Tuesday, 23 January 2018

MAKALAH BIOKIMIA



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Biokimia diusulkan pertama kali oleh Corl Neuberg pada tahun 1903. Biokimia adalah sains yang menjelaskan struktur dan fungsional makhluk hidup dalam lingkup kimia. Biokimia mengarahkan bidang penelitiannya pada struktur, fungsi, dan interaksi biologi pada makromolekul seperti karbohidrat, lipida (lemak), protein, asam nukleat yang berperan dalam kehidupan.
Telah dipercaya bahwa segala sesuatu yang hidup adalah berasal darim sesuatu yang tak hidup. Kemudian, pada tahun 1828 Friedrich Wöhler mempublikasi sebuah karya tentang sintesis urea yang membuktikan bahwa senyawa organik dapat dihasilkan. Awal mula penelitian biokimia meliputi fotosintesis, respirasi, metabolisme nitrogen, dan asam nukleat.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang Sistem Pernafasan dalam tubuh manusia secara biokimia, unsur-unsur mineral dalam tubuh manusia, pemeriksaan laboratorium klinik, asidosis dan alkalosis dalam tubuh manusia dengan pertimbangan materi di atas dapat membantu untuk lebih memahami materi Biokimia.

B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah mekanisme pernafasan didalam tubuh manusia secara biokimia?
2.         Apa sajakah unsur-unsur mineral didalam tubuh serta fungsinya?
3.         Bagaimanakah pemeriksaan laboratorium klinik albumin, reduksi, golongan darah, dan pap smear?
4.         Bagaimanakah proses terjadinya asidosis alkalosis di dalam tubuh manusia?

