Tuesday, 23 January 2018

PROPOSAL PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA DI DESA KAMPUNO KEC. BAREBBO



GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR  TENTANG  KELUARGA BERENCANA DI DESA
KAMPUNO KEC. BAREBBO KAB. BONE
TAHUN 2014



Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Ilmiah
Dalam Rangka Pembuatan Karya Tulis Ilmiah
Di Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone Tahun 2014




N I R W A N A
BT  11 224



batari toja akbid
 










AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA
W  A T A M P O N E
2014
KATA PENGANTAR
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQmTHgJPJU7nzDocdybdGFYJBjd_kXlghFQ5942_QRvU0vNwLBCpg
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul “Gambaran Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Di Desa Kampuno Kec. Barebbo  Kab. Bone Tahun 2014” Tujuan penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah  ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam Melakukan Metode Penelitian.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: dosen pembimbing, Kedua Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta nasihat yang bermanfaat sehingga penulis selalu ingin berusaha dan tidak mudah menyerah dan Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan bekerjasama dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai perbaikan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang akan datang. Semoga Proposal ini bermanfaat, amin..                             
Watampone, 07  Mei 2014

             Penulis


DAFTAR ISI

                     Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………......ii
BAB I :  PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang Penelitian ……………………………………….....1
1.2.    Rumusan Masalah Penelitian…………………………………….....3
1.3.    Tujuan Penelitian…………….…………………………………..…4
1.4.    Manfaat Penelitian……………………………………………….....5
BAB II :  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       Tinjauan Tentang Pengetahuan........................................................5
2.2.       Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana..............................13
2.3.       Tinjauan Tentang Kontrasepsi Suntikan Depo Progestin...............24
2.4.       Tinjauan Unun Faktor-Faktor Yang Berkaitan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntikan depo Progestin.....................................31
2.5.       Kerangka Konsep...........................................................................34
2.6.       Defenisi Operasional......................................................................35
BAB III :  METODE PENELITIAN
3.1.   Subjek  Penelitian ............................................................................36
3.2.   Metode  Penelitian............................................................................36
3.3.   Aspek Etis Penelitian .......................................................................38
DAFTAR PUSTAKA

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan kapan ingin mendapatkan anak dan berapa jumlahnya. Bila kita memutuskan untuk menunggu mendapatkan keturunan, maka kita biasa memili beberapa cara untuk menunda kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Manuaba, 2010)
 Menurut data Word Health Organization (WHO) dewasa ini hampir 380 juta pasangan yang menjalankan Keluarga Berencana (KB) 65-75 juta diantaranya, terutama di negara berkembang banyak menggunakan kontrasepsi hormonal seperti oral, suntik, dan implant. (Rencana Strategis BKKBN, 2005)
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007-2010 tingkat penggunaan kontrasepsi di Indonesia terdiri dari pil 12,4%, Intra Uterine Device (IUD) 6,2%,suntik 15,2, dan vasektomi 0,4%.(Rencana Strategis BKKBN, 2005)
1
 
