Friday, 5 January 2018

JURNAL : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP TERHADAP HIV/AIDS MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA KALIMANTAN TIMUR DI YOGYAKARTA 2007



HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP TERHADAP
HIV/AIDS MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA
KALIMANTAN TIMUR DI YOGYAKARTA 2007

Disusun oleh
Rodiyah
INTISARI
Latar Belakang : AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan data diperoleh dari Ditjen PP & PL Depkes RI 2007 penderita AIDS di Indonesia sudah mencapai 2906 kasus. Meningkatnya kasus HIV/AIDS, berarti meningkat pula jumlah orang dengan HIV/AIDS. Semua mahasiswa yang tinggal di asrama rentan terkena atau terinfeksi HIV/AIDS mengingat asrama merupakan tempat saling berinteraksi dan bersosialisasi antara satu dengan yang lainnya.
Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan  pendekatan Cross Sectional. Lokasi penelitian di asrama mahasiswa Kalimantan Timur di Yogyakarta pada bulan Juni 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur sebanyak 150 responden dengan menggunakan total sampling. Instrumen/alat pengumpulan data pengetahuan yang digunakan adalah kuesioner. Uji analisis dengan menggunakan chi square.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan Chi square diperoleh nilai sig pada Pearson Chi-Square adalah 0.000. karena p < 0.05 berarti signifikan, yang berarti terdapat hubungan pada tingkat yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
Kesimpulan : Ada hubungan pada tingkat yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
Kata Kunci : HIV/AIDS, Pengetahuan, Sikap, Mahasiswa.




 

 

 






PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang dikenal dengan AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada saat sistem kekebalan tubuh menurun, seseorang akan lebih rentan atau mudah terkena beberapa jenis penyakit (sindrom). Penyakit tersebut disebut sebagai infeksi oportunistik.
Beberapa data menunjukkan bahwa penderita HIV ataupun AIDS pada kelompok muda (usia produktif) meningkat tajam. Hal ini terjadi karena (a) kaum muda lebih rentan tekena infeksi HIV/AIDS; (b) perilaku seksual yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab; (c) jumlah kaum muda lebih besar; (d) perkembangan teknologi yang semakin maju; (e) anak muda pada posisi “transisi perilaku” atau masa gonjang-ganjing sehingga mudah sekali terpengaruh dan keinginan untuk “coba-coba” tinggi.
Jumlah HIV/AIDS di Indonesia sampai saat ini adalah : 786 dengan kematian: 418. Secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS 1 Januari 1987 s.d. 30 September 2007, terdiri dari: 5904 HIV dan 10384 AIDS. Jumlah HIV dan AIDS: 16288 dengan kematian: 2287. (www.yayasanspiritia.com, 2007).
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Ditjen PP & PL Depkes RI 2007, peringkat tertinggi penderita HIV/AIDS ada pada golongan usia 15-19 tahun dengan total penderita 268, usia 20-29 tahun total penderita 5587, usia 30-39 tahun total penderita  2906. Golongan usia tersebut adalah usia mahasiswa pada umumnya.
Kelompok masyarakat yang paling rentan menjadi sasaran sekaligus merasakan dampak negatifnya adalah kaum muda usia produktif, yaitu genersi muda yang diharapkan akan mewarisi sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Di Indonesia, pada awalnya persentase penularan HIV melalui hubungan seksual lebih dominan (lebih dari 60 %), namun sekarang telah digeser oleh pengguna psikotropika-narkotika terutama pemakai jarum suntik yang tidak steril dan dipakai secara bergantian (Injected  Drug Use).
Kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta merupakan yang paling tinggi angka kejadiannya, dibandingkan kota-kota lain yang ada di Jawa Tengah, yaitu sebanyak 34 kasus dari 49 kasus (69,38 %) yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Sleman 37 kasus; Kabupaten Bantul 14 kasus (28,57 %); Kabupaten Kulon Progo 1 kasus (2,04 %)  (www.google.co.id, 2007).
Semua anggota asrama rentan terkena atau terinfeksi HIV/AIDS mengingat asrama merupakan tempat saling berinteraksi dan bersosialisasi antara satu dengan yang lainnya.