C.      Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengetahui mekanisme pernafasan didalam tubuh manusia secara biokimia.
2.         Untuk mengetahui unsur-unsur mineral didalam tubuh serta fungsinya.
3.         Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium klinik albumin, reduksi, golongan darah, dan pap smear.
4.         Untuk mengetahui proses terjadinya asidosis alkalosis di dalam tubuh manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sistem Pernafasan Pada Manusia  Secara Biokimia
1.         Tekanan O2 Dan CO2 Dalam Paru, Darah Dan Jaringan
Gas dapat bergerak dengan cara difusi, yang disebabkan oleh perbedaan tekanan. O2 berdifusi dari alveoli ke dalam darah kapiler paru karena PO2 alveoli > PO2 darah paru. Lalu di jaringan, PO2 yang tinggi dalam darah kapiler menyebabkan O2 berdifusi ke dalam sel. Selanjutnya, O2 dimetabolisme membentuk CO2. PCO2 meningkat, sehingga CO2 berdifusi ke dalam kapiler jaringan. Demikian pula, CO2 berdifusi keluar dari darah, masuk ke alveoli karena PCO2 darah kapiler paru lebih besar.
2.         Protein Heme
Protein heme berfungsi dalam pengikatan dan pengangkutan O2, serta fotosintesis. Gugus prostetik heme merupakan senyawa tetrapirol siklik, yang jejaring ekstensifnya terdiri atas ikatan rangkap terkonjugasi, yang menyerap cahaya pada ujung bawah spektrum visibel sehingga membuatnya berwarna merah gelap. Senyawa tetrapirol terdiri atas 4 molekul pirol yang dihubungkan dalam cincin planar oleh 4 jembatan metilen-α. Substituen β menentukan bentuk sebagai heme atau senyawa lain. Terdapat 1 atom besi fero (Fe2+) pada pusat cincin planar, yang bila teroksidasi, akan menghancurkan aktivitas biologik.
a.         Mioglobin merupakan rantai polipeptida tunggal (monomerik), BM 17.000, memiliki 153 residu aminoasil.
Permukaan luarnya bersifat polar dan bagian dalamnya nonpolar. Bentuknya sferis, dan ia kaya akan heliks-α, yang strukturnya diberi nama heliks A sampai H. Ketika berikatan dengan O2, ikatan antara 1 molekul O2 dengan Fe2+ berada tegak lurus dengan bidang heme. Sebenarnya CO membentuk ikatan dengan 1 heme tunggal 25.000x lebih kuat daripada O2, namun histidin distal (His E7) merintangi pengikatan CO tegak lurus, sehingga kekuatan ikatannya menjadi 200x lebih besar daripada O2. Mioglobin otot merah menyimpan O2, yang dalam keadaan kekurangan akan dilepas ke mitokondria otot untuk sintesis ATP.
b.        Hemoglobin merupakan protein dalam eritrosit, yang berfungsi untuk:
1)        Mengikat dan membawa O2 dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh
2)        Mengikat dan membawa CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru
3)        Memberi warna merah pada darah
4)        Mempertahankan keseimbangan asam basa dari tubuh
Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang setiap monomernya terikat pada gugus prostetik heme, dengan BM 64.450 Dalton. Tetramernya terdiri dari 2 subunit, yaitu α dan β.
3.         Pengangkutan O2
O2 yang diangkut darah terdapat dalam 2 bentuk, yang terlarut dan terikat secara kimia dengan Hb. Jumlah O2 terlarut plasma darah berbanding lurus dengan tekanan parsialnya dalam darah. Pada keadaan normal, jumlah O2 terlarut sangat sedikit, karena kelarutannya dalam cairan tubuh sangat rendah. Pada PO2 darah 100mmHg, hanya + 3 mL O2 yang terlarut dalam 1 L darah. Dengan demikian, pada keadaan istirahat, jumlah O2 terlarut yang diangkut hanya + 15 mL/menit. Karena itu, transpor O2 yang lebih berperan adalah dalam bentuk ikatan dengan Hb.
Hb dapat mengikat 4 atom O2 per tetramer (1 @ subunit heme), atom O2 terikat pada atom Fe2+, pada ikatan koordinasi ke-5 heme. Hb yang terikat pada O2 disebut oksihemoglobin (HbO2) dan yang sudah melepaskan O2 disebut deoksihemoglobin. Hb dapat mengikat CO menjadi karbonmonoksidahemoglobin (HbCO), yang ikatannya 200x lebih besar daripada dengan O2. Dalam keadaan lain, Fe2+ dapat teroksidasi menjadi Fe3+ membentuk methemoglobin (MetHb). Yang menyebabkan O2 terikat pada Hb adalah jika sudah terdapat molekul O2 lain pada tetramer yang sama. Jika O2 sudah ada, pengikatan O¬2 berikutnya akan lebih mudah. Sifat ini disebut ‘kinetika pengikatan komparatif’, yaitu sifat yang memungkinkan Hb mengikat O2 dalam jumlah maksimal pada organ respirasi dan memberikan O2 secara maksimal pada PO2 jaringan perifer. Pengikatan O2 disertai putusnya ikatan garam antar residu terminal karboksil pada keseluruhan 4 subunit. Pengikatan O2 berikutnya dipermudah karena jumlah ikatan garam yang putus menjadi lebih sedikit. Perubahan ini mempengaruhi struktur sekunder, tersier dan kuartener Hb, sehingga afinitas heme terhadap O2 meningkat. Setiap atom Fe mampu mengikat 1 molekul O2 sehingga tiap molekul Hb dapat mengikat 4 molekul O2. Hb dikatakan tersaturasi penuh dengan O2 bila seluruh Hb dalam tubuh berikatan secara maksimal dengan O2. Kejenuhan Hb oleh O2 sebanyak 75% bukan berarti 3/4 bagian dari jumlah molekul Hb teroksigenasi 100%, melainkan rata-rata 3 dari 4 atom Fe dalam setiap molekul Hb berikatan dengan O2.
Faktor terpenting untuk menentukan % saturasi HbO2 adalah PO2 darah. Menurut hukum kekekalan massa, bila konsentrasi substansi pada reaksi reversibel rneningkat, reaksi akan berjalan ke arah berlawanan. Bila diterapkan di reaksi reversibel Hb& O2, maka peningkatan PO2 darah akan mendorong reaksi kekanan, sehingga pembentukan HbO2 (% saturasi HbO2) meningkat. Sebaliknya penurunan PO2, menyebabkan reaksi bergeser ke kiri, O2 dilepaskan Hb, sehingga dapat diambil jaringan.
4.         Pengangkutan CO2
CO2 yang dihasilkan metabolisme jaringan akan berdifusi ke dalam darah dan diangkut dalam 3 bentuk, yaitu:
a.         CO2 terlarut  Daya larut CO2 dalam darah > O2, namun pada PCO2 normal, hanya +10% yang ditranspor berbentuk terlarut.
b.        Ikatan dengan Hb dan protein plasma+30% CO2 berikatan dengan bagian globin dari Hb, membentuk HbCO2 (karbaminohemoglobin). Deoksihemoglobin memiliki afinitas lebih besar terhadap CO2 dibandingkan O2. Pelepasan O2 di kapiler jaringan meningkatkan kemampuan pengikatan Hb dengan CO2. Sejumlah kecil CO2 juga berikatan dengan protein plasma (ikatan karbamino), namun jumlahnya dapat diabaikan. Kedua ikatan ini merupakan reaksi longgar dan reversibel.
