KATA PENGANTAR

Pertama
kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang
telah diberikan kepada kita. Semoga
shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW,
beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
Alhamdulillah
kami telah berhasil
menyelesaikan makalah “CAIRAN
KA-EN MG3”. Dan makalah ini kami ajukan
sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa. Semoga dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami tentang cairan KA-EN MG3..
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik dan
saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga hasil makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT. Amin.
Watampone,
10 Mei 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
.........................................................................................
DAFTAR ISI
....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
....................................................................................
B.
Rumusan Masalah...............................................................................
C.
Tujuan
…………………………...........................…………..…….........
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Infus...................................................................................................
B.
Cairan Intra Vena...............................................................................
C.
Tujuan.................................................................................................
D.
Persiapan Alat Dan Bahan....................................................................
E.
Persiapan Pasien/Lingkungan............................................................
F.
Cara Kerja...........................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian ..........................................................................................
B. Kegunaan
.........................................................................................
C. Komposisi ..........................................................................................
D. indikasi ..................................................................................................
E. Kontra
Indikasi.....................................................................................
F. Efek
Samping.......................................................................................
G. Dosis pemberian,
Penyimpanan dan Paket.......................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ......................................................................................
B.
Saran dan Kritik
................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keperawatan merupakaan
hasil proses kerjasama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau
tetap sehat. Dalam perkembangan ilmu keperawatan saat ini perawat
dituntut untuk lebih professional dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu
pelayanan yang memuaskan dan meyakinkan.
Pemasangan infus adalah
teknik yang mencakup penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang
kaku seperti angiokateler atau dengan jarum yang di sambungkan. Pemberian
cairan infuse merupakan materi yang sangat sulit di terapkan karena memiliki
berbagai macam tehknik-tekhnik yang berbeda-beda dan memilki kerasionalannya
sendiri-sendiri juga. oleh karena itu prosedur pemberian infus memerlukan
pembelajaran yang tidak sedikit.
Dalam penulisan makalah ini
akan di jelaskan tentang cairan KA-EN MG3, komposisi, indikasi dan
kontraindikasi, efek samping dosisi pemberiannya..
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah cairan KA-EN MG3 itu?
2.
Apa sajakah kegunaan cairan
KA-EN MG3?
3.
Bagaimanakah Komposisi cairan KA-EN MG3?
4.
Apa sajakah indikasi dan
kontraindikasi cairan
KA-EN MG3?
5.
Apa sajakah Efek Samping cairan KA-EN MG3?
6.
Bagaimanakah Dosis pemberian, Penyimpanan dan Paket cairan KA-EN MG3?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui definisi
cairan KA-EN MG3.
2.
Untuk mengetahui kegunaan cairan
KA-EN MG3
3.
Untuk mengetahui Komposisi cairan KA-EN MG3
4.
Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi cairan KA-EN MG3
5.
Untuk mengetahui Efek Samping cairan KA-EN MG3
6.
Untuk mengetahui Dosis pemberian, Penyimpanan dan Paket cairan KA-EN MG3
D.
Manfaat
- Memberikan informasi tentang prosedur pemasangan infuse.
- Agar mahasiswa mampu melaksanakan pemberian cairan KA-EN MG3 kepada klien saat di lapangan kerja.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Infus
Pemasangan infuse merupakan tekhnik penusukan vena melalui
transkutan dengan stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum
yang disambungkan pada spuit. (Eni
Kusyati 2006. hal:267)
Pada kondisi tertententu,
pemberian cairan intra vena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan cairan eksternal
secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intra vena adalah untuk memenuhi
kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan oral secara
adekuat, menambah asupan elektrolit untuk menjaga kesimbangan elektrolit,
menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolisme, memenuhi
kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat melalui
vena. Lebih khusus, terapi intra vena di berikan pada pasien yang mengalami
syok,intoksikasi berat, pasien pra dan pasca bedah, atau pasien yang
membutuhkan pengobatan tertentu. (Mubarok,
Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94)
Pemberian cairan infuse
dapat di berikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi
yang berat. Pemberian cairan infuse ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di
antaranya pada vena lengan (vena safalika basilea dan mediana kabiti), pada tungkai
(vena sakena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti : vena temporalis
krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami
syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau
pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. (Hidayat,A
Aziz alimul dan musrifatul ulyah. 2005. Hal:73-75).
