|
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Hyperemesis
Gravidarum adalah Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah
gejala yang wajar yang sering terdapat
pada kehamilan trimester 1. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dalam hari. Gejala- gejala ini kurang dari 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir dan berlangsung selama kurang dari 10 minggu. (Ai Yeyeh R,lia Y 2010).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi garavida dan 40-60% multi
gravid satu di antara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat
perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatkanya kadar hormon estrogen
dan HCG dalam serum pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas,
mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkuran pada
umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala
mual dan muntah yang berat dapat
berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan seharian-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.
Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Sarwono
Prawirohardjo, 2005).
1
|
Menurut data dari indonesia pada tahun 2013 cakupan jumlah yang berkunjung ibu hamil yaitu 5.298.285, dan ibu hamil yang jarang
melakukan kunjungan antenatal sebanyak 5.046.512( 95,25%). (profil kesehatan
Indonesia tahun 2013).
Berdasarkan Profil Dinas
Kesehatan Profinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2013 Jumlah ibu hamil sebanyak
168.169 dan ibu yang aktif melakukan kunjungan ulang sebanyak 154.106.
(91,64%). (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013).
Berdasarkan
dari data yang didapat dari dinas kesehatan Provensi selawesi selatan angka kematian ibu
(AKI) pada tahun 2013 sebanyak 10 orang.dan pada tahun 2014 sebanyak 12 orang. (
Profil Dinas kesehatan kabupaten bone
2014).
Berdasarkan
data dari Rumah Sakit Umum Tenriawaru Watampone, pada tahun 2014 dari tahun 2013 terhitung Jumlah ibu hamil sebanyak 2727 kehamilan dan
selama tahun 2013 sebanyak 72 orang mengalami Hyperemesis Gravidarum.(BLUD RS
Tenriawaru kab. Bone tahun 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat melaksanakan asuhan
kebidanan pada Ny”..”
dengan hyperemesis gravidarum tingkat
dua di BLUD RS Tenriawaru
Kab. Bone dengan
penerapan manejemen asuhan kebidanan sesuai wewenang bidan.
2. Tujuan
khusus
a. Dapat
melakasanakan pengkajian dan analisa data pada
Ny
“....” dengan Hyperemesis Gravidarum Tingkat II di BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone
b. Dapat merumuskan diagnose/masalah aktual
pada Ny”....”
dengan Hyperemesis Gravidarum Tingkat II di BLUD RS Tenriawaru Kab. Bone
c. Dapat
meremuskan diagnoses/masalah potensial
pada Ny”....”
dengan Hyperemesis Gravidarum Tingkat
II di BLUD RS Tenriawaru
Kab. Bone
d. Dapat
mengevaluasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Ny”...” dengan hyperemesis gravidarum
tingkat dua di BLUD RS
Tenriawaru Watampone
e. Dapat
merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny”...” dengan hyperemesis gravidarum
tingkat II di BLUD RS Tenriawaru
Watampone Kab. Bone
f. Dapat
meaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny”...”
dengan hyperemesis gravidarum tingkat
dua di BLUD RS Tenriawaru
Kab. Bone
g. Dapat
mengevaluasi asuhan kebidanan pada
Ny”...” dengan
hypermesis gravidarum tingkat dua di BLUD RS Tenriawaru
h. Dapat
mengdokomentasikan asuhan kebidanan pada Ny”....” dengan hyperemesis gravidarum
tingkat dua di BLUD RS Tenriawaru tanggal”...”.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi intitusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan di lingkungan
kampus Batari Toja Watampone khususnya untuk meningkatkan potensi belajar
mahasiswa kebidanan.
2. Bagi
instasi tempat pengambilan kasus
Sebagai bahan masukan tenaga kebidanan
yang bekerja di tempat pelayanan tersebut khususnya bagian terkait dalam pelaksanaan asuhan kebidanan perinatal agar
memberikan asuhan yang lebih baik.
3. Manfaat Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk
menyesaikan pendidikan di madya kebidanan. Suatu
dapat menambah pengetahuan dalam penerapan manejemen kebidanan khususnya asuhan
kebidanan pada hyperemesis gravidarum.