Dalam paradigma baru program KB, misalnya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan KB dan masih banyak alasan lain misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak di inginkan (Rencana Strategis BKKBN,2005)
Berdasarkan visi dan misi tersebut, Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting untuk upaya meningkatkan kualitas penduduk. kontribusi tersebut dilihat pada pelaksanaan Making pregnancy Safer (MPS). Salah satu pesan kunci dalam rencana strategi nasional MPS di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan.
Pertimbangan PUS dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga kurangnya pengetahuan mereka tentang kesesuaian alat kontrasepsi dengan tujuan penggunaannya (kebutuhan), persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut, tempat pelayanan dan kontraindikasi dan alat kontrasepsi yang bersangkutan. Pengetahuan yang rendah menyebabkan PUS takut menggunakan alat kontrasepsi tersebut karena sebelumnya rumor kontrasepsi yang beredar di masyarakat. Pengetahuan yang baik terhadap metode kontrasepsi akan menumbuhkan sikap positif terhadap metode tersebut serta menimbulkan niat untuk menggunakannya. (Indrawati,2011)
Secara nasional, data dari Kemenkes RI menunjukkan proporsi penggunaan KB di Indonesia pada Riskesdas tahun 2010 (55,8%) dan Riskesdas 2013 (59,7%). Secara umum terjadi peningkatan dalam periode tiga tahun. Penggunaan KB tahun 2013 bervariasi menurut provinsi, proporsi penggunaan KB saat ini terendah di Papua (19,8%) dan tertinggi di Lampung (70,5%), proporsi WUS kawin yang tidak pernah menggunakan KB tertinggi di Papua (68,7) dan terendah di Kalimantan Tengah (8,6%). Dominasi penggunaan alat/cara KB modern (59,3%). Provinsi dengan penggunaan KB modern adalah tertinggi di Lampung (70,2%) dan terendah di Papua (19,6%). proporsi penggunaan KB saat ini terbanyak pada kelompok umur 35-39 tahun (66,1%), sedangkan pada kelompok umur berisiko masih rendah yaitu pada 45-49 tahun (40,4%) dan kelompok umur 15-19 tahun (46%). Proporsi penggunaan alat/cara KB di perdesaan (61,6%) lebih banyak dibandingkan di perkotaan (57,9%), sedangkan berdasarkan kuintil indeks kepemilikan terbanyak adalah kelompok menengah bawah (63,3%). WUS kawin yang tidak pernah menggunakan KB lebih banyak pada kelompok yang tidak sekolah (30,4%) dan pada kelompok umur 15-19 tahun (40,0%).  (Kemenkes 2013).
Ketersediaan dan akses informasi dan pelayanan KB, dapat mencegah kehamilan yang tidak di inginkan. Jika semua perempuan mempunyai akses terhadap kontrasepsi yang aman dan efektif, diperkirakan kematian ibu menurun hingga 50% termasuk menurunnya resiko kesehatan reproduksi yang terkait dengan kehamilan , persalinan dan aborsi tidak aman (Widyastuti, 2009)
Data dari Dinas Kesehatan kabupaten Bone tahun 2012 jumlah KB aktif sebanyak 1.001.857 orang, dimana 433.452 orang atau 43.26% memakai suntikan, 336.464 orang atau 33.58%  memakai pil, 97.776 orang atau 9.75% yang memakai implan, 46.816 orang atau 4.67%  yang memakai IUD dan sebanyak 69.338 atau 6.92% yang memakai kondom. Tahun 2013 jumlah KB aktif sebanyak 997.109 orang, dimana 439.462 orang atau 44.7%  memakai suntikan, 313.811 orang atau 31.7%  memakai pil, 107.219 orang atau 10.75% yang memakai implan, 48.599 orang atau 4.87%  yang memakai IUD dan sebanyak 68.633 atau 6.88% yang memakai kondom. (Dinkes Kab. Bone, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang KB adalah faktor umur, pendidikan dan paritas. Dimana pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia muda (baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi) akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai.
Pendidikan mempengaruhi pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang KB dimana menurut Nursalam (2009), pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang  makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka orang akan cenderung untuk mendapatkan  informasi baik dari orang lain maupun dari media massa.
Paritas juga mempengaruhi pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang KB. Menurut Wiknjosastro (2006), lebih tinggi paritas maka lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi ( >4 ) dapat dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana.
Dari hal yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Keluarga Berencana di Desa Kampuno Kec. Barebbo Kab. Bone tahun 2014.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan pernyataan peneliti sebagai berikut : Bagaimana gambaran pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Keluarga Berencana di Desa Kampuno Kec. Barebbo  Kab. Bone tahun 2014? Dan secara detail rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah gambaran pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Keluarga Berencana berdasarkan umur di Desa Kampuno Kec. Barebbo  Kab. Bone Tahun 2014?
2.    Bagaimanakah gambaran pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Keluarga Berencana berdasarkan pendidikan di Desa Kampuno Kec. Barebbo  Kab. Bone Tahun 2014?
3.    Bagaimanakah gambaran pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Keluarga Berencana berdasarkan paritas di Desa Kampuno Kec. Barebbo  Kab. Bone Tahun 2014?

