HUBUNGAN PENGETAHUAN
IBU TENTANG IMD DAN PELAKSANAAN INISIASI
MENYUSU DINI
DI KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR
KABUPATEN BONE TAHUN 2013
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam menyelesaikan
Pendidikan Ahli Magya Kebidanan di Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone
Tahun 2013
ANDI
NURMIATI
BT
10 171

AKADEMI
KEBIDANAN BATARI TOJA
W
A T A M P O N E
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi menyusui Dini
dan Cara pelaksanaannya di kecamatan Tanete Riattang Barat tahun 2013”. Tujuan Proposal ini selain untuk
sebagai acuan untuk melakukan penelitian dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah juga untuk menambah pengetahuan
dan wawasan kepada pembaca tentang cara pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
Proposal ini berisi beberapa penjelasan Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi menyusui Dini dan Cara pelaksanaannya Di Kecamatan Tanete Riattang Timur tahun 2013
dalam hal manfaat yang penulis harapkan dapat memberikan informasi kepada para
pembaca .
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada: dosen mata kuliah pembimbing, Kedua Orang Tua tercinta
Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan bekerjasama dalam
menyelesaikan proposal ini.
Dalam penyusunan proposal ini penulis
menyadari masih banyak kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun sebagai perbaikan untuk menyusun Karya Tulis
Ilmiah yang akan datang.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Watampone, 22 Februari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang Masalah
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium PBB di New
York pada bulan September 2000 dihadiri oleh 189 negara anggota PBB termasuk
Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG’s (Millenium
Development Goals). MDG’s mencakup delapan tujuan salah satunya yaitu
menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu .1
Pernyataan tersebut sesuai dengan evidence based WHO
dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama bayi yang
menyatakan bahwa bayi baru lahir harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi
menyusu. 2
Di Indonesia hal tersebut tercantum dalam SK Menkes
No 450/MenKes/SK/IV/2004 tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama
yang menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit dengan kulit ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan melakukan
inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta
memberi bantuan jika diperlukan, menunda prosedur lainnya yang harus dilakukan
kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu dini selesai dilakukan. Akan
tetapi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Indonesia menurut SDKI tahun
2009 hanya 40,21% bayi yang disusui dalam 1
jam pertama setelah kelahiran.3
Di Indonesia diperkirakan bahwa 20% bayi meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun. Hampir setengah dari kematian bayi ini terjadi
pada masa neonatal yaitu pada bulan pertama kelahiran, dimana bayi sangat
rentan terhadap kesakitan dan kematian.2
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tahun 2008 mencapai
307/100.000 kelahiran hidup (KH) menurun pada tahun 2009 mencapai 228/100.000
kelahiran hidup (KH) dan angka kematian bayi (AKB) tahun 2008 mencapai 34/1000
KH menurun pada tahun 2009 menjadi 31/1000 KH. Provinsi Jawa Tengah tahun 2009
AKB mencapai angka 10,25/1.000 KH dan AKI sebesar 117,02/100.000 KH (SDKI,
2009). Di Kabupaten Semarang tahun 2009 AKB mencapai angka 203/1.000 KH dan AKI
sebesar 19/100.000 KH
Manfaat inisiasi menyusu dini menurut penelitian dr.
Karen Edmond, dkk dari Inggris terhadap 10.974 bayi di Ghana menyatakan bahwa
22% kematian bayi di bawah usia 28 hari dapat dicegah dengan memberikan ASI
segera setelah lahir dan 16% bila bayi disusui sejak hari pertama kehidupannya.
4
Secara alamiah proses inisiasi menyusu dini akan mengurangi
rasa sakit pada ibu, membantu pengeluaran plasenta dan mencegah perdarahan.