D. Metode
Memperoleh Data
Dalam menyusun
karya tulis ilmiah ini digunakan dasar tiori yang dipadukan dengan praktek metode, yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi
pustaka
Dimana penulisan mengumpulkan referensi
yang berhubungan dengan kasus dibahas hyperemesis gravidarum dari berbagai buku, literatur-literatur dan informasi dari
internet.
2. Studi
kasus
Melaksanakan studi kasus dengan
menggunakan pendekatan Pemecahan
masalah melalui asuhan kebidanan yang meliputi: pengkajian
merumuskan diagnose/masalah aktual maupun potensial, melaksanakan tindakan
segera atau kolaborasi, perencanaan, implementasi melaksanakan evaluasi terhadap asuhan kebidanan pada ibu
dengan hyperemesis gravidarum serta mendokumentasikan.
3. Wawancara
Penulisan mengadakan tanya jawab dengan
pasien dan keluarga yang mendampingi saat itu
yang dapat memberikan informasi yang di
butuhkan
|
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Teori Hypermesis Gravidarum
1. Defenisi
Hyperemesis Gravidarum
a. Mual
(nause) dan muntah (emesis gravidarum)
adalah gejala yang wajar yang sering terdapat pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dalam hari.
Gejala- gejala ini kurang dari 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang dari 10
minggu. (Sarwono Prawirohardjo,
2005).
b. Hyperemesis
gravidarum adalah
muntah yang terjadi secara berlebihan selama masa hamil yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness
normal yang umum dialami wanita hamil karena intesitasnya melebihi muntah
normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan. Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan
berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat terjadi di setiap
trimester, biasanya diawali pada trimester pertama dan menetap selama kehamilan
dengan tingkat keparahan bervariasi. (Helen Varney, Jan M.Kriebs, Carolyn L, 2007).
c.
6
|
dapat membahayakan kehidupan. (Ari Sulistyawati N,
2010).
d. Hyperemesis
Gravidarum adalah mual
dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seseorang ibu menderita hyperemesis
gravidarum jika seseoarang memuntahkan segala yang dimakan dan diminum sehingga berat
badan ibu sangat turun, turgo kulit kurang diurese
kurang dant timbul aseton dalam air kencing. (Ai Yeyen R, Lia, 2010).
2. Etiologi
dan faktor Hyperemesis Gravidarum
Penyebab hyperemesis gravidarum belum
diketahui secara pasti. tidak ada bukti bahwa penyakit Ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomic pada otak, zat-zat
akibat inanisi, beberapa faktor lain
yang telah ditemukan oleh beberapa penulisan sebagai berikut:
a. Faktor
adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil
yang kekurangan darah lebih sering terjadi hyperemesis gravidarum. Dapat
dimasukkan dalam ruang lingkup factoe adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan
overdistensi rahim pada hamil ganda dan molahidatidosa.
Sebagian
kecil primigarvida belum mampu beredaptasi terhadap hormone estrogen dan
khoronik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan molahidatidosa, jumlah
hormone yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hyperemesis gravidarum.
Peningkatan
hormone ini membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa
mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari pada saat ibu perut ibu dalam
keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung. Homon Human Chorionic Gonodotrophi. Yang dihasilkan plasenta di awal kehamilan diduga merupakan
penyebab timbulnya rasa
mual. Tak geran bila keluhan mual muntah biasanya akan mereda dengan sendirinya
seiring bertambahannya usia kehamilan.
b. Faktor
elergi
Pada kehamilan,
dimana diduga terjadi invasi jaringan vilu khorialis
yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor elergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hypermesis gravidarum.
c. Faktor
organic dan metabolisme glikogen hati
Perubahan metabolic
akibat hamil serta resetensiyang menurun dari pihakibu merupakan faktor
pendukung hypermesis gravidarum.
Kehamilan menyebabkan
metabolisme glikogen hati yang inilah diduga sebagai buang keladi pemicu
keluhan mual muntah. Namun keluhan ini akan lenyap saat terjadi kopotensi
metabolisme glikogen dalam tubuh.
d. Faktor psikologi
Faktor psikologi memegang peranan penting
pada penyakit ini, rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan. Takut tehadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual muntah sebagai ekspresi
terhadap keegaanan menjadi hamil sebagai pelarian kesukaran hidup. Hubungan
psikologi dengan hyperemesis Gravidarum belum diketahui pasti tidak jarang
dengan memberikan susanan baru, sudah dapat membantu mengurangi frikuensi
muntah.(Ai Yeyeh Rukiyah,
Lia Y,2010).
