Tuesday, 23 January 2018

MAKALAH USAHA KESEHATAN JIWA



Tugas Individu

MAKALAH
USAHA KESEHATAN JIWA


huo0m0j

OLEH :
                                                                                                    
NAMA : SUWARNI
BT 12 02 032
II A








AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA
WATAMPONE

 
2014
KATA PENGANTAR
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ_wcs6IrUnmYQRNmOyCVqqgFGSTB0u791NsrdFMr1fYK-k1O11

Pertama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan kepada kita. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
Alhamdulillah kami telah berhasil menyelesaikan makalah “USAHA KESEHATAN JIWA”. Dan makalah ini kami ajukan sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa. Semoga dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami tentang cairan usaha kesehatan jiwa. Penulis  menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT. Amin.


          Watampone,  20 Mei 2014


  Penyusun




i
 

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................            i
DAFTAR ISI............................................................................................................             ii

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang                                                                                                                1
B.       Rumusan Masalah                                                                                                           2
C.       Tujuan Penulisan                                                                                                             2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Kesehatan Jiwa                                                                                             3
B.       Kriteria Jiwa Sehat..................................................................................                        4
C.       Penyebab Gangguan Kesehatan Jiwa……………………………………………..       6
D.      Usaha Kesehatan Jiwa                                                                                                    9

BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan                                                                                                                    17
B.       Saran                                                                                                                              17

DAFTAR PUSTAKA








ii
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar belakang
Kesehatan Jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain seba-gaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Gangguan kesehatan mental/psikiatri banyak macamnya, salah satunya adalah persepsi, halusinasi merupakan salah satu dari gangguan persepsi. Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi bersifat sangat kompleks, antara lain meliputi masalah gangguan jiwa, masalah psikososial serta masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas hidup.
Dapat dibayangkan terjadinya frustrasi dan konflik yang terjadi sebagai akibatnya, yang sumbernya bisa bermacam-macam. Mungkin pembayaran ganti rugi yang tidak cocok, mungkin pula cara pendekatan kepada mereka yang tidak serasi atau sebab lain yang akan membentuk berbagai stresor. Lebih lebih lagi bila hasil guna yang diharapkan sebagai kemakmuran rakyat ternyata tidak terpenuhi karena tidak sinkronnya pelaksanaan pembangunan. Pembangunan waduk raksasa dengan pembangunan perumahan yang dikerjakan secara serempak tanpa kerja sama yang baik satu proyek dengan proyek lainnya. Sebagai hasil akhir dari kedua proyek ini ternyata waduk yang dimaksudkan sebagai pengairan sawah-sawah tidak bisa dimanfaatkan karena persawahannya sudah jadi rumah-rumah mewah yang tidak memerlukan air seperti sawah.
Belum lagi kita melihat meningkatnya persaingan di berbagai bidang yang juga sebagai akibat dampak negatif dari kemajuan tehnologi. Bidang perdagangan, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain merupakan ajang persaingan yang ketat karena antara yang membutuhkan dan tempat yang tersedia sangat timpang. Bagi yang terkena dampak negatif tentu hanya frustrasi dan konflik yang didapat dan dengan berbagai keadaan kepribadian dan lingkungan yang berlainan akan menghasilkan tingkat Kesehatan Jiwa tertentu yang masih dalam keadaan sehat jiwanya atau mencapai taraf di mana keadaan jiwa individu sudah terganggu dari yang ringan sampai yang berat.
Dari sekelumit kejadian di atas dapat kita lihat pentingnya mengetahui Kesehatan jiwa bagi perseorangan maupun masyarakat demi tetap terpeliharanya keadaan Jiwa kita yang sehat untuk melakukan tugas-tugas kita sehari-hari.

B.        Rumusan Masalah
1.         Apakah yang dimaksud kesehatan jiwa?
2.         Bagaimanakah kriteria jiwa sehat?
3.         Apa sakah penyebab gangguan kesehatan jiwa?
4.         Bagaimanakah usaha kesehatan jiwa?

C.       Tujuan Penulisan
1.         Mengetahui makna dari  kesehatan jiwa.
2.         Mengetahui kriteria jiwa sehat.
3.         Mengetahui penyebab gangguan kesehatan jiwa.
4.         Mengetahui strategi kesehatan jiwa.