B.   Rumusan Masalah

 “Apakah terdapat  hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa terhadap HIV/AIDS di lingkungan Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta?

C.   Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.

Tujuan khusus

a)    Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur terhadap HIV/AIDS.
b)   Untuk mengetahui sikap mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur terhadap HIV/AIDS.

II Tinjauan Kepustakaan

1.    Pengertian pengetahuan

Menurut Ashari (1990), pengetahuan adalah pemahaman subjek mengenai objek yang dihadapinnya. Subjek yang dimaksud adalah manusia sebagai kesatuan berbagai macam kesanggupan yang digunakan untuk mengetahui sesuatu, sedangkan yang dimaksud objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu.
a.    Tingkatan pengetahuan, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt- behavior). Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : Tahu (know), Memahami (comprehensin), Analisis (analysis), Aplikasi (application), Sintesis (synthesis), Evaluasi (evaluation).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : Tingkat pendidikan, Informasi, Budaya, Pengalaman,  Sosial ekonomi

2.     Sikap

a.       Pengertian

Sikap atau attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objektif tadi. (Gerungan, 2002). Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu (Azwar, 2003).
Sikap merupaka respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Azwar, 2003).

b.      Stuktur sikap

1.    Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Isu seperti apa yang itu merupakan stereotype atau sesuatu yang telah terpolakan dalam fikirannya.
2.    Komponen efektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap atau disamakan sengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu, namun perasaan pribadi sering kali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
3.    Komponen perilaku atau konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Karena itu adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan mencerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek.

c.       Fungsi sikap

Fungsi sikap bagi manusia telah dirumuskan menjadi empat macam, yaitu:
1)       Fungsi instrumental, fungsi peyesuaian atau fungsi manfaat.
Fungsi ini menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan, seseorang akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan merugikan dirinya.
2)      Fungsi pertahanan Ego
Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa akan mengancam egonya atau sewaktu ia mengetahui fakta dan kebenaran yang tidak mengenakkan bagi dirinya maka sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.
3)      Fungsi pernyataan nilai
Nilai adalah konsep dasar mengenai apa yang dipandang sebagai hal yang baik dan diinginkan.
4)      Fungsi pengetahuan
Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya (Azwar, 2003).

d.      Karakteristik sikap

Sikap dapat diungkap dan dipahami dari beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu:
1)       Sikap mempunyai arah
Artinya sikap terpilah pada dua pilihan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek.
2)    Sikap mempunyai intensitas
Artinya pandangan seseorang terhadap sesuatu yang sama belum tentu sama  antara individu yang satu dengan yang lainnya.
3)       Sikap mempunyai keluasaan
Artinya kesetujuan atau tidak kesetujuan terhadap sesuatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
4)       Sikap mempunyai konsistensi
Adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap
5)       Sikap mempunyai spontanitas
Yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan atau secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya (Azwar, 2003).

e.       Pembentukan dan perubahan sikap

Menurut Ahmadi (2002), terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi prasangka oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya keluarga, norma, golongan agama dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra- putrinya.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap :
1.    Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pillih seseorang untuk menerima atau mengolah pengaruh yang datang dari luar, dan pilihan tersebut disesuaikan dengan motif dan sikap dalam diri manusia.
2.      Faktor ekstern yaitu berupa faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial kelompok. Misalnya, surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya. Pengetahuan memegang peranan penting dalam penentuan sikap yang utuh. Sikap dapat berubah-ubah karena faktor-faktor dalam individu seperti perberbedaan bakat, minat, pengalaman, intensitas, perasaan dan lingkungan (Purwanto, 1999).
Pengetahuan memegang peranan penting dalam penentuan sikap dan membentuk kepercayaan yang akan mempengaruhi persepsi manusia terhadap suatu kenyataan. Menjadi dasar pengambilan keputusan atau di samping itu pengetahuan juga memberikan persepsi terhadap suatu kesalahan dan turut menentukan sikap terhadap suatu objek (Notoatmojo, 2003).

