BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu cara kita berproses menggunakan daya pikir yaitu dengan
mencintai kebenaran atau pengetahuan, sehingga kita mampu membedakan mana yang
ril dan yang ilusi. Orang yunani pada awalnya sangat percaya pada dongeng dan
tahayyul, tetapi lama kelamaan meraka mampu keluar dari lingkungan metologi dan
mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Karena manusia selalu berhadapan denagan
alam yang begitu luas dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui rahasia
alam itu, sehingga filosof alam berkembang pertama kali.
Awalnya manusia menggunakan mitos untuk menjawab
pertanyaan tentang alam. Kemudian, manusia berupaya menemukan jawaban dengan
cara terus berpikir tentang masalah yang dihadapinya, serta melakukan
pengamatan terhadap segala sesuatu yang diduga dapat membantu memecahkan
masalahnya. Beberapa orang filsuf Yunani sekitar abad VI – II SM telah berupaya
untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang amat mendasar tentang apakah asal
mula atau dasar dari segala yang ada dalam alam ini.
Sejarah filsafat pada masa kuno di mulai dengan munculnya
berbagai pemikiran yang mendalam tentang realitas atau alam yang ada ini. Kesadaran
ini memang awalnya merupakan renungan semata dari oarang-orang yang dianggap
bijak. Tetapi yang menarik bahwa renungan tersebut pada akhirnya terumus dalam
proposisi-proposisi yang sistematis dan logis. Dari sinilah sejarah filsafat
mulai muncul. Dalam catatan sejarah yang ada terutama sejarah di barat,awal
sejarah perkembangan filsafat dimulai dari milik milete,di Asia kecil, sekitar
tahun 600 SM. Pada waktu itu milete merupakan kota yang penting yang
mempertemukan jalu perdagangan antara Mesir, Itali,Yunani dan Asia.Kerena
merupakan kota Transit dari berbagai negara yang terlibat dalam
perdagangan,maka tidak menutup kemungkinan terjadi pertemuan berbagai latar
belakang kebudayaan dan pemikiran. Oleh karena tidak berlebihan jika kemudian
kota milete juga dikenal sebagai pusat Intelektualitas.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
latar belakang munculnya filsafat Yunani kuno?
2.
Bagaimana
corak pemikiran filsafat Yunani kuno?
3.
Bagaimana
perkembangan filsafat pada zaman Yunani kuno?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
latar belakang munculnya filsafat Yunani kuno.
2.
Mengetahui
corak pemikiran filsafat Yunani kuno.
3.
Mengetahui
bagaimana perkembangan filsafat pada zaman Yunani kuno.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Munculnya Filsafat Yunani Kuno
Filsafat Pra Socrates atau Yunani kuno adalah filsafat yang
dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima
dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Baik dunia
maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang
mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya
tersebut.[1] Sedangkan arti filsafat itu sendiri
berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia artinya bijaksana/pemikir yang
menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk menyangkal
dongeng-dongeng ataui mite-mite yang diterima dari agama.
Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala
sesuatu baik dunia maupun manusia yang menyebablan akal manusia tidak puas
dengan keterangan dongeng atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal
manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang
menakjubkan itu.
Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para
bidadari turun dari surge, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi
adalah awan” dan pendapat Anaxagoras bahwa pelangi adalah pemantulan matahari
pada awan (pendapat ini adalah pendapat pemikir yang menggunakan akal).
Dimana pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu
pendapat yang dikontrol, dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan
kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama hidup dimiletos kira-kira pada
abad ke 6 SM, dimana pada abad tersebut pemikiran mereka disimpulkan dari
potongan-potongan yang diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau zaman.
Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam
artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan
yang menjadi sasaran para ahli filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah
alam semesta).
Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar
dari mana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka,
pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat majuu, rasioanl dan
radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan
alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih
jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian
alam dari cerita nenek moyang.
B.