Kerugian bila bayi tidak disusui secara dini bayi cenderung tidak berminat
untuk menyusu selama satu minggu kedepan, bila tidak segera disusui ibu akan
kesulitan memberi ASI eksklusif yang harus diberikan eksklusif selama 6 bulan.2
Inisiasi menyusui dini masih sulit diterapkan karena
kebanyakan ibu
tidak tahu bahwa inisiasi menyusu dini sangat bermanfaat, proses yang
hanya memakan waktu satu jam tersebut berpengaruh pada sang bayi seumur hidup
serta adanya beberapa pendapat yang tidak benar, diantaranya yaitu ibu
menganggap bayinya akan kedinginan bila tidak segera dibedong, ibu terlalu
lelah untuk segera menyusui bayinya, ibu takut jika bayinya jatuh, ibu merasa
badan dan bayinya masih kotor sehingga harus dimandikan, bayi kurang siaga
dalam 1-2 jam pertama, kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak
memadai sehingga diperlukan cairan lain, kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya
untuk bayi. Pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini belum banyak diketahui
masyarakat karena inisiasi menyusu dini merupakan ilmu pengetahuan yang baru.4
Hasil Riskesdas (2010), menunjukan bahwa terjadi
penurunan persentase bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif sampai dengan 6 bulan.
Pada tahun 2010 yang mendapatkan ASI ekslusif hanya 15%. Inisiasi menyusu dini
kurang dari 1 jam setelah bayi lahir adalah 29,3%. Provinsi Sulawesi Selatan
menunjukan inisiasi dini menyusui kurang dari 1 jam adalah 30,1% dan pada
kisaran 1-6 jam yaitu 34,9%.Sedangkan jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif di
Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 48,64%, terjadi penurunan dari tahun 2006
yaitu 57,48% dan tahun 2007 yaitu 57,05%., sedangkan di Kab. Bone , Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kabupaten Bone , cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Bone pada tahun 2008 masih rendah yaitu sebesar
29,77%. (http://www.depkes.go.id,
diakses tanggal 28 juni 2010).
Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa rendahnya
pengetahuan ibu tentang ASI sejak kehamilan sampai dengan pasca melahirkan
berdampak pada sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu
dalam pemberian ASI. Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah sikap seseorang itu merespon suatu penyakit. Sikap dapat
digunakan untuk memprediksikan tingkah laku apa yang mungkin terjadi. Dengan
demikian sikap dapat diposisikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang
akan tampak aktual apabila kesempatan untuk menyatakan terbuka luas. 5
Berdasarkan pada uraian tersebut maka peneliti ingin menelusuri bagaimana tingkat pengetahuan Ibu tentang IMD dengan pelaksanaan IMD Di Kecamatan
Tanete Riattang Timur Tahun 2013”
1.2.Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat
dirumuskan masalah penelitian adalah Apakah
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan IMD dan pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013?
1.3.Maksud dan Tujuan
Penelitian
1.3.1.
Maksud Penelitian
Untuk Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusui dini dan pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013.
1.3.2.
Tujuan Penelitian
(1)
Mengetahui tingkat pengetahuan IMD ibu menyusui di
Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013
(2)
Mengetahui tentang pelaksanaan IMD ibu menyusui
di Kecamatan Tanete
Riattang Timur Tahun 2013
(3)
Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang IMD dan pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013.
1.4.Manfaat
Penelitian
1.4.1.
Manfaat Teoritis
(1)
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Menambah masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan dukungan
terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan melaksanakan program inisiasi
menyusu dini dan memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang
inisiasi menyusu dini.
(2)
Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu dan
bayi baru lahir.
(3)
Pelaksanaan
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat diperkuliahan
sehubungan dengan penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu
dini dan cara pelaksanaannya di
Kecamatan Tanete Riattang Timur.
(4)
Institusi
Menambah referensi yang menunjang ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan
mahasiswa tentang inisiasi menyusu dini
1.4.2.
Manfaat Teoritis
(1)
Pengembangan ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat tentang inisiasi menyusu dini.
(2)
Metodologi penelitian
Informasi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya dalam bidang yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA , KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Tinjauan
Tentang Pengetahuan
(1) Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. 6
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. 7
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah
fakta dan teori yang memungkinkan bagi seseorang untuk dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman
langsung maupun melalui pengalaman orang lain. 7
(2) Tingkat
pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, Pengetahuan yang dicakup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
1)
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: ibu nifas dapat mengetahui
tentang inisiasi menyusu dini (IMD).