c.         Ion HCO3  60-70% total CO2. Ion HCO3 terbentuk dalam eritrosit melalui reaksi: CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-
Setelah melepas O2, Hb dapat langsung mengikat CO2 dan mengangkutnya dari paru untuk dihembuskan keluar. CO2 bereaksi dengan gugus α-amino terminal hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton yang turut menimbulkan efek Bohr. Konversi ini mendorong pembentukan jembatan garam antara rantai α dan β, sebagai ciri khas status deoksi. Pada paru, oksigenasi Hb disertai ekspulsi, kemudian ekspirasi CO2.
Dengan terserapnya CO2 ke dalam darah, enzim karbonik anhidrase dalam eritrosit akan mengkatalisis pembentukan asam karbonat, yang langsung berdisosiasi menjadi bikarbonat dan proton. Membran eritrosit relatif permeabel bagi ion HCO3, namun tidak untuk ion H. Akibatnya, ion HCO3 berdifusi keluar eritrosit mengikuti perbedaan konsentrasi, tanpa disertai difusi ion H. Untuk mempertahankan pH tetap netral, keluarnya ion HCO3 diimbangi dengan masuknya ion Cl ke dalam sel, yang dikenal sebagai ‘chloride shift’. Ion H di dalam eritrosit akan berikatan dengan Hb. Karena afinitas deoksihemoglobin terhadap ion H > O2, sehingga walaupun jumlah ion H dalam darah meningkat, pH relatif tetap karena ion H berikatan dengan Hb. Fenomena pembebasan O2 dari Hb yang meningkatkan kemampuan Hb mengikat CO2 dan ion H dikenal sebagai efek Haldene.
Dalam paru, proses tersebut berlangsung terbalik, yaitu seiring terikatnya Hb dan O2, proton dilepas dan bergabung dengan bikarbonat, sehingga terbentuk asam karbonat. Dengan bantuan enzim karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas CO2 yang dihembuskan keluar. Jadi, pengikatan O2 memaksa ekspirasi CO2. Fenomena ini dinamakan efek Bohr.
5.         Kurva Saturasi / Disosiasi
Kurva saturasi melukiskan pengambilan dan pelepasan O2. Kurva untuk mioglobin bersifat hiperbolik, sedangkan kurva untuk hemoglobin berbentuk sigmoid.
Kurva disosiasi HbO2
Hubungan kejenuhan HbO2 dengan PO2 darah tidak berbentuk linier, melainkan sigmoid (kurva disosiasi). Proses pengikatan O2 oleh Hb terjadi dalam 4 tahap, tiap tahap melibatkan 1 atom Fe berbeda. Ikatan O2 dengan 1 atom Fe akan memfasilitasi reaksi pengikatan O2 - Fe berikutnya, akibatnya afinitas Hb untuk O2 makin meningkat. Tahap reaksi pengikatannya sbb:
a.         Hb4 + O2  Hb4O2
b.        Hb4O2 + O2  Hb4(O2)2
c.         Hb4(O2)2 + O2  Hb4(O2)3
d.        Hb4(O2)3 + O2  Hb4(O2)4
Afinitas tertinggi terdapat pada reaksi ke-4. Bentuk kurva disosiasi yang mendatar pada PO2 yang tinggi disebabkan afinitas yang sangat meningkat pada reaksi ke-4. Bagian kurva yang datar sesuai untuk kisaran PO2 antara 60-100 mmHg. Pada kisaran tersebut, peningkatan/penurunan PO2 darah hampir tidak mempengaruhi kejenuhan HbO2. Sebaliknya, pada kisaran 0-60 mmHg, perubahan kecil pada PO2 akan memberi dampak cukup besar terhadap kemampuan Hb mengikat O2. Bagian kurva yang datar maupun yang curam memiliki makna fisiologi yang penting.
Darah yang meninggalkan paru mempunyai PO2 +97rnmHg. Dan pada kurva disosiasi HbO2 tampak bahwa kejenuhan HbO2 mencapai 97,5% (hampir tersaturasi penuh). Bila terjadi penurunan PO2 sebesar 40% (PO2= 60 mmHg), kadar O2 terlarut dalam darah juga turun 40%. Namun kemampuan Hb mengikat O2 masih +90%, sehingga kandungan O2 total darah masih cukup tinggi. Sebaliknya, bila PO2 darah meningkat menjadi 760 mmHg (bernapas dengan O2 murni), kejenuhan Hb dengan O2 dapat mencapai 100%. Dengan demikian, pada kisaran 60-760 mmHg, perubahan jumlah O2 yang diangkut Hb +10%.
Bagian curam kurva disosiasi HbO2 terletak pada kisaran PO2 antara 0-60 mmHg, sesuai keadaan di kapiler pembuluh sistemik (keseimbangan PO2 dengan cairan jaringan +40 mmHg). Pada tekanan ini, kemampuan Hb mengikat O2 +75%. Dengan demikian, sekitar 22,5% HbO2 akan terurai menjadi deoksihemoglobin dan O2. O2 yang dibebaskan ini akan diambil jaringan untuk kebutuhan metabolismenya. Bila metabolisme jaringan meningkat, PO2 turun dan saturasi HbO2 +30%, berarti sekitar 45% HbO2 akan terurai lagi. Dengan demikian, pada kisaran PO2 < 60 mmHg, penurunan PO2 sedikit saja dapat membebaskan sejumlah besar O2 untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan yang meningkat. Kurva disosiasi HbO2 standar berlaku pada suhu dan pH tubuh normal (suhu 37°C dan pH 7,4). Afinitas Hb terhadap O2 dipengaruhi beberapa faktor yang dapat menyebabkan pergeseran kurva disosiasi, yaitu:
a.         pH dan PCO2 penurunan pH/peningkatan PCO2 darah menyebabkan pergeseran kurva disosiasi HbO2 ke kanan. Artinya pada PO2 yang sama, lebih banyak O2 yang dibebaskan (afinitas Hb terhadap O2 menurun). Kedaan ini berlangsung di kapiler pembuluh sistemik. Difusi CO2 dari jaringan ke darah akan meningkatkan keasaman darah di kapiler sistemik, sehingga jumlah O2 yang dibebaskan dari Hb lebih besar daripada bila penurunan % saturasi HbO2 hanya disebabkan berkurangnya PO2 darah kapiler saja. Pengaruh peningkatan CO2 atau keasaman terhadap peningkatan pelepasan O2 dikenal sebagai efek BOHR. CO2 & ion H mampu membentuk ikatan reversibel dengan Hb, sehingga menurunkan afinitasnya terhadap O2. Peningkatan pH/penurunan PCO2 darah menyebabkan kurva disosiasi bergeser ke kiri. Hal ini terjadi di kapiler paru, dimana sejumlah besar CO2 berdifusi ke dalam alveol. Afinitas Hb terhadap O2 meningkat, sehingga lebih banyak O2 yang diikat Hb untuk PO2 yang sama.
b.        Suhu Efek peningkatan suhu serupa dengan efek peningkatan keasaman; kurva bergeser ke kanan. Kerja otot atau peningkatan metabolisme sel menghasilkan panas, sehingga memperbesar pelepasan O2 dari Hb untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
c.         2,3-bifosfogliserat (2,3-BPG) 2,3-BPG terdapat dalam eritrosit, dibentuk dalam metabolismenya. 1 molekul 2,3-BPG terikat per tetramer Hb di dalam rongga tengah yang dibentuk keempat subunit. Rongga tengah ini cukup untuk BPG, hanya bila molekul Hb berbentuk T/deoksigenasi. Zat ini membentuk ikatan garam dengan subunit β sehingga menstabilkan deoksihemoglobin, dan dapat menurunkan afinitas Hb terhadap O2. Peningkatan 2,3-BPG menggeser kurva disosiasi HbO2. Akibatnya kadar 2,3-BPG meningkat bertahap bila saturasi HbO2 rendah untuk jangka waktu lama.