1.3    Tujuan Penelitian
1.3.1    Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Keluarga Berencana di Desa Kampuno Kec. Barebbo  Kab. Bone Tahun 2014.
1.3.2    Tujuan Khusus
1.         Di perolehnya gambaran pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Keluarga   Berencana   berdasarkan   umur   di Desa   Kampuno Kec.
Barebbo  Kab. Bone Tahun 2014.
2.         Di perolehnya gambaran pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Keluarga Berencana berdasarkan pendidikan di Desa Kamppuno Kec. Barebbo Kab. Bone Tahun 2014.
3.         Di perolehnya gambaran pengetahuan Pasangan Usia Subur tentang Keluarga Berencana berdasarkan paritas di Desa Kampuno Kec. Barebbo  Kab. Bone Tahun 2014.

1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1   Manfaat Teoritis
Diharapkan  hasil  penelitian  ini   dapat  menjadi sumber informasi
dan memperkaya ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.
1.4.2   Manfaat Praktis
1.         Manfaat Bagi Puseksmas
Sebagai salah satu  sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program bagi Instansi Departemen Kesehatan dalam menyusun program perencanaan berkaitan dengan Keluarga Berencana.
2.         Manfaat Bagi Institusi
Sebagai bahan acuan yang di harapkan dapat bermanfaat terutama dalam pengembangan institusi yang berkaitan dengan Keluarga Berencana.

3.         Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman yang berharga karena dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang Kelurga Berencana.




















 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Tinjauan Tentang  Pengetahuan
2.1.1. Pengertian
1.         Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu  seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung,  telinga, dan sebagainya). Pada waktu pengindraan sampai hasil  pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan  persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2010). 
2.         Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil  penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan  (belief), takhayul (superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru  (misinformatiaon) (Soekanto, 2003).
3.         Pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Oktaviandry, 2012).
4.         Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
8
 
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dicakup di dalam  domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :
1.         Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu obyek spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu bahwa apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2.         Memahami (Comprehension)
Memahami diartihan sebagai suatu kemampuan menjelaskan  secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan masalah secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3.         Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya menggunakan statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian.
4.         Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan atau suatu objek kedalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut., dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompok-kan, dan sebagainya.
5.         Sintesis (Sythesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan  atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dari formula-formula yang ada.
6.         Evaluasi (Evaluation)
Penilaian untuk semua materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 
2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Soekidjo (2010) cara untuk memperoleh pengetahuan ada 2  yaitu :
1.         Cara Tradisional atau Non Ilmiah
a.         Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering dipergunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b.        Cara kekuasaan atau otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang ditemukannya adalah sudah benar.
c.         Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
d.        Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mempu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
2.             Cara Modern atau Cara Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah
Sedangkan menurut Menurut Notoatmodjo (2010) cara memper-oleh pengetahuan dibagi menjadi dua cara, yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau ilmiah
1.        Cara tradisional atau non ilmiah
Ada 10 cara tradisional yang digunakan yaitu :
a.         Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mencoba-coba beberapa kemungkinan. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil.
b.        Secara kebetulan
       Terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c.         Cara kekuasaan atau otoritas
       Pengetahuan dari hasil menerima pendapat yang dikemukakan  oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji
atau membuktikan kebenarannya
d.        Berdasarkan pengalaman pribadi
       Pengalaman seseorang dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan
e.         Cara akal sehat
       Cara akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.
f.         Kebenaran melalui wahyu
       Pengetahuan dari ajaran agama yang di yakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari pengetahuan tersebut rasional atau tidak.
g.        Kebenaran secara intuitif
       Pengetahuan yang diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
h.        Melalui jalan pikiran
       Menggunakan penalaran untuk memperoleh pengetahuan. Dengan berkembangnya jaman, cara berpikir manusia juga berkembang.
i.          Induksi
       Proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
j.          Deduksi
Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
2.         Cara modern atau ilmiah
Cara untuk memperoleh pengetahuan dengan mengadakan pengamatan langsung, kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan kemudian diambil kesimpulan umum. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya (Notoatmodjo, 2010)
2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :
1.         Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
2.         Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan . Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa perbedaan intelegensi
dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
3.         Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang.
4.         Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
5.         Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.
6.         Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya   TV,   radio  atau  surat   kabar  maka  hal  itu   akan  dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang.
7.         Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2010)

