BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Biokimia
diusulkan pertama kali oleh Corl Neuberg pada tahun 1903. Biokimia adalah sains
yang menjelaskan struktur dan fungsional makhluk hidup dalam lingkup kimia.
Biokimia mengarahkan bidang penelitiannya pada struktur, fungsi, dan interaksi
biologi pada makromolekul seperti karbohidrat, lipida (lemak), protein, asam
nukleat yang berperan dalam kehidupan.
Telah
dipercaya bahwa segala sesuatu yang hidup adalah berasal darim sesuatu yang tak
hidup. Kemudian, pada tahun 1828 Friedrich Wöhler mempublikasi sebuah karya
tentang sintesis urea yang membuktikan bahwa senyawa organik dapat dihasilkan.
Awal mula penelitian biokimia meliputi fotosintesis, respirasi, metabolisme
nitrogen, dan asam nukleat.
Dalam makalah
ini penulis membahas tentang Sistem Pernafasan dalam tubuh manusia secara
biokimia, unsur-unsur mineral dalam tubuh manusia, pemeriksaan laboratorium
klinik, asidosis dan alkalosis dalam tubuh manusia dengan pertimbangan materi
di atas dapat membantu untuk lebih memahami materi Biokimia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah mekanisme pernafasan didalam tubuh manusia
secara biokimia?
2.
Apa sajakah unsur-unsur mineral didalam tubuh serta
fungsinya?
3.
Bagaimanakah pemeriksaan laboratorium klinik albumin,
reduksi, golongan darah, dan pap smear?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui mekanisme pernafasan didalam tubuh manusia
secara biokimia.
2.
Untuk mengetahui unsur-unsur mineral didalam tubuh serta
fungsinya.
3.
Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium klinik albumin,
reduksi, golongan darah, dan pap smear.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem
Pernafasan Pada Manusia
Secara Biokimia
1.
Tekanan O2 Dan CO2 Dalam Paru, Darah Dan Jaringan
Gas dapat
bergerak dengan cara difusi, yang disebabkan oleh perbedaan tekanan. O2
berdifusi dari alveoli ke dalam darah kapiler paru karena PO2 alveoli > PO2
darah paru. Lalu di jaringan, PO2 yang tinggi dalam darah kapiler menyebabkan
O2 berdifusi ke dalam sel. Selanjutnya, O2 dimetabolisme membentuk CO2. PCO2
meningkat, sehingga CO2 berdifusi ke dalam kapiler jaringan. Demikian pula, CO2
berdifusi keluar dari darah, masuk ke alveoli karena PCO2 darah kapiler paru
lebih besar.
2.
Protein Heme
Protein heme
berfungsi dalam pengikatan dan pengangkutan O2, serta fotosintesis. Gugus
prostetik heme merupakan senyawa tetrapirol siklik, yang jejaring ekstensifnya
terdiri atas ikatan rangkap terkonjugasi, yang menyerap cahaya pada ujung bawah
spektrum visibel sehingga membuatnya berwarna merah gelap. Senyawa tetrapirol
terdiri atas 4 molekul pirol yang dihubungkan dalam cincin planar oleh 4
jembatan metilen-α. Substituen β menentukan bentuk sebagai heme atau senyawa
lain. Terdapat 1 atom besi fero (Fe2+) pada pusat cincin planar, yang bila
teroksidasi, akan menghancurkan aktivitas biologik.
a.
Mioglobin
merupakan rantai polipeptida tunggal (monomerik), BM 17.000, memiliki 153
residu aminoasil.
Permukaan
luarnya bersifat polar dan bagian dalamnya nonpolar. Bentuknya sferis, dan ia
kaya akan heliks-α, yang strukturnya diberi nama heliks A sampai H. Ketika
berikatan dengan O2, ikatan antara 1 molekul O2 dengan Fe2+ berada tegak lurus
dengan bidang heme. Sebenarnya CO membentuk ikatan dengan 1 heme tunggal
25.000x lebih kuat daripada O2, namun histidin distal (His E7) merintangi
pengikatan CO tegak lurus, sehingga kekuatan ikatannya menjadi 200x lebih besar
daripada O2. Mioglobin otot merah menyimpan O2, yang dalam keadaan kekurangan
akan dilepas ke mitokondria otot untuk sintesis ATP.
b.
Hemoglobin
merupakan protein dalam eritrosit, yang berfungsi untuk:
1)
Mengikat dan
membawa O2 dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh
2)
Mengikat dan
membawa CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru
3)
Memberi
warna merah pada darah
4)
Mempertahankan
keseimbangan asam basa dari tubuh
Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang
setiap monomernya terikat pada gugus prostetik heme, dengan BM 64.450 Dalton.
Tetramernya terdiri dari 2 subunit, yaitu α dan β.
3.
Pengangkutan O2
O2 yang
diangkut darah terdapat dalam 2 bentuk, yang terlarut dan terikat secara kimia
dengan Hb. Jumlah O2 terlarut plasma darah berbanding lurus dengan tekanan
parsialnya dalam darah. Pada keadaan normal, jumlah O2 terlarut sangat sedikit,
karena kelarutannya dalam cairan tubuh sangat rendah. Pada PO2 darah 100mmHg,
hanya + 3 mL O2 yang terlarut dalam 1 L darah. Dengan demikian, pada keadaan
istirahat, jumlah O2 terlarut yang diangkut hanya + 15 mL/menit. Karena itu,
transpor O2 yang lebih berperan adalah dalam bentuk ikatan dengan Hb.
Hb dapat
mengikat 4 atom O2 per tetramer (1 @ subunit heme), atom O2 terikat pada atom
Fe2+, pada ikatan koordinasi ke-5 heme. Hb yang terikat pada O2 disebut
oksihemoglobin (HbO2) dan yang sudah melepaskan O2 disebut deoksihemoglobin. Hb
dapat mengikat CO menjadi karbonmonoksidahemoglobin (HbCO), yang ikatannya 200x
lebih besar daripada dengan O2. Dalam keadaan lain, Fe2+ dapat teroksidasi
menjadi Fe3+ membentuk methemoglobin (MetHb). Yang menyebabkan O2 terikat pada
Hb adalah jika sudah terdapat molekul O2 lain pada tetramer yang sama. Jika O2
sudah ada, pengikatan O¬2 berikutnya akan lebih mudah. Sifat ini disebut ‘kinetika
pengikatan komparatif’, yaitu sifat yang memungkinkan Hb mengikat O2 dalam
jumlah maksimal pada organ respirasi dan memberikan O2 secara maksimal pada PO2
jaringan perifer. Pengikatan O2 disertai putusnya ikatan garam antar residu
terminal karboksil pada keseluruhan 4 subunit. Pengikatan O2 berikutnya
dipermudah karena jumlah ikatan garam yang putus menjadi lebih sedikit.