B.       Unsur Mineral di Dalam Tubuh Manusia
Mineral merupakan komponen anorganik yang terdapat dalam tubuh manusia. Berdasarkan dari kebutuhannya, mineral terbagi menjadi 2 kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro dibutuhkan dengan jumlah > 100 mg per hari sedangkan mineral mikro dibutuhkan dengan jumlah <100 mg per hari. Mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi khas-nya masing-masing.
Mineral adalah kelompok mikronutrient bagi tubuh, artinya hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil namun sangat berguna terutama untuk berjalannya metabolisme tubuh. Mineral diperlukan untuk fungsi normal pada sel tubuh. Tubuh membutuhkan jumlah besar dari sodium,  potasium, kalsium, magnesium, klorida, dan fosfat. Mineral ini disebut makromineral. Tubuh membutuhkan sedikit tembaga, florida, yodium, zat besi, selenium, dan seng. Mineral-mineral ini disebut trace mineral.
1.         Mineral Non Esensial
Adalah mineral yang tidak dibutuhkan serta tidak berguna bagi tubuh. Seperti Timbal Hitam (Pb), Iron Oxide (Besi Teroksidasi), Merkuri, Arsenik, Magnesium, Aluminium atau bahan-bahan kimia hasil dari resapan tanah.
2.         Mineral Esensial
Mineral esensial adalah mineral yang dibutuhkan serta berguna bagi tubuh yang dapat diperoleh melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari seperti nasi, ayam, ikan, telur, sayur-sayuran serta buah-buahan, atau vitamin tambahan. Menurut jumlah yang dibutuhkan tubuh, mineral esensial  dibedakan menjadi:
a.         Mineral Makro
Mineral makro atau mineral utama adalah mineral yang kita perlukan lebih dari 100 mg sehari
1)        Kalsium
Kalsium adalah mineral yang paling berlimpah dalam tubuh manusia. Rata-rata tubuh orang dewasa mengandung total sekitar 1 kg, 99% di skeleton dalam bentuk garam kalsium fosfat. Cairan ekstraseluler mengandung sekitar 22,5 mmol, dimana sekitar 9 mmol adalah dalam plasma. Sekitar 500 mmol kalsium dipertukarkan antara tulang dan cairan ekstraseluler selama dua puluh empat jam. Kebutuhan harian kalsium adalah 800 mg untuk dewasa di atas 25 tahun dan 1.000 mg setelah usia 50 tahun. Ibu hamil dan menyusui harus mengkonsumsi 1.200 mg kalsium per hari. Sedangkan kebutuhan kalsium pada anak-anak dan remaja meningkat sesuai usia:
a)         Bayi berumur s.d. 5 bulan : 400 mg
b)        Bayi 6 bulan s.d. 1 tahun : 600 mg
c)         Anak usia 1 s.d. 10 tahun : 800 mg
d)        Remaja usia 11 s.d. 24 tahun: 1.200 mg
Secara umum, fungsi kalsium didalam tubuh adalah sebagai berikut:
a)         Pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi. 
Anak-anak memerlukan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi mereka. Kekurangan kalsium dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang anak tidak sempurna dan menderita penyakit rickets. Orang dewasa membutuhkan kalsium untuk terus-menerus meremajakan sistem tulang dan giginya. Mineral di tulang dan gigi kita terganti-kan 100% setiap tujuh tahun sekali.
b)        Pemberi sinyal
Fungsi kalsium intraselular sebagai penyampai pesan kedua untuk sekresi beberapa hormon dan neurotransmiter. Juga bertindak sebagai regulator penyerapan intraseluler dan mediator kontraksi otot
c)         Fungsi enzimatik
Kalsium bertindak sebagai koenzim untuk faktor pembekuan
d)        Mencegah osteoporosis. 
Bila tidak mendapat cukup kalsium dari makanan, tubuh akan mengambilnya dari “bank kalsium” pada tangan, kaki dan tulang panjang lainnya. Kekurangan konsumsi kalsium dalam waktu lama akan mengakibatkan tubuh mengambilnya langsung dari tulang-tulang padat. Hal ini mengakibatkan tulang keropos dan mudah patah (osteoporosis).
e)         Penyimpanan glikogen.
Kalsium berperan dalam proses penyimpanan glikogen. Bila tidak ada
kalsium, tubuh akan merasa lapar terus-menerus karena tidak dapat menyimpan glikogen.
f)         Melancarkan fungsi otot, otak dan sistem syaraf. 
Otot, otak dan sistem syaraf membutuhkan kalsium agar dapat berfungsi optimal.
2)        Natrium
Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang dewasa berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan keringat.
Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan di dalam soft body tissue dan cairan tubuh. Ion natrium (Na ) merupakan kation utama di dalam cairan ekstrasellular (ECF) dengan konsentrasi berkisar antara 135-145 mmol/L. Ion natrium juga akan berada pada cairan intrasellular (ICF) namun dengan konsentrasi yang lebih kecil yaitu ± 3 mmol/L. Sebagai kation utama dalam cairan ekstrasellular, natrium akan berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf , kontraksi otot dan juga akan berperan dalam proses absorpsi glukosa. Pada keadaan normal, natrium (Na ) bersama dengan pasangan (terutama klorida, Cl ) akan memberikan kontribusi lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstrasellular. Defisiensi Na akan menyebabkan ganguan pada ginjal, perubahan nilai osmotik, dan perubahan suhu tubuh. Hal-hal tersebut akan menimbulkan gejala hipertensi (tekanan darah meningkat).