Pemikiran
dan Corak Filfasat Yunani Kuno
Pemikiran Filsafat Yunani periode awal acapakali disebut
sebagai flsafat alam.Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya banyak ahli
pikir alam yang arah dan perhatian pemikirannya lebih cenderung apa yang
diamati di sekitarnya,yakni alam semesta.[2]
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya
alam semesta serta dengan penghuninya,akantetapi ketrerangan-keterangan ini
berdasarkan kepercayaaan.Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan-keterangan
itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya.Mereka menanyakan dan
mencari jawabnya:apakah sebetulnya alam ini.Apakah intisari nya?.Mungkin yang
beraneka warna dalam alam ini dapat di pulangkan kepada yang satu atau yang
tidak banyak itu.Mereka mencari inti alam,dengan istilah mereka:mereka mencari
arche alam.(Arche dalam bahasa Yunani berarti:mula,asal).[3]
Tokoh-tokoh
Filsuf pada masa Yunani kuno,antara lain:
1.
Thales
(624-546 SM)
Orang Miletus itu digelari “Bapak
Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu
diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar,yang jarang
diperhatikan orang,juga orang zaman sekarang:”What is the nature of the world
stuff ?”(Mayer,1950:18) Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?. Terlepas dari
apapun jawabannya, pertanyaan ini saja telah dapat mengangkat namanya menjadi
filosof pertama. Ia sendiri mefnjawab air. Jawaban ini sebenarnya amat
sederhana dan belum tuntas karena memunculkan pertanyaan baru yaitu dari apa
air itu?,Thales mengambil air sebagi asal alam semesta barang kali karena ia
melihatnya sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam kehidupan,dan menurut
pendapatnya buymi ini terapung diatas air (Mayer,1950:18).
Dengan cara berfikir Thales mendapat
keputusan tentang soal besar yang senantiasa mengikat perhatian; apa asal alam
itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada? Berdasarkan
pengalamannya sehari-hari dijadikanlah pikirannya untuk menyusun bangun alam
sebagai orang pesisir ia dapat melihat bahwa air laut menjadi sumber hidup.
Thales pula kemegahan air laut yang menjadikan ia takjub. Demikianlah laut
meyebarkan bibit seluruh dunia yang menjadi dasar penghidupan. Pandangan
pikirannya menyatukan semua pada air.[4]
Dari pernyataan Thales tersebut maka
dapat diketahui bahwa sesuatu yang sederhana pun dapat menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan yang sangat kompleks.
2.
Anaximander
(610-546 SM)
Theophrastus menggambarkannya
sebagai penerus dan murid Thales. Seperti Thales, Anaximender tampaknya juga
campuran antara ahli astrologi, geologi, matematika, fisika dan filosof.
Menurut Agathemerus, orang pertama yang berani menggambar dunia yang tak
berpenghuni diatas tablet. Salah satu fragmen buku yang dikatakan telah
(mengenai alam).[5]
Anaximander berpendapat bahwa benda
pembentuk dunia yang asli adalah apeiron, suatu substansi yang tidak
memiliki batas atau definisi. Ia menjelaskan apeiron sebagai sesuatu yang
mengelilingi segala sesuatu secara tak terbatas dan juga sebagai sesuatu
makhluk dari mana semua langit dan dunia didalamnya maujud:bumi, udara, api,
dan air bagaimanapun juga digerakkan oleh substansi yang tak terbatas.
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas
yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas
serta tidak dapat dirupakan dan tidak ada persamaannnya dengan apapun. Meskipun tentang teori asal kejadian alam tidak
begitu jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas. Pendapatnya yang
lain yaitu, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya.
Sedangkan bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun[6]
Anaximander percaya bahwa bumi
bentuknya bulat silinder, kedalamannya sepertiga dari lebarnya sehingga bumi
seperti drum. Menurut Anaximender bumi tidak ditopang oleh apa-apa, tetapi
tetap berada pada jarak yang sama dari smua benda. Ia juga berpendapat bahwa
makhluk pertama yang hidup dilahirkan dalam kelembaban yang melekat pada kulit
kayu yang berduri dan kemudian mengalami perkembangan kehidupan organik.[7]
4.