3. Tanda
dan gejala Hyperemesis Gravidarum
Batas jelas antara mual yang
masih fisologi dalam kehamilan dengan hyperemesis gravidarum tidak ada. Tetapi
bila keadaan umum menderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai
hyperemesis gravidarum.
Tanda-tanda hyperemesis grvidarum adalah sebagai berikut:
a. Berat badan turun 2 s/d 5 kg atau
lebih selama trimester pertama.
b. Tidak
dapat menelan makanan dan miniman apapun selama 24 jam terkhir.
c. Air kencing
berwarna kuning sangat gelap atau tidak kencing selama 8 jam terakhir.
d. Muntah
sangat sering kadan biasa setiap jam atau lebih.
e. Mual
sangat lebih sehingga selalu muntah saat makan
Hyperemesis
Gravidarum dapat dibagi atas 3 tingkatan yaitu :
1) Hyperemesis
gravidarum tingkat I :
a) Muntah
terus-menerus
b) Ibu
merasa lemah.
c) Nyeri
daerah epigastrium.
d) Nafsu
makan kurang.
e) Berat
badan menurun.
f) Nadi
meningkat 100x/menit.
g) Tekanan
darah sistolik menurun.
h) Lidah
mengering dan mata cekung.
2) Hyperemesis gravidarum tingkat II
a) Penderita
tampak lebih lemah dan apatis.
b) Turgor
kulit lebih mengurang lidah mengering dan tampak kotor.
c) Tekanan
darah turun dan nadi cepat.
d) Berat
badan menurun.
e) Mata
ikterus
f) Gejala
hemokonsentrasi makin tampak : urine berkurang, bau aseton meningkat.
g) Nafas
berabau aseton.
h) Mulai
tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
i) Terjadi
gangguan buang air besar
3) Hyperemesis
gravidarum tingkat III :
a) Keadaan
umum lebih parah.
b) Muntah
kadang berhenti dan kurang.
c) Kesadaran
menurun dari samnole sampai koma
d) Nadi turun dan sangat cepat
e) Suhu
meningkat dan tensi menurun.
f)
Timbul dehidrasi berat dan ikterus.
g) Komplikasi
fatal tejadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati
wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. (Ari Sulistyawati,2011).
4. Penatalaksanaan medis Hyperemesis Gravidarum
a. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi
tentang kehamiln kepada ibu dengan masuk menghilangkan faktor pisiki rasa takut
juga tentang diet ibu hamil makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit namun sering jangan tiba-tiba
berdiri waktu bangun pagi, akan terasa loyo mual,dan muntah.defeksi hendaknya
di husahakan teratur..
b. Terapi obat, menggunakan sedativa, (luminal,
stesolit), vitamin( b1 dan b6) anti muntah (mediamer B6, derammamin,Avopreg,
Avomin, torecan), antasida dan anti mulas.
c. Hyperemesis Gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah
sakit.
1) Kadang- kadang pada beberapa wanita, hanya tidur dirumah sakit
saja, telah banyak mengurangi mual muntahnya.
2) Isolasi. Jangan tarlalu banyak tamu, kalau perlu hanya
perawat dan dokter saja yang boleh masuk kadang kala hal ini saja tampa
pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntah.
3) Tatapi psikologik berikan pengertian bahwa kehamilan
adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisikologi, jadi tidak perlu takut dan khuwatir cari dan
coba hilangkan faktor psokologis seperti keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan
serta lingkungannya.
4) Cairan infus sebaiknya menggunakan larutan yang memiliki
kalau kalori tinggi seperti. Valamin, futrolit, untuk menambah kalori yang
kurang dari makanan yang didapat beroral sekaligus mencegah kekurangan
eletrolit.
5) Berikan obat- obatan seperti telah dikemukakan diatas.