3.  HIV/AIDS

a.      Pengertian HIV/AIDS

HIV kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV hanya menular pada manusia. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yang melindungi tubuh terhadap infeksi.
AIDS (Acquired Immuno Defisiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar pada darah, air mani dan  cairan vagina (BKKBN Provinsi DIY, 2005).

b.      Cara penularan HIV/AIDS

Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak langsung atau percampuran cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu :
1)        Melalui hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, baik melalui vagina (genetalia), dubur (anus), maupun mulut (oral).
2)        Melalui tranfusi darah atau produk darah yang mengandung HIV.
3)        Melalui jarum suntik atau alat-alat penusuk (tindik, tato,cukur kumis/ jenggot), yang tercemar HIV, oleh karena itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh para pecandu narkotika akan mudah menularkan HIV diantara mereka bila salah satu diantaranya seorang pengidap HIV.
4)        Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi dalam kandungannya                       (BKKBN Provinsi DIY, 2005).
Mengingat pola transmisi HIV atau penularan HIV seperti disebutkan di atas, maka terdapat orang-orang yang memiliki prilaku beresiko tinggi terinveksi HIV, diantaranya :
1)      Wanita dan laki-laki berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual tanpa pengaman (kondom).
2)      Wanita pekerja seksual dan pria pekerja seksual serta pelanggannya.
3)      Penyalahgunaan narkotika dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama (bergantian).
4)      Menggunakan alat tindik, tato, jarum atau benda yang dilalui melalui tubuh yang bekas pakai.
5)      Tidak memakai alat-alat medis dan non medis terutama yang berhubungan dengan cairan tubuh manusia.
6)      Orang-orang yang melakukan hubungn seksual yang tidak wajar, seperti hubungan seks melalui dubur dan oral (BKKBN Provinsi DIY, 2005).

c.       Gejala HIV/AIDS

Gejala HIV/AIDS menurut mansjoer (1999) yaitu sebagai berikut :
7)      Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
8)      Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
9)      Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
10)  Penurunan kesadaran dan sistem gangguan neurologi.

d.      Pencegahan HIV/AIDS

Penyebaran HIV/AIDS dapat dicegah dengan berbagai cara, antara lain :
1.     Pencegahan penularan melalui hubungan seksual
a)    Memperkuat iman agar tidak terjerumus kedalam hubunan seksual diluar nikah.
b)   Hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangan sendiri (suami/isteri yang sah).
c)    Bila salah seorang pasangan anda terinfeksi HIV, maka sebaiknya menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.
d)   Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2.    Pencegahan penularan melalui darah
a)    Pastikan bahwa darah yang dipakai untuk tranfusi tidak tercemar HIV.
b)   Jika anda pengidap HIV (+) jangan mendonorkan darah anda kepada orang lain. Begitu pula jangan berperilaku resiko tinggi, misalnya berhubungan seksual dengan banyak pasangan.
c)    Desinfeksi atau bersihkan alat-alat tajam, seperti jarum, alat cukur, alat tusuk untuk tindik dengan menggunakan larutan desinfeksi atau dengan pemanasan.
3.    Pencegahan penularan melalui ibu-anak (perinatal)
Diperkirakan 50% bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV (+) akan terinfeksi HIV sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Oleh karena itu ibu yang mengidap HIV (+) sebaiknya tidak memutuskan untuk hamil.
4.      Pencegahan penularan melalui gaya hidup
Banyak gaya hidup yang ditimbulkan oleh berbagai hal misalnya karena pergaulan yang salah, sehingga melakukan gaya hidup yang berisiko seperti minum-minuman berakohol, sehingga menggunakan narkoba, sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, melakukan berbagai macam tindakan kekerasan, pencurian dan kejahatan lainnya. Semua itu merupakan gaya hidup yang berbahaya. Kita dapat menanggulanginya dengan cara yang positif misalnya dengan mengadakan kegiatan–kegiatan positif, kreatif atau keterampilan lainnya yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain (BKKBN, 1999).