Anaximenes
(585-528 SM)
Adalah yang ketiga dari trio filosof
yang dikenal dengan milesian. Ia diperkirakan berkibar sekitar 540 SM dan dia
adalah murid dari Anaximander. Seperti Anaximander, Anaximanes berpendapat
bahwa prinsip pertama dari segala benda adalah tak terbatas. Ia menyatakan
bahwa prinsip pertama tersebut adalah udara karena udaralah yang meliputi
seluruh alam dan menjadika dasar hidup bagi manusia yang sangat diperlukan oleh
nafasnya.[8]
Anaximenes mengajarkan bahwa bumi
datar dan melayang diudara, bahwa bintang-bintang ditanam seperti paku dalam
kristal dan benda-benda langit bergerak
mengitari bumi seakan-akan seperti topi yang mengitari kepala kita. Ia juga
menjelaskan bahwa terjadinya gempa bumi merujuk pada pilihan pertukaran bumi
antara keadaan kering dan basah. Aetius menyatakan bahwa ia telah mengatakan
matahari adalah datar seperti daun dan smua benda langit seperti api tetapi
mempunyai benda-benda bumi diantara benda-benda tersebut.[9]
5.
Pythagoras
(571-496 SM)
Ia adalah ahli matematika dan
mistik, lahir di Samos, sebuah pulau dekat
pantai Ionia, tetapi menghabiskan
sebagian besar hidupnya di Croton (sebelah selatan Italia). Pemikirannya,
substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan
pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan
merupakan intisari dasar poko dari sifat-sifat benda (Number rules the universe
= bilangan memerintah jagat raya).pemikirannya tentang bilangan, ia
mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan
dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan
sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna
daripada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas). Salah
seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa tuhan adlah bilangan tujuh, jiwa
itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.[10]
6.
Heraclitus
(544-484 SM)
Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda
dengan filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu
hanyalah satu yakni api. Ia memandang bahwa api sebagai unsur yang asal
pandangannya semata-mata tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti
pandangan filosof-filosof Miletos.
Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan
berganti-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah
mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada
yang tetap semuanya mengalir. Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos
memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar
itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk
melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada,
dan mengubah segala sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar
menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari
api, dan akan kembali menjadi api[11]. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah,
tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari
ini 2 x 2 = 4 besok dapat saja bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar
filsafat sofisme[12]
7.
Parmanides
(501-492 SM)
Adalah salah seorang tokoh
relativisme yang penting, yang lahir pada akhir abad 16 SM. Ia adalah warga
negara Elea sebelah selatan Italia. Ia dikatakan sebagai logi kawan pertama
dalam segala segala filsafat, bahkan disebut filosof pertama dalam pengertian
modern. Sistemnya secara keseluruhan didasarkan pada deduksi logis, tidak
seperti Heraclitus, misalnya, menggunakan metode intuisi. Dalam the way of
truth Parmanides bertanya : Apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas?
Bagaimana hal itu dapat dipahami? Ia menjawab : ukurannya ialah logika yang
konsisten.[13]
Parmanides mengakui adanya
pengetahuan yang tidak tetap dan berubah-ubah serta pengetahuan mengenai yang
tetap yaitu pengetahuan indra dan budi.
Menurut Permanides pengetahuan budi itu sangat utama karena ia beranggapan
bahwa pengetahuan indra dianggapnya keliru belaka, tidak mampu mencapai
kebenaran.[14]
8.
Zeno
(± 490-430 SM)
Zeno lahir di
Elea , dan murid dari Parmenides. Sebagai murid ia dengan gigih mepertahankan
ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik sehingga kemudian
hari ia dianggap sebagai peletak dasar dialektika. Menurut
Aristoteles, Zeno lah yang menemukan dialektika yaitu suatu argumentasi yang
bertitik tolak dari suatu pengandaian ayau hipotesa, dan dari hipotesa tersebut
ditarik suatu kesimpulan. Dalam melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang
diajukan oleh Zeno dari hipotesa yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang
mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah.
