Saturday 23 December 2017

KTI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMD DAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

HUBUNGAN     PENGETAHUAN  IBU TENTANG IMD DAN  PELAKSANAAN  INISIASI  MENYUSU  DINI
DI KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR
KABUPATEN BONE TAHUN 2013

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan  Sebagai  Salah  Satu  Syarat  Dalam  menyelesaikan
Pendidikan Ahli Magya Kebidanan di Akademi  Kebidanan Batari Toja
Watampone Tahun 2013


ANDI NURMIATI
BT  10 171




AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA
W A T A M P O N E
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi menyusui Dini dan Cara pelaksanaannya di kecamatan Tanete Riattang Barat tahun 2013”. Tujuan Proposal ini selain untuk sebagai acuan untuk melakukan penelitian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah  juga untuk menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca tentang cara pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
Proposal ini berisi beberapa penjelasan Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi menyusui Dini dan Cara pelaksanaannya  Di Kecamatan Tanete Riattang Timur tahun 2013 dalam hal manfaat yang penulis harapkan dapat memberikan informasi kepada para pembaca .
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: dosen mata kuliah pembimbing, Kedua Orang Tua tercinta Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan bekerjasama dalam menyelesaikan proposal ini.
Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai perbaikan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah  yang akan datang.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Watampone, 22  Februari 2013
      Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium PBB di New York pada bulan September 2000 dihadiri oleh 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG’s (Millenium Development Goals). MDG’s mencakup delapan tujuan salah satunya yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu .1
Pernyataan tersebut sesuai dengan evidence based WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama bayi yang menyatakan bahwa bayi baru lahir harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu. 2
Di Indonesia hal tersebut tercantum dalam SK Menkes No 450/MenKes/SK/IV/2004 tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama yang menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan, menunda prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai dilakukan. Akan tetapi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Indonesia menurut SDKI tahun 2009 hanya 40,21% bayi yang disusui dalam 1
jam pertama setelah kelahiran.3
Di Indonesia diperkirakan bahwa 20% bayi meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun. Hampir setengah dari kematian bayi ini terjadi pada masa neonatal yaitu pada bulan pertama kelahiran, dimana bayi sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian.2
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tahun 2008 mencapai 307/100.000 kelahiran hidup (KH) menurun pada tahun 2009 mencapai 228/100.000 kelahiran hidup (KH) dan angka kematian bayi (AKB) tahun 2008 mencapai 34/1000 KH menurun pada tahun 2009 menjadi 31/1000 KH. Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 AKB mencapai angka 10,25/1.000 KH dan AKI sebesar 117,02/100.000 KH (SDKI, 2009). Di Kabupaten Semarang tahun 2009 AKB mencapai angka 203/1.000 KH dan AKI sebesar 19/100.000 KH
Manfaat inisiasi menyusu dini menurut penelitian dr. Karen Edmond, dkk dari Inggris terhadap 10.974 bayi di Ghana menyatakan bahwa 22% kematian bayi di bawah usia 28 hari dapat dicegah dengan memberikan ASI segera setelah lahir dan 16% bila bayi disusui sejak hari pertama kehidupannya. 4
Secara alamiah proses inisiasi menyusu dini akan mengurangi rasa sakit pada ibu, membantu pengeluaran plasenta dan mencegah perdarahan. Kerugian bila bayi tidak disusui secara dini bayi cenderung tidak berminat untuk menyusu selama satu minggu kedepan, bila tidak segera disusui ibu akan kesulitan memberi ASI eksklusif yang harus diberikan eksklusif selama 6 bulan.2

Inisiasi menyusui dini masih sulit diterapkan karena kebanyakan ibu
tidak tahu bahwa inisiasi menyusu dini sangat bermanfaat, proses yang hanya memakan waktu satu jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur hidup serta adanya beberapa pendapat yang tidak benar, diantaranya yaitu ibu menganggap bayinya akan kedinginan bila tidak segera dibedong, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya, ibu takut jika bayinya jatuh, ibu merasa badan dan bayinya masih kotor sehingga harus dimandikan, bayi kurang siaga dalam 1-2 jam pertama, kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain, kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini belum banyak diketahui masyarakat karena inisiasi menyusu dini merupakan ilmu pengetahuan yang baru.4
Hasil Riskesdas (2010), menunjukan bahwa terjadi penurunan persentase bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif sampai dengan 6 bulan. Pada tahun 2010 yang mendapatkan ASI ekslusif hanya 15%. Inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam setelah bayi lahir adalah 29,3%. Provinsi Sulawesi Selatan menunjukan inisiasi dini menyusui kurang dari 1 jam adalah 30,1% dan pada kisaran 1-6 jam yaitu 34,9%.Sedangkan jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 48,64%, terjadi penurunan dari tahun 2006 yaitu 57,48% dan tahun 2007 yaitu 57,05%., sedangkan di Kab. Bone , Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bone , cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Bone pada tahun 2008 masih rendah yaitu sebesar 29,77%. (http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 28 juni 2010).
Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI sejak kehamilan sampai dengan pasca melahirkan berdampak pada sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI. Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sikap seseorang itu merespon suatu penyakit. Sikap dapat digunakan untuk memprediksikan tingkah laku apa yang mungkin terjadi. Dengan demikian sikap dapat diposisikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk menyatakan terbuka luas. 5
Berdasarkan pada uraian tersebut maka peneliti ingin menelusuri bagaimana tingkat pengetahuan Ibu tentang IMD dengan pelaksanaan IMD  Di Kecamatan Tanete Riattang Timur  Tahun 2013”

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan IMD dan pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013?