e.       Beberapa Kesalahan Persepsi terhadap  HIV/AIDS

Ada beberapa kesalahan persepsi terhadap HIV/AIDS yang berkembang di masyarakat dan belum tentu kebenarannya tetapi banyak yang mempercayai bawa persepsi mereka itu benar, diantaranya:
1)      HIV/AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan. Hal ini tidak benar karena setiap orang dapat tertular. Baik orang dewasa, remaja, atau bayi sekalipun.
2)      HIV/AIDS adalah penyakit orang barat atau turis. Pada kenyataanya penyebaran HIV/AIDS tidak tergantung pada suatu daerah tertentu dan tidak hanya berdasarkan ras.
3)      HIV/AIDS hanya menular melalui hubungan seksual, pada kenyataanya HIV/AIDS justru sering diakibatkan oleh penggunaan jarum suntik secara bergantian di kalangan pengguna NAPZA, selain itu virus ini dapat menular melalui tranfusi darah yang tercemar virus HIV, atau dari ibu pada bayi yang dikandungnya.
4)      HIV/AIDS adalah penyakit kaum homoseksual, awalnya memang demikian, namun saat ini justru paling banyak diderita kaum heteroseksual.
5)      HIV/AIDS hanya akan diderita oleh pekerja seksual, tidak hanya pekerja seksual tetapi setiap orang dapat tertular jika berperilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS.
6)      HIV/AIDS dapat menular melalui kontak sosial sehari-hari. HIV/AIDS tidak akan menular melalui kontak sosial seperti makan bersama, bersalaman, menggunakan kamar mandi dan WC bersama penderita HIV/AIDS (Kusmiati, 2000).

B.  Landasan Teori

AIDS merupakan penyakit menular seksual, hingga saat ini masih menjadi masalah pelik tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia (Mustofa, 2002).
Pengetahuan mengenai HIV/AIDS adalah informasi yang menerangkan berbagai aspek HIV dan penyakit AIDS yang meliputi pengertian, penyebab, cara penularan, pencegahan, dan cara pengobatan. Informasi yang benar diharapkan dapat menekan risiko penularan PMS (Penyakit Menular Seksual) dan HIV/AIDS (Widjanarko, 1999).
Diharapkan dengan pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS akan terbentuk sikap positif terhadap HIV AIDS dan berperilaku positif dalam rangka mengantisipasi atau mencegah terjadinya kasus, baik untuk diri sendiri 

C.  KERANGKA TEORI



 




                                                                                




Gambar 1: Kerangka teori terbentuknya perilaku oleh Notoatmojo (2003).

D.          KERANGKA KONSEP






Variabel  Bebas
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa tentang HIV/ AIDS, yang meliputi :
        Pengertian
        Cara penularan
        Gejala-gejala
        Cara pencegahan
        Kesalahan persepsi


 



 

 

 









Gambar 2: Kerangka Konsep.

E.           HIPOTESIS

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta tahun 2007.

METODE PENELITIAN

A.    Jenis dan Rancangan penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dilaksanakan di Asrama Mahasiswa Kalimantan Timur di Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2007

C.   Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah  mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta sejumlah 150 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu mengambil jumlah total sampel yang diperoleh selama penelitian dilakukan sesuai dengan  kriteria inklusi sbb:
a.       Terdaftar sebagai anggota asrama mahasiswa Kalimantan Timur.
b.      Bertempat tinggal di asrama mahasiswa Kalimantan Timur.
c.       Masih aktif kuliah dan tercatat sebagai mahasiswa di Yogyakarta.
d.      Bersedia menjadi responden.

D.         Variabel dan Definisi Operasional Variabel

2. Definisi Operasional Variabel

Pengetahuan tentang  HIV/AIDS merupakan kemampuan responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner yang mencakup pengertian, penyebab, cara penularan, gejala, dan cara pencegahan. Skala nominal. Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini hanya sampai tingkat tahu. Responden menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban benar atau salah, untuk jawaban benar diberikan skor atau angka 1 sedangkan untuk jawaban salah diberikan skor 0,.
a.       Sikap terhadap HIV/AIDS adalah keenderungan mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta terhadap kasus HIV/AIDS. Responden menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban antara lain: sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala ordinal. Kemudian hasil skor atau perolehan jawaban benar dijumlahkan. Total nilai tertinggi untuk pertanyaan sikap adalah 68, sehingga pertanyaan tentang sikap dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu :
Sangat baik                       : > 48               Jawaban benar
Baik                                   : 33-48             Jawaban benar.
Tidak baik                         : 16-32             Jawaban benar.
Sangat tidak baik              : < 16               Jawaban benar

