KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya jualah maka tugas
makalah dengan judul “Hemoroid” dapat diselesaikan tepat waktu walaupun
penulis mengalami kendala, namun karena kerja keras dan usaha
yangsungguh-sungguh maka penulis dapat mengatasinya.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada orang
tua yang senantiasa memberikan support, dan kepada teman-teman semua
yang memberikan dukungannya.
Kami menyadari bahwa daalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal
pembuatan,penyusunan,ataupun materi yang disajikan belum lengkap.untuk itu kami
harapkan kritik dan saran yang dapat mendorong kami untuk menyempurnakan
makalah selanjutnya.
Sekian dan terima kasih.
Watampone, 10
September 2014
A. Erika Wulandari
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………….......……………….......…..…..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………............…ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………………….…........1
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………............2
C.
Tujuan Penuisan……………………………….…………………........…..2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian.....................................................................................................3
B.
Anatomi
Fisiologi.........................................................................................3
C.
Insiden
.........................................................................................................8
D.
Etiologi Dan Faktor Resiko
.........................................................................8
E.
Patofisiologi .................................................................................................9
F.
Menifestasi Klinis ......................................................................................10
G.
Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................12
H.
Penatalaksanaan..........................................................................................12
I.
Komplikasi ................................................................................................15
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................16
B.
Saran...............................................
...........................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hemorhoid atau lebih dikenal
dalam masyarakat adalah ambeien yang merupakan penyakit saluran pencernaan
akibat pelebaran pembuluh darah dibawah mukosa rektum, tepatnya diatas lapisan
muskularis sfingter ani eksternus. Walaupun penyakit ini tidak mengancam jiwa
tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman dan terdapat pada 35
% penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun yang menderita haemorhoid (Sylvia
A. Price, 2005).
Kurang lebih 70 persen manusia dewasa
mempunyai wasir (hemorhoid ), baik wasir dalam, wasir luar maupun keduanya.
Namun tidak semua penderita wasir ini memerlukan pengobatan. Hanya sebagian
kecil saja yang memerlukan pertolongan medis, yakni mereka yang mengeluhkan
pendarahan, adanya tonjolan dangatal-gatal. ”Penyebab wasir sebenarnya
sederhana, yakni saat susah buang air dipaksakan mengeluarkan kotoran. Penyebab
susah buang air ini adalah kurang minum, kurang makan serat, kurang olah raga
atau banyak duduk dan mengangkat yang berat-berat.
Penyakit hemoroid sudah banyak
menyerang masyarakat luas dan banyak dari para penderita yang harus menjalani
operasi hemoroidektomi. Secara keseluruhan berdasarkan statistik, jumlah
tindakan hemoroidektomi menurun. Puncaknya terjadi pada tahun 1974 dimana
hemoroidektomi dilakukan sebanyak 117 per 100.000 orang. Angka itu menurun 13
tahun kemudian (1987) menjadi 37 per 100.000 orang. Hemoroid tidak pandang
bulu, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai resiko yang sama. Di sisi lain,
resiko hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia. Hemoroid sering
dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan
yang sangat tidak nyaman. Usia puncak penderita hemoroid adalah 45-65 tahun (be11nursingae.blogspot.com,
2009). Berdasarkan
dengan fenomena maka penulis tertarik untuk membahas makalah dengan Judul ”Hemoroid”.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah maka penulis membatasi
penulisan dengan membuat rumusan masalah yakni:
1. Apakah Pengertian Hemoroid
2. Bagaimana mengetahui Anatomi Fisiologi dari Hemoroid
3. Bagiamana Insiden Hemoroid
4. Apakah yang menjadi Etiologi Hemoroid
5. Bagaimana Manifestasi Klinik hemoroid
6. Bagaimana melakukan Pemeriksaan Diagnostik hemoroid
7. Bagaimana Penatalaksanaan Hemoroid
8. Apa saja yang menjadi Komplikasi hemoroid
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas maka tjuan
dari penulisan makalah in antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian Hemoroid
2. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi dari Hemoroid
3. Untuk memberikan gambaran Insiden Hemoroid
4. Untuk memahami Etiologi Hemoroid
5. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik hemoroid
6. Untuk mengetahui dan memahami cara melakukan Pemeriksaan Diagnostik hemoroid
7. Mengetahui Penatalaksanaan Hemoroid
8. Untuk mengetahui Komplikasi hemoroid
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Berdasarkan penelitian ara ahli mengenai
hemoroid maka dikemukakan pengertian hemoroid sebagai berikut :
1.
Hemoroid
adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
patologik. Hanya apabila hemorid ini menyebabkan keluhan atau penyulit,
diperlukan tindakan (Wim De Jong, 2005)
2.
Hemoroid
adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena. (Smeltzer, 2002).