2)
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. Misalnya :
dapat menjelaskan mengapa harus dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
3)
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4)
Analisis ( Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5)
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6)
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat
membandingkan antara bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini dengan bayi yang
tidak dilakukan insiasi menyusu dini.
(3) Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 6
1)
Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar orang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan
berpikir sejauhmana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat dominan yang melakukan IMD adalah
dari kalangan yang memilki pendidikan dari Perguruan Tinggi dan bekerja baik
sebagi PNS maupun yang bekerja sebagai Pegawai swasta.
2)
Paparan media massa
Melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat., dalam Media elektronik seperti Iklan Di TPI Yang
dikeluarkan oleh Unicef hal ini masih
bisa diakses di internet di You Tube
sampai sekarang.
3)
Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun sekunder, keluarga dengan
status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan dengan keluarga
dengan status ekonomi rendah. Jika dapat disimpulkan ekonomi dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang. Dengan tingginya tingkat ekonomi seseorang akan memberikan kesempatan
untuk mengikuti seminar, pelatihan tentang IMD sehingga akan meningkatkan
pengetahuan ibu tentang IMD.
4)
Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi
satu sama lain secara kontinyu akan dapat lebih besar mendapatkan informasi.
Hubungan sosial yang tinggi dengan berbagai kalangan termasuk dengan
petugas kesehatan akan memberikan dampak pengetahuan yang tinggi tentang
kesehatan termasuk pengetahuan tentang IMD
5)
Pengalaman
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangan sering mengikuti kegiatan yang
mendidik misalnya seminar.
Pengalam seorang ibu dalam hal melahirkan dan merawat bayi akan
memberikan dampak pada pelaksanaan IMD, berdasarkan jumlah paritas, terdapat 8
ibu (25,0%) yang melaksanakan IMD dengan paritas 1-2 kali, dan 1 orang (12,5%)
yang paritas ≥3 kali.Sama halnya dengan gravida, ibu yang paritas≥3 kali,
cenderung tidak melakukan IMD, karena biasanya akan menghadapi kesulitan dalam
kehamilan dan persalinannya. Sebaliknya, ibu dengan paritas 1, biasanya
memiliki motivasi yang besar untuk mengetahui hal-hal apa saja yang bermanfaat
buat bayinya. m
6)
Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan masyarakat serta lingkungan.
Selain faktor internal, seperti pengetahuan, sikap, pengalaman, dan
persepsi ibu, faktor eksternal seperti fasilitas kesehatan, petugas penolong
persalinan, serta keluarga, juga merupakan faktor yang sangat berperan dalam
praktek IMD.
sebab terbesar, dikarenakan petugas yang membantu persalinan tidak menerapkan
IMD pada ibu. Ini menandakan petugas kesehatan sendiri masih memiliki pengetahuan
yang kurang mengenai hal ini.Tampak dari tindakan mereka yang sesaat Tabel 3.
Distribusi Responden Berdasarkan Alasan tidak Melakukan IMD Alasan tidak
Melakukan IMD n=40 % Bayi lahir patologis 2 6,0 Pendarahan 8 26,0 Petugas tidak
melakukan 21 68,0 setelah persalinan,
bayi langsung dibersihkan,
ditimbang, dan diberi suntikan, baru setelah itu diletakkan di dada ibu
untuk disusui. Padahal, penimbangan dan pemberian suntikan pada bayi, dapat
ditunda setelah IMD selesai.4 Alasan lain tidak dilakukannya IMD, karena ibu
mengalami pendarahan pascapersalinan. Ibu harus diberi tindakan, sementara jumlah
tenaga kesehatan tidak memadai.Sementara Roesli mengatakan, bahwa sementara
dilakukan IMD, petugas tetap bisa memberi tindakan kepada ibu.