2.2.  Tinjauan Tentang Pasangan Usia Subur
2.2.1. Pengertian
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah suami isteri yang isterinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun dan masih haid atau pasangan suami isteri yang isteri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau isteri sudah berumur 50 tahun, tetapi masih haid (BKKBN, 2007).
Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15 sampai 44 tahun dan bukan 15-49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15-49, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45-49 bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur 45-49 tahun, kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo, 2004).
2.2.2. Masalah dan Kebutuhan yang dialami Pasangan Usia Subur (PUS)
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam memperoleh keturunan dikarenakan keadan kedua pasangan tersebut normal, hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian maslah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti masyarakat luas.
2.2.3. Promosi Kesehatan yang diberikan pada PUS
Dewasa ini, pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan angka kelahiran karena kebanyakan penduduk Indonesia melakukan pernikahan dalam usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa dimana keduanya memiliki keturunan yang banyak. Untuk itu, perlunya penyuluhan dalam mengatasi masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi pada pasangan tersebut.
Para petugas kesehatan harus memberi penyuluhan KB dan alat kontrasepsi, dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan keinginannya. Salah satu alat kontrasepsi baik untuk pria dan wanita yaitu tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria.
1.         Vasektomi
Merupakan kontap atau metode operasi pria (MOP) dengan jalan memotong vas deferen sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Setelah menjalani vasektomi tidak segera akan steril, tetapi memerlukan sekitar 12 kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dri spermatozoa. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan kondom selama 12 kali sehingga bebas untuk melakukan hubungan seks.
2.         Tubektomi
Ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii wanita. Keuntungan tubektomi adalah :
a.         Motivasi hanya dilakukan satu kali saja
b.        Efektivitas hampir 100%
c.         Tidak mempengaruhi libido seksualis
d.        Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
Tubektomi dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena belum dipersulit dengan edema tuba, infeksi, dan alat-alat genital belum menciut. Tubektomi dan vasektomi dilakukan pada pasangan yang tidak menginginkan anak lagi yang sering disebut kontap (kontrasepsi mantap). Dalam pemilihan kontrasepsi ini, diperlukan pemikiran yang matang.
2.3.  Tinjauan Tentang Keluarga Berencana
2.3.1. Pengertian
1.         Menurut Entjang (Ritonga, 2003 : 87) Keluarga Berencana (KB) adalah suatu upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral Pancasila untuk kesejahteraan keluarga.
2.         KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual (Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003)
3.         Kelurga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, Rustam, 2013 : 155).
4.         Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat  dan  sejahtera  dengan  membatasi kelahiran (Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, 2004:472).
5.         Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008).
6.         Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkanb kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun, 2008).
2.3.2. Sejarah KB
Pelopor gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957 dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak secara silent operation. Dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Usaha Keluarga Berencana (KB) terus meningkat terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia memasuki era peralihan, jika selama orde lama, program gerakan Keluarga Berencana (KB) dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi secara diam – diam karena pimpinan negara pada waktu itu anti kepada KB (Keluarga Berencana), maka dalam masa orde baru gerakan KB (Keluarga Berencana) diakui dan dimasukkan dalam program pemerintah. 
Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana (KB) juga mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968, didirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ) yang merupakan badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, mewujudkan dihayatinya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) (Mochtar , Rustam, 2013 : 251).
2.3.3. Tujuan KB
Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari :
Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
1.         Tujuan  demografi  yaitu  mencegah  terjadinya   ledakan   penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini
tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002).
2.         Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
3.         Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
4.         Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
5.         Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).
2.3.4. Manfaat KB
Manfaat KB Bagi Ibu :  
1.         Perbaikan kesehatan
2.         Peningkatan kesehatan
3.         Waktu yang cukup untuk mengasuh anak
4.         Waktu yang cukup untuk istirahat
5.         Menikmati waktu luang
6.         Dapat melakukan kegiatan lain
Manfaat KB Bagi anak : 
1.         Dapat tumbuh dengan wajar dan sehat
2.         Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
3.         Perencanaan kesempatan pendidikan lebih baik
Manfaat Untuk Keluarga:
1.         Meningkatkan kesejahteraan keluarga
2.         Harmonisasi keluarga lebih terjaga

