Friday, 5 January 2018

JURNAL : ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli DI PESISIR PANTAI MALALAYANG II KOTA MANADO




ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli DI PESISIR
PANTAI MALALAYANG II KOTA MANADO
Sarini Marlina Paendong *

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAC

Malalayang Beach II is one of the beaches that are visited by many tourists. With increasingly hectic this area, the risk of contamination or entry of contaminants such as bacteria will be higher. The purpose of this study was to determine the content of E. coli in sea water in the coastal marine type II Malalayang Manado when it did not rain and when it rains they are compatible with sea water quality standard for marine tourism, and to investigate whether there are differences bacterial content of E. coli in the absence of rain and rain. This study is an observational study in which the results of the analytical content of E. coli in sea water compared to the sea water quality standard for marine tourism decree LH No. 179 in 2004. Determination of sea water sampling is purposive sampling. Samples were taken at 6 points along the coastal attractions Malalayang II. Examination of samples carried out in the Laboratory of Engineering Center for Environmental Health and Communicable Disease (BTKL-PPM) Manado. Examination of E. coli Fecal Coli MPN method. The results showed that the content of the bacterium E. coli were taken at the time it did not rain, three of the six samples had exceeded the sea water quality standard for marine tourism (> 200 MPN/100ml water sample). The content of E. coli taken in the rain everything is exceeding 200 MPN/100 ml water sample. There are different bacterial content of E. coli in the absence of rain and rain. It is suggested to the community and its merchants around the beach and the river water flow in order to perform the proper administration of wastewater, excreta disposal, administration of garbage, so that the content of E. coli does not exceed marine water quality standards for marine tourism.


Keywords: Escherichia coli, Malalayang beaches, sea water quality



ABSTRAK

Pantai Malalayang II adalah salah satu pantai yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dengan semakin ramainya daerah ini, maka resiko kontaminasi atau masuknya bahan pencemar seperti bakteri akan semakin tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan E. coli pada air laut di pesisir pantai wisata laut Malalayang II Kota Manado saat tidak hujan dan saat hujan apakah sesuai dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari, serta untuk mengetahui apakah ada beda kandungan bakteri E. coli pada saat tidak hujan dan hujan.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dimana hasil pemeriksaan kandungan E. coli pada air laut dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari Kepmen L.H. No. 179 Tahun 2004. Penentuan lokasi pengambilan sampel air laut bersifat purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan di 6 titik sepanjang jalur objek wisata pesisir pantai Malalayang II. Pemeriksaan sampel dilaksanakan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Manado. Pemeriksaan E. coli menggunakan metode MPN Coli tinja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bakteri E. coli yang diambil pada saat tidak hujan; tiga dari enam sampel sudah melebihi baku mutu air laut untuk wisata bahari (>200 MPN/100ml sampel air). Kandungan bakteri E.coli yang diambil pada saat hujan semuanya sudah melebihi 200 MPN/100 ml sampel air. Ada beda kandungan bakteri E. coli pada saat tidak hujan dan hujan. Disarankan kepada masyarakat dan pedagang yang berada di sekitar pantai dan aliran air sungai agar melakukan pengelolahan yang tepat untuk air limbah, pembuangan tinja, pengelolahan sampah, agar kandungan E. coli tidak melebihi baku mutu air laut untuk wisata bahari.

Kata Kunci : Escherichia coli, pantai Malalayang, kualitas air laut

PENDAHULUAN

Wilayah pesisir dan lautan yang kaya raya dan beragam sumber daya alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama khususnya protein hewani, sejak berabad-abad lamanya. Kekayaan hidrokarbon dan mineral lainya yang terdapat di wilayah ini juga telah dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional. Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai fungsi lain seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah (Dahuri dkk, 2004).

Salah satu sumber daya alam pesisir yang dapat dimanfaatkan, yaitu menjadikan objek wisata bahari. Berbagai jenis organisme yang ada di daerah dapat menjadi nilai jual seperti terumbu karang, hutan bakau, serta adanya keindahan pantai. Di saat Indonesia mengalami masa krisis berkepanjangan, sektor pariwisata merupakan salah satu aset negara dalam menanggulangi masalah tersebut. Melalui pemanfaatan dan pengembangan wilayah pesisir bisa mendapat konstribusi yang positif yaitu menjadikan wilayah pesisir dan laut sebagai kawasan wisata bahari.

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 179 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari, standar untuk kandungan bakteri E. coli dalam air laut adalah 200 Most Propable Number (MPN)/100 ml. Jadi apabila kandungannya sudah melebihi batas yang diperbolehkan maka mengindikasikan telah adanya pencemaran laut.

Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Sineri (2006), di perairan kota Manado yang berlokasi di perairan pantai Tumumpa, muara sungai Tondano, pantai belakang Mega Mall, pantai belakang Bahu mall, muara sungai Bahu, pantai Bahu, pantai Malalayang belakang Politeknik Kesehatan, pantai Malalayang, diperoleh hasil kandungan E. coli berada pada kisaran 10 MPN/100 ml – 80 MPN/100 ml. Secara umum, E. coli dapat ditemukan mengkontaminasi hampir sebagian


besar perairan pantai kota Manado, karena terdeteksi pada semua lokasi sampling.

Salah satu pantai yang banyak dikunjungi oleh masyarakat, para turis domestik maupun manca negara adalah pantai Malalayang II. Pantai Malalayang II diminati oleh masyarakat karena mudah dijangkau dan merupakan tempat rekreasi pantai yang paling murah serta ditunjang oleh pemandangan alam yang indah. Setiap hari minggu maupun hari libur, pantai ini selalu ramai dikunjungi masyarakat yang ingin mandi/berenang atau sekedar duduk-duduk melihat keindahan laut.

Di sisi lain, dengan semakin ramainya daerah ini, maka resiko kontaminasi atau masuknya bahan pencemar seperti bakteri akan semakin tinggi. Aktivitas manusia di sekitar pesisir laut Malalayang seperti adanya limbah rumah tangga, maupun limbah dari bantaran sungai juga perilaku masyarakat yang membuang sampah ke laut dapat menyebabkan terjadinya pencemaran mikroorganisme seperti bakteri E. coli di perairan. Hal ini diperparah lagi dengan wc umum yang kurang memadai di daerah tersebut. Faktor-faktor inilah yang bisa meningkatkan risiko kontaminasi bakteri E. coli di pantai Malalayang II. Kandungan bakteri E.coli yang sudah melewati baku mutu berpotensi sebagai penyebab penyakit, maka keberadaannya berbahaya bagi kesehatan wisatawan yang mandi/berenang di pantai. Selain itu, dampak pencemarannya secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi ekosistem perairan di pesisir laut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kandungan bakteri pada air laut khususnya pada kawasan pesisir pantai Malalayang II, sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan untuk menyusun perencanaan-perencanaan agar kestabilan ekologi terjaga.

METEDOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang bertujuan untuk menganalisis kandungan bakteri

Escherichia coli di pesisir pantai Malalayang II Kota Manado dan membandingkannya dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari. Penelitian ini dilakukan di pesisir Pantai Malalayang II,

pada  bulan  Maret  sampai  Juni  2012.
ditentukan.  Analisis  kandungan  E.coli  air

Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  air
laut menggunakan metode MPN coli tinja

laut di pesisir pantai Malalayang II, Kota
tabungganda,yangdilakukandi

Manado

Provinsi
Sulawesi

Utara.
laboratorium biologi BTKL-PPM Manado.



Kandungan

E.coli
dikategorikan

Penentuan lokasi pengambilan sampel air


berdasarkan KEPMEN L.H. No.179 tahun

laut   bersifat
purposive.
Pengambilan

2004 menjadi:





sampel
dilakukan   di   6
titik.
Untuk





Memenuhi syarat
: Jika jumlah E. coli

lokasi/titik
1  diambil
pada  muara
sungai

≤ 200 MPN/100 ml.



Malalayang
II,
sedangkan

untuk




Tidak memenuhi syarat : Jika jumlah E. coli

lokasi/titik 2 sampai 6 diambil sepanjang
> 200 MPN/100 ml.



jalur  objek  wisata  pantai  malalayang  II.
4. Pengambilan sampel saat tidak hujan adalah

Tipe sampel yang diambil adalah sampel
pengambilan sampel air laut yang dilakukan

sesaat  (Grab  Sampling).  Variabel  yang
di lokasi penelitian saat tidak terjadi hujan

akan diteliti adalah kandungan E. coli pada
(cerah).






air laut saat tidak hujan dan saat hujan.
5. Pengambilan
sampel  saat
hujan
adalah

pengambilan sampel air laut yang dilakukan










Definisi Operasional




di lokasi penelitian sesaat setelah hujan (10-

1.  Pesisir  pantai  adalah  daerah  pertemuan
60 menit).





antara  darat  dan  laut  di  perairan  pantai







Malalayang II.