B.
Cairan Intra Vena
Jenis cairan intravena yang biasa di
gunakan meliputi
- Larutan nutrien.
Larutan ini
berisi beberapa jenis karbohidrat (mis., dekstrosa dan glukosa) dan air.
Larutan nutrien yang umum digunakan adalah 5°ro dekstrosa dalam air (D5W),
3,3% glukosa dalam 0,3%, NaCI, dan 5°/0 glukosa dalam 0,45% NaCl. Setiap 1
liter cairan Dextrose 5% mengandung 170-200 kalori; mengandung asam amino
(Amigen, Ananosol, Travamin) atau lemak (Lipomul d-an Lyposyn).
- Larutan elektrolit.
Larutan
elektrolit melipvti lamtan saline, baik isotonik, hipotonik,
maupun
hipertonik. Jenis larutan elektrolit yang paling banyak digunakan adalah normal
salin (isotonik), yaitu NaC10,9%. Contoh larukan elektrolit lainnya adalah
laktat Ringer (Na’}, K’, Cl-, Ca-’) dan cairan Butter (Na‘
K+ Mgz+ Cl-, HC03 ).
- Cairan asam-basa.
Jenis cairan
yang termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat dan natrium bikarbonat.
Laktat merupakan sejenis garam yang dapat mengikat ion H’ dari cairan sehingga
mengurangi keasaman lingkungan.
- Volume ekspander.
Jenis larutan
ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma, misalnya pada
kasus hemoragi atau kombustio berat. Volume ekspander yang umttm digunakan
antara lain dekstran, plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya adalah dengan
meningkatkan tekanan osmotik darah. (Mubarok,
Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94).
C. Tujuan
- Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
- Infuse pengobatan dan pemberian nutrisi (Aziz, musrifah. 2004. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC)
- Memulai dan mempertahankan terapi cairan IV. (Eni Kusyati 2006. hal:267)
D. Persiapan
Alat Dan Bahan
1.
Cairan infus
2.
Infus set
3.
jarum infuse (20-22G untuk dewasa,
24-26G untuk anak-anak)
4.
pengalas
5.
tourniquet (untuk membendung aliran
darah vena)
6.
kapas alcohol
7.
plaster
8.
gunting
9.
pencukur rambut
10.
kassa steril
11.
betadin
12.
bengkok
13.
sarung tangan sekalipakai
14.
spolk (bila perlu).
E. Persiapan
Pasien/Lingkungan
- klien diberi penjelasan tenteng hal-hal yang dilakukan saat pemasangan infuse dengan menggunakan komunikasi yang terapeutik.jika keadaan memungkinkan.
- pakaian klien pada daerah yang akan di pasang infuse, harus di buka (untuk mempermudah saat pemasangan infus) dan mencari venanya
- identifikasi vena yang dapat di akses untuk tempat pemasangan jarum IV atau kateter :
- hindari daerah penonjolan tulang
- gunakan vena dibagian yang paling distal terlebih dahulu
- hindarkan pemasangan selang intra vena di pergelangan tangan klien, di daerah yang mengalami peradangan, di ekstermitas yang sensasinya menurun.
- bila pada lingkungan banyak klien, perlu dipasang sampiran.
F. Cara
Kerja
- siapkan peralatan dan bawa ke dekat klien
- cuci tangan
- siapkan cairan infuse dan infuse set
- buka kemasan steril dengan menggunakan tekhnik aseptic
R = mencegah kontaminasi
pada objek steril
- periksa larutan dengan menggunaan “lima tepat” :
·
tepat klien
·
tepat obat (tanggal kadaluarsa)
·
waktu
·
dosis (tetesan infuse yang di
butuhkan)
·
rute (jalan yang diberikan melalui IV)
6.
Yakinkan tambahan resep (missal :
kalium dan vitamin) telah di tambahkan. Observasi kebocoran kantung cairan.
R = larutan IV adalah obat dan harus
dengan hati-hati diperiksa untuk mengurangi resiko kesalahan. Larutan yang
berubah warna , mengandung partikel, atau kadaluarsa tidak di gunakan.