2.2.4. Sasaran Program KB

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:

1.         Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
2.         Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3.         Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
4.         Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5.         Meningkatnya   penggunaan    metode    kontrasepsi   yang   rasional,
efektif, dan efisien.
6.         Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7.         Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8.         Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9.         Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional.
2.2.5. Macam-macam Kontrasepsi
1.         Metode Sederhana
a.         Metode Sederhana Tanpa alat
1)        Pantangan berkala
Pantangan berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan yaitu  :
a)         Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang.
b)        sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi
c)         ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. (Winkjosastro H, 2007,hal. 906).
2)        Senggama terputus (coitus interruptus)
Sengama terputus (coitus interruptus) adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara kerjanya yaitu alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. (Saifuddin A.B, 2006, hal Mk-15).

3)        Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya. MAL  dapat dipakai sebagai kontrasepsi  bila :
a)         Menyusui secara penuh (full breast feeding)
b)        Belum haid
c)         Umur bayi kurang dari 6 bulan
d)        Metode ini mempunyai sifat efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. (Saifuddin A.B, 2006, hal Mk-1).
b.        Metode Sederhana Dengan Alat
1)        Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat  terbuat   dari   berbagai   bahan   diantaranya l  ateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bisa digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Cara kerjanya menghalangi terjadinya  pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Selain itu untuk mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil). (Saifuddin A.B, 2006, hal. MK-18 ).
2)        Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, tersebut bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopii) dan sebagai alat tempat spermizida. (Saifuddin A.B, 2006, hal Mk-21).
3)        Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) di gunakan untuk menon-aktifkan atau membunuh sperma. Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. (Saifuddin A.B, 2006, hal Mk-24).
2.         Metode Modern
a.         Hormonal
1)        Pil KB (Varney.H,2006,hal 463)
a)         Pil kombinasi merupakan jenis kontrasepsi hormonal
yang pertama kali dikembangkan nama pil tersebut diambil dari fakta bahwa setiap pil mengandung suatu kombinasi estrogen dan progestin. Saat ini tersedia variasi kombinasi pil yang terdiri dari :
(1)     Monofasik jumlah dan tipe estrogen dan progestin yang dimakan sama setiap hari selama 20 atau 21 hari, diikuti dengan tidak meminum obat hormonal selama 7 hari.
(2)     Bifasik : Dosis dan jenis progestin tetap sama, tetapi kadar progestin berubah diantara minggu pertama dan minggu kedua pada siklus 21 hari dengan tidak minum obat hormonal selama tujuh hari.
(3)     Trifasik jenis estrogen tetap sama, tetapi tablet mengandung hormone aktif estrogen/progestin kadarnya tetap konstan atau dapat berubah dengan 3 dosis yang berbeda dengan tujuh tablet tanpa sesuai kadar progestin tetap sama, tetapi memiliki hormone aktif, tiga kadar yang berbeda siklus pil 21 hari yang diikuti dengan tidak meminum obat hormonal selama 7 hari obat.
b)        Pil mini (Low Dose Continuous Progesterone) adalah pil kontrasepsi yang hanya terdiri progesterone saja dalam dosis yang rendah (0,5 mg atau kurang) dan diberikan secara terus menerus setiap hari tanpa berhenti.
2)        Suntikan KB
Kontrasepsi suntikan merupakan kontrasepsi yang sangat efektif dan aman yang dapat oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. Ada beberapa macam Kontrasepsi Suntikan yang sekarang banyak dipakai yaitu kontrasepsi suntikan progestin dan suntikan kombinasi. Kontrasepsi suntikan progestin terdiri dari :
a)         Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),
mengandung 150 mg DMPA, yang di berikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong).
b)        Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara di suntik intramuskular. (Saifuddin A.B, 2006, hal MK-41).
c)         Kontrasepsi suntikan kombinasi yaitu : Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat diberikan injeksi I.M Sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat diberikan injeksi
I.M sebulan sekali. (Saifuddin A.B, 2006, hal MK-34)
3)        Susuk KB
Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan pencabutan disebabkan oleh pemasangan tidak tepat, oleh karena itu hanya petugas klinik yang terlatih (dokter, bidan, dan perawat) yang diperbolehkan memasang maupun mencabut implant. Untuk mengurangi masalah yang timbul setelah pemasangan, semua tahap proses pemasangan harus dilakukan secara hati-hati dan lembut dengan menggunakan upaya  pencegahan  infeksi  yang  dianjurkan.  Di Indonesia
dikenal beberapa jenis imlpant yaitu :
a)         Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun
b)        Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c)         Jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.(Saifuddin A.B,2006 hal. MK.53,)

