien
3. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
4. Catat petunjuk non verbal seperti
gelisah menolak untuk berhati-hati, selidiki perbedaan petunjuk verbal dan
non verbal
5. Berikan tindakan nyaman seperti pijatan
punggung, ubah posisi
6. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
7. Kolaborasi
pemberian obat seperti: Analgesik
|
1. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat
menunjukkan terjadinya komplikasi seperti perforasi
2. Membantu
menunjukkan perkembangan pasien
3. Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari
pada meminta analgesik
4. Bahasa tubuh/ nonverbal dapat secara
psikologis dan fisiologik dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
5. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan koping
6. Meningkatkan
relaksasi untuk mengurangi nyeri
7. Nyeri bervariasi dari ringan sampai
berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan
|
2
|
Konstipasi berhubungan dengan nyeri pada saat
defekasi
|
1. Kaji dan catat adanya distensi abdomen
dan auskultasi peristaltik usus
2. Anjurkan minum 2000-2500 ml/hari kecuali
bila ada kontra indikasi
3. Berikan diet rendah sisa, tinggi serat,
lunak sesuai toleransi
4. Kolaborasi dalam pemberian pelunak
feses. Anjurkan defekasi sesegera mungkin bila dorongan terjadi
|
1. Distensi dan hilangnya peristaltik usus
merupakan tanda bahwa fungsi defekasi hilang yang kemungkinan berhubungan
dengan kehilangan persarafan parasimpati usus besar dengan tiba-tiba
2. Membantu memperbaiki konsistensi feses
bila konstipasi
3. Makanan rendah sisa tinggi serat
membantu memperbaiki konsistensi feses
4. Mempermudah defekasi bila konstipasi
terjadi
|
3
|
Risiko infeksi berhubungan dengan prolaps dan
strangulasi didaerah anus
|
1. Pantau tanda-tanda vital, perhatikan
peningkatan suhu tubuh
2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan
perawatan prolaps aseptik. Berikan perawatan paripurna
3. Kolaborasi dalam memberikan antibiotik
sesuai indikasi
4. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik lokal
|
1. Adanya peningkatan suhu tubuh adalah
karakteristik infeksi
2. Menurunkan risiko infeksi (penyebaran
bakteri)
3. Mungkin diberikan secara profilaksi atau
menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk
menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri
4. Mengetahui adanya tanda infeksi dan
perkembangannya
|
4
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya
massa atau prolaps pada anus
|
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
mandiri
2. Berikan tindakan pengamanan sesuai
indikasi dengan situasi yang spesifik
3. Catat
respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi. Berikan aktivitas yang
sesuai dengan pasien
4. Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik + 30 menit sebelum melakukan aktifitas
|
1. Mengetahui aktivitas yang bisa dan tidak
bisa dilakukan oleh pasien secara mandiri
2. Aktifitas, jenis prosedur yang kurang
berhati-hati akan meningkatkan kerusakan daerah hemoroid
3. Imobilisasi yang dipaksakan dapat
memperbesar kegelisahan
4. Antisipasi terhadap nyeri dapat
meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelaksasikan pasien, meningkatkan
rasa nyaman selama pasien melakukan aktivitas
|
5
|
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan
dan rasa malu
|
1. Kaji kecemasan pasien dan catat petunjuk
prilaku misalnya peka rangsang, gelisah
2. Dorong menyatakan perasaan dan berikan
umpan balik
3. Berikan informasi yang akurat dan nyata
tentang apa yang dilakukan
4. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
5. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
|
1. Indikator derajat ansietas misalnya
pasien dapat merasa tidak terkontrol (gelisah)
2. Membuat hubungan terapeutik membantu
pasien dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress
3. Keterlibatan pasien dalam perencanaan
perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas
4. Memindahkan pasien dari stres,
meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas
5. Memberikan keadaan rileks untuk
menenangkan pikiran dan mengurangi kecemasan
|
4.
Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah preskripsi
untuk mengetahui perilaku positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat sesuai dengan apa yang direncanakan (Doenges et
al, 2000).
Menurut
Smeltzer; 2001, Tujuan utama tindakan keperawatan dengan hemoroid mencakup :
mendapatkan pola eliminasi yang adekuat, penurunan ansietas, penghilangan
nyeri, peningkatan eliminasi urinarius, patuh dengan program terapeutik,
5.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
a.
Mendapatkan pola eliminasi normal.
1)
Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan
atau pada waktu tidur.
2)
Berespons terhadap dorongan untuk defekasi dan
menyediakan waktu untuk duduk di toilet dan mencoba untuk defekasi.
3)
Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan.
4)
Menambahkan makanan tinggi serat pada diet.
5)
Meningkatkan masukan cairan sampai 2 liter/24 jam.
6)
Melaporkan pasase feses lunak dan berbentuk.
7)
Melaporkan penurunan ketidaknyamanan pada abdomen.
b.
Ansietas berkurang.
c.
Nyeri teratasi atau berkurang.
1)
Mengubah posisi tubuh dan aktivitas untuk meminimalkan
nyeri dan ketidaknyamanan.
2)
Menerapkan kompres hangat/dingin pada area rektal/anal.
3)
Melakukan rendam duduk empat kali sehari.
d.
Mentaati program terapeutik.
1)
Mempertahankan area perianal kering.
2)
Makan makanan pembentuk bulk.
3)
Mengalami feses lunak dan berbentuk secara
teratur.
e.
Bebas dari masalah perdarahan.
1)
Insisi bersih.
2)
Menunjukkan tanda vital normal.
3)
Menunjukkan tidak ada tanda hemoragi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hemoroid adalah penyakit daerah anus yang cukup
banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari. Hemoroid timbul karena
dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidhalis. Biasanya masyrakat
awam menyetnya dengan wasir atau ambeyen.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien hemoroid adalah Nyeri
akut berhubungan dengan intasi kulit/jaringan didaerah anus; Konstipasi
berhubungan dengan nyeri pada saat defekasi; Risiko infeksi berhubungan dengan prolaps dan
strangulasi didaerah anus; Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan adanya massa atau prolaps pada anus; Ansietas
berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu.
B. Saran
Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu
dengan mempertahankan tinja tetap lunak agar mudah keluar, dimana hal ini
menurunkan tekanan dan pengedanan dan mengosongkan usus segera mungkin setelah
perasaan mau ke belakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan, peningkatan
konsumsi serat diet juga membantu mengurangi konstipasi dan mengedan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Engram, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan
Madical Bedah, EGC Jakarta
Marlynn E. Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi HI
EGC Jakarta
Mannsjoer. A, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III jilid II, penerbit
Jakarta
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan. Keperawatan Medikal
bedah. Jakarta : Salemba medika.
Nursalam
& Pariani,S. 2001. Pendekatan
Praktek Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seto : Jakarta.
R. Sjamsuhidayat, Wim De Jong,
2005, BukuAjar Bedah, EGC Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sylvia. A. Parice, Lirainne M.
Wilson. 2001, Patofisiologi, Edisi 4, EGC Jakarta
Sudoyo.W Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006: 397-399.
No comments:
Post a Comment