Thursday, 25 May 2017

MAKALAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DAN CORAK FILSAFAT YUNANI KUNO

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu cara kita berproses menggunakan daya pikir yaitu dengan mencintai kebenaran atau pengetahuan, sehingga kita mampu membedakan mana yang ril dan yang ilusi. Orang yunani pada awalnya sangat percaya pada dongeng dan tahayyul, tetapi lama kelamaan meraka mampu keluar dari lingkungan metologi dan mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Karena manusia selalu berhadapan denagan alam yang begitu luas dan penuh misteri, timbul rasa ingin mengetahui rahasia alam itu, sehingga filosof alam berkembang pertama kali.
Awalnya manusia menggunakan mitos untuk menjawab pertanyaan tentang alam. Kemudian, manusia berupaya menemukan jawaban dengan cara terus berpikir tentang masalah yang dihadapinya, serta melakukan pengamatan terhadap segala sesuatu yang diduga dapat membantu memecahkan masalahnya. Beberapa orang filsuf Yunani sekitar abad VI – II SM telah berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang amat mendasar tentang apakah asal mula atau dasar dari segala yang ada dalam alam ini.
Sejarah filsafat pada masa kuno di mulai dengan munculnya berbagai pemikiran yang mendalam tentang realitas atau alam yang ada ini. Kesadaran ini memang awalnya merupakan renungan semata dari oarang-orang yang dianggap bijak. Tetapi yang menarik bahwa renungan tersebut pada akhirnya terumus dalam proposisi-proposisi yang sistematis dan logis. Dari sinilah sejarah filsafat mulai muncul. Dalam catatan sejarah yang ada terutama sejarah di barat,awal sejarah perkembangan filsafat dimulai dari milik milete,di Asia kecil, sekitar tahun 600 SM. Pada waktu itu milete merupakan kota yang penting yang mempertemukan jalu perdagangan antara Mesir, Itali,Yunani dan Asia.Kerena merupakan kota Transit dari berbagai negara yang terlibat dalam perdagangan,maka tidak menutup kemungkinan terjadi pertemuan berbagai latar belakang kebudayaan dan pemikiran. Oleh karena tidak berlebihan jika kemudian kota milete juga dikenal sebagai pusat Intelektualitas.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang munculnya filsafat Yunani kuno?
2.      Bagaimana corak pemikiran filsafat Yunani kuno?
3.      Bagaimana perkembangan filsafat pada zaman Yunani kuno?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui latar belakang munculnya filsafat Yunani kuno.
2.      Mengetahui corak pemikiran filsafat Yunani kuno.
3.      Mengetahui bagaimana perkembangan filsafat pada zaman Yunani kuno.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Munculnya Filsafat Yunani Kuno
Filsafat Pra Socrates atau Yunani kuno adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Baik dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut.[1] Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia artinya bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk menyangkal dongeng-dongeng ataui mite-mite yang diterima dari agama.
Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik dunia maupun manusia yang menyebablan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.
Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari surge, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan pendapat Anaxagoras bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan (pendapat ini adalah pendapat pemikir yang menggunakan akal). 
Dimana pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yang dikontrol, dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama hidup dimiletos kira-kira pada abad ke 6 SM, dimana pada abad tersebut pemikiran mereka disimpulkan dari potongan-potongan yang diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau zaman.
Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah alam semesta).
Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar dari mana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat majuu, rasioanl dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.