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1.      Maksud Penelitian
Untuk Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusui dini dan pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur  Tahun 2013.
1.3.2.      Tujuan Penelitian
(1)   Mengetahui  tingkat pengetahuan IMD ibu menyusui di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013
(2)   Mengetahui tentang pelaksanaan IMD ibu menyusui di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013
(3)   Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang IMD dan pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013.

1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1.      Manfaat Teoritis
(1)      Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Menambah masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan melaksanakan program inisiasi menyusu dini dan memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang inisiasi menyusu dini.
(2)      Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu dan bayi baru lahir.
(3)      Pelaksanaan
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat diperkuliahan sehubungan dengan penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dan cara  pelaksanaannya di Kecamatan Tanete Riattang Timur.
(4)      Institusi
Menambah referensi yang menunjang ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan mahasiswa tentang inisiasi menyusu dini
1.4.2.      Manfaat Teoritis
(1)      Pengembangan ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat tentang inisiasi menyusu dini.
(2)      Metodologi penelitian
Informasi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA , KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

2.1.     Tinjauan Pustaka
2.1.1.  Tinjauan Tentang Pengetahuan
(1) Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 6
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. 7
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang  memungkinkan  bagi seseorang  untuk  dapat  memecahkan  masalah
yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. 7
(2)     Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
1)   Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: ibu nifas dapat mengetahui tentang inisiasi menyusu dini (IMD).
2)   Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. Misalnya : dapat menjelaskan mengapa harus dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
3)   Aplikasi (Aplication)
Aplikasi  diartikan  sebagai  kemampuan  untuk  menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4)   Analisis ( Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5)   Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6)   Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini dengan bayi yang tidak dilakukan insiasi menyusu dini.

(3)   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:  6
1)   Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar orang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauhmana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat dominan yang melakukan IMD adalah dari kalangan yang memilki pendidikan dari Perguruan Tinggi dan bekerja baik sebagi PNS maupun yang bekerja sebagai Pegawai swasta.
2)   Paparan media massa
Melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat., dalam Media elektronik seperti Iklan Di TPI Yang dikeluarkan oleh Unicef  hal ini masih bisa diakses di internet di You Tube  sampai sekarang.
3)   Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan dengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Jika dapat disimpulkan ekonomi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dengan tingginya tingkat ekonomi seseorang akan memberikan kesempatan untuk mengikuti seminar, pelatihan tentang IMD sehingga akan meningkatkan pengetahuan ibu tentang IMD.
4)   Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu sama lain secara kontinyu akan dapat lebih besar mendapatkan informasi.
Hubungan sosial yang tinggi dengan berbagai kalangan termasuk dengan petugas kesehatan akan memberikan dampak pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan termasuk pengetahuan tentang IMD
5)   Pengalaman
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangan sering mengikuti kegiatan yang mendidik misalnya seminar.
Pengalam seorang ibu dalam hal melahirkan dan merawat bayi akan memberikan dampak pada pelaksanaan IMD, berdasarkan jumlah paritas, terdapat 8 ibu (25,0%) yang melaksanakan IMD dengan paritas 1-2 kali, dan 1 orang (12,5%) yang paritas ≥3 kali.Sama halnya dengan gravida, ibu yang paritas≥3 kali, cenderung tidak melakukan IMD, karena biasanya akan menghadapi kesulitan dalam kehamilan dan persalinannya. Sebaliknya, ibu dengan paritas 1, biasanya memiliki motivasi yang besar untuk mengetahui hal-hal apa saja yang bermanfaat buat bayinya. m
6)   Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan masyarakat serta lingkungan.
Selain faktor internal, seperti pengetahuan, sikap, pengalaman, dan persepsi ibu, faktor eksternal seperti fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, serta keluarga, juga merupakan faktor yang sangat berperan dalam praktek IMD.
sebab terbesar, dikarenakan petugas yang membantu persalinan tidak menerapkan IMD pada ibu. Ini menandakan petugas kesehatan sendiri masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai hal ini.Tampak dari tindakan mereka yang sesaat Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Alasan tidak Melakukan IMD Alasan tidak Melakukan IMD n=40 % Bayi lahir patologis 2 6,0 Pendarahan 8 26,0 Petugas tidak melakukan 21 68,0  setelah persalinan, bayi langsung dibersihkan,
ditimbang, dan diberi suntikan, baru setelah itu diletakkan di dada ibu untuk disusui. Padahal, penimbangan dan pemberian suntikan pada bayi, dapat ditunda setelah IMD selesai.4 Alasan lain tidak dilakukannya IMD, karena ibu mengalami pendarahan pascapersalinan. Ibu harus diberi tindakan, sementara jumlah tenaga kesehatan tidak memadai.Sementara Roesli mengatakan, bahwa sementara dilakukan IMD, petugas tetap bisa memberi tindakan kepada ibu.
(4)      Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur . 6