b.        AKDR (Intra Uteri Devices)
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilasi. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Saifuddin A.B, 2006, hal. MK-7
3.         Metode Mantap
a.         Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan. Cara kerjanya yaitu dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum (Saifuddin A.B, 2006, hal.MK.80).
b.        Vasektomy adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin A.B, 2006, hal. MK-85).

2.3.  Tinjauan Variabel yang Akan Diteliti
2.3.1. Umur
Umur akseptor merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam penggunaan kontrasepsi yang rasional dalam perencanaan keluarga menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKBBS). Untuk mencapai layanan tersebut dikenal dengan 3 (tiga) fase yaitu sebagai berikut:
1.         Fase menunda mencegah kehamilan bagi Pasangan Usia Subur (PUS) dengan usia istri dibawah 20 tahun. Pada usia ini sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena alat reproduksi pada usia ini belum sempurna.
2.         Fase menjarangkan kehamilan bagi pasangan usia subur dengan usia istri 20 sampai 30 tahun. Pada usia ini merupakan periode usia yang paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kehamilan dan kelahiran adalah 2 - 4 tahun.
3.         Fase mengakhiri menghentikan kehamilan/kesuburan, dimana umur istri di atas 30 tahun terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. ( Hartanto H, 2004 ).
Pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia muda (baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi) akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai. Dari hal tersebut maka penggunaan kontrasepsi disesuaikan dengan usia wanita. Pada usia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan dengan menggunakan pil KB, AKDR, kontrasepsi suntik, susuk, kondom, atau intarvag. Pada usia 20-30 tahun dianjurkan untuk menjarangkan kehamilan  dan cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah AKDR, susuk, kontrasepsi suntik, pil mini, pil KB, kondom intravag. Sesudah usia 30 tahun atau fase mengakhiri kesuburan, dianjurkan menggunakan kontrasepsi mantap, AKDR, susuk, kontrasepsi suntik, pil
KB, kondom, intravag. (Wiknjosastro H, 2006).
2.3.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah satu cita-cita tertentu (Nursalam,2009). Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan  kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Notoatmojo,2010)
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang  makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tingi maka orang akan cenderung untuk mendapatkan  informasi baik dari orang lain maupun dari media massa (Nursalam,2009)
2.3.3. Paritas
Paritas adalah jumlah atau banyaknya anak yang telah dilahirkan oleh  ibu  tanpa  memandang apakah anak lahir atau mati dan umur
kehamilannya mencapai 28 minggu atau berat badan 1000 gr. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maka perlu mengatur jarak kehamilan yaitu paritas 1 untuk mengatur jarak kehamilan, paritas 2-3 untuk menjarangkan kehamilan dan untuk paritas >4 yaitu di anjurkan untuk mengakhiri kehamilan / kesuburan.