B.     Pemikiran dan Corak Filfasat Yunani Kuno
Pemikiran Filsafat Yunani periode awal acapakali disebut sebagai flsafat alam.Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang arah dan perhatian pemikirannya lebih cenderung apa yang diamati di sekitarnya,yakni alam semesta.[2]
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya,akantetapi ketrerangan-keterangan ini berdasarkan kepercayaaan.Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan-keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya.Mereka menanyakan dan mencari jawabnya:apakah sebetulnya alam ini.Apakah intisari nya?.Mungkin yang beraneka warna dalam alam ini dapat di pulangkan kepada yang satu atau yang tidak banyak itu.Mereka mencari inti alam,dengan istilah mereka:mereka mencari arche alam.(Arche dalam bahasa Yunani berarti:mula,asal).[3]
Tokoh-tokoh Filsuf pada masa Yunani kuno,antara lain:
1.      Thales (624-546 SM)
Orang Miletus itu digelari “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar,yang jarang diperhatikan orang,juga orang zaman sekarang:”What is the nature of the world stuff ?”(Mayer,1950:18) Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?. Terlepas dari apapun jawabannya, pertanyaan ini saja telah dapat mengangkat namanya menjadi filosof pertama. Ia sendiri mefnjawab air. Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas karena memunculkan pertanyaan baru yaitu dari apa air itu?,Thales mengambil air sebagi asal alam semesta barang kali karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam kehidupan,dan menurut pendapatnya buymi ini terapung diatas air (Mayer,1950:18).
Dengan cara berfikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang senantiasa mengikat perhatian; apa asal alam itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada? Berdasarkan pengalamannya sehari-hari dijadikanlah pikirannya untuk menyusun bangun alam sebagai orang pesisir ia dapat melihat bahwa air laut menjadi sumber hidup. Thales pula kemegahan air laut yang menjadikan ia takjub. Demikianlah laut meyebarkan bibit seluruh dunia yang menjadi dasar penghidupan. Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air.[4]
Dari pernyataan Thales tersebut maka dapat diketahui bahwa sesuatu yang sederhana pun dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat kompleks.
2.      Anaximander (610-546 SM)
Theophrastus menggambarkannya sebagai penerus dan murid Thales. Seperti Thales, Anaximender tampaknya juga campuran antara ahli astrologi, geologi, matematika, fisika dan filosof. Menurut Agathemerus, orang pertama yang berani menggambar dunia yang tak berpenghuni diatas tablet. Salah satu fragmen buku yang dikatakan telah (mengenai alam).[5]
Anaximander berpendapat bahwa benda pembentuk dunia yang asli adalah apeiron, suatu substansi yang tidak memiliki batas atau definisi. Ia menjelaskan apeiron sebagai sesuatu yang mengelilingi segala sesuatu secara tak terbatas dan juga sebagai sesuatu makhluk dari mana semua langit dan dunia didalamnya maujud:bumi, udara, api, dan air bagaimanapun juga digerakkan oleh substansi yang tak terbatas.
Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas serta tidak dapat dirupakan dan tidak ada persamaannnya dengan apapun. Meskipun tentang teori asal kejadian alam tidak begitu jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas. Pendapatnya yang lain yaitu, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Sedangkan bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun[6]
Anaximander percaya bahwa bumi bentuknya bulat silinder, kedalamannya sepertiga dari lebarnya sehingga bumi seperti drum. Menurut Anaximender bumi tidak ditopang oleh apa-apa, tetapi tetap berada pada jarak yang sama dari smua benda. Ia juga berpendapat bahwa makhluk pertama yang hidup dilahirkan dalam kelembaban yang melekat pada kulit kayu yang berduri dan kemudian mengalami perkembangan kehidupan organik.[7]
4.      Anaximenes (585-528 SM)
Adalah yang ketiga dari trio filosof yang dikenal dengan milesian. Ia diperkirakan berkibar sekitar 540 SM dan dia adalah murid dari Anaximander. Seperti Anaximander, Anaximanes berpendapat bahwa prinsip pertama dari segala benda adalah tak terbatas. Ia menyatakan bahwa prinsip pertama tersebut adalah udara karena udaralah yang meliputi seluruh alam dan menjadika dasar hidup bagi manusia yang sangat diperlukan oleh nafasnya.[8]
Anaximenes mengajarkan bahwa bumi datar dan melayang diudara, bahwa bintang-bintang ditanam seperti paku dalam kristal dan  benda-benda langit bergerak mengitari bumi seakan-akan seperti topi yang mengitari kepala kita. Ia juga menjelaskan bahwa terjadinya gempa bumi merujuk pada pilihan pertukaran bumi antara keadaan kering dan basah. Aetius menyatakan bahwa ia telah mengatakan matahari adalah datar seperti daun dan smua benda langit seperti api tetapi mempunyai benda-benda bumi diantara benda-benda tersebut.[9]
5.      Pythagoras (571-496 SM)
Ia adalah ahli matematika dan mistik, lahir di Samos, sebuah pulau dekat  pantai Ionia, tetapi menghabiskan  sebagian besar hidupnya di Croton (sebelah selatan Italia). Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan  merupakan intisari dasar poko dari sifat-sifat benda (Number rules the universe = bilangan memerintah jagat raya).pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa tuhan adlah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.[10]
6.      Heraclitus (544-484 SM)
Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda dengan filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah satu yakni api. Ia memandang bahwa api sebagai unsur yang asal pandangannya semata-mata tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos.
Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan berganti-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir. Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubah segala sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali menjadi api[11]. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4 besok dapat saja bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar filsafat sofisme[12]