3.
Hemoroid
adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus hemoroidalis. Walaupun
kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis. (Muttaqin, 2011).
B.
Anatomi Fisiologi
1.
Anatomi
kolon dan rektum
Kolon merupakan sambungan dari usus halus,
dengan panjang ± 1,5 meter, dimulai dari katup
ileocaecal. Reflek gastrokolik terjadi ketika makanan masuk ke dalam lambung
dan menimbulkan peristaltik di dalam kolon. Sekum terletak di daerah iliaka dan
menempel pada tempat yang disebut pleksura hepatika, seperti terlihat pada
gambar 1 berikut ini :
Selanjutnya kolon berjalan melalui tepi
daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon transversum, kemudian membelok
sebagai fleksura lienalis. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut
fleksura sigmoid dan dibentuk kolon sigmoideus dan kemudian masuk pelvis besar
yang menjadi rektum. Panjang rektum adalah kira-kira 10 cm di bagian bawah dari
usus besar, yang dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal
yang panjangnya kira-kira 3 cm. Saluran paling bawah berakhir pada anus yang
diapit oleh otot internus dan eksternus yang merupakan tempat dimana dapat
menyebabkan pelebaran fleksus vena hemoroidalis.
2.
Struktur
pembuluh darah
Usus besar menunjukkan
empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada usus halus yaitu :
a.
Lapisan
serosa
Merupakan lapisan paling
luar, dibentuk oleh peritonium. Mesenterium merupakan lipatan peritonium lebar
sehingga memungkinkan usus bergerak lebih leluasa. Mesenterium menyokong
pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai darah. Fungsi peritonium adalah
mencegah pergesekan antara organ-organ yang berdekatan, mensekresi cairan
serosa yang berfungsi sebagai pelumas.
b.
Lapisan
otot longitudinal
Meliputi usus besar tidak
sempurna, tetapi berkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli. Taenia
bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai selubung otot yang
lengkap. Taenia lebih pendek daripada usus
sehingga usus menjadi berkerut seperti kantong kecil yang disebut : haustra.
c.
Lapisan
otot sirkuler
Diantara kedua lapisan otot tersebut,
terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang mensuplai usus
d.
Lapisan
mukosa
Lapisan paling dalam, tidak mempunyai vili
atau rugae dan merupakan suatu perbedaan dengan usus halus. Kriptus liberikula
(kelenjar internal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet
daripada usus halus. Usus besar secara klinik dibagi dalam separu bagian kiri
dan kanan menurut suplai darahnya.
3.Sistem hepatika portal
Vena mesenterika superior
memperdarahi separuh bagian kanan yaitu
: sekum, kolon, asendus, dan dua pertiga proximal kolon transversum. Arteri
mesenterika superior mensuplai separuh bagian kiri yaitu sepertiga distal kolon
mendatar dari kolon desendens, kolon sigmoid serta bagian proksimal dari
rektum. Suplai darah pada rektum diselenggarakan oleh vena return dari kolon
dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior yang
mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan
darah ke vena iliaka dan merupakan bagian distal dari sirkulasi sistemik. Suplai
saraf usus besar, dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan pengecualian
sfingter eksterna yang diatur oleh sistem volunter. Serabut parasimpatik
berjalan melalui nervus vagus, ke bagian tengah kolon transversum dan pelvikus
yang berasal dari daerah sakral menyuplai bagian distal.
Perangsangan simpatis menyebabkan
penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan sfingter ani, sedangkan
perangsangan parasimpatis, menyuplai efek yang berlawanan.
4.
Fisiologi
kolon dan rektum
Usus besar mempunyai fungsi yang
semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus yang paling
penting adalah absorpsi air dan elektrolit yang sebagian besar dilangsungkan
pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid sebagai reservoir untuk
dehidrasi masa faeces, sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorbsi air, sekitar 600
ml perhari dibandingkan dengan 800 ml air yang diabsorbsi oleh usus besar. Akan
tetapi kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2000 ml perhari. Bila jumlah ini
dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum akan mengakibatkan
diare.
Berat akhir faeces yang dikeluargakan
perhari sekitar 200 gr, 75 % diantaranya berupa air. Sisanya terdiri dari
residu makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas dan
mineral yang tidak diabsorpsi. Sangat sedikit pencernaan berlangsung dalam usus
besar. Sekresi usus besar mengandung banyak mukus, menunjukkan sekresi alkali
yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai pelumas dan pelindung mukosa
pada peradangan usus. Didalam usus besar terdapat pembusukan cukup banyak
antara lain : peptida, asam amino, indol, skatol, fenol dan asam lemak. Amino,
CO2. H2, H2S, dan Ch4 merupakan gas
– gas yang terpenting. Sebagian besar dari gas – gas dikeluarkan dari faeces
sedangkan yang lainnya diabsorbsi dan diangkut ke hati untuk dirubah menjadi
senyawa yang tidak toksik diekskresi dalam urine. Sekitar 1000 ml gas flatus
dalam keadaan biasanya dikeluarkan melalui anus setiap hari.