Perubahan ini mempengaruhi struktur sekunder, tersier dan kuartener Hb,
sehingga afinitas heme terhadap O2 meningkat. Setiap atom Fe mampu mengikat 1
molekul O2 sehingga tiap molekul Hb dapat mengikat 4 molekul O2. Hb dikatakan
tersaturasi penuh dengan O2 bila seluruh Hb dalam tubuh berikatan secara
maksimal dengan O2. Kejenuhan Hb oleh O2 sebanyak 75% bukan berarti 3/4 bagian
dari jumlah molekul Hb teroksigenasi 100%, melainkan rata-rata 3 dari 4 atom Fe
dalam setiap molekul Hb berikatan dengan O2.
Faktor
terpenting untuk menentukan % saturasi HbO2 adalah PO2 darah. Menurut hukum
kekekalan massa, bila konsentrasi substansi pada reaksi reversibel rneningkat,
reaksi akan berjalan ke arah berlawanan. Bila diterapkan di reaksi reversibel
Hb& O2, maka peningkatan PO2 darah akan mendorong reaksi kekanan, sehingga
pembentukan HbO2 (% saturasi HbO2) meningkat. Sebaliknya penurunan PO2,
menyebabkan reaksi bergeser ke kiri, O2 dilepaskan Hb, sehingga dapat diambil
jaringan.
4.
Pengangkutan CO2
CO2 yang dihasilkan metabolisme
jaringan akan berdifusi ke dalam darah dan diangkut dalam 3 bentuk, yaitu:
a.
CO2 terlarut
Daya larut CO2 dalam darah > O2, namun pada PCO2 normal, hanya +10% yang
ditranspor berbentuk terlarut.
b.
Ikatan
dengan Hb dan protein plasma+30% CO2 berikatan dengan bagian globin dari Hb,
membentuk HbCO2 (karbaminohemoglobin). Deoksihemoglobin memiliki afinitas lebih
besar terhadap CO2 dibandingkan O2. Pelepasan O2 di kapiler jaringan
meningkatkan kemampuan pengikatan Hb dengan CO2. Sejumlah kecil CO2 juga
berikatan dengan protein plasma (ikatan karbamino), namun jumlahnya dapat
diabaikan. Kedua ikatan ini merupakan reaksi longgar dan reversibel.
c.
Ion HCO3
60-70% total CO2. Ion HCO3 terbentuk dalam eritrosit melalui reaksi: CO2 + H2O
↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-
Setelah
melepas O2, Hb dapat langsung mengikat CO2 dan mengangkutnya dari paru untuk
dihembuskan keluar. CO2 bereaksi dengan gugus α-amino terminal hemoglobin,
membentuk karbamat dan melepas proton yang turut menimbulkan efek Bohr.
Konversi ini mendorong pembentukan jembatan garam antara rantai α dan β,
sebagai ciri khas status deoksi. Pada paru, oksigenasi Hb disertai ekspulsi,
kemudian ekspirasi CO2.
Dengan
terserapnya CO2 ke dalam darah, enzim karbonik anhidrase dalam eritrosit akan
mengkatalisis pembentukan asam karbonat, yang langsung berdisosiasi menjadi
bikarbonat dan proton. Membran eritrosit relatif permeabel bagi ion HCO3, namun
tidak untuk ion H. Akibatnya, ion HCO3 berdifusi keluar eritrosit mengikuti
perbedaan konsentrasi, tanpa disertai difusi ion H. Untuk mempertahankan pH
tetap netral, keluarnya ion HCO3 diimbangi dengan masuknya ion Cl ke dalam sel,
yang dikenal sebagai ‘chloride shift’. Ion H di dalam eritrosit akan berikatan
dengan Hb. Karena afinitas deoksihemoglobin terhadap ion H > O2, sehingga
walaupun jumlah ion H dalam darah meningkat, pH relatif tetap karena ion H
berikatan dengan Hb. Fenomena pembebasan O2 dari Hb yang meningkatkan kemampuan
Hb mengikat CO2 dan ion H dikenal sebagai efek Haldene.
Dalam paru,
proses tersebut berlangsung terbalik, yaitu seiring terikatnya Hb dan O2,
proton dilepas dan bergabung dengan bikarbonat, sehingga terbentuk asam
karbonat. Dengan bantuan enzim karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas
CO2 yang dihembuskan keluar. Jadi, pengikatan O2 memaksa ekspirasi CO2.
Fenomena ini dinamakan efek Bohr.
5.
Kurva Saturasi / Disosiasi
Kurva saturasi melukiskan
pengambilan dan pelepasan O2. Kurva untuk mioglobin bersifat hiperbolik,
sedangkan kurva untuk hemoglobin berbentuk sigmoid.
Kurva
disosiasi HbO2
Hubungan kejenuhan HbO2 dengan PO2
darah tidak berbentuk linier, melainkan sigmoid (kurva disosiasi). Proses
pengikatan O2 oleh Hb terjadi dalam 4 tahap, tiap tahap melibatkan 1 atom Fe
berbeda. Ikatan O2 dengan 1 atom Fe akan memfasilitasi reaksi pengikatan O2 -
Fe berikutnya, akibatnya afinitas Hb untuk O2 makin meningkat. Tahap reaksi
pengikatannya sbb:
a.
Hb4 + O2
Hb4O2
b.
Hb4O2 + O2
Hb4(O2)2
c.
Hb4(O2)2 +
O2 Hb4(O2)3
d.
Hb4(O2)3 +
O2 Hb4(O2)4
Afinitas tertinggi terdapat pada
reaksi ke-4. Bentuk kurva disosiasi yang mendatar pada PO2 yang tinggi
disebabkan afinitas yang sangat meningkat pada reaksi ke-4. Bagian kurva yang
datar sesuai untuk kisaran PO2 antara 60-100 mmHg. Pada kisaran tersebut,
peningkatan/penurunan PO2 darah hampir tidak mempengaruhi kejenuhan HbO2.
Sebaliknya, pada kisaran 0-60 mmHg, perubahan kecil pada PO2 akan memberi
dampak cukup besar terhadap kemampuan Hb mengikat O2. Bagian kurva yang datar
maupun yang curam memiliki makna fisiologi yang penting.
Darah yang meninggalkan paru
mempunyai PO2 +97rnmHg. Dan pada kurva disosiasi HbO2 tampak bahwa kejenuhan
HbO2 mencapai 97,5% (hampir tersaturasi penuh). Bila terjadi penurunan PO2
sebesar 40% (PO2= 60 mmHg), kadar O2 terlarut dalam darah juga turun 40%. Namun
kemampuan Hb mengikat O2 masih +90%, sehingga kandungan O2 total darah masih
cukup tinggi. Sebaliknya, bila PO2 darah meningkat menjadi 760 mmHg (bernapas
dengan O2 murni), kejenuhan Hb dengan O2 dapat mencapai 100%. Dengan demikian,
pada kisaran 60-760 mmHg, perubahan jumlah O2 yang diangkut Hb +10%.