6) Pada beberapa kasus dan belah terapi tidak dapat
dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita,dapat dipertimbangkan suatu
abortus buatan.( Amru sofian,2011)
B. Tinjauan Tentang Proses Manejemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian proses manajemen Asuhan Kebidanan
Manejemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut
manejemen kebidanan adalah suatu metode
brpikir dan bertindak secara sistematis dan
tindakan yang berdasarkan
teori ilmiah ,keterampilan, dalam rangkain tau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu kuputusan yang berfokus pada klien.(suryni S, 2008)
2. Tahap Dalam Menejemen Asuhan Kebidanan
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada
langkah pertama dikumpulkan semua informasi data yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara:
1) Anamnesi dilakukan untuk mendapatkan biodata,
riwayat mestruasi, riwayat kesehatan riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas, biopsioso-spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dapemeriksaan
tanda- tanda vital, meliputi:
a) Pemerikasaan khusus (inspeksi, palpasauskultasi, dan perkusi).
b) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatanterbaru
serta catatan sebelumnya).
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah kedua dilakukan
identifikasi terdapat diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data tersebut kemudian
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spisifik. Baik rumusan diagnosis maupun
masalah, keduanya harus ditangani.meskipun masalah tidak dapat diartikan
sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penangan.
c. Langkah III : Identifikasi Diagnosis/ masalah
Potensial dan Antisipasi Penanganannya
Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkiknkan dilakukakan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap- siap mencegah diagnosis/ masalah potensial ini menjadi
kenyataan. Langkah ini penting sekali
dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah
ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi.
d. Langkah IV : Menetapkan periunya konsultasi dan Kolaborasi Segera dengan
Tenaga Kesehatan lain.
Bidan
mengidentasifikasikan perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan
segera bersama anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi klien .
Langkah keempat mencerminkan kesenimbangan
proses manajemen kebidanan jadi, manajemen
tidak hanya berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal
saja, tetapi juga selama wanita tersebut
dalam dampingan bidan. misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan .
Dalam kondisi tertentu, seorang bidang mungkin
juga perlu melekukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lain seperti pekerjaan sosial , ahli gizI, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru
lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu
mengevakuasi kondisi setiap klien untuk mententukan kepada siapa sebailknya
konsultasi dan kolaborasi di lakukan .
Penjelasan di
atas menunjukkan bahwa dalam melakukan suatu tindakan harus disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi keseluruhan yang di hadapi klien. setelah
bidan merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi
diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus murumuskan
tindakan energensi/darurat yang harus dilakukan
untuk menyelamatkan ibu dan bayi
rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, atau bersifat rujukan .
e. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan
Pada langkah kelima direncanakan
asuhan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya .
Lngkah ini `merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang
telah diindentifikasi atau diantisipasi .Pada langkah ini informasi data yang
tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi segala hal yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk
mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya ; apakah dfi
butuhkan penyuluhan, kongseling ,dan dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada
sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi,
kulkultural atau psikologis.
f. Langkah VI :
Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien dan Aman
Pada langkah keenam rencana asuhan
menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukanya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya
(misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana .
Dalam situasi
ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, bidan tetap bertanggung
jawab terhadap terlaksananya rencana bersama rencana yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan
yang efisien dan berkualitas dan berpengaruh pada waktu serta biaya.
g. Langkah VII :
Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan
dengan mengkaji ulang aspek aqsuhan yangg tidak efektif untuk mengetahui faktor
mana yang menguntungkan atau menghambat
keberhasilan asuhan
yang di berikan.
Pada langkah
terakhir dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan .Ini
meliputi eveluasi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan : apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di
dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi belum efektif .
mengingat bahwa proses manajemen asuhan
merupakan suatu kegiatan yang bersinambungan , maka bidan perlu mengulang
kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengindetifikasi mengapa rencana asuhan
tidak berjalan efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut
Demikianlah
langkah-langkah alur berpikir dalam penataksanaan klien kebidanan. alur ini merupakan suatu proses yang berkesinambungan
dan tidak terpisah satu sama lain, namun berfungsi memudahkan proses
pembelajaran.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian atau
catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP adalah:
a. Data
Subjektif ( S)
Data subjektif
ini berhubungan dengan masalah
dari sudut
pandang pasien. Data
subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
b. Data
Objektif (O)
Data objektif (O) merupakan pendokumentasian kebidanan menurut
Helen Varnei pertama adalah pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari
hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium
atau pemeriksaan diagnostik lain.
