BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak
wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku,
adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap
wilayahnya . Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia
memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa
tidak mengtehaui tentang asal mula terbuntuknya suku-suku dan kebudayaan serta
nenek moyang bangsa indonesia. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan
cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia,
itu juga karena minat rasa ingin tau generasi muda masih lemah.
Kedatangan Proto dan Deutro Melayu dan Melanesoid merupakan
salah satu ilmu yang sangat penting bagi kita bangsa indonesia agar dapat
mengetahui asal mula suku dan budaya serta nenek moyang kita, Untuk itu, kami
kami ingin membahas tentang kedatangan proto dan deutro melayu disini agar
generasi muda dapat mengetahuinya.
B.
Rumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas,
maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut: ”Bagaimana persabaran
Proto, Deutro dan Melanesoid sehingga dapat menyebar seperti persebaran suku dan budaya sekarang
ini serta asal mula nenek moyang?”.
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah
persebaran proto, deurto melayu dan Melanesoid di Indonesia.
2. Mengetahui budaya-budaya peninggalan proto, deutro melayu dan Melanesoid.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proto Melayu
Bangsa
Proto Melayu atau Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia (Yunan)
yang pertamakali ke Nusantara pada sekitar 1500 SM. Mereka datang ke Nusantara
melalui dua jalan. a.Jalan barat dari Yunan (Cina Selatan) melalui Selat Malaka
(Malaysia) masuk ke Sumatra masuk ke Jawa. Mereka membawa alat berupa kapak
persegi.b.Jalan utara (timur) dari Yunan melalui Formosa (Taiwan) masuk ke
Filipina kemudian ke Sulawesi kemudian masuk ke Irian. Mereka membawa alat
kapak lonjong.
Bangsa
Melayu Tua ini memiliki kebudayaan batu sebab alat-alatnya terbuat dari batu yang
sudah maju, yakni sudah dihaluskan, berbeda dengan manusia purba yang alatnya masih
kasar dan sederhana. Hasil budaya mereka dikenal dengan kapak persegi yang banyak
ditemukan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Adapun kapak
lonjong banyak digunakan mereka yang melalui jalan utara, yakni Sulawesi dan Irian.
Menurut penelitian Von Heekern, di Kalumpang, Sulawesi Utara telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan
kapak lonjong yang dibawa orang Austronesiayang datang dari arah utara
Indonesia melalui Formosa (Taiwan), Filipina, dan Sulawesi.
Proto
Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari
Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan
datang dari Cina bagian selatan. Ras Melayu ini mempunyai ciri-ciri rambut
lurus, kulit kuning kecoklatan-coklatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian
selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam, kemudian ke Kepulauan
Indonesia. Mereka itu mula-mula menempati pantai-pantai Sumatera Utara,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Ras Proto Melayu membawa peradaban batu
di Kepulauan Indonesia. Ketika datang para imigran baru, yaitu Deutero Melayu
(Ras Melayu Muda). Mereka berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru
ke hutan-hutan sebagai tempat huniannya. Ras Proto Melayu itu pun kemudian
mendesak keberadaan penduduk asli. Kehidupan di dalam hutan-hutan menjadikan
mereka terisolasi dari dunia luar, sehingga memudarkan peradaban mereka.
Penduduk asli dan ras proto melayu itu pun kemudian melebur.

Gambar
: Bangsa Melayu Tua
Mereka
itu kemudian menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Kehidupan mereka yang terisolasi itu menyebabkan ras Proto Melayu sedikit
mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu maupun Islam dikemudian hari. Para ras
Proto Melayu itu kelak mendapat pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para
penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan
peradaban baru dalam kehidupan mereka. Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke
Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka menunjukkan rute perpindahan mereka dari
Kepulauan Indonesia. Sementara suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat
menyusuri pantai-pantai Burma dan Malaka Barat. Beberapa kesamaan bahasa yang digunakan
oleh suku bangsa Karen di Burma banyak mengandung kemiripan dengan bahasa
Batak.