Bagian curam kurva disosiasi HbO2
terletak pada kisaran PO2 antara 0-60 mmHg, sesuai keadaan di kapiler pembuluh
sistemik (keseimbangan PO2 dengan cairan jaringan +40 mmHg). Pada tekanan ini,
kemampuan Hb mengikat O2 +75%. Dengan demikian, sekitar 22,5% HbO2 akan terurai
menjadi deoksihemoglobin dan O2. O2 yang dibebaskan ini akan diambil jaringan
untuk kebutuhan metabolismenya. Bila metabolisme jaringan meningkat, PO2 turun
dan saturasi HbO2 +30%, berarti sekitar 45% HbO2 akan terurai lagi. Dengan
demikian, pada kisaran PO2 < 60 mmHg, penurunan PO2 sedikit saja dapat
membebaskan sejumlah besar O2 untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
yang meningkat. Kurva disosiasi HbO2 standar berlaku pada suhu dan pH tubuh
normal (suhu 37°C dan pH 7,4). Afinitas Hb terhadap O2 dipengaruhi beberapa
faktor yang dapat menyebabkan pergeseran kurva disosiasi, yaitu:
a.
pH dan PCO2
penurunan pH/peningkatan PCO2 darah menyebabkan pergeseran kurva disosiasi HbO2
ke kanan. Artinya pada PO2 yang sama, lebih banyak O2 yang dibebaskan (afinitas
Hb terhadap O2 menurun). Kedaan ini berlangsung di kapiler pembuluh sistemik.
Difusi CO2 dari jaringan ke darah akan meningkatkan keasaman darah di kapiler
sistemik, sehingga jumlah O2 yang dibebaskan dari Hb lebih besar daripada bila
penurunan % saturasi HbO2 hanya disebabkan berkurangnya PO2 darah kapiler saja.
Pengaruh peningkatan CO2 atau keasaman terhadap peningkatan pelepasan O2
dikenal sebagai efek BOHR. CO2 & ion H mampu membentuk ikatan reversibel dengan
Hb, sehingga menurunkan afinitasnya terhadap O2. Peningkatan pH/penurunan PCO2
darah menyebabkan kurva disosiasi bergeser ke kiri. Hal ini terjadi di kapiler
paru, dimana sejumlah besar CO2 berdifusi ke dalam alveol. Afinitas Hb terhadap
O2 meningkat, sehingga lebih banyak O2 yang diikat Hb untuk PO2 yang sama.
b.
Suhu Efek
peningkatan suhu serupa dengan efek peningkatan keasaman; kurva bergeser ke
kanan. Kerja otot atau peningkatan metabolisme sel menghasilkan panas, sehingga
memperbesar pelepasan O2 dari Hb untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
c.
2,3-bifosfogliserat
(2,3-BPG) 2,3-BPG terdapat dalam eritrosit, dibentuk dalam metabolismenya. 1
molekul 2,3-BPG terikat per tetramer Hb di dalam rongga tengah yang dibentuk
keempat subunit. Rongga tengah ini cukup untuk BPG, hanya bila molekul Hb
berbentuk T/deoksigenasi. Zat ini membentuk ikatan garam dengan subunit β
sehingga menstabilkan deoksihemoglobin, dan dapat menurunkan afinitas Hb
terhadap O2. Peningkatan 2,3-BPG menggeser kurva disosiasi HbO2. Akibatnya kadar
2,3-BPG meningkat bertahap bila saturasi HbO2 rendah untuk jangka waktu lama.
B.
Unsur Mineral di Dalam Tubuh Manusia
Mineral merupakan komponen anorganik yang terdapat dalam
tubuh manusia. Berdasarkan dari kebutuhannya, mineral terbagi menjadi 2
kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro dibutuhkan dengan
jumlah > 100 mg per hari sedangkan mineral mikro dibutuhkan dengan jumlah
<100 mg per hari. Mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi
khas-nya masing-masing.
Mineral adalah kelompok mikronutrient bagi tubuh, artinya
hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil namun sangat berguna terutama untuk
berjalannya metabolisme tubuh. Mineral diperlukan untuk fungsi normal pada sel
tubuh. Tubuh membutuhkan jumlah besar dari sodium, potasium, kalsium, magnesium, klorida, dan
fosfat. Mineral ini disebut makromineral. Tubuh membutuhkan sedikit tembaga,
florida, yodium, zat besi, selenium, dan seng. Mineral-mineral ini disebut
trace mineral.
1.
Mineral Non Esensial
Adalah mineral yang tidak dibutuhkan serta tidak berguna
bagi tubuh. Seperti Timbal Hitam (Pb), Iron Oxide (Besi Teroksidasi), Merkuri,
Arsenik, Magnesium, Aluminium atau bahan-bahan kimia hasil dari resapan tanah.
2.
Mineral Esensial
Mineral esensial adalah mineral yang dibutuhkan serta
berguna bagi tubuh yang dapat diperoleh melalui makanan yang dikonsumsi setiap
hari seperti nasi, ayam, ikan, telur, sayur-sayuran serta buah-buahan, atau
vitamin tambahan. Menurut jumlah yang dibutuhkan tubuh, mineral esensial dibedakan menjadi:
a.
Mineral Makro
Mineral
makro atau mineral utama adalah mineral yang kita perlukan lebih dari 100
mg sehari
1)
Kalsium
Kalsium
adalah mineral yang paling berlimpah dalam tubuh manusia. Rata-rata tubuh orang
dewasa mengandung total sekitar 1 kg, 99% di skeleton dalam bentuk garam
kalsium fosfat. Cairan ekstraseluler mengandung sekitar 22,5 mmol, dimana
sekitar 9 mmol adalah dalam plasma. Sekitar 500 mmol kalsium dipertukarkan
antara tulang dan cairan ekstraseluler selama dua puluh empat jam. Kebutuhan
harian kalsium adalah 800 mg untuk dewasa di atas 25 tahun dan 1.000 mg
setelah usia 50 tahun. Ibu hamil dan menyusui harus mengkonsumsi
1.200 mg kalsium per hari. Sedangkan kebutuhan kalsium pada anak-anak dan
remaja meningkat sesuai usia:
a)
Bayi berumur s.d. 5 bulan : 400 mg
b)
Bayi 6 bulan s.d. 1 tahun : 600 mg
c)
Anak usia 1 s.d. 10 tahun : 800 mg
d)
Remaja usia 11 s.d. 24 tahun: 1.200 mg
Secara umum, fungsi kalsium didalam
tubuh adalah sebagai berikut:
a)
Pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi.