2.1.2.      Tinjauan Tentang Pendidikan
(1)     Definisi
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik.8
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah danberlangsung seumur hidup.9
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.10
(2)     Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan (pasal 1 butir 8, UU no.20 tahun 2003 p.3). Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 10
Mengacu undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 1 butir 3 tentang sistem pendidikan nasional:
1)   Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk:
1.         Sekolah dasar (SD) dan Madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat
2.         Sekolah menengah pertama ( SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat
2)   Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri dari :
1.         Pendidikan menengah umum.
2.         Pendidikan menengah kejuruan
Pendidikan menengah berbentuk:
1.         Sekolah menengah atas (SMA)
2.         Madrasah aliyah ( MA)
3.         Sekolah menengah kejuruan (SMK)
4.         Madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat
3)   Pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan mencakup program diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, Perguruan tinggi dapat berbentuk :
1.         Akademi
2.         Politeknik
3.         Sekolah tinggi
4.         Institut
5.         Universitas

2.1.3.   Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusui  Dini
(1)   Definisi
Inisiasi menyusu dini atau disingkat IMD  dalah proses membiarkan bayi menyusu sendirisetelah kelahiran.4
IMD bukan program ibu menyusui bayinya, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu, program ini dilakukan dengan cara langsung meneltakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. 11
(2)   Tahapan Inisiasi Menyusu Dini
Menurut (Roesli, 2008, p.17-19)
1)        Dalam 30 menit pertama: Stadium istirahat atau diam dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayah pun menjadi bagian keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-sama ibu. Langkah awal keluarga sakinah.
2)        Antara 30-40 menit: Mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
3)        Mengeluarkan air liur
Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
4)        Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.
5)        Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik.
(3)   Teknik Inisiasi Menyusu Dini
1)        Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat 4
Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut:
1.        Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain kering.
2.        Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat.
3.        Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
4.        Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit)atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium .
5.        Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu kemulut bayi.
6.        Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.
2)        Inisiasai Menyusu Dini yang Dianjurkan
Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan.
1.        Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain kering.
2.        Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.
3.        Tali pusat dipotong, lalu diikat.
4.        Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5.        Tanpa dibedong bayi langsung di tengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
(4)   Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir 2
1)        Langkah 1
Lahirkan,Keringkan dan lakukan penilaian pada bayi
1.      Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
2.      Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu
3.      Nilai usaha nafas dan pergerakan bayi apa diperlukan resusitasi atau tidak (2 detik)
4.      Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi.
5.      Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga membantu nya mencari puting ibunya yang berbau sama.
6.      Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam mulut atau mulut bayi karena penghisap dapat merusak selaput lendir hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan.
7.      Lakukan rangsang taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki. Menggosok punggung , perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membantu bayi dapat bernapas lebih baik.
8.      Setelah   satu   menit   mengeringkan   dan   menilai   bayi,  periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) kemudian suntikan intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu. Biarkan bayi di atas handuk atau kain bersih di perut ibu.
2)        Langkah 2
Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam
1.      Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm pada dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu. Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi ibu. Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari plasenta ibu ke bayi lebih optimal.
2.      Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem tersebut. Satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
3.      Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut bayi dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian yang berlawanan.
4.      Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting.
5.      Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
6.      Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu
30-60 menit
7.      Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu.
8.      Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan langkah manajemen aktif kala 3 persalinan.
3)        Langkah 3
1.         Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu
(a)      Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu
(b)     Anjurkan   ibu   dan  orang   lain  untuk   tidak    menginterupsi
menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.
2.         Menyusu pertama biasaanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
3.         Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi  
selesai menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia
4.         Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin hingga bayi selesai menyusu
5.         Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan merasa ngantuk. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K1, dan mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi.
(a)      Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya
(b)     Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan bayi bari lahir dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu
6.         Kenakan  pakaian  pada bayi atau  tetap  diselimuti  untuk  menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali.
7.         Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama.
(5)     Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini Bagi Ibu dan Bayi
1.     Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi 2
Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi
(a) Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik,mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif
(b) Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya lebih cepat)
(c) Meningkatkan antara hubungan ibu dan bayi
(d)Tidak perlu banyak menangis selama satu jam pertama
(e) Menjaga  kolonisasi  kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi
(f)  Bilirubin   akan    lebih    cepat    normal    dan    mengeluarkan   mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir
(g) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya
2.    Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
(a)      Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu
(b)      Oksitosin :
a)        Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah
b)        Merangsang pengeluaran kolostrum
c)        Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi
d)       Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya
(c)      Prolaktin :
a)        Meningkatkan produksi ASI
b)        Membantu ibu mengatasi stres.
c)        Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu.
d)       Menunda ovulasi
3.     Keuntungan menyusu dini untuk bayi
(a)      Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
(b)      Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
(c)      Meningkatkan kecerdasan
(d)     Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas
(e)      Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
(f)       Mencegah kehilangan panas
(g)      Merangsang kolostrum segera keluar
4.    Keuntungan menyusu dini untuk ibu
(a)      Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
(b)      Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
(c)      Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
5.    Memulai menyusu dini akan
(a)      Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
(b)      Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan lamanya bayi disusui
(c)      Merangsang produksi susu
(d)     Memperkuat reflek menghisap bayi. Reflek menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir

2.2.  Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang IMD  Dan Pelaksanaannya
(1)     Pengetahuan mengenai IMD
Pengetahuan mengenai IMD adalah pengetahuan yang merupakan  hasil dari proses  pengumpulan  informasi  yang  didapat  dari  pengalaman
langsung maupun orang lain. Informasi ini dapat berupa pengetahuan
tentang pengertian, tujuan dan alasan, manfaat, serta tata laksana IMD. Pengetahuan mengenai IMD diyakini sebagai salah satu faktor penting untuk meningkatkan kemungkinan pelaksanaan IMD. Untuk meningkat-kan pengetahuan ini diperlukan paparan informasi mengenai IMD yang adekuat. Oleh karena itu, pemberian informasi mengenai IMD pada ibu perlu dilakukan. Pemberian informasi mengenai IMD dapat dilakukan pada saat prenatal maupun intrapartum dan sebaiknya pemberian informasi ini dilakukan oleh orang yang benar-benar mengerti tentang IMD.
Pemberian informasi ini bisa diberikan pada saat penyuluhan umum maupun pada saat konseling satu per satu. Walaupun target dari pemberian informasi biasanya adalah ibu hamil namun sebaiknya ayah juga ikut dalam proses ini agar dapat memahami pentingnya IMD dan membantu ibu dalam melakukan IMD.12 Pengetahuan ibu hamil mengenai IMD tentu bervarisi. Pada umumnya, ibu sudah mengetahui pengertian dan manfaat dari IMD namun belum mengetahui cara melakukan IMD tersebut. 12
Pada umumnya, ibu yang belum pernah   melakukan   IMD   belum
memiliki pengetahuan yang adekuat tentang IMD. Hal ini karena sangat sulit untuk menemukan sumber informasi yang akurat dan konsisten jika hanya mengandalkan informasi dari lingkungan keluarga. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian informasi yang lebih akurat seperti edukasi pada ibu agar pengetahuan ibu tersebut menjadi adekuat. 12
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesioner yang berisi tentang hal-hal mengenai IMD yang ingin kita tanyakan kepada ibu. Pertanyaan yang ditanyakan dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan yang ingin diukur. Hasil dari kuesioner tersebut kemudian dijumlah dan dikategorikan menggunakan rumus panjang kelas menjadi tingkat pengetahuan tinggi jika skor yang didapat lebih dari atau sama dengan 50% dari jumlah responden dan rendah jika skor yang didapat kurang dari 50% dari jumlah responden.13
(2)     Pelaksanaan IMD
Pelaksanaan IMD adalah hasil interaksi antara pengetahuan dan sikap ibu mengenai IMD dengan berbagai faktor lain, yang berupa respons/tindakan. Hal ini terjadi akibat paparan informasi mengenai IMD yang diterima oleh ibu tersebut. Pengetahuan dan sikap ibu mengenai IMD termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu faktor yang berasal dari dalam ibu tersebut. Agar pengetahuan dan sikap ibu dapat direalisasikan dalam bentuk tindakan perlu adanya faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor pendukung adalah faktor yang berupa lingkungan fisik yang memungkinkan terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup ketrampilan dan
sumber daya seperti sarana kesehatan dan kebijakan pemerintah.
Sedangkan faktor pendorong adalah faktor yang dapat menguatkan kemungkinan terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup dukungan dari petugas kesehatan dan anggota keluarga terdekat. 14
Hingga saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan berkaitan  
dengan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Haider et al. Penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang belum melakukan IMD. Hal ini terutama disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang keuntungan pelaksanaan IMD, kerugian jika tidak melaksanakan IMD, dan bagaimana cara melakukan IMD. Selain itu, juga disebabkan karena kurangnya penyuluhan dan dukungan dari tenaga kesehatan. 15
Dalam pelaksanaan IMD, terdapat faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat terlaksananya IMD. Faktor-faktor ini dapat berupa faktor internal dari ibu sendiri yaitu faktor predisposisi, maupun faktor eksternal yaitu faktor pendukung dan pendorong. Faktor-faktor ini antara lain adalah:
1)   Pengetahuan ibu hamil mengenai IMD
Pengetahuan merupakan faktor utama terlaksananya IMD dengan benar. Dengan memiliki pengetahuan yang adekuat tentang IMD maka ibu akan memiliki tambahan kepercayaan diri dalam menyusui bayinya sehingga bayi akan mendapatkan perawatan yang optimal. Sedangkan bila pengetahuan yang dimiliki ibu tidak adekuat maka ibu akan menjadi kurang percaya diri dalam menyusui bayinya sehingga bayi tersebut kehilangan sumber makanan yang vital bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Adekuat tidaknya pengetahuan ibu dapat dilihat dengan penggunaan susu formula dan makanan tambahan secara dini pada bayi.
2)   Sikap ibu hamil terhadap IMD
Pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap IMD akan membentuk tindakan yang akan dilakukan ibu tersebut. Jika pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap IMD baik maka kemungkinan ibu tersebut akan melaksanakan IMD akan meningkat, namun sebaliknya jika pengetahuan dan sikap ibu hamil buruk, maka kemungkinan ibu tersebut akan menolak  untuk  melakukan  IMD  akan
meningkat.
3)   Dukungan petugas kesehatan
Peran petugas kesehatan dalam IMD sangat penting karena ibu membutuhkan bantuan dan fasilitasi dari petugas kesehatan untuk dapat melakukan IMD. Petugas kesehatan yang memiliki sifat positif terhadap pelaksanaan IMD seperti memberikan informasi tentang pentingnya IMD, senang bila ibu mengerti akan pentingnya IMD, dan membantu pelaksanaan IMD akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyukseskan pelaksanaan IMD. Dukungan ini sebaiknya dilakukan baik pada saat prenatal ataupun post natal karena hal ini diyakini secara efektif dapat mendorong ibu untuk melakukan IMD dan meningkatkan kemungkinan pemberian ASI eksklusif. Namun sering petugas kesehatan tidak memfasilitasi ibu untuk melaksanakan IMD, hal ini karena   kurangnya   informasi   pada   petugas  kesehatan. Untuk  itu
penyuluhan terhadap petugas kesehatan harus dilakukan.
4)   Dukungan anggota keluarga
Dukungan anggota keluarga, terutama dukungan suami akan menciptakan lingkungan yang kondusif yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam melaksanakan IMD.
5)   Sarana kesehatan
Dalam  pelaksanaan  IMD,  jika  sarana  kesehatan  mendukung
terlaksananya IMD maka program IMD akan berjalan dengan baik. Namun jika sarana kesehatan tersebut tidak mendukung program IMD maka program tersebut tidak akan berjalan dengan baik. 22,23
Kebijakan  pemerintah   Pemerintah   yang   tidak   memasukkan
program pelaksanaan IMD secara eksplisit dalam kebijakannya akan menyebabkan tidak berjalannya program IMD di fasilitas-fasilitas kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dimasukkan program IMD didalam kebijakan agar program tersebut dapat diimplementasikan secara efektif. 24
6)   Masa kehamilan
Pada bayi yang kelahirannya sesuai masa kehamilan normal
(aterm), tingkat pelaksanaan IMD lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang masa kelahirannya kurang dari normal (preterm). Hal ini karena kemampuan bayi tersebut untuk melakukan koordinasi yang dibutuhkan saat melakukan IMD seperti penghisapan air susu, penelanan air susu, dan koordinasi saat bernafas berkurang. 12
7)   Metode persalinan
Pada ibu yang menggunakan metode persalinan normal, tingkat pelaksanaannya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang menggunakan metode persalinan caesar. Hal ini karena pada persalinan caesar ibu mungkin diberi anestesi umum sehingga tidak bisa melakukan IMD. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan anestesi regional, spinal dan epidural. Namun, penggunaan analgesi pada operasi caesar juga dapat menurunkan kemungkinan bayi melakukan IMD karena bayi tersebut mengalami gangguan perilaku dalam mencari puting susu ibu. 22,23
8)   Kondisi yang tidak memungkinkan ibu untuk melakukan IMD
Terdapat beberapa kondisi yang tidak memungkinkan ibu untuk melakukan IMD. Kondisi ini antara lain adalah ibu menderita penyakit yang dapat ditularkan kepada bayi melalui air susu. Penyakit ini contohnya adalah HIV, sifilis, dan HTLV-I/II. Kondisi lainnya adalah ibu mengalami gangguan hemodinamik seperti preeklampsia dan eklampsia. 12
9)   Riwayat partus
Penelitian yang dilakukan oleh Vieira dkk menunjukkan bahwa pada ibu yang belum pernah melahirkan, tingkat pelaksanaan IMD lebih tinggi dibanding ibu yang pernah melahirkan. Selain itu, ibu yang memiliki anak sedikit mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif lebih besar dibanding ibu yang memiliki anak banyak. 12