2. E. coli
adalah
kelompok bakteri
koliform
HASIL DAN PEMBAHASAN



yang
dipergunakan
sebagai
parameter



Pengambilan sampel dilakukan pada saat

bakteriologis
dalam
menentukan
tingkat

tidak hujan dan saat hujan dan dilakukan

pencemaran pada air laut di perairan pantai

pada   sore
hari.
Pada   setiap
lokasi

Malalayang II.











ditentukan
titik
koordinatnya
melalui alat

3. Kandungan E.coli adalah banyaknya E. coli








pada sampel  air  laut  yang diambil  sesuai
Global Positioning System (GPS).


dengan

titik
pengambilan
yang
telah







Tabel 1. Jumlah E. coli pada Sampel Air Laut Berdasarkan Lokasi dan Cuaca Pengambilan Sampel
Cuaca


Kandungan E. coli (MPN/100ml)









Pengambilan
TP I
TP II
TP III
TP IV
TP V
TP VI









Tidak Hujan
350
94
280
0
63
280

Hujan
16000
450
450
780
450
4900

*TP=Titik Pengambilan


Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa pada saat tidak hujan kandungan

E. coli yang paling tinggi terdapat pada TP I yaitu sebanyak 350 MPN/100ml dan paling rendah terdapat pada TP IV yaitu 0 MPN/100 ml.


Pada saat hujan kandungan E. coli pada semua titik pengambilan sampel sudah melewati baku mutu air laut untuk wisata bahari karena semuanya sudah melewati 200 MPN/100 ml.


Tabel 2. Nilai Mean, Median, Maximal, Minimal dari Kandungan E. coli Pada Sampel Berdasarkan Waktu Pengambilan Sampel

Waktu


Kandungan E. coli (MPN/100ml)








Pengambilan
X
Median
Max
Min
SD








Tidak Hujan
178
187
350
0
143

Hujan
3838
615
16000
450
6210



Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa rata-rata nilai kandungan E. coli pada waktu tidak hujan adalah 178 sedangkan pada waktu hujan adalah 3839. Nilai mediannya pada waktu tidak hujan adalah 187 sedangkan pada waktu hujan adalah 615. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh hasil p=0,03 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa ada perbedaan antara kandungan E. coli pada saat tidak hujan dan hujan.

Berdasarkan hasil penelitian pada saat tidak hujan, kandungan E. coli di tiga lokasi penelitian sudah tidak memenuhi syarat dan di tiga lokasi lainnya masih memenuhi syarat yang nilainya sesuai dengan Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 179 tahun 2004 tentang baku mutu air laut dengan peruntukan wisata bahari. Hal ini dikarenakan lokasi pengambilan sampel yang pertama merupakan muara sungai. Masyarakat yang ada di sekitar sungai ada yang membuang sampah dan limbah rumah tangga di sungai. Dua lokasi lainnya berada dekat dengan saluran-saluran pembuangan dan toilet yang ada di rumah-rumah makan. Selain itu dari pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa di tempat-tempat tertentu masih ada orang maupun hewan-hewan peliharaan yang membuang tinja di pesisir pantai.

Berdasarkan hasil penelitian pada saat hujan, kandungan E. coli yang ada di semua lokasi penelitian sudah tidak memenuhi syarat karena sudah melebihi baku mutu menurut Kepmen lingkungan hidup nomor 179 tahun 2004 tentang baku


mutu air laut dengan peruntukan wisata bahari. Pada saat hujan kandungan E. coli meningkat dari saat tidak hujan. Tingginya kandungan E. coli pada beberapa lokasi pengambilan sampel menunjukkan kurang baiknya kualitas lingkungan akibat perembesan air buangan atau saluran yang bocor dari jamban ke pantai. Hal ini diperkuat dengan pengamatan di lapangan bahwa pada umumnya jambannya berada pada daerah tepi pantai yang secara langsung masih dipengaruhi oleh pergerakan masa air laut ada saat surut dan pasang. Kondisi buruknya sanitasi dan hygiene lingkungan pesisir pantai juga dikarenakan ada kebiasaan masyarakat membuang tinja/feces dan sampah ke sembarang tempat khususnya di pesisir pantai. Selain aktivitas manusia, kotoran hewan peliharaan seperti anjing berpotensi memberikan kontaminan E. coli di pesisir pantai Malalayang II. Ternak anjing yang dilepaskan begitu saja tanpa kurungan akan menjadi pemicu sumber keberadaan bakteri di perairan karena bakteri yang berada pada kotoran hewan tersebut akan hanyut ke laut oleh air hujan. Aspek lain yang dapat memberikan peningkatan terhadap jumlah koliform dan E. coli di pantai berhubungan langsung dengan drainage/selokan air limbah dan sungai yang bermuara di pantai.