Anak-anak memerlukan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan
gigi mereka. Kekurangan kalsium dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang anak
tidak sempurna dan menderita penyakit rickets. Orang
dewasa membutuhkan kalsium untuk terus-menerus meremajakan sistem tulang
dan giginya. Mineral di tulang dan gigi kita terganti-kan 100% setiap tujuh tahun sekali.
b)
Pemberi sinyal
Fungsi kalsium intraselular sebagai penyampai pesan kedua
untuk sekresi beberapa hormon dan neurotransmiter. Juga bertindak sebagai
regulator penyerapan intraseluler dan mediator kontraksi otot
c)
Fungsi enzimatik
Kalsium bertindak sebagai koenzim untuk faktor pembekuan
d)
Mencegah osteoporosis.
Bila tidak mendapat cukup kalsium dari makanan, tubuh akan
mengambilnya dari “bank kalsium” pada tangan, kaki dan tulang panjang lainnya.
Kekurangan konsumsi kalsium dalam waktu lama akan mengakibatkan tubuh
mengambilnya langsung dari tulang-tulang padat. Hal ini mengakibatkan tulang
keropos dan mudah patah (osteoporosis).
e)
Penyimpanan glikogen.
Kalsium berperan dalam proses penyimpanan glikogen. Bila
tidak ada
kalsium, tubuh akan merasa lapar terus-menerus karena tidak
dapat menyimpan glikogen.
f)
Melancarkan fungsi otot, otak dan sistem syaraf.
Otot, otak dan sistem syaraf membutuhkan kalsium agar dapat
berfungsi optimal.
2)
Natrium
Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat
diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang dewasa berkisar antara
1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap kelebihan
natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan
keringat.
Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan
tersimpan di dalam soft body tissue
dan cairan tubuh. Ion natrium (Na ) merupakan kation utama di dalam cairan
ekstrasellular (ECF) dengan konsentrasi berkisar antara 135-145 mmol/L. Ion
natrium juga akan berada pada cairan intrasellular (ICF) namun dengan
konsentrasi yang lebih kecil yaitu ± 3 mmol/L. Sebagai kation utama dalam
cairan ekstrasellular, natrium akan berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan
di dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf , kontraksi otot dan juga akan berperan
dalam proses absorpsi glukosa. Pada keadaan normal, natrium (Na ) bersama
dengan pasangan (terutama klorida, Cl ) akan memberikan kontribusi lebih dari
90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstrasellular. Defisiensi Na
akan menyebabkan ganguan pada ginjal, perubahan nilai osmotik, dan perubahan suhu
tubuh. Hal-hal tersebut akan menimbulkan gejala hipertensi (tekanan darah
meningkat).
3)
Kalium
Kalium merupakan macromineral penting dalam nutrisi manusia,
itu adalah kation utama (ion positif) di dalam sel-sel hewan, dan dengan
demikian penting dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Kation kalium penting dalam neuron (otak dan saraf) fungsi, dan dalam
mempengaruhi keseimbangan osmotik antara sel-sel dan cairan interstitial. Ion
ini memompa menggunakan ATP untuk memompa tiga ion natrium keluar dari sel dan
dua ion kalium ke dalam sel, sehingga menciptakan gradien elektrokimia atas
membran sel. Selain itu, saluran ion kalium sangat selektif (yang tetramers)
sangat penting untuk hyperpolarization, misalnya dalam neuron. Yang paling baru
diketahui bahwa saluran ion kalium adalah KirBac3.1, yang memberikan total lima
saluran ion kalium (KCSA, KirBac1.1, KirBac3.1, KvAP, dan MthK) dengan struktur
yang ditentukan.
Kekurangan kalium dalam cairan tubuh dapat menyebabkan
kondisi fatal yang dikenal sebagai hipokalemia, biasanya akibat muntah, diare,
dan / atau peningkatan gejala diuresis.Deficiency termasuk kelemahan otot,
ileus paralitik, kelainan EKG, penurunan respon refleks dan alkalosis serta
aritmia jantung.
4)
Magnesium
Magnesium merupakan mineral berlimpah dalam tubuh yang
secara alami ada di banyak makanan, ditambahkan ke produk makanan lain,
tersedia sebagai suplemen makanan, dan hadir di beberapa obat-obatan (seperti
antasida dan obat pencahar). Magnesium merupakan kofaktor dalam lebih dari 300
sistem enzim yang mengatur reaksi biokimia yang beragam dalam tubuh, termasuk
sintesis protein, otot dan fungsi saraf, kontrol glukosa darah, dan regulasi
tekanan darah. Magnesium diperlukan untuk produksi energi, fosforilasi
oksidatif, dan glikolisis. Ini memberikan kontribusi untuk perkembangan
struktur tulang dan diperlukan untuk sintesis DNA, RNA, dan antioksidan
glutathione. Magnesium juga berperan dalam transpor aktif kalsium dan kalium
ion melintasi membran sel, suatu proses yang penting untuk konduksi impuls
saraf, kontraksi otot, dan denyut jantung normal.
5)
Fosfor
Fosfor paling banyak
terdapat dalam tulang dan gigi bersama Ca, sisanya terdapat bebas atau
berikatan degan senyawa organik dalam tubuh. Senyawa fosfor dalam bentuk fosfat
(PO43-) diperlukan untuk semua bentuk kehidupan dan memainkan peran penting dalam molekul
biologis seperti DNA dan RNA di mana fosfat merupakan bagian dari kerangka
struktural molekul-molekul ini. Sel juga menggunakan fosfat untuk mengangkut
energi sel dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Hampir setiap proses seluler
yang menggunakan energi diperoleh dalam bentuk ATP. ATP juga penting untuk
fosforilasi, kunci peristiwa regulasi
dalam sel. Fosfolipid merupakan komponen struktural utama dari semua membran
sel. Garam kalsium fosfat membantu pengerasan tulang.
6)
Klorida
Klorida adalah zat kimia yang dibutuhkan untuk metabolisme.
Klorida juga membantu menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Jumlah klorida
dalam darah dikontrol secara cermat oleh ginjal. Elektrolit utama yang berada
di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah elektrolit bermuatan negative yaitu
klorida (Cl). Jumlah ion klorida (Cl) yang terdapat di dalam jaringan tubuh
diperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106
mmol / L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal
seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga pankreas.
Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar, ion klorida
juga akan berperan dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu,
ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat
keasaman lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh.
Bersama dengan ion natrium (Na ), ion klorida juga merupakan ion dengan
konsentrasi terbesar yang keluar melalui keringat.
7)
Belerang
Belerang adalah komponen penting dari semua sel hidup. Tubuh
manusia yang memiliki berat 70 kg mengandung sekitar 140 gram belerang. Pada
tumbuhan dan hewan, asam amino sistein dan
metionin mengandung sebagian besar belerang. Unsur belerang hadir di
semua polipeptida, protein, dan enzim yang mengandung asam amino ini. Pada
manusia, metionin adalah asam amino esensial yang harus dicerna. Namun, kecuali
vitamin biotin dan tiamin, sistein dan semua senyawa yang mengandung belerang
dalam tubuh manusia dapat disintesis dari metionin. Enzim sulfit oksidase
diperlukan bagi metabolisme metionin dan sistein pada manusia
dan
hewan.
