Saturday 23 December 2017

ARTIKEL ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN

A.      HUBUNGAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN
Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar.Untuk memenuhi rasa ingin tahu ini, manusia sejak zaman dahulu telah berusaha mengumpulkan pengetahuan.Pengetahuan yang diperoleh dari proses mengetahui itu akan mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan dunia sekitar kita (1,2).
Masalah pengetahuan ini berkisar pada tiga hal, yaitu apa pengetahuan, bagaimana mengetahui, dan untuk apa pengetahuan tersebut. Masalah-masalah yang berhubungan dengan pertanyaan yang pertama (apa pengetahuan) disebut ontologis, sedangkan masalah-masalah yang berhubungan dengan pertanyaan yang kedua (bagaimana mengetahui) termasuk dalam epistemologis, dan masalah yang berhubungan dengan pertanyaan yang ketiga (untuk apa pengetahuan) termasuk dalam aksikologis. Ketiga hak ini tidak bias lepas dari bagaimana mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu, dan sebaliknya (2).
Pengetahuan itu pada hakikatnya meliputi semua yang diketahui seseorang mengenai obyek tertentu. Seseorang mengetahui mengapa tanaman menjadi subur jika diberi pupuk, mengetahui cara menggunakan alat kesehatan, dan sebagainya. Masalah pengetahuan bukan hanya mengetahui, tetapi mengetahui yang benar (2).
Berbagai cara telah digunakan untuk memperoleh kebenaran. Metode yang digunakan dikelompokkan menjadi dua cara, yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah.Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.Cara ini disebut metodologi penelitian (research metodology) (1).
Penelitian atau riset pada hakikatnya bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu yang dianggap benar melalui proses bertanya dan menjawab. Penelitian bertitik tolak dari pertanyaan yang muncul karena adanya keraguan, dan keraguan ini menjadi dasar permulaan ilmu pengetahuan. Dari pertanyaan muncul suatu proses untuk memperoleh jawaban, yaitu jawaban yang dipercaya sebagai kebenaran walaupun sifat kebenarannya sementara. Jawaban yang diperoleh melalui proses seperti itu pada gilirannya akan dipertanyakan kembali, yang akan di jawab kembali melalui proses penelitian. Demikianlah penelitian itu tidak pernah berakhir sehingga ilmu pengetahuan bisa berkembang terus. Tanpa penelitian, ilmu pengetahuan tidak akan berkembang (Lihat gambar 1) (2).
 