Sebagai contoh
dalam mengemukakan hipotesis terhadap melawan gerak:
a. Anak panah yang
dilepaskan dari busurnya sebagi hal yang tidak bergerak, karena pada setiap
saat panah tersebut berhenti di suatu tempat tertentu. Kemudian dari tempat
tersebut bergerak ke suatu tempat pemberhentian yang lain dan seterusnya..
memang dikatakan anak panah tersebut meleset hingga sampai pada yang dituju,
artinya perjalanan anak panah tersebut sebenarnya merupakan kumpulan
pemberhentian-pemberhentian anak panah.
b. Achilles si
jago lari yang termasyur dalam mitologi Yunani tdak dapat
menang melawan kura-kura, karena
kura-kura berangat sebelum Achilles, sehingga Achileslebih dahulu harus
melewati atau mencapai titik dimana dimana kura-kura berada pada saat ia
berangkat.setelah Archles berada pada suatu titik, kura-kura tersebut sudah
lebih jauh lagi seterusnya sehingga jarak antara Achiles dan kura-kura selalu
berkurang akan tetapi idak pernah habis. Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat
dipecahkan orang secara logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli
matematika membuat pengertian limit dari seri tak terhingga.[15]
9.
Empedocles (490-435 SM )
Lahir di
Akragos, Pulau Sicilia, ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Ptagorean dan
aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika,
politik dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi, seperti
Parmenides.
Dalam bukunya
tentang alam dikatakan oleh Empedocles bahwa sebenarnya tak ada menjadi dan
hilang, ia mengikuti Parmenides. Adapun perbedaan dalam seluruh keadaan itu tak
lain adalah daripada campuran dan penggabungan unsur-unsur (rizomata) : air.
Udara. Api, dan atnah. Keempat unsur inilah yang merupakan dasar terakhir dari
segala sesuatu. Prosese penggabungan ini terpelihara oleh dua kekuatan yang
saling bertentangan, yaitu cinta dan benci. Karena cinta maka pada mulanya
keempt unsur tersebut tersusun dalam keseimbangan, adapun bencilah
yang mencerai beraikan keseimabangan yang semula itu. Cinta lalu mengambil
tindakan dan mengembalikan yang semula. tetapi dicerai beraikan lagi oleh benci. Penegtahuan
tidak lain daripada proses pergabungan : karena tergabung dengan tanah, kita
tahu akan tanah, tergabung dengan air kta tahu akan air.
Dengan
demikian, dalam kejadian di alam semesta ini, unsur cinta dan benci selalu
menyertai. Juga, proses penggabungan dan penceraian tersebut berlaku untuk
melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangakn manusia pun terdiri dari empat
unsur (api, udara, tanah dan air) juga mengenal akan empat unsur. Hal ini
karena teori pnegenalan yang dikemukakan oleh Empedocles bahwa yang sama
mengenal yang sama.
10. Anaxagoras
(±499-20 SM )
Ia dilahirkan
di kota Klazomenai, Lonia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun.
Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di Athena , dimana
dikemudia hari Athena inlah menjadi pusat utama perkembangan filsafat yunani samapi abad ke 2 SM.
Pemikirannya
tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh Empedocles tentang cinta
dan benci yang menyebabkan adanya penggabungan dan penceraian, maka Anaxagros
mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus,
yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah
dari semua benda. Oleh karena ajrannya tentang nus inilah Anaxagoras
untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal adanya perbedaan antara jasmani
dan yang rohani.[16]
11. Democritos
(460-370 SM)
Ia lahir di kota
Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang
kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri –negeri
Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan
tentang bernacam-macam masalah seperti, kosmologi, matematika, astronomi,
logika, etika, teknik, mesin, puisi dan lain-lain. Sehingga ia dipandang
sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.
Pemikirannya,
bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya
tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat tidak
dapt dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari
satu dari yang lain karena ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak
berubah dan tidak berkualitas.[17]
Menurut
pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang yang
kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat saja.
Sehingga Democratos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu : atom itu
sendiri (yang patuh) dan ruang tempat atom bergerak (kosong). Democritos pun
membedakan adanya dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan indera yang keliru
dan pengetahuan budi yang sebenarnya.”ada dua pengetahuan katanya, pengetahuan
yang sebenarnya dan pengetahuan yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak
sebenanya adalah penglihatan, penciuman, rasa”.[18]
C.
Perkembangan
Filsafat Pada Zaman Yunani Kuno
Dilihat dari pendekatan historis, ilmu
filsafat dipahami melalui sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Menurut
catata sejarah, filsafat barat bermula di Yunani.Bangsa Yunani mulai
mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat
sekitar abad VI SM.