Ijong dan Dien (2011), telah melakukan penelitian bakteriologis pada perairan teluk Manado (sungai Tondano, Sario dan Bahu) dan pulau Bunaken. Hasil penelitian menunjukan bahwa total coliform dan E. coli yang ada di muara sungai yang ada di pesisir teluk Manado

cukup tinggi yaitu 2,4x104-1,1x106MPN/100 ml. Total coliform dan total E. coli untuk lokasi sampling Pulau Bunaken relatif lebih rendah dibandingkan dengan lokasi sampling di muara sungai yang ada di pesisir Teluk Manado.

Menurut Kuswandi (2001) dalam Feliatra (2002) bakteri fecal masuk ke perairan melalui aliran sungai serta limpasan air hujan sehingga kelimpahan bakteri akan semakin tinggi pada saat hujan. Keadaan yang demikian disebabkan oleh konsentrasi materi organik, perubahan salinitas, suhu maupun intensitas cahaya. Ruyito dan Soeminarti (1994) dalam Feliatra (2002) menyatakan bahwa derajat kematian kelompok bakteri coli yang berada di lingkungan laut makin berkurang dengan naiknya salinitas, suhu maupun intensitas cahaya matahari.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada 12 sampel air laut yang diambil pada saat tidak hujan dan hujan, maka dapat disimpulkan:

1.      Kandungan bakteri E. coli yang diambil pada saat tidak hujan, tiga dari enam sampel sudah melebihi 200 MPN/100ml sampel air, sehingga sudah melewati baku mutu air laut untuk wisata bahari. Tiga sampelnya masih berada di bawah baku mutu air laut untuk wisata bahari.

2.      Kandungan bakteri E. coli yang diambil pada saat hujan semuanya sudah tidak memenuhi syarat sesuai baku mutu air laut untuk wisata bahari karena melebihi 200 MPN/100 ml sampel air.

3.      Terdapat perbedaan kandungan bakteri E. coli pada saat tidak hujan dan hujan.


DAFTAR PUSTAKA

American     Asosiation,   2005.   Standar
Methods  For  the  Examination  of
Water&  Waste  Water.  Contennial
Edition
Anonimous.          1994.          Mikrobiologi
Kedokteran. Staf Pengajar Fakultas
Kedokteran  Universitas  Indonesia.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Chandra,  B.  2007.  Pengantar  Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran.
Dahuri  R,  Rais  J,  Ginting  P,  Sitepu  J.
2004.
Pengelolaan
Sumber
Daya
Wilayah Pesisir
dan Lautan Secara
Terpadu.   Jakarta:
P.T   Pradnya
Paramita.




Effendi,  H.
2003.
Telaah
Kualitas
Air
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan
Perairan.  Yogyakarta:
Konisius.




Entjang,
I.
2003.
Mikobiologi&
Parasitologi.
Bandung:PT
Citra
Aditya Bakti.
Fardias, S. 2012. Polusi Air dan Udara.

Yogyakarta: Kansius


Feliatra.
2002.
Sebaran
Bakteri

Escherichia
coli
di
Perairan

Muara
Sungai
Bantan
Tengah

Bengkalis Riau. (Online)





, (diakses 29 Februari 2012).

Hadi,
A.
2007.   Prinsip
Pengelolaan

Pengambilan Sampel Lingkungan.

Jakarta:
PT
Gramedia
Pustaka

Utama.






Ijong
F,
Dien
H.
2011.
Karakteristik

Bakteri
Pereduksi
Merkuri

(Escherichia
coli)
Diisolasi
dari

Perairan  Pantai  Teluk  Manado.

Manado:
Jurnal
Perikanan
dan

Kelautan Tropis. Volume 3, No. 3

hal.103-108.





Keputusan
Menteri
Lingkungan  Hidup

No.179,
2004.
Baku  Mutu
Air


Laut Pada Wisata Bahari. Jakarta: Menteri Lingkungan Hidup.

Kusnoputranto, H. 1997. Air Limbah dan Ekskreta Manusia Aspek Kesehatan Masyarakat Dan Pengelolaannya. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulia,  R.  2005.  Kesehatan  Lingkungan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. 2010. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sineri, Y. 2006. Analisis Kandungan Bakteri Escheriscia Coli Di Sepanjang Pantai Kota Manado.

(Tesis). Program Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi Manado.

Supardi dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan


Keamanan Pangan. Bandung: Alumni.

Suyono dan Budiman. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suriawiria, U. 2005. Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: P.T Alumni.

Tururaja T, Mogea R. 2010. Bakteri Coliform di Perairan Teluk Doreri, Manokwari Aspek Pencemaran Laut dan Identifikasi Species, (Online) (http://www.ejournal.undip.ac.id/in dex.php/ijms/article/download/1409 /1194.) diakses 26 Juni 2012.

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.

Jogjakarta : Andi.

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...