Gambar 1. Proses mengetahui atau menemukan ilmu pengetahuan
Pada pokoknya kegiatan penelitian merupakan upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencoba menjawab pertanyaan tersebut, dengan jalan menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsiran yang benar.Namun, penelitian lebih dinamis lagi, yaitu dapat berfungsi dan bertujuan inventif, yakni terus menerus memperbaharui lagi kesimpulan dan teori yang telah diterima berdasarkan fakta-fakta dan kesimpulan yang telah diketemukan (3).
Berikut contoh pengembangan ilmu pengetahuan berbasis penelitian:
1.      Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan puskesmas dalam pelaksanaan program ASI eksklusif
Penelitian tersebut merupakan penelitian yang berdasarkan pertanyaan.Permasalahan yang diangkat pada jurnal ini adalah cakupan ASI ekslusif yang masih rendah di Kota Semarang, sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan  dengan kinerja bidan puskesmas dalam pelaksanaan program ASI eksklusif.Pertanyaan tersebut dijawab dengan mengumpulkan fakta-fakta mengenai kinerja, pengetahuan, supervisi, motivasi, dan kepemimpinan bidan. Kemudian dilakukan analisis mengenai hubungan masing-masing variabel tersebut terhadap cakupan program ASI Ekslusif. Melalui hasil dari analisis tersebut, jawaban ditemukan dengan penafsiran yang benar (4).
2.      Penelitian mengenai faktor risiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat inventif.Teori lama telah dilakukan di USA oleh Cuna Uiterwal pada tahun 2007.Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa subjek yang tidak terbiasa minum kopi memilikitekanan darah lebih rendah jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari.Pria yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari memiliki tekanan darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari.Pria yang mengkonsumsi kopi >6 cangkir per hari justru memiliki tekanan darah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari.Kemudian Martini juga melakukan penelitian pada tahun 2012.Hasi penelitian tersebut menunjukkan bahwa Kebiasaan minum kopi meningkatkan risiko kejadian hipertensi, namun tergantung dari frekuensi konsumsi harian.Hasil penelitian ini memperbaharui kesimpulan yang telah dilakukan sebelumnya (5).
3.      Penelitian mengenai kinerja kelompok gizi masyarakat dan cakupan di posyandu
Penelitian yang dilakukan Jasmawaty tahun 2012 ini  mengikuti variabel dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ridwan pada tahun 2007. Penelitian ini memanfaatkan penelitian yang telah dilakukan sebagai dasar untuk melakukan penelitian di suatu wilayah.Hasil dari penelitian Ridwan menunjukkan kinerja Posyandudilihat dari penyelenggaraan pelaksanaan Posyandu, sehingga mencapai strata kemandirianPosyandu. Kemandirian Posyandu tersebut dilihatdari frekuensi penimbangan, rata-rata kader yangbertugas, cakupan D/S, program tambahan dancakupan dana sehat. Melalui variabel yang telah disebutkan sebelumnya, didapat gambaran mengenai kinerja posyandu di Kabupaten Jenepunto (6).
B.       MASALAH,  TUJUAN, DAN MANFAAT PENELITIAN
1.      Masalah Penelitian
Masalah penelitian merupakan langkah awal yang harus dipikirkan dan disusun berdasarkan suatu fakta empiris di lapangan.Pada tahap awal pelaksanaan penelitian, kegiatan yang perlu dilakukan adalah memahami konsep masalah berdasarkan kajian kepustakaan yang dapat dipercaya.Kegiatan tersebut meliputi berpikir, membaca teori, dan review dengan teman sejawat dan pembimbing. Selama tahap ini, seorang peneliti perlu memahami pelaksanaan deductive reasoning dan memilih topik yang diminati dari hasil riset yang telah dilaksanakan orang lain (7).
 

















