KATA PENGANTAR

Puji syukur
kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas
makalah kami yang bertema “Cairan KA-EN
4A” yang kami susun dari berbagai macam sumber. Kebanyakan sumber kami
peroleh dari internet karena faktor kemudahan dan efektifitas waktu yang kami
inginkan. Makalah yang tersusun kurang sempurna ini kami harapkan memiliki
bahan yang memang diharapkan untuk dicari dengan kata lain kami mengharapkan
makalah ini berisi informasi yang bermanfaat untuk semua pembaca.
Sekali lagi kami ucapkan terimakasih untuk segala macam bantuan yang
diberikan oleh pihak-pihak yang berjasa dalam makalah ini. Semoga makalah dari
kami bermanfaat dan dapat menjadi acuan dalam perkuliahan.
Watampone,
11 Mei 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
.........................................................................................i
DAFTAR ISI
.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
....................................................................................1
B.
Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan
…………………………...........................…………..…….........2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Infus.....................................................................................................3
B.
Cairan Intra Vena.................................................................................4
C.
Tujuan..................................................................................................5
D.
Persiapan Alat Dan Bahan..................................................................6
BAB III PEMBAHASAN
A. Indikasi
................................................................................................7
B. Kontraindikasi......................................................................................7
C.
Komposisi ...........................................................................................7
D.
Dosis ...................................................................................................7
E.
Tindakan Pencegahan Khusus ...........................................................8
F.
Efek samping ......................................................................................8
G.
Deskripsi .............................................................................................8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
.......................................................................................11
B.
Saran dan Kritik
................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemasangan
infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering dilakukan
di rumah sakit. Namun, hal ini resiko tinggi terjadinya infeksi yang akan
menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan
infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar
yang telah ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan
akibat pemasangan infus dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).
Pemasangan
infus digunakan untuk mengobati berbagai kondisi penderita disemua lingkungan
perawatan di rumah sakit dan merupakan salah satu terapi utama. Sebanyak 60%
pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan infus. Sistem terapi
ini memungkinkan terapi berefek langsung, lebih cepat, lebih efektif, dapat
dilakukan secara kontinue dan penderita
pun merasa lebih nyaman jika dibandingkan dengan cara lainnya. Tetapi karena
terapi ini diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama
tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan
infus, salah satunya adalah flebitis
(Hinlay, 2006).
Terdapat berbagai macam cairan infus dengan karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi efek dari pemberian masing-masing
jenis cairan infus terhadap volume cairan di dalam ruang intravaskuler dan juga
efek lainnya yang dihasilkan oleh setiap cairan koloid, khususnya adalah efek
samping.
Cairan KA-EN 4A merupakan Merupakan larutan infus rumatan untuk
bayi dan anak tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien
dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal. Selain
bermanfaat dalam bidang keperawatan, cairan ini juga mempunyai efek samping
serta kontraindikasi
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah indikasi
dan kontraindikasi cairan KA-EN 4A?
2.
Apa sajakah komposisi
cairan KA-EN 4A?
3.
Apa sajakah efek
samping cairan KA-EN 4A?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi cairan KA-EN 4A.
2.
Untuk mengetahui komposisi cairan KA-EN 4A.
3.
Untuk mengetahui efek samping cairan KA-EN 4A.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Infus
Pemasangan infuse merupakan tekhnik penusukan vena melalui
transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum
yang disambungkan pada spuit. (Eni
Kusyati 2006. hal:267)
Pada kondisi tertententu,
pemberian cairan intra vena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan cairan eksternal
secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intra vena adalah untuk memenuhi kebutuhan
cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan oral secara adekuat,
menambah asupan elektrolit untuk menjaga kesimbangan elektrolit, menyediakan
glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolisme, memenuhi kebutuhan
vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat melalui vena. Lebih
khusus, terapi intra vena di berikan pada pasien yang mengalami
syok,intoksikasi berat, pasien pra dan pasca bedah, atau pasien yang
membutuhkan pengobatan tertentu. (Mubarok,
Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94)
Pemberian cairan infuse
dapat di berikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi
yang berat. Pemberian cairan infuse ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di
antaranya pada vena lengan (vena safalika basilea dan mediana kabiti), pada
tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti : vena
temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse pada
pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi
darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. (Hidayat,A Aziz alimul dan musrifatul
ulyah. 2005. Hal:73-75).
B.
Cairan Intra Vena
Jenis cairan intravena yang biasa di
gunakan meliputi
- Larutan nutrien.
Larutan ini
berisi beberapa jenis karbohidrat (mis., dekstrosa dan glukosa) dan air.
Larutan nutrien yang umum digunakan adalah 5°ro dekstrosa dalam air (D5W),
3,3% glukosa dalam 0,3%, NaCI, dan 5°/0 glukosa dalam 0,45% NaCl. Setiap 1
liter cairan Dextrose 5% mengandung 170-200 kalori; mengandung asam amino
(Amigen, Ananosol, Travamin) atau lemak (Lipomul d-an Lyposyn).