(4)
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan yang diukur . 6
2.1.2. Tinjauan
Tentang Pendidikan
(1) Definisi
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau
masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik.8
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah danberlangsung seumur
hidup.9
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.10
(2) Jenjang
Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan (pasal 1 butir 8, UU no.20 tahun 2003
p.3). Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
10
Mengacu undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 1
butir 3 tentang sistem pendidikan nasional:
1)
Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk:
1.
Sekolah dasar (SD) dan Madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat
2.
Sekolah menengah pertama ( SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk
lain yang sederajat
2)
Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan
dasar. Pendidikan menengah terdiri dari :
1.
Pendidikan menengah umum.
2.
Pendidikan menengah kejuruan
Pendidikan menengah berbentuk:
1.
Sekolah menengah atas (SMA)
2.
Madrasah aliyah ( MA)
3.
Sekolah menengah kejuruan (SMK)
4.
Madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat
3)
Pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan mencakup program diploma,
sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi, Perguruan tinggi dapat berbentuk :
1.
Akademi
2.
Politeknik
3.
Sekolah tinggi
4.
Institut
5.
Universitas
2.1.3. Tinjauan
Tentang Inisiasi Menyusui Dini
(1) Definisi
Inisiasi menyusu dini atau disingkat IMD dalah proses membiarkan bayi
menyusu sendirisetelah kelahiran.4
IMD bukan program ibu menyusui
bayinya, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu,
program ini dilakukan dengan cara langsung meneltakkan bayi yang baru lahir di
dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu
untuk menyusu. 11
(2) Tahapan
Inisiasi Menyusu Dini
Menurut (Roesli, 2008, p.17-19)
1)
Dalam 30 menit pertama: Stadium istirahat atau diam dalam keadaan siaga
(rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka
lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian
peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding
(hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana
aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan
mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayah pun menjadi bagian keberhasilan
menyusui dan mendidik anak bersama-sama ibu. Langkah awal keluarga sakinah.
2)
Antara 30-40 menit: Mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum,
mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang
ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu.
Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu
ibu.
3)
Mengeluarkan air liur
Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan
air liurnya.
4)
Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai
sasaran, dengan kaki menekan perut ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada
ibu, menoleh ke kanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting
susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.
5)
Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat
dengan baik.
(3) Teknik
Inisiasi Menyusu Dini
1)
Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat 4
Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut:
1.
Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain
kering.
2.
Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu
diikat.
3.
Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
4.
Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak
dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk beberapa lama
(10-15 menit)atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perinium .
5.
Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan
puting susu ibu kemulut bayi.
6.
Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery
room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan
vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.
2)
Inisiasai Menyusu Dini yang Dianjurkan
Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan
inisiasi menyusu dini yang dianjurkan.
1.
Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain
kering.
2.
Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
3.
Tali pusat dipotong, lalu diikat.
4.
Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5.
Tanpa dibedong bayi langsung di tengkurapkan di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama.
Bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
(4) Langkah
Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir 2
1)
Langkah 1
Lahirkan,Keringkan dan lakukan penilaian pada bayi
1.
Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
2.
Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu
3.
Nilai usaha nafas dan pergerakan bayi apa diperlukan resusitasi atau
tidak (2 detik)
4.
Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain
kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Keringkan tubuh bayi
mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa
membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi.
5.
Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga
membantu nya mencari puting ibunya yang berbau sama.
6.
Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam mulut
atau mulut bayi karena penghisap dapat merusak selaput lendir hidung bayi dan
meningkatkan resiko infeksi pernapasan.
7.
Lakukan rangsang taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki.
Menggosok punggung , perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membantu bayi dapat bernapas
lebih baik.
8.
Setelah satu menit mengeringkan
dan menilai bayi, periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal) kemudian suntikan intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu. Biarkan bayi
di atas handuk atau kain bersih di perut ibu.
2)
Langkah 2
Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam
1.
Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat dengan
klem pada sekitar 3 cm pada dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu. Lakukan
penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi ibu.
Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali pusat berhenti berdenyut agar nutrien
dan oksigen yang mengalir dari plasenta ibu ke bayi lebih optimal.
2.
Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem tersebut. Satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang lain
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
3.
Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut
bayi dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali pusat
dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian yang berlawanan.
4.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tapi
lebih rendah dari puting.
5.
Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
6.
Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu
letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu
dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu
30-60 menit
7.
Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu.
8.
Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan langkah manajemen aktif
kala 3 persalinan.
3)
Langkah 3
1.
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu
(a)
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu
(b)
Anjurkan ibu dan orang
lain
untuk
tidak menginterupsi
menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.
2.
Menyusu pertama biasaanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara
3.
Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi
selesai menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir
untuk mencegah terjadinya hipotermia
4.
Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin hingga
bayi selesai menyusu
5.
Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti
menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan merasa ngantuk. Bayi kemudian
dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi,
memberikan suntikan vitamin K1, dan mengoleskan salep antibiotik pada mata
bayi.
(a)
Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan
kulit selama 30-60 menit berikutnya
(b)
Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan
asuhan bayi bari lahir dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu
6.
Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti
untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari
pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya
kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali.
7.
Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama.
(5) Keuntungan
Inisiasi Menyusui Dini Bagi Ibu dan Bayi
1.
Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi 2
Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi
(a) Kontak memastikan perilaku optimum menyusu
berdasarkan insting dan bisa diperkirakan menstabilkan pernapasan, mengendalikan
temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik,mendorong
ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif
(b) Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat
lahirnya lebih cepat)
(c) Meningkatkan antara hubungan ibu dan bayi
(d)Tidak perlu banyak menangis selama satu jam pertama
(e) Menjaga kolonisasi
kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi
sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi
(f) Bilirubin akan lebih
cepat normal
dan mengeluarkan
mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir
(g) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih
baik selama beberapa jam pertama hidupnya
2.
Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
(a)
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu
(b)
Oksitosin :
a)
Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih
rendah
b)
Merangsang pengeluaran kolostrum
c)
Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi
d)
Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir
dan prosedur pasca persalinan lainnya
(c)
Prolaktin :
a)
Meningkatkan produksi ASI
b)
Membantu ibu mengatasi stres.
c)
Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu.
d)
Menunda ovulasi
3.
Keuntungan menyusu dini untuk bayi
(a)
Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
(b)
Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
(c)
Meningkatkan kecerdasan
(d)
Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas
(e)
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
(f)
Mencegah kehilangan panas
(g)
Merangsang kolostrum segera keluar
4.
Keuntungan menyusu dini untuk ibu
(a)
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
(b)
Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
(c)
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
5.
Memulai menyusu dini akan
(a)
Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
(b)
Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan
lamanya bayi disusui
(c)
Merangsang produksi susu
(d)
Memperkuat reflek menghisap bayi. Reflek menghisap awal pada bayi paling
kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir
2.2. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang IMD Dan
Pelaksanaannya
(1) Pengetahuan
mengenai IMD
Pengetahuan mengenai IMD adalah
pengetahuan yang merupakan hasil dari
proses pengumpulan informasi yang didapat dari pengalaman
langsung maupun orang lain. Informasi ini dapat
berupa pengetahuan
tentang pengertian, tujuan dan alasan, manfaat,
serta tata laksana IMD. Pengetahuan mengenai IMD diyakini sebagai salah satu
faktor penting untuk meningkatkan kemungkinan pelaksanaan IMD. Untuk
meningkat-kan pengetahuan ini diperlukan paparan informasi mengenai IMD yang
adekuat. Oleh karena itu, pemberian informasi mengenai IMD pada ibu perlu
dilakukan. Pemberian informasi mengenai IMD dapat dilakukan pada saat prenatal
maupun intrapartum dan sebaiknya pemberian informasi ini dilakukan oleh orang
yang benar-benar mengerti tentang IMD.
Pemberian informasi ini bisa
diberikan pada saat penyuluhan umum maupun pada saat konseling satu per satu.