·
BUDAYA
PROTO MELAYU
Bangsa
Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi dari pada
kebudayaan Homo Sapiens Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayan batu-baru
atau Neolitikum (neo = baru, lithos = batu). Meskipun barang-barang hasil
kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, tetapi telahdi kerjakan dengan baik.
Barang-barang hasil kebudayaan yang terkenal ialah kapak persegi dan kapak
lonjong.


Gambar : Kapak Lonjong
Dan Kapak Persegi
Kebudayaan
kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto
Melayu yang melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong dibawa
melalui jalan timur.
B.
Deutero Melayu
Bangsa
Melayu Muda yang disebut juga Deutero Melayu datang dari daerah Yunan (Cina
Selatan) sekitar 500 SM. Mereka masuk ke Nusantara melalui jalan barat
saja.Bangsa Melayu Muda berhasil mendesak dan bercampur dengan bangsa Proto
Melayu.Bangsa Deutero Melayu masuk melalui Teluk Tonkin (Yunan) ke Vietnam,
lalu keSemenanjung Malaka, terus ke Sumatra, dan akhirnya masuk ke Jawa.
Deutero
Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian utara. Mereka membawa
budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia, atau
Kebudayaan Dongson. Mereka seringkali disebut juga dengan orang-orang Dongson.
Peradaban mereka lebih tinggi daripada rasa Proto Melayu. Mereka dapat membuat
perkakas dari perunggu. Peradaban mereka ditandai dengan keahlian mengerjakan
logam dengan sempurna. Perpindahan mereka ke Kepulauan Indonesia dapat dilihat
dari rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di
Indonesia, yaitu berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini dapat dijumpai di
Malaka, Sumatera, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara
Timur.

Gambar : Bangsa Melayu Muda/ Deutro Melayu
Dalam
bidang pengolahan tanah mereka mempunyai kemampuan untuk membuat irigasi pada
tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka ciptakan, dengan membabat hutan
terlebih dahulu. Ras Deutero Melayu juga mempunyai peradaban pelayaran lebih
maju dari pendahulunya karena petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan
penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu
juga menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagian dari ras Deutero Melayu ada
yang mencapai Kepulauan Jepang, bahkan kelak ada yang hingga sampai Madagaskar.
Kedatangan ras Deutero Melayu di Kepulauan Indonesia makin lama semakin banyak.
Mereka pun kemudian berpindah mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai tempat
hunian baru. Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu membaur dan selanjutnya
menjadi penduduk di Kepulauan Indonesia. Pada masa selanjutnya mereka sulit
untuk dibedakan. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra
bagian utara, serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk di
Kepulauan Indonesia, kecuali penduduk Papua dan yang tinggal di sekitar
pulau-pulau Papua, adalah ras Deutero Melayu.
Bangsa
Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan dengan Proto Melayu.
Mereka sudah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi. Hasil budayanya
yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu, dan nekara. Selain kebudayaan logam,
bangsa Deutero Melayu juga mengembangkan kebudayaan Megalitikum, yaitu kebudayaan
yang menghasilkan bangunan yang terbuat dari batu besar. Hasil-hasil kebudayaan
Megalitikum, misalnya, menhir (tugu batu), dolmen (meja batu), sarkofagus (keranda
mayat), kubur batu, dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk
keturunan Melayu Muda (Deutero Melayu) adalah suku Jawa, Melayu, dan
Bugis.Sebelum kelompok bangsa Melayu memasuki Nusantara, sebenarnya telah ada
kelompok-kelompok manusia yang lebih dahulu tinggal di wilayah tersebut. Mereka
terma-suk bangsaprimitif dengan budayanya yang masih sangat sederhana. Mereka
yang termasuk bangsa primitif adalah sebagai berikut.
1. Manusia Pleistosin (purba)
Kehidupan
manusia purba ini selalu berpindah tempat dengan kemampuan yang sangat
terbatas. Demikian pula kebudayaannya sehingga corak kehidupan manusia purbaini
tidak dapat diikuti kembali, kecuali beberapa aspek saja. Misalnya,
teknologinya yang masih sangat sederhana
(teknologi paleolitik).