3)        Kalium
Kalium merupakan macromineral penting dalam nutrisi manusia, itu adalah kation utama (ion positif) di dalam sel-sel hewan, dan dengan demikian penting dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Kation kalium penting dalam neuron (otak dan saraf) fungsi, dan dalam mempengaruhi keseimbangan osmotik antara sel-sel dan cairan interstitial. Ion ini memompa menggunakan ATP untuk memompa tiga ion natrium keluar dari sel dan dua ion kalium ke dalam sel, sehingga menciptakan gradien elektrokimia atas membran sel. Selain itu, saluran ion kalium sangat selektif (yang tetramers) sangat penting untuk hyperpolarization, misalnya dalam neuron. Yang paling baru diketahui bahwa saluran ion kalium adalah KirBac3.1, yang memberikan total lima saluran ion kalium (KCSA, KirBac1.1, KirBac3.1, KvAP, dan MthK) dengan struktur yang ditentukan.
Kekurangan kalium dalam cairan tubuh dapat menyebabkan kondisi fatal yang dikenal sebagai hipokalemia, biasanya akibat muntah, diare, dan / atau peningkatan gejala diuresis.Deficiency termasuk kelemahan otot, ileus paralitik, kelainan EKG, penurunan respon refleks dan alkalosis serta aritmia jantung.
4)        Magnesium
Magnesium merupakan mineral berlimpah dalam tubuh yang secara alami ada di banyak makanan, ditambahkan ke produk makanan lain, tersedia sebagai suplemen makanan, dan hadir di beberapa obat-obatan (seperti antasida dan obat pencahar). Magnesium merupakan kofaktor dalam lebih dari 300 sistem enzim yang mengatur reaksi biokimia yang beragam dalam tubuh, termasuk sintesis protein, otot dan fungsi saraf, kontrol glukosa darah, dan regulasi tekanan darah. Magnesium diperlukan untuk produksi energi, fosforilasi oksidatif, dan glikolisis. Ini memberikan kontribusi untuk perkembangan struktur tulang dan diperlukan untuk sintesis DNA, RNA, dan antioksidan glutathione. Magnesium juga berperan dalam transpor aktif kalsium dan kalium ion melintasi membran sel, suatu proses yang penting untuk konduksi impuls saraf, kontraksi otot, dan denyut jantung normal.
5)        Fosfor
Fosfor  paling banyak terdapat dalam tulang dan gigi bersama Ca, sisanya terdapat bebas atau berikatan degan senyawa organik dalam tubuh. Senyawa fosfor dalam bentuk fosfat (PO43-) diperlukan untuk semua bentuk kehidupan dan  memainkan peran penting dalam molekul biologis seperti DNA dan RNA di mana fosfat merupakan bagian dari kerangka struktural molekul-molekul ini. Sel juga menggunakan fosfat untuk mengangkut energi sel dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Hampir setiap proses seluler yang menggunakan energi diperoleh dalam bentuk ATP. ATP juga penting untuk fosforilasi, kunci  peristiwa regulasi dalam sel. Fosfolipid merupakan komponen struktural utama dari semua membran sel. Garam kalsium fosfat membantu pengerasan tulang.
6)        Klorida
Klorida adalah zat kimia yang dibutuhkan untuk metabolisme. Klorida juga membantu menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Jumlah klorida dalam darah dikontrol secara cermat oleh ginjal. Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah elektrolit bermuatan negative yaitu klorida (Cl). Jumlah ion klorida (Cl) yang terdapat di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106 mmol / L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga pankreas.
Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar, ion klorida juga akan berperan dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Bersama dengan ion natrium (Na ), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui keringat.
7)        Belerang
Belerang adalah komponen penting dari semua sel hidup. Tubuh manusia yang memiliki berat 70 kg mengandung sekitar 140 gram belerang. Pada tumbuhan dan hewan, asam amino sistein dan  metionin mengandung sebagian besar belerang. Unsur belerang hadir di semua polipeptida, protein, dan enzim yang mengandung asam amino ini. Pada manusia, metionin adalah asam amino esensial yang harus dicerna. Namun, kecuali vitamin biotin dan tiamin, sistein dan semua senyawa yang mengandung belerang dalam tubuh manusia dapat disintesis dari metionin. Enzim sulfit oksidase diperlukan bagi metabolisme metionin dan sistein pada manusia
dan hewan.
Protein mengandung antara 3 dan 6% asam amino sulfur. Sebuah persentase yang sangat kecil dari sulfur datang dalam bentuk sulfat anorganik dan bentuk-bentuk sulfur organik yang ada dalam makanan seperti bawang putih, bawang merah, brokoli, dll
b.        Mineral Runutan
Mineral runutan atau trace mineral merupakan mineral yang jumlah kebutuhannya kurang dari (<100 mg per hari) atau lebih sedikit di bandingkan dengan mineral makro. Yang termasuk mineral mikro antara lain:
1)        Besi
Besi merupakan bagian integral dari banyak protein dan enzim yang menjaga kesehatan yang baik. Pada manusia, zat besi merupakan komponen penting dari protein yang terlibat dalam transport oksigen. Hal ini juga penting untuk pengaturan pertumbuhan sel dan diferensiasi. Kekurangan zat besi membatasi pengiriman oksigen ke sel-sel, sehingga kelelahan, kinerja yang buruk, dan penurunan kekebalan. Di sisi lain, jumlah kelebihan zat besi dapat menyebabkan keracunan dan bahkan kematian
Ada dua bentuk zat besi yaitu heme dan nonheme. Besi heme berasal dari hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang memberikan oksigen ke sel. Besi heme ditemukan dalam makanan hewan yang awalnya berisi hemoglobin, seperti daging merah, ikan, dan unggas. Besi dalam makanan nabati seperti lentil dan kacang-kacangan diatur dalam struktur kimia yang disebut besi nonheme. Ini adalah bentuk dari besi yang ditambahkan ke makanan yang diperkaya zat besi. Besi heme diserap lebih baik daripada besi nonheme, tetapi sebagian besar zat besi adalah besi nonheme.
2)        Zinc/Seng
Bagi manusia, arti penting zat seng sebenarnya baru terungkap pada tahun 1956. Fungsi seng terbilang sangat vital bagi kelangsungan hidup sel-sel tubuh manusia. Salah satunya sebagai zat perantara bagi lebih 70 macam enzim dan protein yang ada di tubuh manusia. Enzim sendiri berperan dalam metabolisme seluruh sel-sel ditubuh manusia, maka jika enzim-enzim tidak terbentuk sempurna, fungsi sel tubuh akan terganggu. Selain itu, seng berperan pula dalam proses pembentukan genetik, yaitu pada DNA (DeoxyribosenucleidAcid).
3)        Yodium
Yodium merupakan suatu trace elemen yang secara alami ada di beberapa makanan, ditambahkan ke yang lain, dan tersedia sebagai suplemen makanan. Yodium merupakan komponen penting dari hormon tiroid tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Hormon tiroid mengatur berbagai reaksi biokimia penting, termasuk sintesis protein dan aktivitas enzimatik, dan merupakan penentu penting dari aktivitas metabolik. Mereka juga diharuskan untuk pengembangan sistem yang benar untuk  tulang dan saraf pusat pada janin dan bayi.
Pada ibu hamil, kekurangan hormon tiroid, dikhawatikan bayinya akan mengalami cretenisma, yaitu tinggi badan di bawah ukuran normal (cebol) yang disertai dengan keterlambatan perkembangan jiwa dan tingkat kecerdasan.
4)        Selenium
Selenium, yang merupakan nutrisi penting bagi manusia, adalah konstituen lebih dari dua lusin selenoproteins yang memainkan peran penting dalam reproduksi, metabolisme hormon tiroid, sintesis DNA, dan perlindungan dari kerusakan oksidatif dan infeksi.
Selenium muncul dalam dua bentuk: anorganik (selenate dan selenite) dan organik (selenomethionine dan selenocysteine​​). Keduanya dapat menjadi sumber selenium yang baik . Tanah mengandung sulfida anorganik dan sulfat yang kemudian terakumulasi dan dikonversi ke bentuk organic oleh tanaman menjadi sebagian besar selenocysteine ​​dan selenomethionine dan alcohol turunannya. Sebagian besar selenium dalam bentuk selenomethionine terdapat pada jaringan  hewan dan manusia, di mana selenium  dapat dimasukkan secara nonspesifik dengan metionin asam amino pada protein tubuh. Otot rangka merupakan tempat utama penyimpanan selenium, terhitung sekitar 28% sampai 46% dari total kolam selenium. Kedua selenocysteine ​​dan selenite direduksi untuk menghasilkan hidrogen selenide, yang pada gilirannya diubah menjadi selenophosphate untuk biosintesis  selenoprotein.