E.      Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data

Data primer diperoleh dengan cara sebagai berikut :
a.       Membagikan kuesioner kepada responden dengan jumlah pertanyaan pengetahuan sebanyak 48 soal dengan pilihan jawaban benar dan salah sedangkan pertanyaan sikap sebanyak 17 soal dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sebelum mengisi kuesioner, responden menandatangani surat persetujuan sebagai  bukti bahwa meraka bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
b.      Memberikan penjelasan jika terdapat kalimat yang tidak jelas atau tidak dimengerti.
c.       Segera mengambil kembali kuesioner yang telah selesai diisi.
Data sekunder diperoleh melalui daftar presensi atau daftar hadir mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur.

F.     Instrumen penelitian

Kuesioner tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS dengan menggunakan pertanyaan tertutup, selanjutnya responden memilih salah satu jawaban dengan ketentuan untuk pertanyaan favourable, jawaban benar diberi nilai satu (1) dan jawaban salah diberi nilai nol (0), sedangkan untuk pertanyaan unfavourable,  jawaban benar diberi nilai nol (0) dan jawaban salah diberi nilai satu (1). Untuk kuesioner sikap mahasiswa terhadap HIV/AIDS menggunakan skala Likert, pada pertanyaan mendukung (favourablespositif), skor 4 untuk kategori SS (sangat setuju), skor 3 untuk kategori S (setuju), skor 2 untuk kategori TS (tidak setuju), skor 1 untuk kategori STS (sangat tidak setuju). Pada pertanyaan tidak mendukung (unfavourablesnegatif), skor 1 untuk kategori SS (sangat setuju), skor 2 untuk kategori S (setuju), skor 3 untuk kategori TS (tidak setuju), skor 4 untuk kategori STS (sangat tidak setuju).

G.    Analisis Data

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif  yaitu teknik statistik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka. Baik hasil pengukuran maupun konversi dari data kualitatif menjadi data kuantitatif. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat.
Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan (Notoatmojo, 2002). Uji statistik yang digunakan pada analisis ini adalah uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 95%.
            Rumus Chi Square :
   
      B    k      ( Oij – Eij )2
   X2  =  ∑ ∑   -------------------      
               i      j              Eij

A.      Hasil Penelitian
1.       Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Asrama mahasiswa Kalimantan Timur di Yogyakarta terletak di Jl. Miliran No. 28 Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.. Asrama mahasiswa Kalimantan Timur yang ada di Yogyakarta hanya boleh dihuni oleh mahasiswa putra daerah yang berasal dari Kalimantan Timur yang berkuliah atau sedang menempuh pendidikan di kota Yogyakarta. Bagi Mahasiswa baru yang ingin tinggal di asrama Kalimantan Timur hanya perlu menunjukkan tanda pengenal berupa KTP (Kartu Tanda Penduduk) Kalimantan Timur yang masih berlaku serta melengkapi beberapa administrasi berupa melengkapi data diri pribadi mahasiswa baru yang telah di tentukan oleh pihak asrama, namun pada dasarnya mahasiswa baru yang ingin tinggal di asrama Kalimantan Timur tidak di persulit dalam pengurusannya. Fasilitas yang dimiliki Asrama Kalimantan Timur antara lain bangunan asrama yang sudah permanen, halaman asrama yang luas, 1 ruang tamu, 1 kamar tidur untuk 1 orang, 1 buah televisi, 1 buah lemari es, garasi yang luas dan aman untuk menyimpan kendaraan mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur.
Mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur hanya di bebani biaya listrik setiap bulan sesuai pemakaian. Asrama Kalimantan Timur juga memiliki dana pemasukan berupa uang kas yang berasal dari mahasiswa dan dikelola oleh pengurus asrama. Saat ini asrama mahasiswa Kalimantan Timur sudah memiliki bangunan permanen sendiri yang merupakan aset pemerintah daerah Kalimantan Timur.
2.      Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta sebanyak 150 mahasiswa yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei 2007. Data yang diperoleh tentang karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, dan sumber informasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah butir soal pengetahuan sebanyak 48 item dan sikap 17 item sehingga ada 65 butir soal yang harus dijawab oleh setiap responden.
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dilakukan editing, cording, transferring, dianalisis dan disajikan berupa distribusi frekuensi/proporsi. Berikut hasil analisis tentang karakteristik mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta pada saat penelitin dilakukan yaitu bulan Juni 2007.
a.       Karakteristik Umum Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di asrama mahasiwa Kalimantan Timur di Yogyakarta pada bulan Mei 2007 diperoleh mahasiswa sebanyak 150, dengan karakteristik  umum responden sebagai berikut :
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.