2. Suku Wedoid
Sisa-sisa
suku Wedoid sampai sekarang masih ada, misalnya, suku Sakai di Siak sertasuku
Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang. Mereka hidup dari meramu (mengumpulkan hasil
hutan) dan berkebudayaan sederhana. Mereka juga sulit sekali menyesuaikan diri dengan
masyarakat modern.
3. Suku Negroid
Di
Indonesia sudah tidak terdapat lagi sisa-sisa kehidupan suku Negroid. Akan
tetapi,di pedalaman Malaysia dan Filipina keturunan suku Negroid masih ada.
Suku yang termasuk ras Negroid, misalnya, suku Semang di Semenanjung Malaysia
dan suku Negritodi Filipina. Mereka akhirnya terdesak oleh orang-orang Melayu
Modern sehingga hanya menempati daerah pedalaman terisolir.
·
Budaya
Deutro Melayu
Mereka
telah memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada bangsa Proto Melayu.
Peradaban mereka ditandai dengan kemampuan mengerjakan logam dengan sempurna. Barang-barang
hasilkebudayaan mereka telah terbuat dari logam. Mula-mula dari perunggu
dankemudian dari besi. Hasil kebudayaan logam di Indonesia yang terpenting
ialah kapak corong atau kapak sepatu dan nekara.

Gambar : nekara dan
kapak corong
Di
bidang pengolahan tanah, mereka telah sampai pada usaha irigasi atas
tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka wujudkan, yakni dengan membabad
hutan terlebih dahulu. Sudah selayaknya mereka mencari daerah-daerah seperti di
Jawa dan pantai-pantai Sumatra untuk digarap seperti di negeri asal mereka.
Mereka juga telah mengenal perikanan laut dan pelayaran, sehingga rute
perpindahan ke Nusantara juga memanfaatkan jalan laut.
C.
Melanesoid
Ras
lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid. Mereka
tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan
benua Australia. Di Kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua. Bersama dengan
Papua-Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka tergolong
rumpun Melanesoid. Menurut Daldjoeni suku bangsa Melanesoid sekitar 70% menetap
di Papua, sedangkan 30% lagi tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan
Papua-Nugini. Pada mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal saat
zaman es terakhir, yaitu tahun 70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia
belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga mencapai kedinginan maksimal, air
laut menjadi beku. Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan
permukaan saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau baru. Adanya
pulau-pulau itu memudahkan mahkluk hidup berpindah dari Asia menuju kawasan
Oseania.
Bangsa
Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua, selanjutnya ke Benua
Australia, yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungan dengan Papua.
Bangsa Melanesoid saat itu hingga mencapai 100 ribu jiwa meliputi wilayah Papua
dan Australia. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum. Pada saat
masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 S.M, kepulauan
Papua dan Benua Australia terpisah seperti yang dapat kita lihat saat ini. Pada
saat itu jumlah penduduk mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500 S.M. mencapai
0,5 jiwa.
Asal
mula bangsa Melanesia, yaitu Proto Melanesia merupakan penduduk pribumi di
Jawa. Mereka adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua,
sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada
saat itu. Di Papua manusia Wajak hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang
muara-muara sungai. Mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu
tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat
tinggal mereka berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahanbahan
yang ringan. Rumah-rumah itu sebenarnya hanya berupa kemah atau tadah angin,
yang sering didirikan menempel pada dinding gua yang besar. Kemah-kemah dan
tadah angin itu hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan berlindung,
sedangkan aktifitas lainnya dilakukan di luar rumah.
Bangsa
Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu. Mereka yang belum sempat
mencapai kepulauan Papua melakukan percampuran dengan ras baru itu. Percampuran
bangsa Melayu dengan Melanesoid menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu, saat
ini mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
·
Budaya
Tradisional

Salah satu
Rumah adat tradisional Papua barat
a.