Walaupun target dari pemberian informasi biasanya adalah ibu hamil namun
sebaiknya ayah juga ikut dalam proses ini agar dapat memahami pentingnya IMD
dan membantu ibu dalam melakukan IMD.12 Pengetahuan ibu hamil mengenai IMD
tentu bervarisi. Pada umumnya, ibu sudah mengetahui pengertian dan manfaat dari
IMD namun belum mengetahui cara melakukan IMD tersebut. 12
Pada umumnya, ibu yang belum pernah
melakukan IMD belum
memiliki pengetahuan yang adekuat tentang IMD. Hal
ini karena sangat sulit untuk menemukan sumber informasi yang akurat dan
konsisten jika hanya mengandalkan informasi dari lingkungan keluarga. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pemberian informasi yang lebih akurat seperti
edukasi pada ibu agar pengetahuan ibu tersebut menjadi adekuat. 12
Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan kuesioner yang berisi tentang hal-hal mengenai IMD yang ingin
kita tanyakan kepada ibu. Pertanyaan yang ditanyakan dapat disesuaikan dengan
tingkat-tingkat pengetahuan yang ingin diukur. Hasil dari kuesioner tersebut
kemudian dijumlah dan dikategorikan menggunakan rumus panjang kelas menjadi
tingkat pengetahuan tinggi jika skor yang didapat lebih dari atau sama dengan
50% dari jumlah responden dan rendah jika skor yang didapat kurang dari 50%
dari jumlah responden.13
(2) Pelaksanaan
IMD
Pelaksanaan IMD adalah hasil
interaksi antara pengetahuan dan sikap ibu mengenai IMD dengan berbagai faktor
lain, yang berupa respons/tindakan. Hal ini terjadi akibat paparan informasi
mengenai IMD yang diterima oleh ibu tersebut. Pengetahuan dan sikap ibu
mengenai IMD termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu faktor yang berasal dari
dalam ibu tersebut. Agar pengetahuan dan sikap ibu dapat direalisasikan dalam
bentuk tindakan perlu adanya faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor
pendukung adalah faktor yang berupa lingkungan fisik yang memungkinkan
terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup ketrampilan dan
sumber daya seperti sarana kesehatan dan kebijakan
pemerintah.
Sedangkan faktor pendorong adalah
faktor yang dapat menguatkan kemungkinan terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup
dukungan dari petugas kesehatan dan anggota keluarga terdekat. 14
Hingga saat ini sudah banyak
penelitian yang dilakukan berkaitan
dengan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD.
Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk penelitian selanjutnya. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Haider et al. Penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang belum
melakukan IMD. Hal ini terutama disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu
tentang keuntungan pelaksanaan IMD, kerugian jika tidak melaksanakan IMD, dan
bagaimana cara melakukan IMD. Selain itu, juga disebabkan karena kurangnya
penyuluhan dan dukungan dari tenaga kesehatan. 15
Dalam pelaksanaan IMD, terdapat
faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat terlaksananya IMD. Faktor-faktor
ini dapat berupa faktor internal dari ibu sendiri yaitu faktor predisposisi,
maupun faktor eksternal yaitu faktor pendukung dan pendorong. Faktor-faktor ini
antara lain adalah:
1) Pengetahuan
ibu hamil mengenai IMD
Pengetahuan merupakan faktor utama
terlaksananya IMD dengan benar. Dengan memiliki pengetahuan yang adekuat
tentang IMD maka ibu akan memiliki tambahan kepercayaan diri dalam menyusui
bayinya sehingga bayi akan mendapatkan perawatan yang optimal. Sedangkan bila pengetahuan
yang dimiliki ibu tidak adekuat maka ibu akan menjadi kurang percaya diri dalam
menyusui bayinya sehingga bayi tersebut kehilangan sumber makanan yang vital
bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Adekuat tidaknya pengetahuan ibu dapat
dilihat dengan penggunaan susu formula dan makanan tambahan secara dini pada bayi.