Protein mengandung antara 3 dan 6% asam amino sulfur. Sebuah
persentase yang sangat kecil dari sulfur datang dalam bentuk sulfat anorganik
dan bentuk-bentuk sulfur organik yang ada dalam makanan seperti bawang putih,
bawang merah, brokoli, dll
b.
Mineral Runutan
Mineral runutan atau trace
mineral merupakan mineral yang jumlah kebutuhannya kurang dari (<100 mg
per hari) atau lebih sedikit di bandingkan dengan mineral makro. Yang termasuk
mineral mikro antara lain:
1)
Besi
Besi merupakan bagian integral dari banyak protein dan enzim
yang menjaga kesehatan yang baik. Pada manusia, zat besi merupakan komponen penting
dari protein yang terlibat dalam transport oksigen. Hal ini juga penting untuk
pengaturan pertumbuhan sel dan diferensiasi. Kekurangan zat besi membatasi
pengiriman oksigen ke sel-sel, sehingga kelelahan, kinerja yang buruk, dan
penurunan kekebalan. Di sisi lain, jumlah kelebihan zat besi dapat menyebabkan
keracunan dan bahkan kematian
Ada dua bentuk zat besi yaitu heme dan nonheme. Besi heme
berasal dari hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang memberikan oksigen
ke sel. Besi heme ditemukan dalam makanan hewan yang awalnya berisi hemoglobin,
seperti daging merah, ikan, dan unggas. Besi dalam makanan nabati seperti
lentil dan kacang-kacangan diatur dalam struktur kimia yang disebut besi
nonheme. Ini adalah bentuk dari besi yang ditambahkan ke makanan yang diperkaya
zat besi. Besi heme diserap lebih baik daripada besi nonheme, tetapi sebagian
besar zat besi adalah besi nonheme.
2)
Zinc/Seng
Bagi manusia, arti penting zat seng sebenarnya baru
terungkap pada tahun 1956. Fungsi seng terbilang sangat vital bagi kelangsungan
hidup sel-sel tubuh manusia. Salah satunya sebagai zat perantara bagi lebih 70
macam enzim dan protein yang ada di tubuh manusia. Enzim sendiri berperan dalam
metabolisme seluruh sel-sel ditubuh manusia, maka jika enzim-enzim tidak terbentuk
sempurna, fungsi sel tubuh akan terganggu. Selain itu, seng berperan pula dalam
proses pembentukan genetik, yaitu pada DNA (DeoxyribosenucleidAcid).
3)
Yodium
Yodium merupakan suatu trace elemen yang secara alami ada di
beberapa makanan, ditambahkan ke yang lain, dan tersedia sebagai suplemen
makanan. Yodium merupakan komponen penting dari hormon tiroid tiroksin (T4) dan
triiodothyronine (T3). Hormon tiroid mengatur berbagai reaksi biokimia penting,
termasuk sintesis protein dan aktivitas enzimatik, dan merupakan penentu
penting dari aktivitas metabolik. Mereka juga diharuskan untuk pengembangan
sistem yang benar untuk tulang dan saraf
pusat pada janin dan bayi.
Pada ibu hamil, kekurangan hormon tiroid, dikhawatikan
bayinya akan mengalami cretenisma, yaitu tinggi badan di bawah ukuran normal
(cebol) yang disertai dengan keterlambatan perkembangan jiwa dan tingkat
kecerdasan.
4)
Selenium
Selenium, yang merupakan nutrisi penting bagi manusia,
adalah konstituen lebih dari dua lusin selenoproteins yang memainkan peran
penting dalam reproduksi, metabolisme hormon tiroid, sintesis DNA, dan
perlindungan dari kerusakan oksidatif dan infeksi.
Selenium muncul dalam dua bentuk: anorganik (selenate dan
selenite) dan organik (selenomethionine dan selenocysteine). Keduanya dapat menjadi sumber
selenium yang baik . Tanah mengandung sulfida anorganik dan sulfat yang
kemudian terakumulasi dan dikonversi ke bentuk organic oleh tanaman menjadi
sebagian besar selenocysteine dan selenomethionine dan alcohol turunannya. Sebagian besar
selenium dalam bentuk selenomethionine terdapat pada jaringan hewan dan manusia, di mana selenium dapat dimasukkan secara nonspesifik dengan
metionin asam amino pada protein tubuh. Otot rangka merupakan tempat utama
penyimpanan selenium, terhitung sekitar 28% sampai 46% dari total kolam
selenium. Kedua selenocysteine dan selenite direduksi untuk menghasilkan hidrogen selenide,
yang pada gilirannya diubah menjadi selenophosphate untuk biosintesis selenoprotein.
Kekurangan selenium menghasilkan perubahan biokimia yang
mungkin mempengaruhi orang-orang yang mengalami tekanan untuk berkembang
menjadi penyakit tertentu.
5)
Tembaga
Tembaga adalah elemen esensial pada tumbuhan dan hewan,
tetapi tidak pada beberapa mikroorganisme. Tubuh manusia mengandung tembaga
pada tingkat sekitar 1,4-2,1 mg per kg massa tubuh. Dengan kata lain, RDA untuk
tembaga pada orang dewasa sehat normal adalah 0,97 mg / hari dan sebagai 3,0 mg
/ hari. Protein tembaga memiliki beragam peran dalam transpor elektron biologis
dan transportasi oksigen, proses yang memanfaatkan interkonversi Cu (I) dan Cu
(II).
Pada orang dewasa, dibutuhkan 2 miligram. Sistem tubuh pada
orang-orang yang menderita kanker telah didapati kekurangan tembaga. Oleh
karenanya, tembaga tercakup dalam suplemen-suplemen lainnya disamping
mineral-mineral cair. Toksisitas tembaga kronis biasanya tidak terjadi pada
manusia karena sistem transportasi yang mengatur penyerapan dan ekskresi.
Mutasi resesif autosomal protein transpor tembaga dapat menonaktifkan sistem ini,
yang menyebabkan penyakit Wilson dengan akumulasi tembaga dan sirosis hati pada
orang yang telah mewarisi dua gen cacat.
6)
Mangan
Unsur logam mangan telah diketahui terdapat dalam sistem
tubuh manusia, meskipun hanya dengan jumlah sangat kecil – mineral ini
rata-rata terdapat dalam tubuh antara 10 hingga 20 mg . Tetapi, walau tergolong
dalam kategori mikro, Mineral mangan ini memiliki peran penting untuk mengatur
dan membantu fungsi organ tubuh. Mineral ini sangat penting untuk kesehatan
sistem tubuh, senyawa ini dapat kita dapatkan dari berbagai jenis makanan juga.