Kampung dan Rumah
Menurut adat,
seorang pria yang telah menikah menetap di rumah orang tuanya ditengah-tengah
para kerabatnya (yaitu adat virilokal). Kelompok kekerabatan terkecil dalam
masyarakat Suku Arfak adalah keluarga luas virilokal yang menghuni satu rumah (tumitsen),
terdiri dari sepasang suami istri bersama keluarga inti dari 3-5 anak pria
mereka. Apabila daya tampungnya terbatas, dengan persetujuan ayah dari
anak-anak pria tadi, dibangun rumah yang baru. Satu tumitsen biasanya
mempunyai 3-5 kamar, sebanyak jumlah pasangan suami istri yang ada. Rumah
dibangun cukup besar dan berbentuk segi empat dan dinding-dindingnya terbuat
dari kulit pohon dan tanpa jendela. Tidak adanya jendela menyebabkan asap pekat
dari perapian dari dalam rumah orang Arfak sangat mengganggu pernafasan dan
berakibat banyaknya penduduk yang terkena penyakit paru-paru. Atap rumah
terbuat dari daun pandan, sedang lantainya dari belahan nibung atau bambu.
Pohon yang digunakan untuk tiang tengah rumah disebut mesiyi (bahasa
Meyah). Dalam satu rumah biasanya terdapat kamar untuk wanita (meraja)
dan kamar pria (meiges) serta sebuah ruang duduk (umersa) di
tengah. Suatu rumah dengan suatu tempat khusus untuk upacara dan pesta adat
disebut modambau, lantai di ruang tengah tak dialasai dengan
batang-batang nibung sehingga menari dilakukan di atas tanah. Kalau
dibandingkan dengan rumah Suku Amungme yang hidup di lembah-lembah pegunungan
bagian tengah di Irian, ada persamaan dalam hal bentuk dan bahan material dari
bangunan rumah walau ada sedikit perbedaan dalam hal penggunaan dan pemanfaatan
ruangan. Sebelum masa pendudukan (sivilisasi) sebuah kampung Suku Amungme yang
cukup besar biasanya terdiri 15-20 buah rumah keluarga (Onggoi) dengan 5-8 buah
rumah laki-laki (Itorei).
b. Seni Tari, Ukir, dan
Anyam-Anyaman
Ada empat bentuk tarian dalam
adat suku ini yaitu:
1) Tup, merupakan gerakan berputar di tempat,
atau berjalan atau berlari yang dilakukan sambil bernyanyi.
2) Weantagawi, merupakan gerakan dua orang yang
saling berhadapan muka sambil menghentakkan kaki di tanah bersama-sama. Gerakan
ini diikuti langkah mengikuti irama, maju dua langkah dan mundur dua langkah
seirama dengan lagu yang dibawakan.
3) Pipakwean, merupakan gerakan berlari
mondar-mondir di suatu tempat terbatas,seirama dengan lagu yang dibawakan.
4)
Tem, gerakan ini
diadakan di dalam rumah, di dalam sinar nyala api. Muda-mudi duduk berhadapan
muka, dipisahkan oleh tungku api, sambil bernyanyi kaum pemuda memberi daun
kepada pemudi dan sebaliknya.

Tarian Adat
Papua

Kerajinan seni
ukir suku asmat di Papua
Seni ukir kurang begitu dominan dalam
kebudayaan suku di wilayah Papua Barat. Seni ukir terbatas pada mengukir anak
panah. Di waktu senggang seorang pria Arfak mengukir serta melukis busur dan
anak panahnya. Ukiran-ukiran yang khas itu juga dibuat pada peralatan-peralatan
perang lainnya. Para wanita dan pria orang Arfak biasanya mengenakan perhiasan
berupa gelang yang terbuat dari anyaman tali rotan yang disebut liya, de’maya
(kalung), mi’yepa (hiasan kepala yang dianyam memakai manik-manik), breya
(anyaman kulit dan bulu burung atau kasuari untuk hiasan kepala). Hiasan
dan busana bagi wanita adalah rumbai-rumbai yang dibuat dari alang-alang dan
serat kulit kayu yang diikatkan dipinggang dan kalung manik-manik (gemsya).