c. Analisa Atau Assessment (A)
Analisa atau Assessment (A) merupakan
pendokumentasian hasil analisis dan interpetasi kesimpulan dari data subjektif
dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Karena keadaan pasien
biasa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, analisis
yang tepat dan akurat akan menjamin cepat perubahan pada pasien, sehingga dapat
diambil keputusan atau tindakan yang tepat.
d. Planning (P)
Planning atau perencanaan adalah membuat
rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan akan disusun
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.(sudarti dan afroh fausiah,
2010).
C.
Landasan
Hukum Kewenangan Bidan
1. Peraturan-Peraturan
Undang- undang tentang praktik bidan UU no 23 tahun
1992
Pasal
50
a. Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau
melaksanakan kegiatan kesehatan yang sesuai dengan bidang keahlian dan sesuai
dengan kewenangaan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
b. Ketentuan mengenai kategori, jenis dan klasifikasi
tenaga kesehatan ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 53
a. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya.
b. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas berkewajiban
mematuhi standar profesis dan menghormati hak pasien.
c. Tenaga kesehartan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medic terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan.
d. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak – hak pasien sebagaimana dimaksud ayat 2 ditentukan
dengan peraturan pemerintah.
Pasal 54
a. Terhadap tenaga kesehatan
yang melaksanakan kelalaian
dalam
melaksanakan profesi dapat dikenakan tindakan disiplin.
b. Penentuan ada atau tindakan keselahan atau kelalaian
sebagaimana dalam ayat (1) ditentukan oleh majelis disiplin tenaga kesehatan.
c. Ketentuan mengenai pembentuan fungsi, tugas tata kerja
majelis disiplin tenaga kesehatan ditetapkan oleh keputusan presiden.
Pasal 55
a.
Setiap
orang berhak atas ganti rugi akibat
kelahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
b.
Ganti
rugi yang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undang yang hebat.
Peraturan pemerintahan
No 23 Tahun 1996
Pasal 1
a.
Tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenjeng tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
b.
Tenaga
keperawatan meliputi perawat dan bidan. (Karwati,Dewi.P, Sri.M, 2011).
2.
Klafikasikan
konpetensi Bidan
Yang dimaksud
kopetensi
bidan
meliputi pengetahuan,
keterampilan
dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dala melaksanakan
praktek kebidanan secara aman dan
bertanggung jawab pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Kompetensi tersebut dikelompokan dalam 2 katagori
yaitu kopetensi inti dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki
oleh bidan , kompetensi tambahan /lanjutan merupakan pengembangan dari
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK.
(Sujiati S, Susanti, 2009).
Berdasarkan Kepmenkes
no 900 Tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan, peran fungsi dan
kompetensi yang ada di dalam kurikulum D III Kebidanan (1996), serta
memperhatikan draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM Februari
1999, maka peran, fungsi, dan kompetensi inti bidan dapat diuraikan sebagai
berikut:
Pengetahuan Umum, Keterampilan dan Perilaku yang
Berhubungan dengan Ilmu-ilmu sosial, Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan
Profesional
Kompetensi ke 1 : Bidan mempunyai
persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk
dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi
baru lahir dan keluarganya
a. Pengetahuan
dan Keterampilan dasar
1) Kebudayaan
dasar masyarakat di idonesia
2) Keuntungan
dan kerugian praktek kesehatan tradisional dan modern
3) Sarana
tanda bahaya serta transportasi kegawatdaruratan Bagi
anggota masyarakat yang sakit yang membutuhkan asuhan tambahan
4) Penyebab
langsung maupun tidak langsung kematian dan Kesakitan ibu dan bayi di
masyarakat
5) Advokasi
dan starategi pembedayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang di
perlakukan untuk mencapai kesejahteraan yang optimal (kesetaraan dalam
memperoleh pelayanan kebidanan)
6) Keuntungan
dan resiko dari tantanan tempat bersalin yang tersedia
7) Advokasi
bagi wanita agar bersalin dengan aman
8) Masyarakat
keadaan kesehatan lingkungan, makanan dan ancaman umum bagi kesehatan
9) Standar profesi dan praktek kebidanan
b. Pengetahuan
dan Keterampilan tambahan
1) Epidemiologi,