Kebocoran kantung menunjukkan kesempatan kontaminasi dan tidak boleh di
gunakan.
7.
buka penutup botol invus dan buka set
infuse dengan mempertahankan sterilitas dari kedua ujung.
R = mencegah bakteri masuk ke
peralatan infuse dan aliran darah.
8.
tempatkan klem rol kurang lebih 2-5 cm
di bawah ruang drip dan gerakkan klem rol pada posisi “off”
R = kedekatan klem rol pada ruang drip
memungkinkan pengaturan lebih akurat tentang kecepatan aliran. Gerakkan klem
pada “off” mencegah penetesan cairan pada klien, perawat, tempat tidur, atau
lantai.
9.
lepaskan pembungkus lubang slang IV
pada kantung larutan IV plastic. Tusukkan set infuse ke dalam kantung cairan
atau botol.
R = memberi akses untuk insersi slang
infuse ke dalam larutanNB=jangan menyentuh jarum penusuk botol infuse karena
bagian ini steril.jika misal jarum jatuh
kelantai, buang slang IV tersebut dang anti dengan yang baru.
10.
Aliran larutan IV pada slang infuse.
Tekan ruang drip dan lepaskan, ini memungkinkan pengisian 1/3 sampai ½ penuh.
R = menjamin slang bersih dari udara
sebelum penyambungan ke IV, dan mencegah udara masuk ke dalam slang.
11.
pelindung jarum tidak di lepas dan
lepaskan klem rol untuk memungkinkan cairan mengalir dari ruang drip melalui
slang ke adapter jarum. Kembalikan klem rol ke posisi “off” setelah slang
terisi.
R = pengisian lambat slang menurunkan
turbelens dan terbentuknya gelembung. Keluarkan udara dari slang dan biarkan
slang terisi larutan. Penutupan klem mencegah kehilangan cairan yang tidak
sengaja.
12.
Yakinkan slang bersih dari udara dan
gelembung udara.R = gelembung udara besar dapat bertindak sebagai emboli
13.
Pasang perlak, Jika ada rambut, cukur
daerah tersebut ± 2 inchi / 5cm
R = Mengurangi resiko kontaminasi dari
bakteri pada rambut. Juga membantu mempertahankan keutuhan balutan intra vena
dan membuat pelepasan plester tidak terlalu menimbulkan nyeri. Pencukuran dapat
menyebabkan mikroabrasi dan menjadi predis posisi terjadinya infeksi (
metheny,1996).
14.
Apabila memungkinkan, letakkan
ekstermitas pada posisi dependen ( dalam keadaan ditompang sesuatu).
R = Memungkinkan dilatasi vena
sehingga vena dapat dilihat.
15.
Siapkan alat2 yang tidak steril:
a.
Pasang perlak dibawah tangan/area yang
akan di infuse
b.
Siapkan plester ukuran 1.25 panjang ±
9cm
c.
Siapkan kasa steril
d.
Buka insersi bevel
R = untuk mempermudah saat
melakukan tindakan
16.
pasang tourniquet ± 5-7 inchi / 10-15
cm di atas / di daerah yang akan ditusuk
R = tourniquet menekan
aliran balik vena tetapi tidak menyumbat aliran arteri.
17.
Kenakan sarung tangan (tangan kanan
steril tangan kiri bersih)
R = mengurangi pemaparan
pada organisme HIV , hepatitis dan organismme yang di tularkan melalui darah.
18.
Bersihkan daerah penusukan dengan
kapas alcohol dengan arah melingkar dari tengah ketepi
R = agar terhindar dari
mikroorganisme / tidak terkontaminasi
19.
Lakukan fungsi vena. Fiksasi vena dg
meregangkan kulit berlawanan dg arah insersi 5-7 cm dari arah distal ke tempat
fungsi vena
a)
ONC = insersi bevel (bagian ujung jarum yang miring) dg membentuk sudut 20-30
derajat searah dg aliran balik darah vena distal terhadap tempat fungsi vena yang
sebenarnya.
R = memungkinkan perawat
menempatkan jarum menjadi pararel dg vena sehingga saat vena
difungsi,resiko menusuk vena sampai tembus keluarr berkurang
20.