No
Umur (Tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
< 19 tahun
20 – 25
26 – 30
7
134
9
4,7
89,3
6,0
Jumlah
150
100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari tabel 1 diketahui bahwa sebagian responden berumur 20-25 tahun yakni 80 orang (89,3 %) sedang yang berumur 26-30 tahun sebanyak 9 orang (6,0 %), dan yang berumur < 19 tahun sejumlah 7 orang (4,7 %).

Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.

No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
Laki-laki
Perempuan
125
25
83,3
16,7
Jumlah
150
100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari table 2 diketahui responden terdiri dari laki-laki sebanyak 125 orang (83,3 %) dan perempan sebanyak 25 orang (16,7 %).
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
No
Sumber Informasi
Frekuensi
Prosentase (%)
1
2
3
4
5
Televisi
Radio
Majalah
Tenaga kesehatan
Kampus/ Dosen
95
32
16
3
4
63,3
21,3
10,7
2,0
2,7
Jumlah
150
100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari tabel 3 diketahui sebagian besar informasi diperoleh dari televisi sebanyak 95 orang (63,3 %), dan yang paling sedikit diperoleh dari tenaga kesehatan 3 orang (2,0 %).
b.      Analisis Kuantitatif
Selain mendeskripsikan karakteristik responden, penulis juga menganalisis tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap HIV/AIDS. Tingkat pengetahuan dan sikap ini diperoleh dari pengumpulan data primer menggunakan kuesioner.
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Mahasiswa terhadap  HIV/AIDS Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
No
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
121
25
4

80,7
16,7
2,7
Jumlah
150
100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik terhadap HIV/AIDS yaitu sebanyak 121 orang (80,7%), dan yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 4 orang (2,7 %).
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Sikap Mahasiswa terhadap HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
No
Sikap
Frekuensi
Persentase (%)
1
2
3
Sangat baik
Baik
Kurang baik

124
23
3

82,7
15,3
2,0
Jumlah
150
100
Sumber : Data Primer, 2007.
Dari tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap yang sangat baik terhadap HIV/ AIDS yaitu sebanyak 124 orang (82,7 %), sedangkan yang bersikap kurang baik ada 3 orang (2,0 %).
c.       Analisis Chi Square
Tabel 6 : Tabel Silang Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.
Tingkat Pengetahuan
Sikap
X2
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
f
%
f
%
f
%
f
%
Baik
117
78,0
4
2,7
,0
,0
121
80,7
Cukup Baik
7
4,7
18
12,0
,0
,0
25
16,7
Kurang Baik
,0
,0
1
,0
3
2,0
4
2,7
X2
124
82,7
23
15,3
3
2,0
150
100
Sumber : Data Primer, 2007.
            Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 121 orang (80,7 %)              berpengetahuan baik, 117 orang (78,0 %) bersikap sangat baik, dan 4 orang (2,7%) bersikap baik. Dari 25 orang (16,7 %) berpengetahuan cukup baik, 7 orang (4,7 %) bersikap sangat baik, dan 18 orang (12,0 %) bersikap baik. Dari 4 orang (2,7 %) berpengetahuan kurang baik, 1 orang (,0 %) bersikap baik, dan 3 orang (2,0 %) bersikap kurang baik.
            Ada kecenderungan semakin baik pengetahuan maka semakin baik sikap seseorang. Setelah dilakukan uji statistik chi-square didapatkan hasil: bahwa pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
              Hasil perhitungan menggunakan rumus chi-square diperoleh nilai asyimp. Sig. (2-sided)=0,00 (p<0,05) dan X2 tabel = 5.991, bahwa X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel yang berarti Ho ditolak, yang berarti signifikan, sehingga terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
d.      Uji Korelasi
        Uji korelasi dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel dapat dilihat dengan tingkat signifikan.
Tabel 7: Koefisien Korelasi Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa terhadap HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.