Penyebab terjadinya hemoroid akibat
dari pelebaran vena fleksus hemoroidalis superior, medial dan inferior.
Hemoroid dikenal dalam masyarakat adalah ambeien yang merupakan penyakit
saluran pencernaan. Hemoroid dapat terjadi pada semua tingkat usia, baik pria
maupun wanita.
C.
Insiden
Kedua
jenis haemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35 %
penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun. walaupun keadaan ini tidak mengancam
jiwa, tetapi dapat meyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. (Barbara,
2000)
D.
Etiologi
Kondisi hemoroid biasanya
tidak berhubungan dengan kondisi medis atau penyakit, namun ada beberapa
prisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid
seperti berikut ini :
1.
Peradangan
pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyakit Chron.
2.
Kehamilan,
berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
3.
Konsumsi
makanan rendah serat.
4.
Obesitas.
5.
Hipertensi
portal. (Muttaqin, 2011 Hal. 690).
6.
Faktor –
faktor yang mungkin berperan antara lain :
a.
Keturunan/herediter.
Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan
dinding pembuluh darah dan bukan hemoroidnya.
b.
Anatomi
Vena di daerah mesenterium tidak mempunyai
katup sehingga darah mudah mengalir kembali, menyebabkan tekanan pada vena
fleksus hemoroidalis.
c.
Pekerjaan
Orang yang pekerjaannya banyak berdiri, gaya
gravitasi akan mempengaruhi timbulnya haemorhoid dan para pekerja yang
pekerjaannya mengangkat barang berat. Hal ini jelas pada orang yang sering
mengedan.
E. Patofisiologi
Pada daerah rektum terdapat vena
hemoroidalis superior, medialis dan inferior. Vena hemoroidalis media dan
inferior mengalirkan darah ke vena iliaka yang merupakan bagian dari sirkulasi
sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, medialis dan
inferior. Tekanan yang cukup tinggi pada kavum abdominalis secara kronis
misalnya konstipasi atau diare, tumor rektum, sering mengedan, kongesti pelvis
pada kehamilan. Fibroma uteri dan penyakit hati kronis disertai hipertensi
portal, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem
portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Konstipasi dapat
memperburuk keadaan, dimana faeces yang keras dapat menggores vena hemoroidalis
yang membengkak, sehingga apabila
keadaan ini terus menerus bisa menimbulkan perlukaan dan perdarahan secara
perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar yang menyebabkan prolapsus.
F. Manifestasi Klinik
Tanda utamanya biasanya adalah
perdarahan, darah
yang keluar berwarna merah segar, tidak bercampur dengan feses, dan jumlahnya
bervariasi, bila
hemoroid bertambah besar maka dapat terjadi prolaps pada awalnya biasanya
dapat tereduksi spontan pada tahap lanjut, pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan akhirnya
sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan kotoran di pakaian dalam
menjadi tanda hemoroid yang mengalami prolaps permanen.kulit di daerah perianal akan
mengalami iritasi.nyeri kan terjadi bila timbul thrombosis luas dengan edema dan
peradangan. (Mansjoer, 2000 Hal 322).
Fleksus hemoroidalis melebar ini
terletak dibawah mukosa rektum, tepat diatas lapisan muskularis muskulus dari
sfingterani eksternus tanpa adanya trombus atau infeksi. Pada pemeriksaan colok
dubur hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak
cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Penilaian dengan anaskop diperlukan
untuk melihat hemoroid interna tidak menonjol keluar. Dalam pemeriksaan anoskop
akan tampak benjolan – benjolan di bawah mukosa yang seringkali penuh
dilingkaran rektum dan anus.
Secara klinis hemoroid interna
diklasifikasikan atas 4 derajat untuk memudahkan terapi :
1.)
Derajat
satu.
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat
ditemukan dengan protoskopi, lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan
kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoridalis superior
dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan.
2.)
Derajat
dua.
Dapat
mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi haemoroid ini dapat mengecil
secara spontan atau dapat direduksi (dikembalikan ke dalam) secara manual.
3.)
Derajat
tiga.
Mengalami prolapsus secara permanen (keadaan
dimana varises yang keluar tidak dapat masuk kembali) dengan sendirinya tapi
harus didorong. Dalam hal ini mungkin saja varises keluar dan harus didorong
kembali tanpa perdarahan.
4.)