Lihat aliran balik melalui srelang
jarum aliran balik darah di ONC,yang mengindikasikan bahwa jarum telah memasuki
vena. Jika sudah terasa pas masuk ke vena insersi bevel di landaikan dan
di masukkan sampai penuh
R=penggunaan jari yang sama
mempengaruhi terjadinya sensitifitas terhadap kajian yang lebih baik tentang
kondisi vena.Rendahkan jarum sampai hamper menyentuih kulit. Masukkan lagi
kateter sekitar seperempat inci ke dalam vena dan kemudian longgarkan
stylet(bagian pangkal jarum yang di masukkan ke vena)
21.
Stabilkan kateter dg salah satu tangan
,lepaskan tourniquet dan lepaskan stylet dari ONC, tekan ujung area penusukan.
R = Mengurangi aliran balik
darah
22.
Hubungkan adapter jarum infuse ke hub
ONC atau jarum. Jangan sentuh titik masuk adapter jarum atau bagian dalam hub
ONC .
R = dengan menghubungkan
set infuse dengan tepat,kepatenan vena dicapai. Mempertahankan sterilisasi.
23.
Lepaskan klem penggeser untuk memulai
aliran infuse dengan kecepatan tertentu untuk mempertahankan kepetenan selang
intra vena.
R= Memungkinkan aliran vena
dan mencegah obstruksi aliran larutan IV.
24.
Fiksasi kateter IV atau jarum:
Lepaskan sarung tangan sebelah kiri
R = agar plester tidak
menempel pada sarung tangan.
25.
Tempelkan plester kecil(1-25 cm) di
bawah hub kateter dg sisi perekat kearah dan silangkan plester diatas hub.
R= Mencegah kateter lepas
darivena tanpa sengaja.
26.
Berikan sedikit larutan atau salep
yodium-povidin pada tempat pungsi vena. Biarkan larutan mengering sesuai dengan
kebijakan lembaga.
R : Larutan atau salep
yodium-povidin merupakan antiseptic topical yang mengurangi bakteri pada kulit
dan mengurangi resiko infeksi local atau sistemik. Apabila menggunakan balutan
trasparan, larutan yodium-povidin direkomendasikan ; salep mengganggu perekatan
balutan pada kulit.
27.
Tempelkan plester kecil yang kedua,
langsung silangkan ke hub kateter.
R : Mencegah terlepasnya
infuse IV secara tidak sengaja
28.
tempatkan kasa balutan yang berukuran
4 cm di atas fungsi vena dan hub kateter. Jangan menutupi hubungan antara
selang intravena dan hub kateter. Tempelkan 2 lembar plaster mengikuti panjang
kasa atau sepanjang 9 cm. sarung tangan dapat di lepas supaya tidak menempel ke
plaster
29.
Fiksasi selang infuse ke kateter
dengan sepotong plester berukuran 2,5 cm.
R : Menstabilkan hubungan
infuse dengan kateter lebih lanjut.
30.
Buang sarung tangan dan rapikan alat
yang sudah di gunakan ,selanjutnya cuci tangan
R = mengurangi penularan
mikroorganisme
31.
Tulis tanggal ,waktu pemasangan selang
IV ,ukuran jarum, dan tanda tangan serta inisial perawat pada plaster.
R = Memberikan data yang
cepat tentang tanggal insersi IV dan dapat di ketahui penggatian balutan
selanjutnya
32.
Atur kecepatan aliran untuk mengoreksi
tetesan per menit
R =memoertahankan kecepatan
aliran larutan IV yang benar
33.
Observasi klien setiap jam untuk
menentukan responnya terhadap terapi cairan:
- Jumlah larutan benar dan sesuai dangan program yang ditetapkan
- Kecepatan aliran benar (tetesan per menit )
- Kepatenan intra vena
- Tidak terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi.
R = memberikan
evaluasi type dan jumlah cairan yang di berikan kepada klien secara berkesinambungan.
inspeksi per jam mencegah terjadinya beban cairan berlebih tanpa sengaja atau
hidrasi yang tidak adekuat
34.
Evaluasi
Setelah di lakukan
pemasangan infuse pada klien, tidak terlihat atau terdapat tanda-tanda
peradangan.