Walaupun mineral ini adalah mikro, namun unsur Mangan sangat
membantu fungsi tubuh membentuk jaringan ikat, tulang, beberapa hormon, enzim
dan cairan pelumas pada sendi-sendi . Fungsi lain dari mangan adalah memainkan
peran dalam proses pembekuan darah, ia juga dapat membantu proses metabolisme
lemak dan karbohidrat, dan yang terpenting! mangan digunakan tubuh untuk
penyerapan mineral kalsium dan magnesium.
Fungsi lain terpenting unsur logam mangan, adalah membantu
tubuh kita agar dapat memanfaatkan vitamin B1 (Thiamin) dan membuat
vitamin E secara optimal untuk seluruh bagian tubuh. Namun di lain fungsi
penting lain-nya mineral mangan dibutuhkan untuk pembentukan enzim superoksida
dismutase, ini
adalah senyawa antioksidan kuat yang untuk mengusir radikal bebas berbahaya
dalam tubuh.
7)
Fluor
Walaupun tidak begitu diperlukan, fluor terbukti dapat
melindungi lubang gigi saat dikonsumsi dalam jumlah menengah (di bawah 4 mg/l).
Fluor bertanggung jawab terhadap pencegahan kerusakan gigi yang terjadi di
Amerika Serikat mulai pertengahan tahun 1980-an. Tindakan khusus harus
dilakukan saat jumlah fluor yang dikonsumsi oleh anak-anak. Tingkat fluor
diatas 2mg/l dapat merusak pertumbuhan gigi orang dewasa sebelum menjadi gigi
tetap. Sumber fluor di antaranya adalah air, makanan laut, tanaman, ikan dan
makanan hasil ternak. Sedangkan fungsi fluor di antaranya adalah :
a)
Untuk pertumbuhan dan pembentukkan struktur gigi.
b)
Untuk mencegah karies gigi
8)
Kobalt
Kobalt adalah mineral penting lainnya yang diperlukan dalam
jumlah yang sangat kecil dalam makanan. Ini merupakan bagian tidak terpisahkan
dari bagian dari vitamin B12, cobalamin, yang mendukung produksi sel
darah merah dan pembentukan penutup saraf mielin. Beberapa orang tidak menganggap kobalt penting sebagai nutrisi yang terpisah, karena
diperlukan terutama sebagai bagian dari B12. Kobalt, sebagai bagian
dari vitamin B12, tidak mudah diserap dari saluran pencernaan. Kandungan kobalt
dalam tubuh berkisar antara 80-300 mcg yang disimpan dalam sel-sel darah merah
dan plasma, serta dalam hati, ginjal, limpa, dan pankreas.
Cobalt, sebagai bagian dari B12, digunakan untuk
mencegah anemia, anemia pernisiosa khususnya, vitamin B12 juga
bermanfaat dalam beberapa kasus kelelahan, gangguan pencernaan, dan masalah
syaraf-otot. Tidak ada kegunaan lain yang dikenal kecuali radioaktif cobalt-60
yang digunakan untuk mengobati kanker tertentu.
Defisiensi kobalt tidak benar-benar menjadi perhatian jika
tubuh mendapatkan cukup vitamin B12. Tanah yang kekurangan kobalt,
lebih lanjut mengurangi tingkat
kobalt dalam makanan nabati yang
sudah sangat rendah. Toksisitas dapat terjadi dari kelebihan kobalt anorganik
ditemukan sebagai kontaminan makanan. Peningkatan asupan kobalt dapat
mempengaruhi tiroid atau menyebabkan kelebihan produksi sel darah merah, darah
mengental, dan peningkatan aktivitas di sumsum tulang. Tidak ada RDA spesifik
yang disarankan untuk kobalt. Kebutuhan tubuh akan kobalt adalah rendah, dan
vitamin B12 biasanya memenuhi kebutuhan tersebut. Asupan harian
rata-rata kobalt adalah sekitar 5-8 mcg.
C.
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Albumin
a.
Deskripsi:
Pemeriksaan albumin merupakan
pengukuran kadar albumin dalam darah. Albumin merupakan jenis protein yang
paling banyak di dalam tubuh dan memiliki fungsi penting bagi tubuh. Albumin
diproduksi oleh hati, dan memiliki waktu paruh 20 hari.
b.
Fungsi Albumin :
1)
Mengusung hormon tiroid
2)
Mengusung hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam
lemak
3)
Mengusung asam lemak menuju hati
4)
Mengusung obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat
tersebut
5)
Mengusung bilirubin
c.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1)
Diet tinggi lemak sebelum dilakukan pemeriksaan.
2)
Sampel darah hemolisis.
3)
Pemipetan yang tidak tepat
d.
Cara kerja
1)
Cara pengambilan darah vena
a)
Jika darah diambil pada bagian
vena fossa cubiti. Pasang Torniqued (ikatan
pembendung) pada lengan bagian atas dan mintalah pada orang yang diambil
darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar vena jelas
terlihat.
b)
Tegakkanlah kulit dibagian tangan
dengan jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak pada saat tusukan
c)
Bersihkan bagian yang akan
diambil darah dengan alkohol 70%
d)
Tusuklah bagian vena yang sudah
dibersihkan dengan spoit sampai ujung jarum masuk kedalam lumen vena. Tarik
penghisap spoit perlahan sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat.
e)
Lepaskan karet bendungan
f)
Taruhlah kapas diatas jarum dan
cabutlah spoit
g)
Bukalah jarum spoit dan alirkan
perlahan kedalam tabung sentrifius secukupnya (± 3ml) untuk dipisahkan
serumnya, diamkan 5 sampai 10 menit sebelum disentrifius.
h)
Sisanya alirkan kedalam tabung
vial yang sudaah berisi EDTA, digoyang hingga merata ( untuk pemeriksaan
hemoglobin).
2)
Tusukan kulit/ darah perifer
a)
Oleskan alkohol 70% pada ujung
jari ( jari manis)
b)
Stelah alkohol kering, tusuk
segera ujung jari dengan blood lancet yang sudah terpasang pada auto lancet
c)
Darah yang pertama keluar dihapus
dengan kapas kering
d)
Darah yang keluar selanjutnya
digunakan untuk pemeriksaan yang diinginkan
3)
Cara mendapatkan serum
a)
Darah yang sudah diendapkan
disentrifius dengan kecepatan 1500 sampai 3000 rpm selama 5 sampai 10 menit
b)
Pipet bagian yang atas ( serum)
dengan hati-hati kedalam tabung reaksi. Hindari terjadi hemolisis
2.
Reduksi (Glukosuria)
a.
Metode : Fehling, Benedict, Nylander
b.
Tujuan : Agar dapat mengetahui kadar
glukoda pada urin seseorang.
c.
Prinsip :
1)
Metode Fehling
Dalam
suasana alkalis dan panas,glukosa mereduksi ion Cu (kupri) menjadi CuO (kupro)
yang akan mengendap dan berwarna merah tua.
2)
Metode Benedict
Dalam
suasana alkalis dan panas,glukosa mereduksi ion Cu (kupri) menjadi CuO (kupro)
yang akan mengendap dan berwarna merah tua.