Derajat IV
Akan timbul keadaan akut, dimana varises
yang keluar pada saat defekasi tidak dapat didorong masuk kembali hal ini akan
menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus yang diikuti infeksi dan
kadang-kadang timbul peningkatan rektum.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa cara pemeriksaan yang dapat
membantu menentukan diagnosis pasti antara lain dengan inspeksi, pemeliharaan
digitalis, melihat langsung dengan :
1.
Anaskopi
atau protoskopi.
Anastetik topikal dan tekanan pada sisi
kontralateral akan nampak benjolan – benjolan dibawah mukosa yang seringkali
penuh melingkari seluruh lingkaran rektum atau anus.
2.
Rektal
toucher (colok dubur)
Colok dubur dapat dilakukan dengan menekan
sisi diseberang fisura setelah pemberian anastetik topikal. Bila tidak ada
trombus atau infeksi tidak teraba apa – apa karena berupa gelembung pada sub
mukosa yang hilang bila ditekan.
3.
Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan tingkat tinggi karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
H. Penatalaksanaan
Kebanyakan pasien dengan hemoroid
(Tingkat I dan II) dapat diobati dengan tindakan local dan anjuran diet.
Hilangkan factor penyeabab, misalnya obstipasi, dengan diet rendah sisa, banyak
makan makan makanan berserat seperti buah dan sayur, banyak minum, dan
mengurangi daging. Pasien dilarang makan makanan yng merangsang. (Mansjoer,
2000 Hal 324).
Therapi hemoroid interna yang
simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid adalah normal dan oleh
karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan fleksus hemoroidalis tetapi
untuk menghilangkan keluhan.
a.
pasien
hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana
disertai nasehat tentang makan makanan sebaiknya makanan yang berserat tinggi.
b.
Supositoria
dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek
anastetik dan astrigen.
c.
Hemoroid
interna yang mengalami prolaps oleh karena edema umumnya dimasukkan kembali
secara perlahan – lahan disusul istirahat baring dan kompres lokal untuk
mengurangi pembengkakan.
d.
Rendam
duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri.
e.
Skleroterapi
Skleroterapi adalah
penyuntikan larutan kimia yang merangsang misalnya 5 % fenol dalam minyak
nabati. Penyuntikan diberikan ke sub mukosa di dalam jaringan areolar yang
longgar dibawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril
yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut.
f.
Ligasi
dengan gelang karet
Hemoroid yang besar atau mengalami prolapsus
dapat ditangani dengan ligasi gelang karet menurut Barron dengan bantuan
anoskop, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik dan dihisap
dalam tabung khusus.
g.
Bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan
pendinginan pada suhu yang rendah sekali atau bedah krio. Ini dapat dipaksi
secara luas oleh karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya.
h.
Hemoroidektomi
Therapi bedah dipilih untuk penderita yang
mengalami keluhan yang menahun dan pada penderita hemoroid derjat III dan IV.
Therapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang.
Penderita grade IV yang mengalami trombosit dan kesakitan hebat dapat ditolong
segera dengan hemoroidektomi.
i.
Tindakan
bedah lain
Dilatasi anus yang dilakukan dalam anastesi
dimaksudkan untuk memutuskan jeringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi
jalan keluar anus atau spasme yang merupakan faktor penting dalam pembentukan
hemoroid. Metode dilatasi lord ini kadang disertai dengan penyulit
inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
I. Komplikasi
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para anal, dan inkarserasi. Untuk hemoroid eksterna, pengbatannya selalu operatif. Tergantung keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi thrombus serta penhgeluaran thrombus. Komplikasi jangka panjang adalah struktur ani eksisi yang berlebihan. (Mansjoer, 2000 Hal 324).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit hemorhoid atau lebih
dikenal dalam masyarakat adalah ambeien yang merupakan penyakit saluran
pencernaan akibat pelebaran pembuluh darah dibawah mukosa rektum, tepatnya
diatas lapisan muskularis sfingter ani eksternus. Walaupun
penyakit ini tidak mengancam jiwa tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat
tidak nyaman dan terdapat pada 35 % penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun yang
menderita haemorhoid.
Secara klinis
hemoroid interna diklasifikasikan atas 4 derajat untuk memudahkan terapi :
Derajat satu. tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan
protoskopi, Derajat dua dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi
haemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi (dikembalikan
ke dalam) secara manual. Derajat tiga mengalami
prolapsus secara. Derajat IV akan timbul keadaan akut, dimana varises yang
keluar pada saat defekasi tidak dapat didorong masuk kembali.
B. Saran
1.
Agar dalam melakukan tindakan
keperawatan harus sesuai dengan teori kebutuhan klien serta fasilitas yang ada.
2.
Agar masyarakat lebih mengetahui
tentang penyakit Hemoroid dan bagaimana pencegahannya.
No comments:
Post a Comment