Kriteria Objek :
1.         Para 0  : wanita yang belum pernah melahirkan anak (nullipara)
2.         Para 1  : wanita yang sudah melahirkan anak pertama (primipara)
3.         Para 2-3 : wanita yang sudah pernah melahirkan anak lebih dari satu (multipara)
4.         Para >4 : wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih 5 kali (grandemultipara)
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas >4 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas,lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi ( >4 ) dapat dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana. (Winkjosastro H, 2006)

2.4.  Kerangka Konsep dam Definisi Operasional
2.4.1. Kerangka Konsep


 




Keterangan :
                                : Variabel Dependent
                                : Variabel Independent
                                : Variabel yang diteliti
2.4.2. Definisi Operasional
1.         Pengetahuan PUS tentang KB  adalah tingkat pengetahuan Pasangan Usia Subur  tentang Keluarga Berencana.
Kriteria obyektif :
a.         Baik: jika responden mendapat skor 76%-100% dari 20                                     pernyataan yang di ajukan (jika responden menjawab pernyataan dengan benar sebanyak 16-20 pernyataan)
b.        Cukup : Jika responden  mendapat skor 60% - 75%  dari 20 pernyataan yang diajukan (jika responden menjawab  pernyataan dengan benar sebanyak 12-15 pernyataan)
c.         Kurang : jika responden mandapat skor 0-59% dari 20 pernyataan  yang diajukan (jika responden menjawab pernyataan dengan benar sebanyak 0-11 pernyataan)
Skala ukur  : Ordinal 
3.         Umur adalah jumlah tahun kehidupan yang dijalani responden  dihitung sejak lahir sampai penelitian dilakukan.
Kriteria obyektif :
a.         <20 tahun
b.        20-30 tahun
c.         >30 tahun
Skala ukur : Interval
4.         Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang pernah di selesaikan responden.
Kriteria obyektif :
a.         Tamat perguruan tinggi (PT) : jika responden tamat PT
b.        Tamat SMA : jika responden tamat SMA
c.         Tamat SMP : jika responden tamat SMP
d.        Tamat SD : jika responden tamat SD
e.         Tidak sekolah : jika responden tidak tamat SD atau tidak sekolah.
Skala ukur : Ordinal
5.         Paritas adalah jumlah persalinan yang lalu yang pernah di alami oleh responden sampai dilakukanya penelitian ini.
Kriteria objektif :
a.         Para 0: wanita yang belum pernah melahirkan anak (nullipara)
b.        Para 1: wanita yang sudah melahirkan anak pertama (primipara)
c.         Para 2-3 : wanita yang sudah pernah melahirkan anak lebih dari satu (multipara)
d.        Para >4 : wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih 5 kali (grandemultipara)
Skala ukur : Ordinal












 
BAB III
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1.  Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Pasangan Usia Subur (PUS).
3.1.1.Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh PUS yang ada/berdomisili di  Desa Kampuno Kec. Barebbo Kab. Bone tahun 2014.
3.1.2.Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua PUS yang menjadi akseptor KB dan bersedia menjadi responden di Desa Kampuno Kec. Barebbo Kab. Bone tahun 2014.

3.2.  Metode Penelitian
Agar penelitian lebih terarah, pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.
3.2.1.Variabel Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010) variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian tertentu.
36
 
Dan yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah variabel independen umur, pendidikan dan paritas. Sedangkan variabel dependen adalah pengetahuan PUS tentang KB.