BAB II
PEMBAHSAN

A.      Pengertian Kesehatan Jiwa
Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi, diantaranya menurut :
1.         Menurut WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
2.         UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
3.         Stuart & Laraia
Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
4.         Rosdahl
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.
Program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat,  dalam rangka mencapai derajat kesehatan  jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa adalah  perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas.

B.       Kriteria Jiwa Sehat
1.         Menurut WHO
a.         Sikap positif terhadap diri sendiri
Hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total
contoh: membendingkan dengan teman sebaya pasti ada kekurangan dan kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan.
b.        Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya adalah aktualisasi diri.
c.         Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan satu kesatuan.
d.        Otonomi
Orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang memilih sendiri.
e.         Persepsi sesuai dengan kenyataan
Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena perbedaan adat
Dadang Hawari (PR,19-1-1995) mengemukakan pendapat WHO (organisasi kesehatan dunia), bahwa ada delapan kriteria jiwa (mental) yang sehat, yaitu sebagai berikut:

a.         Mampu belajar dari pengalaman
b.        Mudah beradaptasi
c.         Lebih senang memberi daripada menerima
d.        Lebih senang menolong daripada ditolong
e.         Mempunyai rasa kasih sayang
f.         Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya
g.        Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman
h.        Berpikir positif (positive thingking)
2.         Menurut DEPKES
Pandangan sehat menurut Depkes RI UU No. 23, 1992 tentang Kesehatan  menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial  yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi. Ciri –ciri kesehatan menurut Depkes RI yaitu :
a.         Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
b.        Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk  mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, sedih, dan sebagainya.
c.         Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa  syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu diluar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
d.        Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan  orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,  agama atau kepercayaan, social, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
e.         Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa)  produktif,dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang  dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.

3.         A. H. Maslow
Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya adalah:
a.       Persepsi akurat terhadap realitas
b.      Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi
c.       Mewujudkan spontanitas
d.      Promblem centered yang akhirnya memerlukan self centered
e.       Butuh privasi
f.       Otonomi dan mandiri
g.      Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki diri
h.      Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi
i.        Berminat terhadap kesejahteraan manusia
j.        Hubungan intim dengan orang terdekat
k.      Demokrasi
l.        Etik kuat
m.    Humor/tidak bermusuhan
n.      Kreatif
o.      Bertahan atau melawan persetujuan asal bapak senang

C.      Penyebab Gangguan Kesehatan Jiwa
Faktor-faktor penyebab sebagai pencetus gangguan (kesehatan) jiwa seseorang, sering tidak bisa ditetapkan secara pasti karena banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Oleh sebab itu sering penyebab gangguan jiwa disebutkan multi faktorial yang berarti banyak faktor penyebab. Meskipun demikian faktor yang banyak itu bisa disederhanakan menjadi tiga faktor penyebab yaitu :