Gambar 2.Bagan Alur Pikir Ilmiah Sekonsep
Masalah adalah suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya terjadi, antara harapan dan kenyataan. Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif pemecahan.Baik buruknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh masalah penelitian (research problem).Masalah penelitian biasanya didapat dari topik yang secara luas berhubungan dengan kesehatan. Mengingat dalam topik sudah terdapat suatu masalah, maka dalam melakukan identifikasi masalah hendaknya tidak keluar dari area masalah yang dicantumkan dalam topik (1,7).
Dalam memilih kriteria pemilihan masalah penelitian yang layak dan relevan diteliti, dibawah ini akan diuraikan beberapa criteria pemilihan masalah penelitian, antaralain (1):
a.       Masih baru
Masalah penelitian ini harus belum pernah diungkap atau dilakukan penelitian oleh orang lain. Dengan kata lain, masalah tersebut sedang hangat-hangatnya dimasyarakat, sehingga penelitian tidak sia-sia, karena pernah dilakukan oleh orang lain. Disinilah perlu banyak membaca literatur dan hasi publikasi penelitian lain atau diskusi dengan pihak-pihak lain.
b.      Aktual
Masalah harus benar-benar sedang berlangsung di masyarakat. Masalah penelitian tidak boleh mengawang atau tidak berhubungan dengan kenyataan dimasyarakat.Masalah aktual ini diperoleh melalui kunjungan lapangan, berdialog dengan masyarakat atau dengan ahli yang bersangkutan dengan bidang yang akan diteliti.
c.       Praktis
Penelitian memerlukan sumberdaya, baik tenaga, pikiran, biaya dan waktu.Untuk itu masalah penelitian harus mempunyai nilai yang praktis, artinya hasil penelitian harus dapat menunjang kegiatan praktis. Masalah yang tidak mempunyai kepentingan praktis tidak layak untuk diangkat menjadi masalah penelitian, karena hanya akan menjadi pemborosan sumberdaya saja.
d.      Memadai
Masalah yang akan diangkat menjadi masalah harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Masalah penelitian yang terlalu luas akan menghasilkan penelitian yang jelas dan sumberdaya yang besar. Sebaliknya, masalah yang terlalu sempit akan menghasilkan sesuatu yang kurang berbobot.oleh sebab itu, masalah harus dibatasi, disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia, dengan kata lain masalah tersebut harus memadai.
e.       Sesuai dengan Kemampuan Peneliti
Seseorang akan melakukan penelitian harus sesuai dengan bidangnya masing-masing.Seseorang yang akan meneliti di bidang kesehatan, dengan sendirinya harus menguasai pengetahuan tentang kesehatan.
f.       Sesuai dengan Kebijaksanaan Pemerintah
Masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang pemerintah, maupun adat istiadat masyarakat tidak dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan tersebu dapat mengundang kekuatan social dan politik yang akan menghambat jalannya penelitian.
g.      Ada yang Mendukung
Penelitian apapun memerlukan biaya yang dapat berasal dari instansi pendukung, atau sponsor, baik swasta maupun pemerintah.Agar biaya dukungan dari instansi terkait dapat diperoleh, maka masalah penelitian disesuaikan dengan masalah yang ada pada instansi tersebut.Oleh karena itu, kriteria masalah perlu dipilih menjadi titik tolak untuk meneliti.Sebelum melakukan pemilihan masalah penelitian, kriteria masalah yang relevan perlu diperhatikan. Dengan dipilihnya masalah yang penelitian yang berdasar kriteria, diharapkan akan menghasilkan kegiatan penelitian yang relevan dengan kebutuhan program di bidang yang bersangkutan.
            Seperti penelitian yang dilakukan oleh Anggorodi pada tahun 2009.Masalah yang diangkat di penelitian tersebut adalah banyaknya masyarakat Indonesia baik itu yang tinggal di perdesaan maupun perkotaan lebihsenang ditolong oleh dukun. Sedangkan, harapan yang diinginkan adalah ditambahnya tenaga-tenaga terdidikseperti bidan, pembantu bidan, dan fasilitas-fasilitasruangan persalinan,Oleh karena harapan tersebut memakan waktu dan biaya yang besar, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui cara untuk membangun cohesive network (adanya kerjasama) di antara parapemuka setempat, masyarakat, dukun, dan bidan dalammelaksanakan pelayanan kesehatan maternal danperinatal secara bersama-sama (8).
2.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian kesehatan erat hubungannya dengan jenis penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian penjelajahan lain dengan penelitian pengembangan, lagi pula dengan tujuan penelitian verifikatif. Secara umum tujuan semua jenis penelitian kesehatan antara lain (1):
a.       Menemukan atau menguji fakta baru maupun fakta lama sehubungan dengan bidang kesehatan.
b.      Menganalisis terhadap hubungan atau interaksi antara fakta-fakta yang ditemukan dalam bidang kesehatan.
c.       Menjelaskan tentang fakta yang ditemukan serta hubungannya dengan teori yang ada.
d.      Mengembangkan alat, teori, atau konsep baru dalam bidang kesehatan yang memberi kemungkinan bagi peningkatan kesehatan masyarakat khususnya, dan peningkatan kesejahteraan umat manusia pada umumnya.
Secara garis besar, tujuan penelitian kesehatan dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a.       Menemukan teori, konsep, dalil atau generalisasi baru tentang kesehatan.
b.      Memperbaiki atau memodifikasi teori sistem, atau program pelayanan kesehatan.
c.       Memperkokoh teori, konsep, sistem, atau generalisasi yang sudah ada.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mizwar pada tahun 2012 mengenai penyisihan warna pada limbah cair industri sasirangan dengan adsorbs karbon aktif. Tujuan yang dikemukakan dalam penelitian tersebut adalah  untuk menganalisis efektifitas penyisihan warna pada air limbah industri sasirangan menggunakan karbon aktif yang terbuat dari tempurung kelapa berbentuk bubuk (powder) dengan proses batch, serta untuk membandingkan kinerja dari pengaturan dosis karbon aktif dan waktu kontak pada kondisi pH dan kecepatan pengadukan konstan. Teori awal yang dijadikan dasar oleh penelitian ini adalah adsorbs merupakan cara paling menguntungkan dan karbon merupakan jenis adsorben yang dinilai sangat cocok untuk mengurangi zat organic dan warna. Tujuan penelitian ini pada hasilnya akan berupa terori yang akan menemukan, memperbaiki, ataupun memperkokoh teori yang sudah ada (9).
3.      Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam setiap bidang kehidupan atau disiplin ilmu sangat besar dalam setiap pengembangan bidang kehidupan atau disiplin ilmu itu sendiri.Demikian pula peneltian kesehatan yang mempunyai manfaat yang besar dalam peningkatan pelayanan kesehatan. Melalui penelitian kesehatan, akan dapat diketahui berbagai faktor, baik yang menghambat maupun yang menunjang peningkatan kesehatan atau pelayanan kesehatan individual maupun kelompok masyarakat.
Pengembangan sistem kesehatan memerlukan perencanaan yang baik dan teliti.Perencanaan yang teliti sangat memerlukan informasi dan data yang akurat untuk melakukan penelitian yang relevan. Secara singkat penelitian kesehatan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a.       Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang keadaan atau status kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
b.      Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan sumberdaya, dan kemungkinan sumber daya tersebut guna mendukung pengembangan pelayanan kesehatan yang direncanakan.
c.       Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana diagnosis dalam mencari sebab masalah kesehatan, atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikian, akan memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.
d.      Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijaksanaan dalam menyusun strategi pengembangan sistem pelayanan kesehatan.
e.       Hasil penelitian kesehatan dapat melukiskan kemampuan dalam pembiayaan, peralatan, dan ketenagakerjaan baik secara kuantitas maupun secara kualitas guna mendukung sistem kesehatan.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rachmayanti pada tahun 2013 mengenai penggunaan media panggung boneka dalam pendidikan personal hygiene cuci tangan menggunakan sabun di air mengalir.Hasil dari penelitian tersebut menggambarkan tentang keadaan atau status kesehatan sampel pada panelitian tersebut.Hasil penelitian tersebut juga dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijaksanaan dalam menyusun strategi pengembangan sistem pelayanan kesehatan.
C.      JENIS, METODE, DAN RANCANGAN PENELITIAN
1.      Jenis Penelitian
Pengelompokkan jenis penelitian kesehatan itu bermacam-macam menurut aspek mana penelitian tersebut ditinjau. Berdasarkan metode, penelitian kesehatan dapat digolongkan menjadi 3 kelompok besar, yakni:
a.       Metode Penelitian Survei (Survei Research Method)


1)   Seksional Silang (Cross Sectional)
Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya.Faktor risiko dan dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang sama, artinya setiap subyek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status pada saat observasi (11).
 







Gambar 3. Skema Penelitian potong-lintang
Besar rasio prevalensi dengan potongan-lintang adalah:

2)      Studi Retrospektif
Penelitian ini adalah penelitian yang berusaha melihat ke belakang (backward looking) artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi.Kemudian dari efek tersebut ditelusuri ke belakang tentang penyebabnya atau variabel- variabel yang mempengaruhi akibat tersebut. Dengan kata lain, dalam penelitian retrospektif ini berangkat dari dependent variables, kemudian dicari independent variablenya. Misalnya, penelitian yang akan mencari hubungan antara paparan uap sulfur dengan gingivitis pada pekerja tambang. Maka dimulai dari mengumpulkan kasus penderita gingivitis, kemudian dari kasus tersebut dilihat kebersihan mulutnya dan lama paparannya. Dari sini akan dapat diketahui beberapa persen dari kasus tersebut yang pekerja lama dan pekerja baru. Dari proporsi besarnya pekerja yang lama bekerja dan pekerja baru terhadap jumlah kasus tersebut, akan dapat disimpulkan hubungan antara lama paparan uap sulfur dan gingivitis (1,12).
 








Gambar 4. Ilustrasi Studi Retrospektif
3)   Studi Prospektif
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat melihat ke depan (forward looking), artinya penelitian dimulai dari variabel penyebab atau faktor resiko, kemudian diikuti akibatnya pada waktu yang akan datang. Dengan kata lain, penelitian ini berangkat dari variabel independen kemudian diikuti akibat dari independen variabel tersebut terhadap dependen variabel. Misalnya, penelitian tentang hubungan antara kebisingan dan peningkatan darah pada pekerja PT.PLN.Penelitian dimulai dari mengambil sampel dari pekerja pada intensitas kebisingan <NAB (>85 db) dan pekerja <NAB (<85 db), dan diikuti misalnya sampai 15 tahun mendatang.Setelah 15 tahun, maka terhadap orang- orang tersebut diadakan pemeriksaan kesehatan, khususnya tekanan darah. Dari analisis hasil atau proporsi pekerja pada intensitas kebisingan <NAB (>85 db) yang mengalami peningkatan tekanan darah dan pekerja <NAB (<85 db) yang mengalami peningkatan tekanan darah, serta pekerja pada intensitas kebisingan <NAB (>85 db) yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah dan pekerja <NAB (<85 db) yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah, dapat disimpulkan hubungan antara peningkatan tekanan darah pekerja pada intensitas kebisingan NAB (>85 dB) (1,13).
b.      Metode penelitian Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen atau percobaan, peneliti melakukan percobaan ata perlakuan terhadap variabel independennya, kemudian mengukur akibat atau pengaruh percobaan tersebut pada dependen variabel.Yang dimaksud percobaan atau perlakuan di sini adalah suatu usaha modifikasi kondisi secara sengaja dan terkontrol dalam menentukan peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap perubahan yang terjadi akibat dari peristiwa tersebut.Penelitian eksperimen ini bertujuanuntuk menguji hipotesis sebab akibat dengan melakukan intrevensi.Oleh sebab itu sering disebut penelitian intervensi (intervention studies) (1).
Ditinjau dari segi manfaat atau kegunaanya, penelitian kesehatan dapat digolongkan menjadi (1):
1)   Penelitian Dasar (Basic of Fundamental Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memahami atau menjelaskan gejala yang muncul pada suatu ikhwal atau kejadian.Kemudian dari kejadian yang terjadi pada ikhwal tersebut dianalisis, dan kesimpulannya adalah merupakan pengetahuan atau teori baru.Jenis penelitian ini sering juga disebut penelitian murni atau “pure research”, karena dilakukan untuk merumuskan suatu teori atau dasar pemikiran ilmiah tentang kesehatan/ kedokteran.Misalnya penelitian tentang teori penyebab kanker, penelitian cloning, bayi tabung, dan sebagainya.


2)   Penelitian Terapan (Aplied Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi proses suatu sistem atau program, dengan menerapkan teori- teori kesehatan yang ada. Dengan kata lain, penelitian ini berhubungan dengan penerapan suatu system atau metode yang terbaik sesuai dengan sumber daya yang tersedia untuk suatu hal atau suatu keadaan. Artinya, penelitian dilakukan, sementara itu system baru tersebut diuji coba dan dimodifikasi.Penelitian terapan ini sering disebut penelitian operasional (operational research).Contoh penelitian untuk mengembangkan sistem pelayanan terpadu di Puskesmas. 
3)   Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian ini dilakukan terutama untuk mencari suatu dasar pengetahuan praktis guna memperbaiki suatu situasi atau keadaan kesehatan masyarakat, yang dilakukan secara terbatas.Biasanya penelitian ini dilakukan terhadap suatu keadaan yang sedang berlangsung.Penelitian ini biasanya dilakukan dimana pemecahan masalah perlu dilakukan, dan hasilnya diperlukan untuk memperbaiki suatu keadaan.Misalnya penelitian tindakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat transmigrasi.
4)   Penelitian Evaluasi (Evaluation Research)
Penelitian ini dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap suatu pelaksanaan kegiatan atau program yang sedang dilakukan daklam rangka mencari umpan balik yang akan dijadikan dasar untuk memperbaiki suatu program atau system. Penelitian evaluasi ada dua tipe, yaitu: tinjauan (reviews) dan pengujian (trial). Penelitian evaluasi yuang bersifat tinjauan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program itu berjalan, dan sejauh mana program tersebut mempunyai hasil atau dampak.Misalnya penelitian untuk mengevaluasi keberhasilan program imunisasi, program perbaikan sanitasi lingkungan, program keluarga berencana, dan lain sebagainya. Sedangkan penelitian pengujian atau “trial” dilakukan untuk menguji efektifitas dan efiensi suatu pengobatan atau program- program yang lain. Biasanya penelitian ini dilakukan untuk menguji keampuhan dari suatu produk obat baru atau system pengobatan yang lain. Oleh sebab itu jenis penelitian ini lebih dikenal dengan nama penelitian klinik, atau clinical trials.
2.      Metode Penelitian
Pada garis besarnya, penelitian dilihat dari metodenya, dikelompokkan menjadi dua, yakni metode penelitian survey (non eksperimen), dan metode penelitian eksperimen. Jenis penelitian survey yang biasa dikenal adalah survey deskriptif yang disebut juga explanatory study atau studi menjelajah dan survey analitik atau explanatory study (11).
a.      Survei deskriptif
Survei ini diarahkan untuk menjelaskan atau menguraikan keadaan dalam suatu komunitas atau masyarakat. Misalnya prevalensi karies gigi untuk golongan umur 8 tahun di Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada tahun 1999 adalah 60% dengan tingkat keparahan sedang. Disini ada informasi mengenai apa, di mana, dan kapan untuk menjawab pertanyaan atau how(11).
Survei deskripif umumnya digunakan untuk menelaah gejala atau masalah yang sedang hangat dialami, menelaah kasus yang ingin dijelaskan secara tepat, melihat insidens atau prevalensi penyakit tertentu guna perencanaan program kesehatan (11).
Urutan langkah penelitian deskiptif adalah (11):
1.      Memilih masalah yang akan diteliti
2.      Merumuskan dan membuat batasan masalah yang akan diteliti, dan berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk mendapatkan informasi dan teori yang dipakai sebagai dasar menyusun konsep penelitian.
3.      Merumuskan dan memilih alat ukur dan teknik pengumpulan data.
4.      Menentukan kriteria atau kategori untuk klasifikasi data.
5.      Mengadakan kalibrasi untuk menghindari bias antar-peneliti bila peneliti lebih dari satu orang, selanjutnya uji coba alat ukur dan keabsahan alat ukur tersehbut.
6.      Melaksanakan pengumpulan data.
7.      Menyimpulkan dan menjelaskan hasil penelitian dalam laporan penelitian.
b.      Survei analitik
Survey ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimana atau how dan mengapa atau why karena penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapanya suatu keadaan.Misalnya, “Mengapa masyarakat Kampung Ambon kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi di Balai Kesehatan MasyarakatFKUI?Mengapa anak-anak sekolah dasar negeri kebersihan giginya buruk?”Disini peneliti menjelaskannya.Survei analitik terdiri atas (11):
1)      Survey analitik cross sectional
2)      Survey analitik case control (retrospektif)
3)      Survey analitik cohort (prospektif)
3.      RANCANGAN PENELITIAN
Secara garis besar penelitian kedokteran, penelitian kesehatan, dan penelitian epidemiologi dapat dibagi berdasarkan beberapa aspek sebagai berikut (14).
Berdasarkan  tujuan, penelitian kedokteran dapat dibagi menjadi penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, penelitian analitik (prospektif dan retrospektif) dan penelitian eksperimental. Berdasarkan pendekatan yang digunakan maka penelitian dapat dibagi menjadi penelitian cross sectional dan longitudinal, sedangkan ditinjau dari keterlibatan peneliti dalam intervensi dapat dikelompokkan  menjadi penelitian observasional dan penelitian intervensional. Rancangan penelitian intervensional dapat berupa eksperimental, non-eksperimental, dan eskperimental semu.

Penelitian eksperimental dan penelitian eksperimental semu dapat dilakukan di rumah sakit (clinical trial) berupa uji coba dalam pengobatan dan pencegahan (Therapeutic and prophylactic trial) atau percobaan metodologis berupa alat yang digunakan atau prosedur pelayanan kesehatan atau prosedur pengobatan, dan lain-lain. Penelitian eksperimental dapat pula dilakukan di lapangan (field trial) yang biasanya dilakukan dalam bentuk penelitian operasional (operations research), sedangkan penelitian non-eksperimental meliputi rancangan hanya pasca intervensi, praintervensi-pascaintervensi tanpa kelompok kontrol.
Pembagian rancangan penelitian di atas sifatnya tidak mutlak dan sering terjadi tumpang tindih, hingga dalam satu penelitian dapat terdiri dari dua model rancangan, misalnya cross sectional merupakan penelitian deskriptif, tetapi dalam hal tertentu digunakan untuk penelitian analitik atau penelitian eksploratif digabung dengan dengan penelitian deskriptif, atau eksploratif dengan kasus-kontrol atau cross sectional diikuti longitudinal, dan lain-lain.
Secara skematis, berbagai rancangan penelitian kedokteran dan epidemiologis dapat digambarkan sebagai berikut.
Dasar yang Digunakan
Rancangan Penelitian
Tujuan
Eksploratif
Deskriptif
Analitik
Eksperimental
Pendekatan
Potong Lintang
Longitudinal
Keterlibatan Peneliti
Observasional
Intervensional
Lokasi Penelitian
Klinik = Uji klinis

1.      Rancangan Penelitian Eksperimental
a.      Beberapa Bentuk Desain Eksperimen
Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu: pre-experimental design, true experimental design, factorial desaign, dan quasi experimental desaign. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar (15).

One-shot Case Studi
One Group Petest-Posttest
Intec-Group Comparison
 
Gambar 5.Macam-Macam Metode Eksperimen
1)        Pre- Experimental Designs (Non-designs)
Pre- Experimental Designs (nondesigns) belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Bentuk Pre- Experimental Designs (nondesigns) ada beberapa macam yaitu:
a)        One-Shot Cose Study
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat di gambarkan sebagai berikut:
X=  Treatment yang diberikan  (variabel independen)
O= Observasi (Variabel dependen)
X O
 
 


      
b)        One- Group Pretest-Posttest Design
       Bila dalam one-shot case study tidak di beri pretest, maka pada paradigma ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karna dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
O1 X O2
 
O1= nilai pretest (sebelum diberi diklat)
       O2 = nilai posttest(setelah diberi diklat)
       Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O2- O1)
c)        Intact-Group Comparison
       Terdapat 1 kelompok yang digunakan untuk penelitian tetapi dibagi 2 yaitu setengah kelompok eksperimen dan setengah kelompok untuk kontrol
O1= Hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan
X         O1
O2
 
       O2= Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak di beri perlakuan
       Pengaruh perlakuan = O1 – O2

2)        True-Experimental design
        Dikatakan true exsperimental (eksperimen yangg betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semuua variabel luar yang mempengaruhi jalannya erksperimen. Ciri true exsperimental adalah adanya kelompok kontrol  dan dipilih secara random.



Dikemukakan 2 bentuk yaitu:
a)     Pottest-Only Control Design
R X O2
R     O4
 
       Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing di pilih secara randum (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang di beri perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang di beri (treatment) adalah (O1 : O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang di berikan berpengaruh secara signifikan.


b)    Pretest-posttest control group design
R     O1   X    O2
R     O3          O4
 
     Terdapat dua kelompok yang di pilih secara randum, kemudian di beri pretest untuk mengetahui keadaan awal adalah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3)


3)        Factorial Design
                 Merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperlihatkan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma design faktorial dapat digambarkan seperti berikut:
R           O1         X          Y1     O2
R          O3                      Y1      O4
R          O5         X           Y2     O6
R          O7                      Y2       O8
 
 




       Semua kelompok di pilih secara randum, kemudian masing-masing diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik , bila setiap keompok nilai pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O7
4)        Quasi Experimental Design
                 Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
       Dua bentuk eksperimen ini yaitu:
                                                                             i.     Time series design
O1O2  O3  O4   X   O5   O6   O7    O8
 
       Desain ini tidak dapat di pilih secara randum. Sebelum diberi perlakuan kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan kelompok sebelum di beri perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut labil, dan konsisten.





       Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan adalah= (O5 + O6 + O7  O8) – (O1 + O2 + O3 + O4).
                                                                           ii.     Nonequivalent control group design
       Desain ini hampir sama dengan pretest- posttestcontrol group desain, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
 





Contoh penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan oleh Zulaekah tahun 2012 mengenai efektivitas pendidikan gizi dengan media booklet terhadap pengetahuan gizi anak SD yang menggunakan quasy experiment dengan rancangan pretest post-tes control group. Sampel penelitian iniadalah anak anemia kelas IV & V sebanyak 36 anak. Penentuan sampel dilakukan secara simple random sampling setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran pengetahuan dilakukan melalui tes objektif tipe pilihan ganda dengan alat bantu kuesioner. Materi soal berisi tentangpengertian anemia, orang yang beresiko terkena anemia, penyebab anemia, cara pencegahan dan penanggulangan anemia. Kuisioner yang digunakan sebelumnya telah melalui tahapan uji coba. Hasil uji coba ini kemudian dievaluasi dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas (16).
DAFTAR PUSTAKA

1.        Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Jakarta; PT Rineka Cipta. 2005.
2.        Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. 2004.
3.        Anton, Bakker, Drs., dan Drs. Ahmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990.
4.        Fithananti, Ninda. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Puskesmas dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013: Vol.2 : No.1: 1-10.
5.        Martini, Ayu, dkk. Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau dari Kebiasaan Minum Kopi. Jurnal Nutrition College 2012. Vol.1: No.1: 470-485.
6.        Jasmawaty, dkk. Kinerja Kelompok Gizi Masyarakat dan Cakupan di PosyanduKabupaten Jeneponto. Media Gizi Masyarakat 2012. Vol.2: No.1: 33-37.
7.        Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian  Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.
8.        Anggorodi, Rina. Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat Indonesia. Makara, Kesehatan 2009. Vol.13: No.1: 9-14.
9.        Mizwar, Andy, dkk.Penyisihan Warna pada Limbah Cair Sasirangan dengan Absorpsi Karbon Aktif. Info Teknik 2012. Vol.13: No.1: 11-16.
10.    Rachmayanti, Riris D. Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir. Jurnal Promosi Kesehatan 2013. Vol:1, No.1: 1-9.
11.    Budiharto.Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Ilmu Kesehatan Gigi.Jakarta: EGC. 2008.
12.    Kartiyani, Ika, dkk. Pengaruh Paparan Uap Sulfur terhadap Kejadian Gingivitis Studi pada Pekerja Tambang Belerang di Gunung Welirang, Pasuruan, Jawa Timur. Jurnal PDGI 2010. Vol.59: No.1: 24-28.
13.    Huldani. Kebisingan Memengaruhi Tekanan Darah Pekerja PT.PLM (Persero) Sektor Barito PLTD Trisakti, Banjarmasin. CDK-199 2012. Vol.39: No.11: 813-816.
14.    Budiarto, Eko, Dr. Metodologi Penelitian Kedokteran.Jakarta: EGC. 2004.
15.    Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan.BANDUNG: Alfabeta.
16.    Zulaekah, Siti. Efektivitas Pendidikan Gizi dengan Media Booklet terhadap Pengetahuan Gizi Anak SD. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2012. ISSN 1858-1196. 121-128.

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...