3.2.2.Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang diinginkan adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan menggunakan kuesioner.
3.2.3. Teknik Analisa Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator sedangkan penyajiannya dalam bentuk table distribusi frekuensi. Data dianalisis dalam bentuk presentase dngan menggunakan rumus :
Dimana :
P : Presentase
f : Frekuensi
N : Jumlah Sampel .(Machfoedz, 2011)
Alasan menggunakan rumus ini, karena jawaban setiap responden berbeda dan dihitung berdasarkan setiap jawaban, kemudian interpretasi data dari hasil penelitian dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu :
1.         Baik : Bila pertanyaan dijawab benar oleh responden 76% - 100%
2.         Cukup : 56% - 75%
3.         Kurang :  56%
3.2.4. Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan persentase disertai penjelasan dalam bentuk narasi.

3.2.5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Kampuno Kec. Barebbo Kab. Bone tahun 2014. Di desa Kampuno  merupakan salah satu desa di Kabupaten Bone yang jarang  diadakan penelitian jadi penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian, selain itu merupakan desa dimana peneliti berdomisili.
 3.2.6.Jadwal Penelitian

Kegiatan
Waktu Penelitian

Maret
April
Mei
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Pengajuan judul












Penyiapan izin lokasi












Penyusunan proposal












Pengumpulan data












Analisa data












Konsultasi laporan penelitian












Penggandaan hasil penelitian













3.2.7. Etika Penelitian
Sebelum kita melakukan penelitian, terlebih dahulu kita melakukan pendekatan administratif dengan pihak pendidikan yaitu dengan berbekal surat izin mengadakan penelitian dari Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone disampaikan kepada direktur Puskesmas Barebbo setelah mendapat persetujuan dari pihak terkait, penelitian dilakukan dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1.         Informed Concent
Merupakan lembar persetujuan yang akan diedarkan sebelum penelitian dilakukan pada seluruh klien yang memenuhi kriteria inklusi untuk diteliti. Tujuannya supaya mengerti maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika responeden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya
2.         Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (observasi) yang diisi oleh peneliti. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu
3.         Confidentiallity (Kerahasiaan)
Informasi yang berhasil dikumpulkan dari sampel peneliti dijaga dan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok tertentu saja yang mengetahui hasil penelitian atau riset. (Alimul Azis, 2007)







DAFTAR PUSTAKA

AB Saifuddin. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi II. Jakarta.Tridasa Printer. 2006

Arikunto, S.. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006

Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.

BKKBN. 2005. Pelayanan Kontrasepsi dan Pemberian ASI. From:: http://www.BKKBN.com.id (diakses Januari 2014)

Glaster A, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduks. Edisi 4. Jakarta. EGC. 2005

Hanifah W. Ilmu kebidanan. Jakarta. YBP-SP.2003.

Hartanto H. Keluarga berencana dan kontrasepsi, Jakarta; Pustaka sinar harapan. 2004

IBG Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Buku kedokteran. EGC, 2008.

Notoatmodjo, S.. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002

Notoatmodjo, S.. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003

Notoatmodjo,S.. Metodologi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta 2010

Notoatmodjo.. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.Rineka Cipta.2005

Nursalam.. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008

Prawihardjo, Sarwono.. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2007

Ratna H. Metode dan teknik penggunaan alat kontrasepsi. Jakarta.   Salemba 2009
     
Rustam M. Sinopsis obstetri . Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.


Saifuddin, AB,. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006

Soekidjo, Notoadmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2010

Varney,  Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. 2007

Wiknjosastro, Hanifa, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta : YBP-SP. 2006

1 comment:

  1. Water Hack Burns 2 lb of Fat OVERNIGHT

    More than 160 thousand women and men are using a easy and secret "liquid hack" to burn 1-2 lbs every night as they sleep.

    It's scientific and it works with anybody.

    This is how to do it yourself:

    1) Get a clear glass and fill it up half the way

    2) And now use this weight losing hack

    so you'll become 1-2 lbs thinner in the morning!

    ReplyDelete

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...