1.         Faktor organo-biologik
Dari sekian banyak faktor organo-biologik (organik, fisiogenik) dapat disebutkan disini beberapa di antaranya adalah :
a.       Infeksi berbagai organ tubuh terutama yang secara langsung mengenai otak atau akibatnya akan mengganggu fungsi otak
b.      Rudapaksa fisik yang mengenai organ-oragan terutama otak
c.       Gizi yang kurang, tidak memenuhi syarat atau malnutrisi
d.      Kelelahan yang sangat oleh berbagai sebab
e.       Kekacauan fungsi biologik yang terjadi secara terus menerus, oleh berbagai sebab.
f.       Hal-hal yang tersebut di atas tadi sering berhubungan dengan keadaan :
g.      Saraf pusat anatomis, fisiologis maupun kimiawi
h.      Tingkat kematangan dan perkembangan organik individu
i.        Faktor-faktor prenatal, perinatal atau postnatal.
2.         Faktor psiko-edukatif (psikologis, psikogenik)
Penyebab ini bisa berasal dari dalam maupun luar individu yang akhirnya akan berpengaruh secara luas terhadap kepribadian (berfikir, berperasaan dan bertindak) individu sebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Penyebab-penyebab itu diantaranya :
a.       Berbagai konflik dan frustrasi yang berhubungan dengan kehidupan modern maupun tradisional
b.      Berbagai kondisi kehilangan status dan perasaan diri cacat atau habis riwayatnya
c.       Berbagai kondisi kekurangan, yang dihayati sebagai cacat yang sangat menentukan kehidupan saat itu maupun selanjutnya, umpamanya : penampilan diri, hendaya dll.
d.      Berbagai kondisi perasaan bersalah atau berdosa.
e.       Keadaan-keadaan tersebut biasanya bersumber dari :
f.       Interaksi antara orang tua dan anak
g.      Peranan ayah atau ibu
h.      Persaingan antara saudara sekandung
i.        Keadaan inteligensi dan intelek individu
j.        Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, sekolah dan masyarakat
k.      Kehilangan sesuatu / seseorang, yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa bersalah
l.        Konsep diri, dalam arti pengertian dari identitas diri sendiri dengan peranan yang tidak menentu, termasuk identitas jenis kelamin
m.    Ketrampilan, bakat dan kreativitas individu
n.      Pola adaptasi dan pola pembelaan diri, sebagai reaksi terhadap bahaya yang mengancam
o.      Tingkat perkembangan emosi individu.
3.         Faktor sosio-budaya (sosiologis, sosiokultural)
Penyebab di sini adalah segala keadaan atau perubahan yang terjadi di masyarakat dalam jangka waktu lama maupun secara mendadak ataupun bersifat menetap, umpanya :
a.       Berbagai fluktuasi ekonomi dengan berbagai akibatnya
b.      Kebahagiaan maupun kesengsaraan kehidupan keluarga
c.       Kepuasan dalam pekerjaan
d.      Persaingan yang tajam, keras atau tidak sehat
e.       Diskriminasi dalam berbagai bentuk
f.       Perubahan sosial yang terlalu cepat.
g.      Keadaan di atas biasanya erat hubungannya dengan :
h.      Tingkat ekonomi keluarga atau individu
i.        Kestabilan keluarga
j.        Pola pengasuhan anak
k.      Perumahan, tempat kerja maupun sekolah di desa atau di kota
l.        Pengaruh rasial dan keagamaan
m.    Masalah kelompok minoritas / subkultur yang meliputi prasangka dalam hal fasilitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan yang tidak memadai
n.      Nilai / norma yang ada di masyarakat di mana individu itu berada.

D.      Usaha Kesehatan Jiwa
     Dalam praktek usaha-usaha Kesehatan Jiwa ini bergerak dalam bidang-bidang
  1. Promosi dan prevensi (peningkatan kesehatan dan pencegahan).
  2. Kuratif (tindakan pengobatan).
  3. Rehabilitasi (pengembalian bekas pasien ke masyarakat)
Secara organisatoris usaha-usaha kesehatan jiwa ini terutama dijalankan melalui Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI. Usaha-usaha kesehatan jiwa ini sangat erat hubungannya dengan Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri), meskipun bukan berarti monopoli bagi Instansi ini, karena dalam kenyataannya usaha ini akan melibatkan berbagai disiplin Ilmu lain yang membutuhkan kerjasama yang baik satu dengan lainnya.
Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri) sendiri dalam kegiatannya telah berkembang sedemikian rupa untuk bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan masyarakat yang telah ikut berkembang, dengan meningkatkan kemajuan tehnologi di berbagai bidang.
Pada waktu yang lampau ilmu ini dalam prakteknya hanya lebih menitik beratkan dalam usaha-usaha kuratif atau pengobatan terhadap pasien gangguan jiwa. Namun saat sekarang titik berat usaha itu tidak hanya kuratif melainkan sudah menyangkut berbagai bidang yaitu promosi dan prevensi, serta rehabilitasi, bahkan telah lebih berkembang lagi dengan terbentuknya cabang-cabang lain dari ilmu itu, di antaranya :
  1. Psikiatri Anak & Remaja
  2. Psikiatri Dewasa
  3. Psikiatri Geriatri
  4. Psikiatri Forensik
  5. Psikiatri Transkultural
  6. Psikiatri Biologik
  7. Psikiatri Industri dan Perusahaan
  8. Psikiatri Komuniti
  9. Para Psikiatri, dll.
Psikiatri Komuniti sangat erat hubungannya dengan usaha-usaha kesehatan jiwa, meskipun dalam pelaksanaannya tidak berjalan sendiri tetapi bersama-sama dengan disiplin lain, untuk mencapai kesehatan jiwa masyarakat yang optimal.
Dalam Psikiatri Komuniti ini usaha kesehatan jiwa terdiri dari :
1.      Prevensi Primer
Prevensi primer bertujuan untuk mengurangi angka kejadian dan jumlah pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat dengan cara langsung terhadap penyebab gangguan jiwa yang melanda sekelompok manusia atau dengan merubah faktor lingkungan yang diperkirakan ada hubungannya dengan satu atau beberapa gangguan jiwa.
Contoh :
a.       Pencegahan terhadap masalah prenatal dan kelahiran yang memungkinkan sebagai sebab kenaikan jumlah anak yang mengalami kelainan.
b.      Pendidikan kesehatan jiwa untuk orang tua, dengan harapan dapat mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan cara-cara pemeliharaan anak ke arah yang lebih memuaskan.
c.       Rencana yang terjadwal untuk mengubah kondisi masyarakat yang diperkirakan ada hubungannya dengan kenaikan jumlah gangguan jiwa umpamanya pengangguran, kemiskinan dan perumahan yang tidak layak.
Tehniknya adalah :