- Larutan elektrolit.
Larutan
elektrolit melipvti lamtan saline, baik isotonik, hipotonik,
maupun
hipertonik. Jenis larutan elektrolit yang paling banyak digunakan adalah normal
salin (isotonik), yaitu NaC10,9%. Contoh larukan elektrolit lainnya adalah
laktat Ringer (Na’}, K’, Cl-, Ca-’) dan cairan Butter (Na‘
K+ Mgz+ Cl-, HC03 ).
- Cairan asam-basa.
Jenis cairan yang
termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat dan natrium bikarbonat. Laktat
merupakan sejenis garam yang dapat mengikat ion H’ dari cairan sehingga
mengurangi keasaman lingkungan.
- Volume ekspander.
Jenis larutan
ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma, misalnya pada
kasus hemoragi atau kombustio berat. Volume ekspander yang umttm digunakan
antara lain dekstran, plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya adalah dengan
meningkatkan tekanan osmotik darah. (Mubarok,
Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94).
C. Tujuan
- Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
- Infuse pengobatan dan pemberian nutrisi (Aziz, musrifah. 2004. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC)
- Memulai dan mempertahankan terapi cairan IV. (Eni Kusyati 2006. hal:267)
D. Persiapan
Alat Dan Bahan
1.
Cairan infus
2.
Infus set
3.
jarum infuse (20-22G untuk dewasa,
24-26G untuk anak-anak)
4.
pengalas
5.
tourniquet (untuk membendung aliran
darah vena)
6.
kapas alcohol
7.
plaster
8.
gunting
9.
pencukur rambut
10.
kassa steril
11.
betadin
12.
bengkok
13.
sarung tangan sekalipakai
14.
spolk (bila perlu).
BAB
III
CAIRAN
KA-EN 4 A
A. Indikasi
- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
- Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
B. Kontraindikasi
1.
Pasien dengan natrium yang
berlebihan
2.
kerusakan hati yang parah
3.
galaktosa - glukosa sindrom
malabsorpsi.
C. Komposisi
- Na 30 mEq/L
- K 0 mEq/L
- Cl 20 mEq/L
- Laktat 10 mEq/L
- Glukosa 40 gr/L
D. Dosis
Untuk bayi dan
neonatus, dosis harus disesuaikan dengan kondisi pasien , umur dan berat badan.
E. Tindakan Pencegahan Khusus
Gunakan dengan
hati-hati pada pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF), edema perifer dan
paru , gangguan fungsi ginjal , preeklamsia, hypoproteinemia, awal negara
pasca-trauma, sepsis berat, asidosis, penurunan output urin karena penyakit
saluran kemih obstruktif dan diabetes mellitus .
C. Efek samping
Cerebral, paru dan edema perifer , intoksikasi air dapat
terjadi dengan lebih dari
infus.
Tromboflebitis dan trombosis vena yang dipilih
D. Deskripsi
Setiap liter
larutan mengandung elektrolit ( mEq / L ) : Sodium 30 , klorida 20 dan laktat
Glukosa 10 : . 40 g / L (160 kcal / L) .
MIMS Kelas Elektrolit
MIMS Kelas Elektrolit
ATC Klasifikasi
B05BB02 - elektrolit dengan karbohidrat ; Milik kelas solusi mempengaruhi
keseimbangan elektrolit yang digunakan dalam IV solusi. Klasifikasi : G
Presentasi / Packing soln untuk infus 500 mL .

BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Cairan KA-EN 4A merupakan Merupakan larutan infus rumatan untuk
bayi dan anak Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien
dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal. Selain
bermanfaat dalam bidang keperawatan, cairan ini juga mempunyai efek samping
serta kontraindikasi.
B.
Saran
Mencari
dan mempraktekkan pengetahuan yang banyak, terutama komposisi cairan infus.
Dengan kita mengetahui semua, maka akibat kecelakaan di semua tempat terutama
rumah sakit tidak terulang lagi. Dan pasien menjadi lebih baik dalam penanganan
kepada perawat. Dengan adanya makalah ini, saya harapkan para perawat menjadi
paham dan mengerti
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Saku
Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Edisi5. Jakarta: EGC
2.
Poter, Perry. 2005. Buku ajar
fundamental keperawatan. Edisi 4 vol 2. Jakarta : EGC. Hal 1647-1655
3.
Kusyati, Eni. dkk. 2006.
Keterampilan dan Prosedur laboratorium. Jakarta. EGC. Hal:267
4.
Hidayat,A Aziz alimul dan musrifatul
ulyah. 2005. Buku Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Hal:73-75
5. Mubarok,
Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007.Buku Ajar: Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EG. Hal:92-94
No comments:
Post a Comment