7.      Parmanides (501-492 SM)
Adalah salah seorang tokoh relativisme yang penting, yang lahir pada akhir abad 16 SM. Ia adalah warga negara Elea sebelah selatan Italia. Ia dikatakan sebagai logi kawan pertama dalam segala segala filsafat, bahkan disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan didasarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya, menggunakan metode intuisi. Dalam the way of truth Parmanides bertanya : Apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? Ia menjawab : ukurannya ialah logika yang konsisten.[13]
Parmanides mengakui adanya pengetahuan yang tidak tetap dan berubah-ubah serta pengetahuan mengenai yang tetap yaitu  pengetahuan indra dan budi. Menurut Permanides pengetahuan budi itu sangat utama karena ia beranggapan bahwa pengetahuan indra dianggapnya keliru belaka, tidak mampu mencapai kebenaran.[14]
8.      Zeno (± 490-430 SM)
Zeno lahir di Elea , dan murid dari Parmenides. Sebagai murid ia dengan gigih mepertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik sehingga kemudian hari ia dianggap sebagai peletak dasar dialektika. Menurut Aristoteles, Zeno lah yang menemukan dialektika yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian ayau hipotesa, dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu kesimpulan. Dalam melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari hipotesa yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah.
Sebagai contoh dalam mengemukakan hipotesis terhadap melawan gerak:
a.       Anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebagi hal yang tidak bergerak, karena pada setiap saat panah tersebut berhenti di suatu tempat tertentu. Kemudian dari tempat tersebut bergerak ke suatu tempat pemberhentian yang lain dan seterusnya.. memang dikatakan anak panah tersebut meleset hingga sampai pada yang dituju, artinya perjalanan anak panah tersebut sebenarnya merupakan kumpulan pemberhentian-pemberhentian anak panah.
b.      Achilles si jago lari yang termasyur dalam mitologi Yunani tdak dapat menang melawan kura-kura, karena kura-kura berangat sebelum Achilles, sehingga Achileslebih dahulu harus melewati atau mencapai titik dimana dimana kura-kura berada pada saat ia berangkat.setelah Archles berada pada suatu titik, kura-kura tersebut sudah lebih jauh lagi seterusnya sehingga jarak antara Achiles dan kura-kura selalu berkurang akan tetapi idak pernah habis. Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan orang secara logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian limit dari seri tak terhingga.[15]
9.      Empedocles (490-435 SM )
Lahir di Akragos, Pulau Sicilia, ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Ptagorean dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi, seperti Parmenides. Dalam bukunya tentang alam dikatakan oleh Empedocles bahwa sebenarnya tak ada menjadi dan hilang, ia mengikuti Parmenides. Adapun perbedaan dalam seluruh keadaan itu tak lain adalah daripada campuran dan penggabungan unsur-unsur (rizomata) : air. Udara. Api, dan atnah. Keempat unsur inilah yang merupakan dasar terakhir dari segala sesuatu. Prosese penggabungan ini terpelihara oleh dua kekuatan yang saling bertentangan, yaitu cinta dan benci. Karena cinta maka pada mulanya keempt unsur tersebut tersusun dalam keseimbangan, adapun bencilah yang mencerai beraikan keseimabangan yang semula itu. Cinta lalu mengambil tindakan dan mengembalikan yang semula. tetapi dicerai beraikan lagi oleh benci. Penegtahuan tidak lain daripada proses pergabungan : karena tergabung dengan tanah, kita tahu akan tanah, tergabung dengan air kta tahu akan air.
Dengan demikian, dalam kejadian di alam semesta ini, unsur cinta dan benci selalu menyertai. Juga, proses penggabungan dan penceraian tersebut berlaku untuk melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangakn manusia pun terdiri dari empat unsur (api, udara, tanah dan air) juga mengenal akan empat unsur. Hal ini karena teori pnegenalan yang dikemukakan oleh Empedocles bahwa yang sama mengenal yang sama.
10.  Anaxagoras (±499-20 SM )
Ia dilahirkan di kota Klazomenai, Lonia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di Athena , dimana dikemudia hari Athena inlah menjadi pusat utama perkembangan filsafat yunani samapi abad ke 2 SM.
Pemikirannya tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh Empedocles tentang cinta dan benci yang menyebabkan adanya penggabungan dan penceraian, maka Anaxagros mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus, yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Oleh karena ajrannya tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal adanya perbedaan antara jasmani dan yang rohani.[16]
11.  Democritos (460-370 SM)
Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri –negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bernacam-macam masalah seperti, kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, teknik, mesin, puisi dan lain-lain. Sehingga ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.
Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat tidak dapt dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah dan tidak berkualitas.[17]
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang yang kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat saja. Sehingga Democratos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu : atom itu sendiri (yang patuh) dan ruang tempat atom bergerak (kosong). Democritos pun membedakan adanya dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan indera yang keliru dan pengetahuan budi yang sebenarnya.”ada dua pengetahuan katanya, pengetahuan yang sebenarnya dan pengetahuan yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak sebenanya adalah penglihatan, penciuman, rasa”.[18]