a.       Pendidikan :
Isi :
1)         Informasi-informasi mengenai Kesehatan Jiwa.
2)         Usaha menghilangkan sikap-sikap negatif terhadap pelayanan-pelayanan psikiatri atau pelayanan lain yang ada hubungannya dengan psikiatri.
3)         Data-data yang ada hubungannya dengan pelayanan psikiatrik.
Pendidikan langsung terhadap :
1)         Masyarakat umum.
2)         Kelompok-kelompok kecil yang dipilih berdasarkan atas tingginya jumlah gangguan jiwa pada kelompok tersebut.
3)         Orang-orang tertentu yang sangat dihormati dan berpengaruh terhadap masyarakat secara umum sekelompok masyarakat.
4)         Profesi tertentu dari berbagai macam tingkatan, yang dianggap menjadi sumber untuk meminta pertolongan bila mereka mendapat kesulitan; profesi itu umpamanya : dokter umum, pamong, guru, pekerja sosial dll.
b.      Konsultasi :
Ahli-ahli kesehatan jiwa yang menyediakan pertolongan kepada perorangan atau suatu badan yang ada hubungannya dengan persoalan-persoalan Kesehatan Jiwa.
c.       Intervensi langsung :
1)         Staf ahli kedokteran jiwa secara langsung melakukan tindakan, dalam usaha pencegahan serangan gangguan jiwa.
2)         Menggunakan cara-cara apapun dari pengobatan yang sudah diterima, bekerja sendiri atau bekerja sama dengan orang lain.
3)         Intervensi langsung ini sangat membutuhkan cara-cara untuk menetapkan suasana yang disebut persoalan kesehatan jiwa yang menanti untuk berkembang contoh :
* Orang-orang yang diduga rentan terhadap kesukaran :
a)      Anak dilahirkan dengan persoalan fisik atau perkembangannya sesudah dilahirkan.
b)      Anak yang terbukti mempunyai kesulitan di sekolah.
c)      Persoalan keluarga, karena ternyata kira-kira 6 % dari keluarga yang membutuhkan pelayanan kesehatan, 50 % menunjukkan problema keluarga.
Ibrahim Nuhriawangsa (1984) dalam studinya mengenai Peranan perpisahan dengan orang tua pada berbagai gangguan jiwa telah mendapatkan hasil :
a.       Perpisahan dengan orang tua oleh berbagai sebab, menunjukkan frekuensi tertinggi sebagai penyebab dibanding dengan yang tidak mengalami perpisahan dengan orang tua.
b.      Frekuensi terbanyak dari perpisahan dengan orang tua yang diduga sebagai salah satu faktor penyebab, terjadi pada umur 0 – 7 tahun.
c.       Perpisahan dengan kedua orang tua pada berbagai gangguan jiwa ini frekuensinya lebih tinggi dibanding dengan perpisahan dengan salah satu orang.
d.      Penyebab terbanyak dari perpisahan ini adalah oleh karena kematian orang tua dibanding dengan perpisahan oleh sebab lain (perceraian, poligami, tugas yang cukup lama dan hal lain yang menyebabkan terjadinya perpisahan yang cukup lama antara anak dan orang tua).
4)         Meneliti dan menetapkan adanya periode kritik dari individu yang sebelumnya pernah menderita problem emosional akibat stres sebelumnya; contohnya : perpindahan dari SD ke SLTP, keluar dari sekolah, perubahan pekerjaan, pindah tempat tinggal, kehilangan kekasih/orang yang sangat dicintai, dan lain-lain.
2.      Prevensi sekunder
Tujuan prevensi ini adalah mencari kasus-kasus gangguna jiwa yang masih dalam tahap perkembangan dini dan mencegah terjadinya atau mengurangi hendaya yang khronik, dengan jalan pengobatan yang cepat dan tepat. Dengan ini berarti melakukan intervensi awal yang efektif yang dapat mengurangi jangka waktu lamanya sakit (Kaplan et al., 1985).
Cara / tehniknya :
a.       Penemuan kasus (casefinding).
1)      Dalam penemuan kasus diperlukan kewaspadaan bagi setiap orang yang berurusan dengan masyarakat terhadap tanda yang menunjukkan bahwa gangguan jiwa mungkin akan berkembang, contohnya :
a)         Gangguan tidur atau gangguan makan (pada anak) yang berkepanjangan.
b)         Anak yang membutuhkan perhatian yang berlebihan dari orang tuanya atau dari orang lain.
c)         Kegagalan dalam perkembangan bicara yang sangat penting antara kelompok umur 2 sampai 4 tahun.
d)        Gangguan belajar.
e)         Penampilan pola tingkah laku yang nyata pada remaja atau dewasa.
2)      Penemuan kasus juga membutuhkan adanya tanda/gejala spesifik dari gangguan jiwa secara dini yang didapat dari penelitian.
b.      Pengobatan