35.
Dokumentasi (Poter, Perry. 2005. Hal 1647-1655)
Contoh
dokumentasi :
Tgl
|
Implementasi/tindakan keperawatan
|
25/05/2010
Jam 08:00
|
|
BAB
III
CAIRAN
KA-EN MG3
A. Pengertian
KA - EN MG3
umumnya direkomendasikan untuk penyediaan atau pengisian air dan elektrolit
yang dibutuhkan untuk pemeliharaan sehari-hari . Komposisi didasarkan pada
jumlah yang diperlukan rata-rata air dan elektrolit pada manusia normal.

B. Kegunaan
Solusi ini
digunakan sebagai solusi perawatan untuk pasien dengan kesulitan dalam asupan
oral air dan elektrolit setelah operasi , atau untuk dehidrasi hipertonik
dengan hipokalemia .
C. Komposisi per 1000 ml
1.
Na + : 50 mEq
2.
K + : 20 mEq
3.
Cl - : 50 mEq
4.
Laktat : 20 mEq
5.
Glukosa : 100 g
6.
Kalori : 400 Kcal / l
7.
Osmolaritas : 695 mOsm / l
D. indikasi
KA - EN MG3 diindikasikan pada pasien dengan karbohidrat
dan ketidakseimbangan elektrolit Dalam kasus berikut :
1.
Asupan oral tidak memadai , misalnya
: Tidak sadar pada stroke otak, anoreksia karena tumor ganas, marasmus umum,
meningitis, ensefalitis , malnutrisi , pneumoni, Prosedur pembedahan , Neonatologi ,
Diabetic asidosis
2.
Larutan rumatan nasional untuk
memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup
untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas.
3.
Rumatan untuk kasus pasca operasi
(> 24-48 jam).
4.
Mensuplai kalium 20 mEq/L.
5.
Rumatan untuk kasus dimana suplemen
NPC dibutuhkan 400 kcal/L
E. Kontra Indikasi
1.
Hiperkalemia,
2.
oliguria,
3.
penyakit Addison,
4.
luka bakar berat dan azotemi,
5.
aritmia jantung
F. Efek Samping
1.
Edema otak,
2.
paru dan jar perifer;
3.
asidosis.
4.
Intoksikasi air;
5.
hiperkalemia,
6.
dan tromboflebitis
G. Dosis pemberian,
Penyimpanan dan Paket
1.
Dosis pemberian :
a.
Dosis umum adalah 500-1000 ml pada
satu waktu dengan bertahap infus intravena .
b.
Dosis harus disesuaikan dengan
kondisi pasien ( jumlah kehilangan cairan tubuh dan elektrolit , dll) .
c.
500 ml larutan dalam botol 1000 ml :
memungkinkan untuk campuran dengan misalnya Amino infus asam
2.
Penyimpanan :
Pada suhu kamar , dan jauh dari sinar matahari langsung .
3.
paket :
Dalam botol plastik 500 ml , dan 500 ml dalam botol 1000
ml
Reg . No : 500 ml DKL 9118702049A1
Reg . No : 500 ml DKL 9118702049A1
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makalah ini diharapkan
mampu memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca umunya dan khususnya bagi
mahasiswa stikes banyuwangi tentang prosedur pemberian infuse yang benar.
Pemasangan infuse merupakan
memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah
banyak dan dalam waktu lama dangan menggunakan infuse set. Pemberian
cairan KA-EN MG3 dapat diberikan pada
pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berlebihan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini,
saya harapkan para mahasiswa menjadi
paham dan mengerti tentang cairan KA-EN MG3.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Saku
Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Edisi5. Jakarta: EGC
2.
Poter, Perry. 2005. Buku ajar
fundamental keperawatan. Edisi 4 vol 2. Jakarta : EGC. Hal 1647-1655
3.
Kusyati, Eni. dkk. 2006.
Keterampilan dan Prosedur laboratorium. Jakarta. EGC. Hal:267
4.
Hidayat,A Aziz alimul dan musrifatul
ulyah. 2005. Buku Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Hal:73-75
5. Mubarok,
Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007.Buku Ajar: Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EG. Hal:92-94
No comments:
Post a Comment