C.    Perkembangan Filsafat Pada Zaman Yunani Kuno
Dilihat dari pendekatan historis, ilmu filsafat dipahami melalui sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Menurut catata sejarah, filsafat barat bermula di Yunani.Bangsa Yunani mulai mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat sekitar abad VI SM.
Perkembangan pemikiran ini menandai bahwa suatu usaha pemikiran manusia untuk mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu. Pemikiran Yunani sebagai embrio filsafat barat berkembang menjadi titik tolak pemikiran barat abad pertengahan,modern dan masa berikutnnya. Pemahaman filsafat tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah pemikiran manusia itu sendiri. Sebagimana pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi dengan corak berpikir mitilogis. Corak pemikiran ini diwarnai dengan pertimbangan-pertimbangan magis dan animistik terkait dengan corak kehidupannya sehari-hari.
Dalam perkembangan selanjutnya manusia mulai berpikir yang lebih rasional dengan disertai argumentasi-argumentasi logis. Dari sinilah fase awal dari berpikir secar filsafati, manusia mulai merumuskan pernyataan-pernyataan logis dan sistematis terkait dengan persoalan-persoalan yang tengah di hadapinya. Filsafat Yunani muncul dari pengaruh mitologi, mistisisme, matematika dan persepsi yang kental sehingga segalanya nyaris tidak jelas dan seakan mengacaukan pandangan dunia. Kebudayaan mereka kaya dan kreatif namun dikelilingi oleh orang-orang yang sportif dan kompetitif. [19]
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari perkembangan pemikiran inilah muncul beberapa pemikiran filosofis pada masa Yunani kuno antara lain Thales (624-546 SM), Anaximander (610-546 SM), Anaximenes (585-528 SM), Pythagoras (571-496 SM), Heraclitus (544-484 SM), Parmanides (501-492 SM), Zeno (±490-430 SM), Empedocles (490-435 SM), Anaxagoras (±499-20 SM ), Democritos (460-370 SM).
Secar umum karakteristik filsafat Yunani kuno adalah rasionalisme, yaitu suatu pemahamn tentang sebuah pengetahuan yang lebih mengutamakn akal (logika). Rasionalisme Yunani itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.