Perkembangan pemikiran ini
menandai bahwa suatu usaha pemikiran manusia untuk mempergunakan akal dalam
memahami segala sesuatu. Pemikiran Yunani sebagai embrio filsafat barat
berkembang menjadi titik tolak pemikiran barat abad pertengahan,modern dan masa
berikutnnya. Pemahaman filsafat tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang
sejarah pemikiran manusia itu sendiri. Sebagimana pemikiran manusia pada
awalnya masih diliputi dengan corak berpikir mitilogis. Corak pemikiran ini
diwarnai dengan pertimbangan-pertimbangan magis dan animistik terkait dengan
corak kehidupannya sehari-hari.
Dalam perkembangan selanjutnya
manusia mulai berpikir yang lebih rasional dengan disertai
argumentasi-argumentasi logis. Dari sinilah fase awal dari berpikir secar
filsafati, manusia mulai merumuskan pernyataan-pernyataan logis dan sistematis
terkait dengan persoalan-persoalan yang tengah di hadapinya. Filsafat Yunani
muncul dari pengaruh mitologi, mistisisme, matematika dan persepsi yang kental
sehingga segalanya nyaris tidak jelas dan seakan mengacaukan pandangan dunia. Kebudayaan
mereka kaya dan kreatif namun dikelilingi oleh orang-orang yang sportif dan
kompetitif. [19]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari perkembangan pemikiran inilah
muncul beberapa pemikiran filosofis pada masa Yunani kuno antara lain Thales
(624-546 SM), Anaximander (610-546 SM), Anaximenes (585-528 SM), Pythagoras
(571-496 SM), Heraclitus (544-484 SM), Parmanides (501-492 SM), Zeno (±490-430 SM), Empedocles
(490-435 SM), Anaxagoras (±499-20 SM ), Democritos (460-370 SM).
Secar umum karakteristik filsafat
Yunani kuno adalah rasionalisme, yaitu suatu pemahamn tentang sebuah
pengetahuan yang lebih mengutamakn akal (logika). Rasionalisme Yunani itu
mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.
B.
Saran
Didalam pembuatan makalah ini tentunya penulis
memiliki banyak kekeliruan yang mungkin tidak disadari oleh penulis. Dari itu,
diharapkan kepada seluruh pembaca, jika menemukan kekeliruan dalam makalah yang
kami buat ini, maka penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun, supaya penulis tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Dan
demi mewujudkan karya-karya ilmiah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Asmoro Ahmadi, Filsafat
Umum. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Collinson,
Diane. Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan, Jakarta : PT
Rajagravindo Persada, 2001.
Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta :
Teras, 2009.
Poedjawijatna.
Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.
Tafsir,
Ahmad. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Tim
Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pengantar Filsafat, Surabaya :
IAIN SA Press, 2011
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DAN CORAK
FILSAFAT YUNANI KUNO

Disusun Oleh :
1.
AKMAL
AHMAD
2.
NURHALISA
3.
MUH.
HAERUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
W A T A M P O N E
|
2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan
Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Perkembangan Pemikiran Dan Corak Filsafat Yunani Kuno”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah SWT akhirnya Makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing penyusun
agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Watampone,
25 April
2016
Penyusun
|
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN
A.
Sejarah Munculnya Filsafat Yunani Kuno........................... 3
B.
Pemikiran dan Corak Filfasat Yunani Kuno........................ 4
C.
Perkembangan Filsafat Pada Zaman Yunani Kuno............. 12
BAB III.. PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................... 13
B.
Saran..................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
|
[2] Tim Penyusun
MKD IAIN Sunan Ampel,Pengantar Fisalfat,(Surabaya:Sunan Ampel
Press),Cet.I,2011,hal.18
[5] Diane
Collinson, Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan,(jakarta:PT Raja
Grafindo Persada),cet.1,2001,hal.5
[7] Diane Collinson,
Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada),cet.1,2001,hal.6
[9] Diane
Collinson, Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada),cet.1,2001,8-9
[16]
I.R.Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat,
(Jakarta : PT Pembangunan, 1980), cetakan kelima,hlm.24
[17]
Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta:
Teras, 2009),hlm.58
[18] I.R.Poedjawijatna,Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta
: PT Pembangunan, 1980), cetakan kelima,hlm. 24
[19] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan
Ampel Surabaya,..,17
No comments:
Post a Comment