Kekurangan selenium menghasilkan perubahan biokimia yang mungkin mempengaruhi orang-orang yang mengalami tekanan untuk berkembang menjadi penyakit tertentu.
5)        Tembaga
Tembaga adalah elemen esensial pada tumbuhan dan hewan, tetapi tidak pada beberapa mikroorganisme. Tubuh manusia mengandung tembaga pada tingkat sekitar 1,4-2,1 mg per kg massa tubuh. Dengan kata lain, RDA untuk tembaga pada orang dewasa sehat normal adalah 0,97 mg / hari dan sebagai 3,0 mg / hari. Protein tembaga memiliki beragam peran dalam transpor elektron biologis dan transportasi oksigen, proses yang memanfaatkan interkonversi Cu (I) dan Cu (II).
Pada orang dewasa, dibutuhkan 2 miligram. Sistem tubuh pada orang-orang yang menderita kanker telah didapati kekurangan tembaga. Oleh karenanya, tembaga tercakup dalam suplemen-suplemen lainnya disamping mineral-mineral cair. Toksisitas tembaga kronis biasanya tidak terjadi pada manusia karena sistem transportasi yang mengatur penyerapan dan ekskresi. Mutasi resesif autosomal protein transpor tembaga dapat menonaktifkan sistem ini, yang menyebabkan penyakit Wilson dengan akumulasi tembaga dan sirosis hati pada orang yang telah mewarisi dua gen cacat.
6)        Mangan
Unsur logam mangan telah diketahui terdapat dalam sistem tubuh manusia, meskipun hanya dengan jumlah sangat kecil – mineral ini rata-rata terdapat dalam tubuh antara 10 hingga 20 mg . Tetapi, walau tergolong dalam kategori mikro, Mineral mangan ini memiliki peran penting untuk mengatur dan membantu fungsi organ tubuh. Mineral ini sangat penting untuk kesehatan sistem tubuh, senyawa ini dapat kita dapatkan dari berbagai jenis makanan juga.
Walaupun mineral ini adalah mikro, namun unsur Mangan sangat membantu fungsi tubuh membentuk jaringan ikat, tulang, beberapa hormon, enzim dan cairan pelumas pada sendi-sendi . Fungsi lain dari mangan adalah memainkan peran dalam proses pembekuan darah, ia juga dapat membantu proses metabolisme lemak dan karbohidrat, dan yang terpenting! mangan digunakan tubuh untuk penyerapan mineral kalsium dan magnesium.
Fungsi lain terpenting unsur logam mangan, adalah membantu tubuh kita agar dapat  memanfaatkan vitamin B1 (Thiamin) dan membuat vitamin E secara optimal untuk seluruh bagian tubuh. Namun di lain fungsi penting lain-nya mineral mangan dibutuhkan untuk pembentukan enzim superoksida dismutase, ini adalah senyawa antioksidan kuat yang untuk mengusir radikal bebas berbahaya dalam tubuh.
7)        Fluor
Walaupun tidak begitu diperlukan, fluor terbukti dapat melindungi lubang gigi saat dikonsumsi dalam jumlah menengah (di bawah 4 mg/l). Fluor bertanggung jawab terhadap pencegahan kerusakan gigi yang terjadi di Amerika Serikat mulai pertengahan tahun 1980-an. Tindakan khusus harus dilakukan saat jumlah fluor yang dikonsumsi oleh anak-anak. Tingkat fluor diatas 2mg/l dapat merusak pertumbuhan gigi orang dewasa sebelum menjadi gigi tetap. Sumber fluor di antaranya adalah air, makanan laut, tanaman, ikan dan makanan hasil ternak. Sedangkan fungsi fluor di antaranya adalah :
a)         Untuk pertumbuhan dan pembentukkan struktur gigi.
b)        Untuk mencegah karies gigi
8)        Kobalt
Kobalt adalah mineral penting lainnya yang diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil dalam makanan. Ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari bagian dari vitamin B12, cobalamin, yang mendukung produksi sel darah merah dan pembentukan penutup saraf mielin. Beberapa orang  tidak menganggap kobalt  penting sebagai nutrisi yang terpisah, karena diperlukan terutama sebagai bagian dari B12. Kobalt, sebagai bagian dari vitamin B12, tidak mudah diserap dari saluran pencernaan. Kandungan kobalt dalam tubuh berkisar antara 80-300 mcg yang disimpan dalam sel-sel darah merah dan plasma, serta dalam hati, ginjal, limpa, dan pankreas.
Cobalt, sebagai bagian dari B12, digunakan untuk mencegah anemia, anemia pernisiosa khususnya, vitamin B12 juga bermanfaat dalam beberapa kasus kelelahan, gangguan pencernaan, dan masalah syaraf-otot. Tidak ada kegunaan lain yang dikenal kecuali radioaktif cobalt-60 yang digunakan untuk mengobati kanker tertentu.
Defisiensi kobalt tidak benar-benar menjadi perhatian jika tubuh mendapatkan cukup vitamin B12. Tanah yang kekurangan kobalt, lebih lanjut mengurangi tingkat  kobalt  dalam makanan nabati yang sudah sangat rendah. Toksisitas dapat terjadi dari kelebihan kobalt anorganik ditemukan sebagai kontaminan makanan. Peningkatan asupan kobalt dapat mempengaruhi tiroid atau menyebabkan kelebihan produksi sel darah merah, darah mengental, dan peningkatan aktivitas di sumsum tulang. Tidak ada RDA spesifik yang disarankan untuk kobalt. Kebutuhan tubuh akan kobalt adalah rendah, dan vitamin B12 biasanya memenuhi kebutuhan tersebut. Asupan harian rata-rata kobalt adalah sekitar 5-8 mcg.
C.      Pemeriksaan Laboratorium
1.         Albumin
a.         Deskripsi:          
Pemeriksaan albumin merupakan pengukuran kadar albumin dalam darah. Albumin merupakan jenis protein yang paling banyak di dalam tubuh dan memiliki fungsi penting bagi tubuh. Albumin diproduksi oleh hati, dan memiliki waktu paruh 20 hari.
b.        Fungsi Albumin :
1)        Mengusung hormon tiroid
2)        Mengusung hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak
3)        Mengusung asam lemak menuju hati
4)        Mengusung obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut
5)        Mengusung bilirubin
c.         Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1)        Diet tinggi lemak sebelum dilakukan pemeriksaan.
2)        Sampel darah hemolisis.
3)        Pemipetan yang tidak tepat
d.        Cara kerja
1)        Cara pengambilan darah vena
a)         Jika darah diambil pada bagian vena fossa cubiti. Pasang Torniqued (ikatan pembendung) pada lengan bagian atas dan mintalah pada orang yang diambil darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar vena jelas terlihat.
b)        Tegakkanlah kulit dibagian tangan dengan jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak pada saat tusukan
c)         Bersihkan bagian yang akan diambil darah dengan alkohol 70%
d)        Tusuklah bagian vena yang sudah dibersihkan dengan spoit sampai ujung jarum masuk kedalam lumen vena. Tarik penghisap spoit perlahan sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat.
e)         Lepaskan karet bendungan
f)         Taruhlah kapas diatas jarum dan cabutlah spoit
g)        Bukalah jarum spoit dan alirkan perlahan kedalam tabung sentrifius secukupnya (± 3ml) untuk dipisahkan serumnya, diamkan 5 sampai 10 menit sebelum disentrifius.
h)        Sisanya alirkan kedalam tabung vial yang sudaah berisi EDTA, digoyang hingga merata ( untuk pemeriksaan hemoglobin).
2)        Tusukan kulit/ darah perifer
a)         Oleskan alkohol 70% pada ujung jari ( jari manis)
b)        Stelah alkohol kering, tusuk segera ujung jari dengan blood lancet yang sudah terpasang pada auto lancet
c)         Darah yang pertama keluar dihapus dengan kapas kering
d)        Darah yang keluar selanjutnya digunakan untuk pemeriksaan yang diinginkan
3)        Cara mendapatkan serum
a)         Darah yang sudah diendapkan disentrifius dengan kecepatan 1500 sampai 3000 rpm selama 5 sampai 10 menit
b)        Pipet bagian yang atas ( serum) dengan hati-hati kedalam tabung reaksi. Hindari terjadi hemolisis
2.         Reduksi (Glukosuria)
a.         Metode  : Fehling, Benedict, Nylander
b.        Tujuan    : Agar dapat mengetahui kadar glukoda pada urin seseorang.
c.         Prinsip    :
1)        Metode Fehling
Dalam suasana alkalis dan panas,glukosa mereduksi ion Cu (kupri) menjadi CuO (kupro) yang akan mengendap dan berwarna merah tua.
2)        Metode Benedict
Dalam suasana alkalis dan panas,glukosa mereduksi ion Cu (kupri) menjadi CuO (kupro) yang akan mengendap dan berwarna merah tua.
3)        Metode Nylander
Bismuth nitrat akan direduksi oleh glukosa dan beberapa senyawa lain yang mereduksi,selanjutnya bismuth mengendap dan berwarna hitam.
Glukosa dapat dibuktikan juga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim glukosa-oxidase untuk merintis serentatanreaksi dan berakhir dengan perubahan warna dalam reagen yang diperlukan.
Alat
Bahan
Reagen
  Tabung Reaksi + rak
  Urin segar
  Fehling A = 34,7 gr CuSO4.5H2O+ 1lt akudes.
 Penjepit     