pengetahuan
sikap
pengetahuan
Pearson Correlation
1
.814(**)
Sig. (2-tailed)

.000
N
150
150
sikap
Pearson Correlation
.814(**)
1
Sig. (2-tailed)
.000

N
150
150
 
 
 
 
Sumber  : Data Primer, 2007.

Berdasarkan tabel 7 diketahui keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap Mahasiswa terhadap HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007 sebesar 0,814 yang berarti keeratan hubungannya adalah sangat kuat.

B.      Pembahasan
Menurut hasil analisis data yang diperoleh dari 150 responden (mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan TImur). Responden penelitian ini sebagian besar berada pada kelompok umur 20-25 Tahun (89,3 %), 26-39 Tahun (6,0 %), dan yang paling sedikit kelompok umur < 19 tahun (4,7 %). Sebagian besar responden terdiri dari laki-laki 125 orang (83,3%) dan perempuan 25 orang (16,7%).
Pertanyaan yang paling banyak diketahui responden adalah tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS. Hal ini berarti mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta cukup tahu tentang HIV/AIDS. Faktor yang mempengauhi pengetahuan seseorang salah satunya adalah informasi (Soekanto. 2003). Bahwa yang pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS 100%  dari responden, informasi tersebut dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber yang terbanyak diperoleh dari televisi sebanyak 95 responden (63,3 %), radio 32 responden (21,3 %), majalah 16 responden (10,7 %), dan tenaga kesehatan 3 responden (2,0 %).
 Sikap terhadap HIV/AIDS Mahasiswa di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta sebagian besar sangat baik yaitu 124 responden (82,7 %) dari 150 responden. Semakin baik pengetahuan maka semakin baik sikap seseorang. Hal ini sesuai denga kondisi mahasiswa yang tinggal di asrama yaitu dari 121 orang berpengetahuan baik, 117 orang bersikap sangat baik, dan 4 orang bersikap baik. Dari 25 orang berpengetahuan cukup baik, 7 orang bersikap sangat baik, dan 18 orang bersikap baik. Dari 4 orang berpengetahuan kurang baik, 1 orang bersikap baik, dan 3 orang bersikap kurang baik.
Berdasarkan Hasil perhitungan menggunakan rumus Chi-Square diperoleh nilai asyimp. Sig. (2-sided)=0,00 (p<0,05) dan X2 tabel = 5.991, bahwa X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel yang berarti Ho ditolak, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.
Keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta dikatagorikan sangat kuat setelah diuji dengan koefisien korelasi dan didapatkan hasil sebesar 0,814. Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel dapat dilihat dengan tingkat signifikan, jika ada hubungannya seberapa kuat hubungan tersebut. Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.
Berdasarkan penelitian Yuni (2006) bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara Pekerja Seks Komersil (PSK) pengguna kondom dengan Pekerja Seks Komersil (PSK) bukan pengguna kondom. PSK pengguna kondom memiliki pengetahuan lebih tinggi dibandingkan dengan PSK bukan pengguna kondom. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap perikalu seseorang, dan terbentuknya perilaku itu melalui proses pengetahuan sikap-perilaku atau praktik.
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek. Secara teori perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru mengikuti tahap-tahap yaitu melalui proses perubahan pengetahuan (knowledge)-sikap (attitude)-praktik (practice).
Faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menyebabkan perubahan sikap adalah faktor intern (faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri) dan faktor ekstern (berupa interaksi sosial diluar kelompok, misalnya surat kabar, telivisi, akses internet) ini sesuai dengan kondisi mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta yang sebagian besar yaitu 95 mahasiswa mendapat informasi tentang HIV/AIDS dari televisi.
Tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur terhadap HIV/AIDS sebagian besar cukup baik. Keseluruhan responden pernah mendapat informasi tentang HIV/AIDS.
C.      Keterbatasan Penelitian
·      Banyaknya jumlah sampel/responden yang diteliti, hal ini menyebabkan  peneliti tidak bisa membagikan sendiri kuesioner langsung ke responden, tetapi dengan bantuan asisten yang sebelumnya telah dilatih untuk membagikan. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan pengertian bagi responden yang membutuhkan keterangan tentang kuesioner.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulakan sebagai berikut :
1.      Karakteristik responden Sebagian besar berusia 20-25 tahun (89,3%), untuk jenis kelamin responden sebagian besar laki-laki 125 responden (83,3%), dan sumber informasi terbanyak diperoleh dari televisi 95 responden (63,3%).
2.      Berdasarkan data yang di peroleh tingkat pengetahuan mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta terhadap HIV/AIDS sebagian besar di kategorikan baik sejumlah 121 responden (80,7%) dan cukup baik sebanyak 25 responden (16,7%). Sedangkan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik hanya  4 responden (2,7%).
3.      Sikap mahasiswa terhadap HIV/AIDS sebagian besar sangat baik sejumlah 124 responden (82,7%) dan yang bersikap baik sebanyak 23 responden (15,3%). Sedangkan yang bersikap kurang baik hanya 3 responden (2,0%).
4.      Terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta dengan menggunaklan uji chi square diperoleh nilai p =0,00 (p<0,05).
5.      Keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta sangat kuat yaitu didapat hasil sebesar 0,814. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji korelasi.