B.     Saran
Didalam pembuatan makalah ini tentunya penulis memiliki banyak kekeliruan yang mungkin tidak disadari oleh penulis. Dari itu, diharapkan kepada seluruh pembaca, jika menemukan kekeliruan dalam makalah yang kami buat ini, maka penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun, supaya penulis tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Dan demi mewujudkan karya-karya ilmiah yang lebih baik.








DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Collinson, Diane. Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan, Jakarta : PT Rajagravindo Persada, 2001.

Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta : Teras, 2009.

Poedjawijatna. Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.

Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pengantar Filsafat, Surabaya : IAIN SA Press, 2011



















PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DAN CORAK
FILSAFAT YUNANI KUNO





https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/9/91/STAIN_WATAMPONE.jpg



Disusun Oleh :

1.         AKMAL AHMAD
2.         NURHALISA
3.         MUH. HAERUDDIN






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
W A T A M P O N E

 
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah  ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Perkembangan Pemikiran Dan Corak Filsafat Yunani Kuno, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah  ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya Makalah  ini dapat terselesaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah  ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah  ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.


Watampone, 25  April  2016

    Penyusun










i
 
 


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................               i
DAFTAR ISI .............................................................................................               ii
BAB I..... PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.....................................................................               1
B.       Rumusan Masalah.................................................................               2
C.       Tujuan Penulisan...................................................................               2
BAB II... PEMBAHASAN
A.       Sejarah Munculnya Filsafat Yunani Kuno...........................               3
B.       Pemikiran dan Corak Filfasat Yunani Kuno........................               4
C.       Perkembangan Filsafat Pada Zaman Yunani Kuno.............               12
BAB III.. PENUTUP
A.       Kesimpulan...........................................................................               13
B.       Saran.....................................................................................               13
DAFTAR PUSTAKA
ii
 
 



[1]   Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007), h 22.
[2] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel,Pengantar Fisalfat,(Surabaya:Sunan Ampel Press),Cet.I,2011,hal.18
[3]   Poedjawijatna, Pembimbing ke arah Alam Filsafat, (Jakarta:Rineka Cipta), 1997,hal.22
[4]    Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009),  h 23.
[5]   Diane Collinson, Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan,(jakarta:PT Raja Grafindo Persada),cet.1,2001,hal.5
[6]  Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta : Teras, 2009, h. 46
[7] Diane Collinson, Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan, (Jakarta:PT Raja Grafindo  Persada),cet.1,2001,hal.6
[8]  Ibid,8
[9]   Diane Collinson, Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan, (Jakarta:PT Raja Grafindo  Persada),cet.1,2001,8-9
[10] Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009), hlm.47
[11]  Muzairi, Op.Cit., 49
[12]  Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010, h.  49
[13]  Ibid,49
[14]  Poedjawijatna,.., 24
[15]   Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009),hlm.53-54
[16] I.R.Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : PT Pembangunan, 1980), cetakan kelima,hlm.24
[17] Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009),hlm.58
[18]  I.R.Poedjawijatna,Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta : PT Pembangunan, 1980), cetakan kelima,hlm. 24
[19] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya,..,17

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...