2.3.  Kerangka Konsep
IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusui sendiri setelah kelahiran Pada pelaksaan IMD, bayi diberikan kesempatan untuk mencari sendiri sumber susu ibunya tanpa adanya bantuan dari tenaga medis. Keberhasilan pelaksanaan IMD sangat bergantung pada, pelayanan tempat bersalin, dukungan anggota keluarga, sikap, pengetahuan dan motivasi bidan atau dokter, promosi IMD melalui media, serta manajemen laktasi ibu.
Pelaksanaan Inisisasi menyusu Dini sangat berguna baik bagi ibu maupun untuk bayinya khususnya meningkan jalinan kasih sayang ibu dan anak serta meningkatkan kekebalan tubuh bayi dengan pemberian kolostrum.
Selain itu pelaksanaan IMD juga dipengaruhi  banyak faktor yang memungkinkan untuk pelaksaanaan Inisiasi menyusu Dini diantaranya pengetahuan, tingkat pendidikan, hubungan antara pengetahuan IMD ibu dengan pelaksaaan IMD.
Pelaksaan IMD merupakan salah satu langkah awal keberhasilan pemberian ASI selanjutnya. Program ASI eksklusif merupakan program pemberian ASI saja hingga usia enam bulan tanpa makanan tambahan. Program pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu program yang sedang digalakan pemerintah karena masih rendahnya ibu yang bersedia memberikan ASI eksklusif pada anaknya. .
Pemberian ASI eksklusif merupakan satu hal yang sangat penting karena akan memberikan pengaruh pada status gizi batita. Tingkat pengetahuan Ibu tentang IMD sangat berpengaruh tentang pelaksanaan Inisisasi Menyusu Dini sehingga memilki hubungan korelasi yang sangat mendasar antara keduanya.