B.     SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
Bagi pengurus asrama Kalimantan Timur:
·      Dapat saling memantau baik sikap maupun perilaku mahasiswa yang tinggal di asrama agar terhindar dari perilaku yang tidak baik.
·      Setiap individu diharapkan selalu meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap HIV/AIDS, dengan cara saling bertukar informasi terbaru tentang HIV/AIDS.






DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2004, HIV/AIDS dan Permasalahannya, Jakarta : Rineka Cipta.
Ahmadi, A, 2002, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S, 2003, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BKKBN, 2005, Buku Pegangan Tentang  Pembangunan Keluarga Sejahtera Sadar HIV/AIDS  Bagi Kader, Jakarta.
DepKes RI, 1995, Sosial Budaya Dasar M. A 103, Jakarta.
Dinas Kesehatan, 2004, Profil Kesehatan Kabupaten Kota, Yogyakarta.
Eni Hastuti, 2004, Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS Pada Remaja di SMK Budhi Dharma Piyungan Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Yuni Ramayang Sari, 2006, Studi Komparasi Tingkat Pengetahuan  tentang HIV/AIDS pada Pekerja Seks Komersil pengguna dan Bukan Pengguna Kondom di Pasar Kembang, Yogyakarta.
Mansjoer, A dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Jakarta: FKUII.
Mustofa, 2002, Fenomena HIV/AIDS, Jakarta : Pustaka Pelajar.
Notoatmojo, S, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta.
Notoatmojo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta.
Purwanto, 1999, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rahmat, 2004, Jumlah Pengidap HIV/AIDS di Yogyakarta Bertambah, http://www.pikiran/rakyat.com. Diakses tanggal 2 Januari 2007.
Siwi, 2006, Perda HIV/AIDS Mendesak Disusun, http://www.kompas.com. Diakses tanggal 2 Januari 2007.
Soekanto, S, 2003, Sosiologi  Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
 Subandriyo, 2005, Kasus HIV/AIDS di Indonesia Terus Meningkat, http://www.kespro.Info.com.
Sugiyono, 2002, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfa Beta.


1 comment:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.club....^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...