 Fehling B = 173 gr KnaTartrat+ 50 gr NaOH+ 1lt akuades.
 Pipet ukur 1ml, 2ml, dan 5ml
 Savety pipet

 Benedict 25 gr CuSO4. 5 H2O.asam sitrat 100 gr+Natrium karbonat anhidrat 143,8 gr+ 1lt  akudes.
 Pembakar spirtus

       Nylander 2 gr Bismut nitrat+ 4 gr K.Na. Tartrat+100 ml NaOH 10%
 Beaker glass         


                           
d.        Cara Kerja       :
1)        Metode Fehling
a)         Tabung reaksi di isi 2 ml Fehling A + 2 ml Fehling B, di didihkan sambil dicampur.
b)        Ditambah 1 ml urin.
c)         Dicampur,dipanaskan ssampai mendidih 3 menit dengan di goyang-goyang.
d)        Diamati perubahan warna yang terjadi.
2)        Metode Benedict
a)         Tabung reaksi diisi 5 ml reagen Benedict.
b)        Dicampur 8 tetes urin (dengan pipet ukur 1 ml).
c)         Dicampur,dipanaskan sampai mendidih 3 menit dengan digoyang, diamati perubahan warna yang terjadi.
3)        Metode Nylander
a)         Tabung reaksi diisi 0,5 ml reagen Nylander.
b)        Ditambah 5 ml urin.
c)         Dicampur,dipanaskan sampai mendidih 3 menit dengan di goyang-goyang, diamati perubahan warna yang terjadi.
e.         Hasil Pemeriksaan      :
1)        Metode Fehling
Merah Bata = positif 4 (+4)
2)        Metode Benedict
Endapan Merah Bata = positif 4 (+4)
3)        Metode Nylander
Kuning bening tanpa ada endapan → larutan hitam = negative (-)
f.         Nilai Normal            :
1)        Metode Fehling
a)         Tetap  biru jernih = negative (-)
b)        Hijau tanpa endapan = positif 0,5 (+0,5)
c)         Hijau dengan endapan kuning/hijau lebih banyak/hijau kuning keruh = positif 1 (+1)
d)        Kuning keruh/kuning kehijauan/kuning lebih banyak = positif 2 (+2)
e)         Jingga/warna lumpur = positif 3 (+3)
f)         Merah bata= positif 4 (+4)
2)        Metode Benedict
a)         Tetap  biru jernih = negative (-)
b)        Hijau tanpa endapan = positif 0,5 (+0,5)
c)         Hijau dengan endapan kuning/hijau lebih banyak/hijau kuning keruh = positif 1 (+1)
d)        Kuning keruh/kuning kehijauan/kuning lebih banyak = positif 2 (+2)
e)         Jingga/warna lumpur = positif 3 (+3)
f)         Merah bata= positif 4 (+4)
3)        Metode Nylander
a)         Tidak terbentuk endapan hitam = negative (-)
b)        Terbentuk endapan hitam = positif 0,5 (+0,5)
3.         Pap Smear
Pap Smear adalah pemeriksaan usapan mulut rahim untuk melihat sel-sel mulut rahim (serviks) di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan  tes skrining untuk mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker.
a.         Cara pengambilan sampel Pap smear
Pemeriksaan ini dilakukan di atas kursi pemeriksaan khusus ginekologis. Sampel sel-sel diambil dari luar serviks dan dari liang serviks dengan melakukan usapan dengan spatula yang terbuat dari bahan kayu atau plastik. Setelah usapan dilakukan, sebuah cytobrush (sikat kecil berbulu halus, untuk mengambil sel-sel serviks) dimasukkan untuk melakukan usapan dalam kanal serviks.Setelah itu, sel-sel diletakkan dalam object glass (kaca objek) dan disemprot dengan zat untuk memfiksasi, atau diletakkan dalam botol yang mengandung zat pengawet, kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
b.        Persiapan Pemeriksaan Pap Smear
Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam dalam bath tub, selama 24 jam sebelum pemeriksaan, untuk menghindari ‘kontaminasi’ ke dalam vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan. Tidak sedang  menstruasi , karena darah dan sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil pap smear.
c.         Ada 2 cara pemeriksaan Pap Smear:
1)        Pemeriksaan Sitologi Konvensional :
Sampel tidak memadai karena sebagian sel tertinggal pada brus (sikat untuk
pengambilan sampel), sehingga sampel tidak representatif dan tidak menggambarkan kondisi pasien sebenarnya Subyektif dan bervariasi, dimana kualitas preparat yang dihasilkan tergantung pada operator yang membuat usapan pada kaca benda. Kemampuan deteksi terbatas (karena sebagian sel tidak terbawa dan preparat yang bertumpuk dan kabur karena kotoran/faktor pengganggu).
2)        Pemeriksaan Sitologi Berbasis Cairan/Liquid
Sampel memadai karena hampir 100 % sel yang terambil dimasukkan ke dalam cairan dalam tabung sampel. Proses terstandardisasi karena menggunakan prosesor otomatis, sehingga preparat (usapan sel pada kaca benda) representatif, lapisan sel tipis, serta bebas dari kotoran/pengganggu. Meningkatkan kemampuan/keakuratan deteksi awal adanya kelainan sel leher rahim. Sampel dapat digunakan untuk pemeriksaan HPV-DNA

d.        Hasil Pap Smear
Hasil pap smear normal menunjukkan hasil negatif, yaitu tidak adanya sel-sel serviks yang abnormal.Sedangkan hasil pap smear abnormal dibagi menjadi 3 hasil utama :
1)        Bukan kanker
Kebanyakan hasilnya adalah infeksi kemudian  pasien diminta untuk berobat dan  melakukan kontrol ulang dalam 4-6 bulan untuk mengulang pap smear.
2)        Prekanker
Menunjukkan beberapa perubahan sel abnormal, biasanya dilaporkan sebagai “sel atipik” atau displasia serviks.Pasien  akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi. Kurang dari 5% hasil pap smear menemukan dysplasia serviks.
3)        Ganas ( kanker)
Pasien langsung diminta berobat ke dokter