2.4.  Hipotesis
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dengan pelaksanaan inisisasi menyusu dini di kecamatan Tanete Riattang Timur kabupaten Bone tahun 2013.
.















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.  Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi atau ibu yang pernah melahirkan bayi dan berumur di Kecamatan Tanete Riattang timur tahun 2013.
3.1.1.      Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai Bayi 0-6  bulan di Kecamatan Tanete Riattang  Timur tahun 2013.
3.1.2.      Sampel Penelitian
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi ibu yang pernah melahirkan di Kecamatan tanete Riattang Timur Tahun 2013.
3.1.3. Teknik Penarikan Sampel          
Jumlah sampel di hitung dengan rumus:
11,96 × 0,3 ×  0,7   =
0,12
            Proporsi IMD Sul – Sel = 30,01%
0,30
n = (1,96  + 1,28 ) 2
                                               

=   + 1,28
                                    2
= 1,96  + 1,28  
0,2025
n = 0,898 + 0,554
                                0,2025
                        =  1.452

n = (1,96  + 1,28 ) 2
                                               
=   + 1,28 2
                                   
= (1,96  + 1,28  2
             0,012
n = ((1,96 2
             0,012
                        =  
                                =     
 =  131



Penarikan jumlah sampel pada penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi :
(1)  Ibu yang memilki bayi 1-6 bulan
(2)  Ibu yang melahirkan secara Normal atau tidak ada kelainan dalam persalinan
(3) Bersedia menjadi subjek responden dalam penelitian
(4) Pada waktu penelitian ibu dapat dijangkau oleh peneliti.

3.2.  Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik, dimaksudkan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan pengetahuan tentang IMD  dengan pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone tahun 2013.
3.2.1.  Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional model untuk mempelajari hubungan antara pengetahuan ibu tentang IMD dengan pelaksanaan IMD.
3.2.2.  Variabel penelitian
(1)     Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Inisiasi Menyusu Dini inisiasi menyusu dini. Kriteria pengetahuan ibu bersalin
Praktek inisiasi menyusu dini adalah perilaku ibu bersalin yang menyusui anaknya segera setelah melahirkan dengan cara meletakkan bayi didada ibunya yang sudah dialasi kain kering dan bayi dibiarkan merangkak untuk mencari payudara ibunya.
(2)     Variabel dependen (variabel terikat )
Variabel dependen dalam penilitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang Inisiasi menyusu Dini berdasarkan Karakteristik responden:

3.2.3. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil ukur
Skala
1.
Umur
Lamanya hidup yang dihitung dari tanggal lahir ibu
Kuesioner
Wawancara
Tahun
rasio
2.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal yang pernah diikuti ibu yang dibuktikan dengan ijazah terakhir yang dimiliki
Kuesioner
Wawancara
1. SD
2.SMP
3. SMA
4. D III
5.S I
6. S II
Ordinal
3.
Tingkat pengetahuan ibu tentang IMD
 Sejauh mana pengetahuan ibu tentang metode inisiasi menyusu dini yang di nilai melalui kuesioner sebanyak 20 nomor pertanyaan
Kusioner
Wawancara
Tinggi >median
Rendah≤ median
Nominal
4.
Pelaksanaan IMD
Pelaksanaan metode IMD pada saat persalinan yang di ukur melalui hasil wawancara
Kusioner
Wawancara
IMD
Tidak IMD
Nominal

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data ini dikumpulkan sesuai dengan variabel yang akan diteliti, data tersebut diperoleh kuesioner yang di kumpulkan melalui kunjungan rumah ke rumah di wilayah kecamatan Tanete Riattang Timur kabupaten Bone tahun 2013.

3.2.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
(1)      Teknik Pengolahan data
Setelah semua data dari responden terkumpul, data kemudian di olah dengan langkah – langkah beikut:
1)        Editing
Yaitu memeriksa data yang sudah terkumpul untuk meneliti kelengkapan jawaban responden sesuai kuesioner yang diberikan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban.
2)        Coding
Memberikan kode angka pada instrumen penelitian untuk memudahkan dalam analisis data. Misalnya skala penelitian satu untuk jawaban benar dan nol untuk jawaban salah.
3)        Tabulating
Memasukan data jawaban dari responden dalam tabel sesuai dengan skor jawaban kemudian dimasukan dalam master tabel yang telah disiapkan.

(2)      Analisa data.
1)        Analisa Univariat
Analisa ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan pelaksanaan IMD di kecamatan Tanete Riattang Timur secara univariat.