3)
Metode Nylander
Bismuth
nitrat akan direduksi oleh glukosa dan beberapa senyawa lain yang
mereduksi,selanjutnya bismuth mengendap dan berwarna hitam.
Glukosa
dapat dibuktikan juga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim
glukosa-oxidase untuk merintis serentatanreaksi dan berakhir dengan perubahan
warna dalam reagen yang diperlukan.
Alat
|
Bahan
|
Reagen
|
Tabung Reaksi + rak
|
Urin segar
|
Fehling A = 34,7 gr
CuSO4.5H2O+ 1lt akudes.
|
Penjepit
|
Fehling B = 173 gr KnaTartrat+
50 gr NaOH+ 1lt akuades.
|
|
Pipet ukur 1ml, 2ml, dan 5ml
Savety pipet
|
Benedict 25 gr CuSO4. 5 H2O.asam
sitrat 100 gr+Natrium karbonat anhidrat 143,8 gr+ 1lt akudes.
|
|
Pembakar spirtus
|
Nylander 2 gr Bismut nitrat+ 4 gr K.Na. Tartrat+100 ml NaOH 10%
|
|
Beaker
glass
|
d.
Cara Kerja
:
1)
Metode Fehling
a)
Tabung reaksi di isi 2 ml Fehling A + 2 ml Fehling B, di
didihkan sambil dicampur.
b)
Ditambah 1 ml urin.
c)
Dicampur,dipanaskan ssampai mendidih 3 menit dengan di
goyang-goyang.
d)
Diamati perubahan warna yang terjadi.
2)
Metode Benedict
a)
Tabung reaksi diisi 5 ml reagen Benedict.
b)
Dicampur 8 tetes urin (dengan pipet ukur 1 ml).
c)
Dicampur,dipanaskan sampai mendidih 3 menit dengan digoyang,
diamati perubahan warna yang terjadi.
3)
Metode Nylander
a)
Tabung reaksi diisi 0,5 ml reagen Nylander.
b)
Ditambah 5 ml urin.
c)
Dicampur,dipanaskan sampai mendidih 3 menit dengan di
goyang-goyang, diamati perubahan warna yang terjadi.
e.
Hasil Pemeriksaan :
1)
Metode Fehling
Merah
Bata = positif 4 (+4)
2)
Metode Benedict
Endapan
Merah Bata = positif 4 (+4)
3)
Metode Nylander
Kuning
bening tanpa ada endapan → larutan hitam = negative (-)
f.
Nilai
Normal :
1)
Metode Fehling
a)
Tetap biru jernih = negative (-)
b)
Hijau tanpa endapan = positif 0,5 (+0,5)
c)
Hijau dengan endapan kuning/hijau lebih banyak/hijau kuning
keruh = positif 1 (+1)
d)
Kuning keruh/kuning kehijauan/kuning lebih banyak = positif
2 (+2)
e)
Jingga/warna lumpur = positif 3 (+3)
f)
Merah bata= positif 4 (+4)
2)
Metode Benedict
a)
Tetap biru jernih = negative (-)
b)
Hijau tanpa endapan = positif 0,5 (+0,5)
c)
Hijau dengan endapan kuning/hijau lebih banyak/hijau kuning
keruh = positif 1 (+1)
d)
Kuning keruh/kuning kehijauan/kuning lebih banyak = positif
2 (+2)
e)
Jingga/warna lumpur = positif 3 (+3)
f)
Merah bata= positif 4 (+4)
3)
Metode Nylander
a)
Tidak terbentuk endapan hitam = negative (-)
b)
Terbentuk endapan hitam = positif 0,5 (+0,5)
3.
Pap Smear
Pap
Smear adalah pemeriksaan usapan mulut rahim untuk melihat sel-sel mulut rahim
(serviks) di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes skrining untuk mendeteksi dini perubahan
atau abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker.
a.
Cara pengambilan sampel Pap smear
Pemeriksaan ini dilakukan di atas
kursi pemeriksaan khusus ginekologis. Sampel sel-sel diambil dari luar serviks
dan dari liang serviks dengan melakukan usapan dengan spatula yang terbuat dari
bahan kayu atau plastik. Setelah usapan dilakukan, sebuah cytobrush (sikat
kecil berbulu halus, untuk mengambil sel-sel serviks) dimasukkan untuk
melakukan usapan dalam kanal serviks.Setelah itu, sel-sel diletakkan dalam
object glass (kaca objek) dan disemprot dengan zat untuk memfiksasi, atau
diletakkan dalam botol yang mengandung zat pengawet, kemudian dikirim ke
laboratorium untuk diperiksa.
b.
Persiapan Pemeriksaan Pap Smear
Menghindari persetubuhan, penggunaan
tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam dalam bath tub, selama 24 jam
sebelum pemeriksaan, untuk menghindari ‘kontaminasi’ ke dalam vagina yang dapat
mengacaukan hasil pemeriksaan. Tidak sedang
menstruasi , karena darah dan sel dari dalam rahim dapat mengganggu
keakuratan hasil pap smear.
c.
Ada 2 cara pemeriksaan Pap Smear:
1)
Pemeriksaan Sitologi Konvensional :
Sampel tidak memadai karena sebagian
sel tertinggal pada brus (sikat untuk
pengambilan sampel), sehingga sampel
tidak representatif dan tidak menggambarkan kondisi pasien sebenarnya Subyektif
dan bervariasi, dimana kualitas preparat yang dihasilkan tergantung pada
operator yang membuat usapan pada kaca benda. Kemampuan deteksi terbatas
(karena sebagian sel tidak terbawa dan preparat yang bertumpuk dan kabur karena
kotoran/faktor pengganggu).
2)
Pemeriksaan Sitologi Berbasis Cairan/Liquid
Sampel memadai karena hampir 100 %
sel yang terambil dimasukkan ke dalam cairan dalam tabung sampel. Proses
terstandardisasi karena menggunakan prosesor otomatis, sehingga preparat
(usapan sel pada kaca benda) representatif, lapisan sel tipis, serta bebas dari
kotoran/pengganggu. Meningkatkan kemampuan/keakuratan deteksi awal adanya
kelainan sel leher rahim. Sampel dapat digunakan untuk pemeriksaan HPV-DNA
d.
Hasil Pap Smear
Hasil pap smear normal menunjukkan
hasil negatif, yaitu tidak adanya sel-sel serviks yang abnormal.Sedangkan hasil
pap smear abnormal dibagi menjadi 3 hasil utama :
1)
Bukan kanker
Kebanyakan hasilnya adalah infeksi
kemudian pasien diminta untuk berobat
dan melakukan kontrol ulang dalam 4-6
bulan untuk mengulang pap smear.
2)
Prekanker
Menunjukkan beberapa perubahan sel
abnormal, biasanya dilaporkan sebagai “sel atipik” atau displasia
serviks.Pasien akan dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi. Kurang dari 5% hasil pap smear
menemukan dysplasia serviks.