Serat-serat itu diambil dari batang pohonnya kemudian dipintal menjadi benang
yang kemudian dengan ini digunakan untuk membuat berbagai barang kebutuhan
hidupnya. Warna-warna yang mendominasi yang digunakan dalam kerajinan adalah
putih,hitam,merah dan kuning. Warna putih dibuat dari tanah liat, isi keladi
putih yang membusuk atau abu dari tungku api. Warna hitam dibuat dari asap
lemak babi dan damar, arang dapur atau dari buah-buahan hutan. Warna merah
dibuat dari tanah merah yang digali dari dalam tanah. Sedangkan warna kuning
dibuat dari akar tumbuh-tumbuhan dan tali-talian hutan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian di atas di ketahui bahwa di Indonesia pernah terjadi migrasi dari asia
tenggara yang mengakibatakan Indonesia kedatangan orang-orang dari luar yang
kemudian tinggal di Indonesia, kemudian berkembang. Budaya-budaya yang di
tinggalkan juga sangat beragam.
Orang-orang
pendatang itu salah satunya adalah orang melayu yang berasal dari daerah
Vietnam Utara dan indocina. Masa kedatangan orang melayu terjadi pada dua
gelombang. Gelombang pertama adalah kedatangan orang Proto Melayu sekitar 2500
SM yg tinggal di pedalaman-pedalaman di Indonesia, gelombang kedua yaitu
kedatangan orang dari bangsa Deuteru Melayu sekitar 2000-300 SM yang menetap
Indonesia yang kemudian berkembang dengan pesat dalam kebudayaan dan
pemerintahannya.
Pada
mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir,
yaitu tahun 70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni.
B.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan dari proses masuknya melayu di indonesia, mempunyai beberapa saran
antara lain:
1. Agar berkembangnya wawasan dan
pengetahuan mengenai sejarah, siswa diharapkan lebih untuk mempelajari sejarah
melayu di nusantara secara logis dengan cara melakukan pencarian bukti-bukti
nyata serta dokumen-dokumen yg menyangkut melayu di indonesia.
2. Siswa di harapkan meningkatkan rasa
ingin dan minat baca agar memiliki wawasan yang luas.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhaimi
dkk, 2008. Pengantar Studi Tamadun Melayu. Pekanbaru : UNRI Press.
Wardaya.
Cakrawala Sejarah 1 : Untuk SMA / MA Kelas XI. Jakarta : Pusat
Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
|
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan tepat
waktu. Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari
semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan karya tulis ini. Semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading
yang tak retak. Begitu pula dengan karya tulis yang saya buat ini yang masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.
Watampone,
17 Oktober 2014
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………….……………….......………………....i DAFTAR ISI …………..……….………….………………….......………………ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
....……………………………….................…….………...1
B. Rumusan Masalah .………………………………………….....……….….1
C. Tujuan
Penulisan …………………………………………………….........2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Proto Melayu.................................................................................................3
B. Deutero Melayu.............................................................................................5
C. Melanesoid....................................................................................................9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………....……….....…14
B. Saran…………………………………………………………………........14
DAFTAR PUSTAKA
|
MAKALAH
SEJARAH PROTO MELAYU, DEURTO MELAYU
DAN MELANESOID
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
:
Nama
: Ilma Hildayani
Kelas
: X AP2
SMK
NEGERI 1 WATAMPONE
|
This is how my friend Wesley Virgin's story begins with this shocking and controversial video.
ReplyDeleteWesley was in the army-and shortly after leaving-he discovered hidden, "mind control" secrets that the government and others used to get everything they want.
THESE are the EXACT same SECRETS lots of celebrities (especially those who "became famous out of nowhere") and top business people used to become wealthy and successful.
You probably know how you utilize only 10% of your brain.
That's mostly because most of your brain's power is UNCONSCIOUS.
Maybe this expression has even occurred INSIDE your very own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head around 7 years back, while riding an unregistered, beat-up bucket of a vehicle without a license and on his bank card.
"I'm very frustrated with going through life paycheck to paycheck! When will I become successful?"
You've been a part of those those types of thoughts, right?
Your success story is waiting to start. All you have to do is in YOURSELF.
UNLOCK YOUR SECRET BRAINPOWER
good job thanks.
ReplyDeleteFortissio