2)        Analisis Bivariat
Untuk mengukur adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD di gunakan uji chi square
X2 =
df : (k-1)(b-1)
Keterangan :
O : Nilai Observasi
E : Nilai Ekpectasi
K : Jumlah kolom
b : Jumlah baris
3.2.6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone Sul-Sel. Terdiri dari  8 kelurahan Bajoe, Lonrae, Cellu, Tibojong, Waetuo, Panyula, Toro, yang tidak dapat di jangkau oleh peneliti adalah kelurahan Pallette.

3.2.7. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2013.

3.3.  Aspek Etis Dalam Penelitian
(1)      Penjelasan tentang tujuan penelitian tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti.
(2)      Menjelaskan  prosedur yang akan dilakukan peneliti terhadap subjek yang ada.
(3)      Peneliti akan menjelaskan mengenai ketidaknyamanan yang akan dirasakan oleh subjek berupa waktu yang tersita sedemikian untuk menjawab pertanyaan dari peneliti.
(4)      Dalam penelitian ini tidak ada efek yang akan ditimbulkan bagi subjek penelitian.
(5)      Penelitian ini bermanfaat bagi ibu untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Susuformula pada bayi 0-6 bulan .
(6)      Kesempatan untuk bertanya.
(7)      Kemungkinan untuk diminta kembali pertanyaan lanjutan atau peneliti akan mengajukan kembali pertanyaan terhadap subjek apabila masih terdapat informasi yang kurang.
(8)      Dalam hal ini tidak ada unsur paksaan terhadap subjek maupun tekanan atau konsekuensi dalam bentuk apapun.
(9)      Subjek berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu apabila  ketidaknyamanan selama penelitian berlangsung.













BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4 . 1. Hasil Penelitian




















DAFTAR PUSTAKA
1.        Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
2.        JNPK-KR. 2008. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : JNPK-KR
3.        Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
4.        Nurheti Yuliarti .  Keajaiban ASI. Andi Publisher. com
5.        Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
6.        Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
7.        Dr. Soekidjo Notoatmodjo. (2005).Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
8.        Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
9.        Drs. H. Abu Ahmadi, IlmuPendidikan (2007: 70)
10.    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1butir 1, UU no.20 tahun 2003 p.3;).
11.    Anik Maryunani, 2012, Inisiasi Menyusu Dini ASI eksklusif, Jakarta Tans Info Media.
12.    Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
13.    Shealy KR, Li R, Benton-Davis S, Grummer-Strawn LM. The CDC Guideto Menyusui Intervensi. Atlanta: US Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit; 2005.
14.    Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
15.    Aprillia Y. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif kepada Bidan di Kabupaten Klaten . Semarang: Universitas Diponegoro. 2009
16.    Haider R, Rasheed S, Sanghvi TG, Hassan N, Pachon H, Islam S et al. Breastfeeding in Infancy: Identifying The Program-Relevant Issues in Bangladesh. International Breastfeeding Journal. 2010; 5(21):1-12
17.    Deswani. Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pengambilan Keputusan untuk Menyusui Bayi secara Dini. c2007. [cited 2011 Nov 24]. Available from: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/33071017.pdf
18.    Virarisca S, Dasuki D, Sofoewan S. Metode Persalinan dan Hubungannya dengan Inisiasi Menyusu Dini. Jurnal Gizi Klinik Indonesia . 2010; 7(2):92-8
19.    Setyowati E, Rahayu BR. Hubungan Pengetahuan Tenaga Kesehatan tentang ASI Eksklusif dengan Kemampuan Memberikan Pendidikan Kesehatan ASI pada Ibu Prenatal. Berita Ilmu Keperawatan . 2008; 1(2):51-7
20.    Digirolamo AM, Grummer-Strawn LR, Fein BS. Effect of Maternity-Care Practices on Breastfeeding. Pediatrics. 2008; 122:43-9
21.    Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
22.    Rina Imelda, 2009. Panduan Kehamilan Dan Perawatan Bayi, Victory. Surabaya
23.    Anton Baskor. ASI dan Panduan Praktis Ibu Menyusui. 2008. Victory. Surabaya


















LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Pernyataan berikut ini berisi penjelasan secara singkat mengenai esensi dan tujuan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi menyusui Dini dan Cara pelaksanaannya Di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013.” yang diharapkan kepada ibu agar dapat dipahami sepenuhnya sebelum menandatangani format persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
1.      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi menyusui Dini dan Cara pelaksanaannya.
2.      Penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada ibu berupa informasi yang lebih jelas mengenai dampak positif Inisisasi menyusui dini terhadap ibu dan bayi.
3.      Pada penelitian ini ibu tidak akan mendapatkan kerugian apa-apa dalam segi kesehatan, karena penelitian ini hanya bersifat deskriptif yang membutuhkan informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dari ibu.
4.      Prosedur penelitian ini melalui tahapan wawancara dan tanya jawab singkat yang mungkin akan menyita waktu ibu sekitar 30-50 menit.
5.      Peneliti akan menjamin sepenuhnya kerahasiaan data dan informasi yang ibu berikan melalui proses tanya jawab maupun wawancara.
6.      Apabila terdapat ketidaknyamanan selama tahap penelitian ini berlangsung, ibu berhak untuk mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa adanya sanksi atau batasan apapun yang akan mendiskriminasikan ibu dalam mendapatkan pelayanan yang sama seperti biasanya di puskesmas ini.
7.      Ibu memiliki hak sepenuhnya untuk bertanya apa saja kepada peneliti mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini. Termasuk apabila ada hal yang tidak dipahami dalam butir penjelasan penelitian ini.
8.      Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini secara sukarela akan akan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak juga manfaat yang sangat besar bagi kesehatan para ibu dan bayi khususnya di wilayah kerja puskesmas ini.
9.      Apabila ibu telah mamahami sepenuhnya setiap butir penjelasan di atas, maka ibu boleh menandatangani format persetujuan keikutsertaan pada halaman berikut.
Peneliti sangat berterima kasih atas kesediaan ibu untuk meluangkan waktu turut serta dalam penelitian ini. Semoga semua yang kita lakukan bersama akan memberikan manfaat yang besar sesuai dengan apa yang kita harapkan.
                               





SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah:
Nama               :
Umur               :
Alamat                        :          
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa, setelah mendapatkan penjelasan mengenai latar belakang dan tujuan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi menyusu Dini dan Cara pelaksanaannya Di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013.” dalam keadaan sadar dan bebas dari tekanan pihak manapun menyatakan setuju dan bersedia untuk ikut berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.
Adapun menyangkut data-data dan informasi yang disampaikan dalam penelitian ini dapat dipublikasikan sesuai dengan kepentingan dan batasan dalam ruang lingkup ilmiah.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.

Watampone,.........................2013
Yang Menyatakan,

(...........................)


                                                            No. Responden:

Form Observasi Penelitian


Berikan tanda “X” pada (    ) yang telah disediakan berikut ini:

Tanggal Pengumpulan Data                      : ......................................................................
Nama/Inisial Ibu                           : .......................................................................
Umur                                             : .......................................................................
Jumlah anak :       
(   ) satu                                                                 (   ) lebih dari satu
Tingkat pendidikan ibu :
(   ) Tidak Sekolah
(   ) SD
(   ) SMP
(   ) SMA
(   ) S1
Pendapatan keluarga per bulan :
(   ) ≤ Rp. 740.520,-                                                          (   ) > Rp. 740.520,-
Pekerjaan ibu :
(   ) Wiraswasta                                                     (   ) Pegawai swasta
(   ) PNS                                                                (   ) Ibu rumah tangga
(   ) Lainnya.......................

Ket : * Diisi oleh peneliti         
Form Pertanyaan Mengenai Pengetahuan Ibu  Tentang Inisiasi Menyusu Dini

Berikan tanda “” pada kolom pilihan jawaban yang telah disediakan:
No
Pernyataan
B
S
1.
Inisiasi menyusu dini merupakan metode menyusu dalam satu jam pertama setelah melahirkan dengan meletakkan bayi di atas perut ibu dan mencari puting ibu dengan mandiri.


2.
Inisiasi menyusu dini meningkatkan hubungan kasih sayang antara bayi dan ibunya.


3.
Metode inisiasi menyusu dini dapat dilaksanakan untuk semua jenis persalinan.


4.
Bayi yang mendapat inisiasi menyusu akan lebih kuat menyusu pada ibunya.


5.
Bayi seharusnya menyusu sedini dan sesering mungkin tanpa adanya aturan waktu yang tetap.


6.
Menyusu segera setelah melahirkan akan sangat merangsang pengeluaran ASI ibu.


7.
Bayi yang menyusu dini sangat berpeluang untuk mendapatkan kolostrum.


8.
Kolostrum merupakan ASI yang keluar pertama kali pada hari-hari pertama berwarna kekuningan mengandung zat kekebalan tubuh.


9.
Kolostrum penting untuk menjaga bayi dari infeksi karena mengandung zat kekebalan tubuh.


10.
Kolostrum membantu pengeluaran kotoran bayi yang pertama yang berwarna hitam kehijauan (mekonium).


11.
Payudara yang kecil tidak memungkinkan ibu untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini karena ASI yang akan dikeluarkan tidak memadai.


12.
Sebelum ASI keluar bayi tidak perlu diberikanmakanan/minuman apapun sebagai pengganti.


13.
ASI dapat memenuhi semua kebutuhan gizi bayi hingga usia enam bulan tanpa tambahan makanan/minuman lain.


14.
Inisiasi menyusu dini membantu pemulihan ibu setelah melahirkan.


15.
Ibu yang ketika melahirkan mengalami perdarahan tidak dapat melakukan inisiasi menyusu dini.


16.
Bayi yang lahir prematur (tidak cukup minggu) tidak dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini.


17.
Bayi yang lahir dengan berat badan di bawah 2.5 kg tidak dapat melakukan inisiasi menyusu dini.


18.
Proses pelaksanaan inisiasi menyusu dini membutuhkan waktu minimal satu jam hingga bayi bisa menyusu dengan sempurna.









No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...