1.         Asidosis Respiratorik
a.        Penyebab
Pengeluaran CO2 terhalang sehingga terjadi penumpukan CO2 (P CO2 meningkat) akibatnya kadar H2CO3 juga meningkat. Keadaan ini terjadi akibat asthma bronchiale, pneumonia, emfisema, pneumothoraks, fraktur kosta dll.
b.        Penanggulangan
Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena P CO2 meningkat, maka garam HCO3 juga harus ditingkatkan, dengan cara meningkatkan resorpsi HCO3 di tubulus ginjal sampai rasio 20 tercapai (asidosis respiratorik terkompensasi). Tahap berikutnya adalah secara pelan-pelan kadar garam HCO3 dan H2CO3 dikembalikan ke keadaan normal.
2.         Alkalosis Respiratorik
a.        Penyebab:
Pengeluaran CO2 berlebihan (pada pernafan cepat/hiperventilasi) sehingga P
CO2 menurun sehingga kadar H2CO3 juga menurun. Keadaan ini terjadi akibat anoksia, ensefalitis, febris, histeris dll.
b.        Penanggulangan:
Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena P CO2 menurun, maka garam HCO3 juga harus diturunkan, dengan cara mengurangi resorpsi HCO3 di tubulus ginjal sampai rasio 20 tercapai (alkalosis respiratorik terkompensasi). Tahap berikutnya adalah secara pelan-pelan kadar garam HCO3 dan H2CO3 dikembalikan ke keadaan normal.
3.         Asidosis Metabolik
a.        Penyebab:
Penurunan kadar garam HCO3 tanpa diimbangi penurunan kadar H2CO3, umumnya terjadi akibat pengeluaran HCO3 yang berlebihan, misalnya pada kasus:
1)        Terlalu banyak pembuangan asam melalui ginjal sehingga garam HCO3 ikut terbuang, misalnya pada diabetes mellitus, keracunan asam salisilat dll.
2)        Fungsi resorpsi ginjal terganggu (nefritis, hidronefrosis, pielonefritis, TBC ginjal dll.)
3)        Terbuangnya HCO3 melalui usus misalnya diare
b.        Penanggulangan:
Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena kadar basa berkurang, maka  H2CO3 harus diturunkan pula dengan cara menurunkan CO2 melalui pernafasan sampai rasio 20 tercapai (asidosis metaboli terkompensasi). Akibatnya terjadilah pernafasan yang cepat dan dalam (kusmault).
4.         Alkalosis Metabolik
a.        Penyebab:
Peningkatan kadar garam HCO3 tanpa diimbangi peningkatan kadar H2CO3, misalnya pada kasus:
1)        Pemberian obat alkalis yang berlebihan (pada kasus ulkus peptikum)
2)        Pengeluaran HCl lambung berlebihan (emesis, kumbah lambung). Hal ini menyebabkan sekresi asam lambung berlebihan, sehingga chloride shift meningkat yang berakibat pada kandungan  bikarbonat meningkat dalam plasma.
3)        Terbuangnya HCO3 melalui usus misalnya diare
b.   Penanggulangan:
Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena kadar basa meningkat, maka  H2CO3 harus ditingkatkan pula dengan cara meningkatkan CO2 melalui pernafasan sampai rasio 20 tercapai (alkalosis metabolik terkompensasi) Akibatnya terjadilah pernafasan yang lambat dan dangkal












BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.         System pernafasan adalah system dalam tubuh yang harus dijaga dan dipelihara, karena jika salah satu organ pernafasan rusak akan mengganggu organ system pernafasan yang lain.
2.         Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan tubuh di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Kekurangan atau kelebihan mineral dapat menyebabkan penyakit. Berdasarkan dari kebutuhannya, mineral terbagi menjadi 2 kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro.
3.         Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
4.         Asidosis adalah peningkatan sistemik konsentrasi ion hydrogen. Konsentrasi ion hydrogen meningkat karena kegagalan paru mengeluarkan karbon dioksida, atau apabila terjadi produksi asam-asamyang mudah dan tidak mudah menguap secara berlebihan. Asidosis juga dapat timbul apabila terjadi pengeluaran basa bikarbonat karena diare persisten atau ginjal gagal menyerap kembali bikarbonat atau mensekresi ion hydrogen. Asidemia adalah penurunan pH di bawah 7,35.
5.         Alkalosis adalah penurunan sistemik konsentrasi ion hydrogen. Konsentrasi hydrogen dapat turun akibat pengeluaran karbon dioksida yang berlebihan selama hiperventilasi, keluarnya asam-asam yang tidak mudah menguap melalui muntah, atau asupan basa yang berlebihan.

B.       Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkan materi ini. Apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam pembuatan makalah ini saya mohon kritik dan saran dari pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Murray RK, Granner DK, Mayes PA dan Rodwell VW. Biokimia Harper, ed 25. Jakarta: EGC. 2003. h59-69.

Soewoto H, Sadikin M, Kurniati V, Wanandi SI, Retno D, Abadi P, et al. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya Medika, 2001. h106

Sherwood L. Human Physiology From Cells To System. 6th Edition. Belmont, USA. 2007.


















 
Tugas Individu
MAKALAH




DISUSUN OLEH :
NAMA : NURLIANA
BT 13 02 165
I E





AKADEMI KEBIDANAN BATARITOJA
W A T A M P O N E

2 0 1 4
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu ya Allah. Berkat rahmat dan hidayah-Nya serta bimbingan-Nya semata-mata, akhirnya penulisan makalah ini dapat selesai. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan ke pangkuan Nabiyullah Muhammad, SAW.
Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah BIOKIMIA. Dan dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah BIOKIMIA ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis berharap dari makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca. Demikianlah makalah ini penulis susun, kritik serta saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk melengkapi makalah ini.

Watampone, 23 Mei 2014

    PENULIS





i
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar belakang .......................................................................................................1
B.       Rumusan Masalah .................................................................................................1
C.       Tujuan Penulisan ...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A.      Sistem Pernapasan Pada Manusia  Secara Biokimia.............................................2
B.       Unsur Mineral di Dalam Tubuh Manusia..............................................................8
C.       Pemeriksaan Laboratorium..................................................................................18
D.      Asidosis dan Alkalosis .......................................................................................23

BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan ..........................................................................................................26
B.       Saran ....................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA









No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...