1)      Dalam prevensi sekunder diperlukan bahwa pengobatan siap, mudah didapat untuk semua kasus yang ditemukan.
2)      Meskipun tampaknya sederhana, tetapi tindakan pengobatan ini mengandung risiko yang lebih berat dibanding dengan prevensi primer.
3)      Tindakan pengobatan harus menghasilkan :
a)         Lama tinggal di Rumah Sakit makin pendek.
b)         Memperkecil kemungkinan kembalinya pasien mondok di RS sesudah pengobatan di RS selesai.
c)         Kemungkinan perawatan di rumah dengan munculnya obat-obatan yang baru dan berhasiat jangka panjang.
3.      Prevensi tersier
Tujuan dari prevensi tersier adalah untuk menghilangkan hendaya yang mungkin tersisa meskipun gangguan jiwa sudah mengalami kesembuhan, umpamanya :
a.       Kesulitan untuk mencari pekerjaan.
b.      Isolasi sosial
c.       Ketergantungan yang berlebihan (terhadap orang lain).
Untuk mencapai tujuan ini maka biasanya usaha ini dilakukan secara bersama antara pasien dalam keadaan akut dan perawatan lanjutan.
Tehnik pelaksanaan dari prevensi tersier ini adalah :
a.       Mencegah kemungkinan terjadinya isolasi pasien, yang dimulai pada saat pasien masih diobati di RS.
1)      Mengusahakan agar perawatan pasien di RS secepat mungkin dengan jalan memberikan pengobatan yang terencana dan terorganisir.
2)      Mempersiapkan bagian rawat jalan untuk menerima lebih banyak pasien yang berobat jalan.
3)      Bila mungkin pasien lebih baik dirawat di rumah atau dirawat di RS yang dekat dengan rumah pasien.
4)      Mengusahakan lingkungan RS agar jangan sampai menimbulkan kesan bahwa pasien lebih senang di RS hingga terjadi ketergantungan, malas dll.
b.      Menolong pasien agar mampu mandiri setelah keluar dari RS :
1)      Membuat semacam persatuan di antara bekas pasien untuk mempelajari kembali kecakapan sosialisasi dalam suatu perlindungan.
2)      Membuat tahapan-tahapan yang dilewati oleh pasien sebelum secara penuh keluar dari rs.
a)         selama siang hari pasien di RS dan sesudahnya kembali ke rumah masing-masing (day hospital).
b)         selama siang hari ada di rumah dan pada malam hari tidur di RS (night hospital).
c)         selama waktu-waktu tertentu pasien diberi waktu berlibur kerumah masing-masing (weekend hospital).
3)      Membuat rumah asuh (foster home care).
Pasien-pasien yang keluar dari rs untuk sementara ditempatkan dalam salah satu keluarga. Maksudnya untuk menghilangkan isolasi pasien yang biasanya dari kamar-kamar yang tertutup di rs langsung dikeluarkan dari rs yang mungkin membuat pasien tidak mempunyai persiapan untuk kembali ke masyarakat.
4)      Tempat sementara sebelum secara penuh kembali ke masyarakat (halfway house), yang merupakan suatu penampungan pasien yang di awasi secara menyeluruh oleh supervisi yang terdiri dari satu atau beberapa orang ahli.
5)      Di sini pasien diharapkan bisa bekerja pada siang hari, merawat kamarnya sendiri, menolong memasak atau pekerjaan rumah yang lain. Tempat ini juga merupakan suatu peralihan dari status pasien yang semula berada dalam status tergantung pada pemeliharaan di rs ke status mandiri di luar rs. (masyarakat).
6)      Rehabilitasi pekerjaan (vocational rehabilitation).
Di sini pasien di usahakan kembali ke pekerjaan yang produktif yang merupakan salah satu dari tujuan prevensi tersier.
Caranya adalah :
a)      Menguji dan merencanakan kecakapan pasien dalam jenis pekerjaan.
b)      Melatih dalam sesuatu pekerjaan.
c)      Membuat bengkel/tempat kerja terlindung (sheltered workshop).
Di sini para pasien dapat bekerja dengan caranya sendiri tanpa takut membuat salah dan biasanya jadi satu dengan pekerja normal. Umumnya tempat ini hanya menyelesaikan sebahagian dari pekerjaan yang berasal dari salah satu industri yang telah mengadakan kontrak, umpamanya mengepak barang, membungkus barang dll dan mereka dapat penghasilan dari pekerjaan ini.
Di tempat ini mereka bisa untuk selamanya bekerja atau bisa juga secara temporer tergantung dari kemampuan pasien. Seperti halnya setiap usaha akan memerlukan suatu wadah sebagai pelaksana dari usaha tersebut dalam bentuk badan, instansi atau wadah lain.

