3)
Ganas ( kanker)
Pasien langsung diminta berobat ke
dokter
1.
Asidosis Respiratorik
a.
Penyebab
Pengeluaran CO2 terhalang sehingga terjadi penumpukan
CO2 (P CO2 meningkat) akibatnya kadar H2CO3
juga meningkat. Keadaan ini terjadi akibat asthma bronchiale, pneumonia,
emfisema, pneumothoraks, fraktur kosta dll.
b.
Penanggulangan
Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3
= 20. Karena P CO2 meningkat, maka garam HCO3 juga harus
ditingkatkan, dengan cara meningkatkan resorpsi HCO3 di tubulus
ginjal sampai rasio 20 tercapai (asidosis respiratorik terkompensasi). Tahap
berikutnya adalah secara pelan-pelan kadar garam HCO3 dan H2CO3
dikembalikan ke keadaan normal.
2.
Alkalosis Respiratorik
a.
Penyebab:
Pengeluaran
CO2 berlebihan (pada pernafan cepat/hiperventilasi) sehingga P
CO2
menurun sehingga kadar H2CO3 juga menurun. Keadaan ini
terjadi akibat anoksia, ensefalitis, febris, histeris dll.
b.
Penanggulangan:
Yang
penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3
= 20. Karena P CO2 menurun, maka garam HCO3 juga harus
diturunkan, dengan cara mengurangi resorpsi HCO3 di tubulus ginjal
sampai rasio 20 tercapai (alkalosis respiratorik terkompensasi). Tahap
berikutnya adalah secara pelan-pelan kadar garam HCO3 dan H2CO3
dikembalikan ke keadaan normal.
3.
Asidosis Metabolik
a.
Penyebab:
Penurunan kadar garam
HCO3 tanpa diimbangi penurunan kadar H2CO3,
umumnya terjadi akibat pengeluaran HCO3 yang berlebihan, misalnya
pada kasus:
1)
Terlalu
banyak pembuangan asam melalui ginjal sehingga garam HCO3 ikut
terbuang, misalnya pada diabetes mellitus, keracunan asam salisilat dll.
2)
Fungsi
resorpsi ginjal terganggu (nefritis, hidronefrosis, pielonefritis, TBC ginjal
dll.)
3)
Terbuangnya
HCO3 melalui usus misalnya diare
b.
Penanggulangan:
Yang
penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3
= 20. Karena kadar basa berkurang, maka
H2CO3 harus diturunkan pula dengan cara menurunkan
CO2 melalui pernafasan sampai rasio 20 tercapai (asidosis metaboli
terkompensasi). Akibatnya terjadilah pernafasan yang cepat dan dalam (kusmault).
4.
Alkalosis Metabolik
a.
Penyebab:
Peningkatan kadar garam
HCO3 tanpa diimbangi peningkatan kadar H2CO3,
misalnya pada kasus:
1)
Pemberian
obat alkalis yang berlebihan (pada kasus ulkus peptikum)
2)
Pengeluaran
HCl lambung berlebihan (emesis, kumbah lambung). Hal ini menyebabkan sekresi
asam lambung berlebihan, sehingga chloride shift meningkat yang berakibat pada
kandungan bikarbonat meningkat dalam
plasma.
3)
Terbuangnya
HCO3 melalui usus misalnya diare
b.
Penanggulangan:
Yang penting
mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20.
Karena kadar basa meningkat, maka H2CO3
harus ditingkatkan pula dengan cara meningkatkan CO2 melalui
pernafasan sampai rasio 20 tercapai (alkalosis metabolik terkompensasi)
Akibatnya terjadilah pernafasan yang lambat dan dangkal
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
System pernafasan adalah system dalam tubuh yang harus
dijaga dan dipelihara, karena jika salah satu organ pernafasan rusak akan
mengganggu organ system pernafasan yang lain.
2.
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat
diperlukan tubuh di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin.
Kekurangan atau kelebihan mineral dapat menyebabkan penyakit. Berdasarkan dari
kebutuhannya, mineral terbagi menjadi 2 kelompok yaitu mineral makro dan
mineral mikro.
3.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat
berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk
menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan
tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
4.
Asidosis adalah peningkatan sistemik konsentrasi ion
hydrogen. Konsentrasi ion hydrogen meningkat karena kegagalan paru mengeluarkan
karbon dioksida, atau apabila terjadi produksi asam-asamyang mudah dan tidak
mudah menguap secara berlebihan. Asidosis juga dapat timbul apabila terjadi
pengeluaran basa bikarbonat karena diare persisten atau ginjal gagal menyerap
kembali bikarbonat atau mensekresi ion hydrogen. Asidemia adalah penurunan pH
di bawah 7,35.
5.
Alkalosis adalah penurunan sistemik konsentrasi ion
hydrogen. Konsentrasi hydrogen dapat turun akibat pengeluaran karbon dioksida
yang berlebihan selama hiperventilasi, keluarnya asam-asam yang tidak mudah
menguap melalui muntah, atau asupan basa yang berlebihan.
B.
Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan
membutuhkan materi ini.
Apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam pembuatan makalah ini saya mohon
kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Murray RK, Granner DK, Mayes PA dan Rodwell VW. Biokimia Harper, ed 25. Jakarta: EGC. 2003. h59-69.
Soewoto H, Sadikin M, Kurniati V, Wanandi SI, Retno D, Abadi P, et al. Biokimia Eksperimen Laboratorium.
Jakarta: Widya Medika, 2001. h106
Sherwood L. Human Physiology From Cells To System. 6th Edition. Belmont,
USA. 2007.
|
Tugas Individu
MAKALAH
DISUSUN OLEH :
NAMA : NURLIANA
BT 13 02 165
I E
AKADEMI KEBIDANAN BATARITOJA
W A T A M P O N E
|
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu ya Allah. Berkat rahmat dan hidayah-Nya
serta bimbingan-Nya semata-mata, akhirnya penulisan makalah ini dapat selesai.
Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan ke pangkuan Nabiyullah
Muhammad, SAW.
Makalah ini penulis
susun guna memenuhi tugas mata kuliah BIOKIMIA. Dan dalam penulisan makalah ini,
penulis menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas,
maka makalah BIOKIMIA
ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah
ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
motivasi kepada penulis.
Penulis berharap dari
makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
penulis maupun pembaca. Demikianlah makalah ini penulis susun, kritik serta
saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk melengkapi makalah ini.
Watampone,
23 Mei 2014
PENULIS
i
|
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ...........................................................................................................i
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Sistem
Pernapasan Pada Manusia Secara Biokimia.............................................2
B. Unsur Mineral di Dalam Tubuh
Manusia..............................................................8
C. Pemeriksaan Laboratorium..................................................................................18
D.
Asidosis dan Alkalosis
.......................................................................................23
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................................26
B. Saran ....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment