Saturday 23 December 2017

KTI ASKEB Hyperemesis Gravidarum



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Hyperemesis Gravidarum adalah Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar yang sering  terdapat pada kehamilan  trimester 1. Mual biasanya  terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dalam hari. Gejala- gejala  ini kurang dari 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang dari 10 minggu. (Ai Yeyeh R,lia Y 2010).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi garavida dan 40-60% multi gravid satu di antara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatkanya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas, mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkuran pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang  berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan seharian-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Sarwono Prawirohardjo, 2005).

1
 Menurut Data WHO, Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara merupakan yang tertiggi dengan 450 ibu per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu disembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO, 81%  AKI akibat kompilikasi hamil dan bersalin dan 25% masa post partum. (http: // www. Kesehatan ibu. Depkes . go . id. diakses 27 Februari 2015).
 Menurut  data dari indonesia pada tahun 2013 cakupan  jumlah  yang berkunjung ibu hamil  yaitu 5.298.285, dan ibu hamil yang jarang melakukan kunjungan antenatal sebanyak 5.046.512( 95,25%). (profil kesehatan Indonesia tahun 2013).
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Profinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2013 Jumlah ibu hamil sebanyak 168.169 dan ibu yang aktif melakukan kunjungan ulang sebanyak 154.106. (91,64%). (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013).
Berdasarkan dari data yang didapat dari dinas  kesehatan  Provensi selawesi selatan angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2013 sebanyak 10 orang.dan pada tahun 2014 sebanyak 12 orang. ( Profil  Dinas kesehatan kabupaten bone 2014).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Tenriawaru Watampone,  pada tahun 2014 dari tahun 2013 terhitung  Jumlah ibu hamil sebanyak 2727 kehamilan dan selama tahun 2013 sebanyak 72 orang mengalami Hyperemesis Gravidarum.(BLUD RS Tenriawaru kab. Bone tahun 2014).
B. Tujuan
1.  Tujuan umum
          Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny”..” dengan hyperemesis gravidarum  tingkat dua di BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone dengan penerapan manejemen asuhan kebidanan sesuai wewenang bidan.
2.  Tujuan khusus
a.  Dapat melakasanakan pengkajian dan analisa data pada  Ny “....” dengan Hyperemesis Gravidarum Tingkat II di BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone
b.  Dapat  merumuskan diagnose/masalah  aktual  pada Ny”....” dengan Hyperemesis Gravidarum Tingkat II di BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone
c.   Dapat meremuskan diagnoses/masalah  potensial pada Ny”....” dengan Hyperemesis Gravidarum Tingkat II di BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone
d.  Dapat mengevaluasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Ny”...” dengan hyperemesis gravidarum tingkat dua di BLUD RS Tenriawaru  Watampone
e.  Dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny”...” dengan hyperemesis gravidarum tingkat II di BLUD  RS Tenriawaru Watampone Kab. Bone
f.      Dapat meaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny”...”
dengan hyperemesis gravidarum tingkat dua di BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone
g.  Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada Ny”...” dengan hypermesis gravidarum  tingkat dua di BLUD RS Tenriawaru
h.  Dapat mengdokomentasikan asuhan kebidanan pada Ny”....” dengan hyperemesis gravidarum tingkat dua di BLUD RS  Tenriawaru tanggal”...”.

C. Manfaat Penulisan
1.  Manfaat bagi intitusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan di lingkungan kampus Batari Toja Watampone khususnya untuk meningkatkan potensi belajar mahasiswa kebidanan.
2.  Bagi instasi tempat pengambilan kasus
Sebagai bahan masukan tenaga kebidanan yang bekerja di tempat pelayanan tersebut khususnya bagian terkait dalam pelaksanaan asuhan kebidanan perinatal agar memberikan asuhan yang lebih baik.
3.  Manfaat Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk menyesaikan pendidikan di madya kebidanan. Suatu dapat menambah pengetahuan dalam penerapan manejemen kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada hyperemesis gravidarum.

D. Metode Memperoleh Data
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini digunakan dasar tiori yang     dipadukan dengan praktek metode, yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.  Studi pustaka
Dimana penulisan mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan kasus dibahas hyperemesis gravidarum dari berbagai buku, literatur-literatur dan informasi dari internet.
2.  Studi kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan Pemecahan masalah melalui asuhan kebidanan yang meliputi: pengkajian merumuskan diagnose/masalah aktual maupun potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan, implementasi melaksanakan evaluasi terhadap asuhan kebidanan pada ibu dengan hyperemesis gravidarum serta mendokumentasikan.
3.  Wawancara
Penulisan mengadakan tanya jawab dengan pasien dan keluarga      yang mendampingi saat itu yang dapat memberikan informasi yang   di butuhkan





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Tinjauan Teori  Hypermesis Gravidarum
1.  Defenisi Hyperemesis Gravidarum
a.  Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala     yang wajar yang sering  terdapat pada kehamilan  trimester 1. Mual biasanya  terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dalam hari. Gejala- gejala  ini kurang dari 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang dari 10 minggu. (Sarwono Prawirohardjo, 2005).
b.  Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi secara berlebihan selama masa hamil yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena intesitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan.  Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat terjadi di setiap trimester, biasanya diawali pada trimester pertama dan menetap selama kehamilan dengan tingkat keparahan bervariasi. (Helen Varney, Jan M.Kriebs, Carolyn L, 2007).
c.  

6
Hyperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada    hamil muda) dimana penderita mengalami mual yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan bahkan
dapat membahayakan kehidupan. (Ari Sulistyawati N, 2010).
d.  Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seseorang ibu menderita hyperemesis gravidarum  jika seseoarang memuntahkan  segala yang dimakan dan diminum sehingga berat badan ibu sangat turunturgo kulit kurang diurese kurang dant timbul aseton dalam air kencing.      (Ai Yeyen R, Lia, 2010).
2.  Etiologi dan  faktor Hyperemesis Gravidarum
Penyebab  hyperemesis gravidarum  belum diketahui secara pasti. tidak ada bukti bahwa penyakit  Ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomic pada otak, zat-zat akibat inanisi, beberapa faktor  lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulisan sebagai berikut:
a.  Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hyperemesis gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup factoe adaptasi adalah wanita  hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil ganda dan molahidatidosa.
Sebagian kecil primigarvida belum mampu  beredaptasi terhadap hormone estrogen dan khoronik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan molahidatidosa, jumlah hormone yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan  terjadi hyperemesis gravidarum.
Peningkatan hormone ini membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari pada saat ibu perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung. Homon Human Chorionic Gonodotrophi. Yang dihasilkan  plasenta di awal kehamilan diduga merupakan penyebab timbulnya rasa mual. Tak geran bila keluhan mual muntah biasanya akan mereda dengan sendirinya seiring bertambahannya usia kehamilan.
b.  Faktor elergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vilu      khorialis yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor elergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hypermesis gravidarum.
c.   Faktor organic dan metabolisme glikogen hati
Perubahan metabolic akibat hamil serta resetensiyang menurun dari pihakibu merupakan faktor pendukung hypermesis gravidarum.
Kehamilan menyebabkan metabolisme glikogen hati yang inilah diduga sebagai buang keladi pemicu keluhan mual muntah. Namun keluhan ini akan lenyap saat terjadi kopotensi metabolisme glikogen dalam tubuh.
d.  Faktor psikologi
Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan. Takut tehadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual muntah sebagai ekspresi terhadap keegaanan menjadi hamil sebagai pelarian kesukaran hidup. Hubungan psikologi dengan hyperemesis Gravidarum belum diketahui pasti tidak jarang dengan memberikan susanan baru, sudah dapat membantu mengurangi frikuensi muntah.(Ai Yeyeh Rukiyah, Lia Y,2010).
3.  Tanda dan gejala Hyperemesis Gravidarum
Batas jelas antara mual yang masih fisologi dalam kehamilan dengan hyperemesis gravidarum tidak ada. Tetapi bila keadaan umum menderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hyperemesis gravidarum.
Tanda-tanda hyperemesis grvidarum adalah sebagai berikut:
a.  Berat badan turun 2 s/d 5 kg atau lebih selama trimester                  pertama.
b.  Tidak dapat menelan makanan dan miniman apapun selama 24 jam terkhir.
c.   Air kencing berwarna kuning sangat gelap atau tidak kencing selama 8 jam terakhir.
d.  Muntah sangat sering kadan biasa setiap jam atau lebih.
e.  Mual sangat lebih sehingga selalu muntah saat makan
 Hyperemesis Gravidarum dapat dibagi atas 3 tingkatan yaitu :
1)     Hyperemesis gravidarum tingkat  I :
a)  Muntah terus-menerus
b)  Ibu merasa lemah.
c)  Nyeri daerah epigastrium.
d)  Nafsu makan kurang.
e)  Berat badan menurun.
f)     Nadi meningkat 100x/menit.
g)  Tekanan darah sistolik menurun.
h)  Lidah mengering dan mata cekung.
2)     Hyperemesis  gravidarum tingkat II
a)  Penderita tampak lebih lemah dan apatis.
b)  Turgor kulit lebih mengurang lidah mengering dan tampak kotor.
c)  Tekanan darah turun dan nadi cepat.
d)  Berat badan menurun.
e)  Mata ikterus
f)     Gejala hemokonsentrasi makin tampak : urine berkurang, bau aseton meningkat.
g)  Nafas berabau aseton.
h)  Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
i)     Terjadi gangguan buang air besar
3)     Hyperemesis gravidarum tingkat III :
a)     Keadaan umum lebih parah.
b)     Muntah kadang berhenti dan kurang.
c)     Kesadaran menurun dari samnole sampai koma
d)     Nadi  turun dan sangat cepat
e)     Suhu meningkat dan tensi menurun.
f)      Timbul dehidrasi berat dan ikterus.
g)     Komplikasi fatal  tejadi pada susunan  saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. (Ari Sulistyawati,2011).
4.  Penatalaksanaan  medis Hyperemesis Gravidarum
a.  Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamiln kepada ibu dengan masuk menghilangkan faktor pisiki rasa takut juga tentang diet ibu hamil makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam  porsi sedikit namun sering jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa loyo mual,dan muntah.defeksi hendaknya di husahakan teratur..
b.  Terapi obat, menggunakan sedativa, (luminal, stesolit), vitamin( b1 dan b6) anti muntah (mediamer B6, derammamin,Avopreg, Avomin, torecan), antasida dan anti mulas.
c.   Hyperemesis Gravidarum tingkat II dan III  harus dirawat inap di rumah sakit.
1)  Kadang- kadang pada beberapa wanita, hanya tidur                                    dirumah  sakit  saja, telah banyak mengurangi mual muntahnya.
2)  Isolasi. Jangan tarlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk kadang kala hal ini saja tampa pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntah.
3)  Tatapi psikologik berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisikologi,  jadi tidak perlu takut dan khuwatir cari dan coba hilangkan faktor psokologis seperti keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan serta lingkungannya.
4)  Cairan infus sebaiknya menggunakan larutan yang memiliki kalau kalori tinggi seperti. Valamin, futrolit, untuk menambah kalori yang kurang dari makanan yang didapat beroral sekaligus mencegah kekurangan eletrolit.
5)  Berikan obat- obatan seperti  telah dikemukakan diatas.
6)  Pada beberapa kasus dan belah terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita,dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan.( Amru sofian,2011)

B. Tinjauan  Tentang Proses  Manejemen Asuhan Kebidanan
1.  Pengertian proses manajemen Asuhan Kebidanan
 Manejemen  asuhan kebidanan atau yang sering disebut manejemen kebidanan adalah  suatu metode brpikir dan bertindak secara sistematis  dan  tindakan yang berdasarkan teori ilmiah ,keterampilan, dalam rangkain tau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu kuputusan yang berfokus pada klien.(suryni S, 2008)
2.  Tahap Dalam Menejemen Asuhan  Kebidanan
a.  Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi data    yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1)     Anamnesi dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat    mestruasi,  riwayat kesehatan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopsioso-spiritual, serta pengetahuan klien.
2)     Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dapemeriksaan    tanda-   tanda vital, meliputi:
a)  Pemerikasaan khusus (inspeksi, palpasauskultasi, dan             perkusi).
b)  Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatanterbaru   serta catatan sebelumnya).
b.  Langkah II : Interpretasi Data Dasar
         Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terdapat diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah  yang spisifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani.meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penangan.
c.   Langkah III : Identifikasi Diagnosis/ masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkiknkan  dilakukakan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap- siap mencegah diagnosis/ masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali  dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi       masalah potensial, tidak  hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan masalah  atau diagnosis tersebut  tidak terjadi.
d.  Langkah IV : Menetapkan  periunya konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan Tenaga Kesehatan lain.
Bidan mengidentasifikasikan perlunya bidan atau dokter  melakukan konsultasi atau penanganan segera   bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien .
 Langkah keempat mencerminkan kesenimbangan proses manajemen kebidanan jadi,  manajemen tidak hanya berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja,  tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan .
 Dalam kondisi tertentu, seorang bidang mungkin juga perlu melekukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerjaan sosial , ahli gizI,  atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini,  bidan harus mampu mengevakuasi kondisi setiap klien untuk mententukan kepada siapa sebailknya konsultasi dan kolaborasi di lakukan .
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dalam melakukan suatu tindakan harus disesuaikan  dengan prioritas masalah/kondisi  keseluruhan yang di hadapi klien. setelah bidan merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus murumuskan tindakan energensi/darurat yang harus dilakukan  untuk menyelamatkan  ibu dan bayi rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan .
e.  Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan
            Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya . Lngkah ini `merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diindentifikasi atau diantisipasi .Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
 Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya ; apakah dfi butuhkan penyuluhan, kongseling ,dan dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi,  kulkultural  atau psikologis.   
f.      Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien dan Aman
            Pada langkah keenam rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukanya sendiri, namun ia tetap  memikul tanggung  jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana .
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,  bidan tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama rencana yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efisien dan berkualitas dan berpengaruh pada waktu serta biaya.
g.  Langkah  VII : Evaluasi
            Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek aqsuhan yangg tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang   menguntungkan   atau  menghambat keberhasilan asuhan
yang di berikan.
Pada langkah terakhir dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan .Ini meliputi  eveluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan : apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi belum efektif . mengingat  bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang bersinambungan , maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen  untuk mengindetifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut
Demikianlah langkah-langkah alur berpikir dalam penataksanaan klien kebidanan.  alur ini merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan tidak terpisah satu sama lain, namun berfungsi memudahkan proses pembelajaran.
3.  Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian  atau  catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP adalah:                                 
a.  Data Subjektif ( S)
Data   subjektif   ini   berhubungan   dengan   masalah dari sudut
pandang pasien. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
b.  Data Objektif (O)
     Data objektif (O) merupakan pendokumentasian kebidanan menurut Helen Varnei pertama adalah pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
c.   Analisa Atau Assessment (A)
     Analisa atau Assessment (A) merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpetasi kesimpulan dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Karena keadaan pasien biasa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data  objektif, analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil keputusan atau tindakan yang tepat.
d.  Planning (P)
     Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan akan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.(sudarti dan afroh fausiah, 2010).

C.    Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1.  Peraturan-Peraturan
Undang- undang tentang praktik bidan UU no 23 tahun 1992
Pasal 50
a.  Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan kesehatan yang sesuai dengan bidang keahlian dan sesuai dengan kewenangaan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
b.  Ketentuan mengenai kategori, jenis dan klasifikasi tenaga kesehatan ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 53
a.  Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya.
b.  Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas berkewajiban mematuhi standar profesis dan menghormati hak pasien.
c.   Tenaga kesehartan untuk kepentingan pembuktian  dapat melakukan tindakan  medic terhadap seseorang dengan  memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
d.  Ketentuan mengenai standar profesi dan hak – hak  pasien sebagaimana dimaksud ayat 2 ditentukan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 54
a.    Terhadap   tenaga  kesehatan   yang  melaksanakan  kelalaian
dalam melaksanakan profesi dapat dikenakan tindakan disiplin.
b.    Penentuan ada atau tindakan keselahan atau kelalaian sebagaimana dalam ayat (1) ditentukan oleh majelis disiplin tenaga kesehatan.
c.    Ketentuan mengenai pembentuan fungsi, tugas tata kerja majelis disiplin tenaga kesehatan ditetapkan oleh keputusan presiden.
Pasal 55
a.      Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat  kelahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
b.      Ganti rugi yang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undang yang hebat.
Peraturan pemerintahan  No 23 Tahun 1996
Pasal 1
a.      Tenaga kesehatan  adalah setiap orang yang  mengabdikan  diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan  dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk  jenjeng tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
b.      Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. (Karwati,Dewi.P, Sri.M, 2011).
2.                               Klafikasikan konpetensi Bidan
Yang    dimaksud   kopetensi   bidan   meliputi   pengetahuan,
keterampilan daperilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dala melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan  bertanggung jawab pada berbagai tatanan  pelayanan kesehatan. Kompetensi tersebut dikelompokan dalam 2 katagori yaitu kopetensi inti dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan , kompetensi tambahan /lanjutan merupakan pengembangan dari pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung  tugas bidan dalam memenuhi  tuntutan/kebutuhan masyarakat  yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK. (Sujiati S, Susanti, 2009).
Berdasarkan Kepmenkes no 900 Tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, peran fungsi dan kompetensi yang ada di dalam kurikulum D III Kebidanan (1996), serta memperhatikan draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM Februari 1999, maka peran, fungsi, dan kompetensi inti bidan dapat diuraikan sebagai berikut:
Pengetahuan Umum, Keterampilan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Ilmu-ilmu sosial, Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Profesional
Kompetensi ke 1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial,  kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya
a.  Pengetahuan dan Keterampilan dasar
1)     Kebudayaan dasar masyarakat di idonesia
2)     Keuntungan dan kerugian praktek kesehatan tradisional dan modern
3)     Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawatdaruratan Bagi anggota masyarakat yang sakit yang membutuhkan asuhan tambahan
4)     Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan Kesakitan ibu dan bayi di masyarakat
5)     Advokasi dan starategi pembedayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang di perlakukan untuk mencapai kesejahteraan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan)
6)     Keuntungan dan resiko dari tantanan tempat bersalin yang tersedia
7)     Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman
8)     Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, makanan dan ancaman umum bagi kesehatan
9)     Standar profesi dan praktek kebidanan
b.  Pengetahuan dan Keterampilan tambahan
1)     Epidemiologi, sanitasi diagnisa masyarakat dan vital statistik
2)     Infra struktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana mengakses sumber daya yang dibutuhkan untuk
asuhan kebidanan
3)     Prymary Healt Care (PHC) berbasis dimasyarakat dengan menggunakan promosi kesehatan serta strategi pencegahan penyakit
4)     Program imunisasi nasional dan akses untuk pelayanan imunisasi
c.   Perilaku Profesional Bidan
1)     Berpegang teguh dan filosofi, etika profesi dan aspek legal
2)      Bertanggung jawab dengan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya
3)     Senantiasa mengikuti perkembangan pengatahuan dan keterampilan mutakir
4)     Menggunakan cara pencegahan universal unntuk penyakit menular dan strategi pengendalian infeksi
5)     Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan
6)     Menghargai budaya setempat berhubugan dengan praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode paska persalinan, bayi baru lahir dan anak
7)     Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita atau ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah di informasikan tentang semua aspek asuhan, meminta    persetujuan    secara    tertulis    supaya    mereka
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri
8)     Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi
9)     Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan  pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga
10)     Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tataan pelayanan (Sujianti, susanti, 2009)
3.                               Standar Pelayanan Antenatal
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal seperti berikut ini:
a.    Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
                Pernyataan Standar :
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksa kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b.  Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
     Pernyataan Standar :
Bidan memeriksakan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/Infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang berkaitan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
c.  Standar 5 : Palpasi Abdominal
    Pernyataan Standar :
Bidan melakukan Pemeriksaan Abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila usia kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin serta masuknya kepala janin kedalam rongga pnggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.             
d.  Standar 6 : Pengelolaan, Anemia pada kehamilan
Pernyataan standar :
Bidan melakukan tindakan penegahan, penemuan, penanganan dan/rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e.  Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
     Pernyataan Standar :
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah disetiap kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya
f.   Standar 8:Persiapan persalinan
    Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, serta keluarganya pada trimestrer ke-3 untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana aman yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan darurat. Dalam hal ini, bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah (Siti N,Alfiah S,2011).















DAFTAR  PUSTAKA

Fausiah A, Sudarti. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.Nuha Medika.Yogyakarta.
http//www.stkeskusumahusada.ac.id diakses 25 Februari 2015
http://www.kesehatanibu.dekes.go.id.diakses 25 Februari 2015
Media,. Karwati, Pujianti Dewi, Mujiwati S. 2011. Asuhan Kebidanan V. Trans Info Jakarta.
Nurunniah  S, Setyo Nurhayati A. 2011. Mutu pelayanan kebidanan. Fitramaya,. Yogyakarta.
Prawirohardjo Sarwono,. 2005. Ilmu Kebidanan,. Jakarta.
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bone 2014.
Profil Dinas Kesehatan Provensi Sulawesi Selatan 2013.
Profil Kesehatan Indonesia 2013
Soepardan  S. 2008. Konsep Kebidanan, Buku Kedokteran,. Jakarta
Sofian  A. 2011. Sinopsi Obstetri, Buku Kedokteran Jakarta.
Sujianti,Susanti. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Nuha Medika,. Yogyakarta.
Varney Helen, Kriebs.M Jan, Gegor Carolyn. 2007. Buku Kedokteran,. Jakarta.








 


BAB III
PENDOKUMENTASIKAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”..” DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT II DI RSUD KAB. BONE TAHUN 2015/2016

































































































No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...