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Telah dikemukakan secara garis besar mengenai Kesehatan Jiwa, Jiwa yang sehat dan sebab-sebab gangguan jiwa serta Usaha Kesehatan Jiwa. Dengan pengetahuan ini minimal diharapkan bantuan dari masyarakat, adanya pengertian tentang Kesehatan pada umumnya dan khususnya Kesehatan Jiwa, agar bisa menghilangkan atau mengurangi sikap-sikap negatif yang sampai saai ini masih dijumpai di mana-mana. Sikap seperti ini jelas akan mengganggu lancarnya Usaha Kesehatan Jiwa.

B.       Saran
Setidak-tidaknya bisa memberi tanggapan bahwa gangguan jiwa sama halnya dengan gangguan/penyakit lainnya yang bisa sembuh sempurna, sembuh dengan hendaya dan berjalan menjadi makin khronis. Dengan demikian bila suatu ketika menghadapi individu dengan gangguan jiwa yang ringan maupun berat tidak lagi berfikir ke mana mereka harus dibawa, sikap apa yang harus saya berikan kepada mereka, karena sudah ada badan-badan yang berurusan dengan Usaha Kesehatan Jiwa di mana-mana.
Akhirnya saya pribadi perlu berterima kasih kepada anda karena dengan partisipasi anda dengan Kursus ini berarti anda sudah melakukan Usaha Kesehatan Jiwa setidak-tidaknya bagi diri anda sendiri.






DAFTAR PUSTAKA

Asmadi .2008. Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta : EGC

Lubis, Namora Lumongga .2009. Depresi Tinjauan Psikologis .Jakarta : Kencana

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.



 
 

1 comment:

  1. If you're trying to lose fat then you absolutely have to get on this brand new custom keto meal plan diet.

    To create this service, certified nutritionists, fitness couches, and professional cooks have united to produce keto meal plans that are productive, painless, money-efficient, and delicious.

    From their first launch in 2019, thousands of clients have already transformed their body and health with the benefits a great keto meal plan diet can give.

    Speaking of benefits; in this link, you'll discover eight scientifically-proven ones given by the keto meal plan diet.

    ReplyDelete

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...