sanitasi diagnisa masyarakat dan vital statistik
2) Infra
struktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana mengakses sumber daya
yang dibutuhkan untuk
asuhan kebidanan
3) Prymary
Healt Care (PHC) berbasis dimasyarakat dengan menggunakan promosi kesehatan
serta strategi pencegahan penyakit
4) Program
imunisasi nasional dan akses untuk pelayanan imunisasi
c. Perilaku
Profesional Bidan
1) Berpegang
teguh dan filosofi, etika profesi dan aspek legal
2) Bertanggung jawab dengan mempertanggung
jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya
3) Senantiasa
mengikuti perkembangan pengatahuan dan keterampilan mutakir
4) Menggunakan
cara pencegahan universal unntuk penyakit menular dan strategi pengendalian
infeksi
5) Melakukan
konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan
6) Menghargai
budaya setempat berhubugan dengan praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran,
periode paska persalinan, bayi baru lahir dan anak
7) Menggunakan
model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita atau ibu agar mereka
dapat menentukan pilihan yang telah di informasikan tentang semua aspek asuhan,
meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka
bertanggung jawab atas kesehatannya
sendiri
8) Menggunakan
keterampilan mendengar dan memfasilitasi
9) Bekerja
sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga
10) Advokasi
terhadap pilihan ibu dalam tataan pelayanan (Sujianti, susanti, 2009)
3.
Standar
Pelayanan Antenatal
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal
seperti berikut ini:
a. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Pernyataan Standar :
Bidan melakukan kunjungan
rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan motifasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksa kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pernyataan Standar :
Bidan memeriksakan
sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan,
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/Infeksi HIV, memberikan
pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait
lainnya yang berkaitan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat
pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil
tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
c. Standar 5 : Palpasi Abdominal
Pernyataan Standar :
Bidan melakukan Pemeriksaan
Abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan, serta bila usia kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian
terendah janin serta masuknya kepala janin kedalam rongga pnggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
d. Standar 6 : Pengelolaan, Anemia pada kehamilan
Pernyataan
standar :
Bidan melakukan tindakan penegahan, penemuan, penanganan
dan/rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
e. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Pernyataan Standar :
Bidan menemukan secara dini
setiap kenaikan tekanan darah disetiap kehamilan dan mengenal tanda serta
gejala pre-eklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya
f. Standar 8:Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada
ibu hamil, suami, serta keluarganya pada trimestrer ke-3 untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana aman yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan darurat. Dalam hal ini, bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah (Siti N,Alfiah S,2011).
|
Fausiah
A, Sudarti. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.Nuha Medika.Yogyakarta.
http//www.stkeskusumahusada.ac.id
diakses 25 Februari 2015
http://www.kesehatanibu.dekes.go.id.diakses
25 Februari 2015
Media,.
Karwati, Pujianti Dewi, Mujiwati S. 2011. Asuhan Kebidanan V. Trans Info
Jakarta.
Nurunniah S, Setyo Nurhayati A. 2011. Mutu pelayanan
kebidanan. Fitramaya,. Yogyakarta.
Prawirohardjo
Sarwono,. 2005. Ilmu Kebidanan,. Jakarta.
Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten Bone 2014.
Profil
Dinas Kesehatan Provensi Sulawesi Selatan 2013.
Profil
Kesehatan Indonesia 2013
Soepardan S. 2008. Konsep Kebidanan, Buku Kedokteran,.
Jakarta
Sofian A. 2011. Sinopsi Obstetri, Buku Kedokteran
Jakarta.
Sujianti,Susanti.
2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Nuha Medika,. Yogyakarta.
Varney
Helen, Kriebs.M Jan, Gegor Carolyn. 2007. Buku Kedokteran,. Jakarta.
|
BAB III
PENDOKUMENTASIKAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”..” DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT II DI RSUD
KAB. BONE TAHUN 2015/2016
No comments:
Post a Comment