2) Sikap
ibu hamil terhadap IMD
Pengetahuan dan sikap ibu hamil
terhadap IMD akan membentuk tindakan yang akan dilakukan ibu tersebut. Jika
pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap IMD baik maka kemungkinan ibu tersebut
akan melaksanakan IMD akan meningkat, namun sebaliknya jika pengetahuan dan
sikap ibu hamil buruk, maka kemungkinan ibu tersebut akan menolak untuk melakukan
IMD akan
meningkat.
3) Dukungan
petugas kesehatan
Peran petugas kesehatan dalam IMD
sangat penting karena ibu membutuhkan bantuan dan fasilitasi dari petugas
kesehatan untuk dapat melakukan IMD. Petugas kesehatan yang memiliki sifat
positif terhadap pelaksanaan IMD seperti memberikan informasi tentang pentingnya
IMD, senang bila ibu mengerti akan pentingnya IMD, dan membantu pelaksanaan IMD
akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyukseskan pelaksanaan IMD.
Dukungan ini sebaiknya dilakukan baik pada saat prenatal ataupun post natal
karena hal ini diyakini secara efektif dapat mendorong ibu untuk melakukan IMD
dan meningkatkan kemungkinan pemberian ASI eksklusif. Namun sering petugas
kesehatan tidak memfasilitasi ibu untuk melaksanakan IMD, hal ini karena kurangnya informasi pada petugas kesehatan. Untuk itu
penyuluhan terhadap petugas kesehatan harus
dilakukan.
4) Dukungan
anggota keluarga
Dukungan anggota keluarga, terutama
dukungan suami akan menciptakan lingkungan yang kondusif yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam melaksanakan IMD.
5) Sarana
kesehatan
Dalam pelaksanaan IMD, jika
sarana kesehatan mendukung
terlaksananya IMD maka program IMD akan berjalan
dengan baik. Namun jika sarana kesehatan tersebut tidak mendukung program IMD
maka program tersebut tidak akan berjalan dengan baik. 22,23
Kebijakan pemerintah
Pemerintah yang tidak
memasukkan
program pelaksanaan IMD secara eksplisit dalam
kebijakannya akan menyebabkan tidak berjalannya program IMD di
fasilitas-fasilitas kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dimasukkan
program IMD didalam kebijakan agar program tersebut dapat diimplementasikan
secara efektif. 24
6) Masa
kehamilan
Pada bayi yang kelahirannya sesuai
masa kehamilan normal
(aterm),
tingkat pelaksanaan IMD lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang masa
kelahirannya kurang dari normal (preterm).
Hal ini karena kemampuan bayi tersebut untuk melakukan koordinasi yang
dibutuhkan saat melakukan IMD seperti penghisapan air susu, penelanan air susu,
dan koordinasi saat bernafas berkurang. 12
7) Metode
persalinan
Pada ibu yang menggunakan metode
persalinan normal, tingkat pelaksanaannya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
yang menggunakan metode persalinan caesar. Hal ini karena pada persalinan
caesar ibu mungkin diberi anestesi umum sehingga tidak bisa melakukan IMD. Hal ini
sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan anestesi regional, spinal dan
epidural. Namun, penggunaan analgesi pada operasi caesar juga dapat menurunkan
kemungkinan bayi melakukan IMD karena bayi tersebut mengalami gangguan perilaku
dalam mencari puting susu ibu. 22,23
8) Kondisi
yang tidak memungkinkan ibu untuk melakukan IMD
Terdapat beberapa kondisi yang
tidak memungkinkan ibu untuk melakukan IMD. Kondisi ini antara lain adalah ibu
menderita penyakit yang dapat ditularkan kepada bayi melalui air susu. Penyakit
ini contohnya adalah HIV, sifilis, dan HTLV-I/II. Kondisi lainnya adalah ibu
mengalami gangguan hemodinamik seperti preeklampsia dan eklampsia. 12
9) Riwayat
partus
Penelitian yang dilakukan oleh
Vieira dkk menunjukkan bahwa pada ibu yang belum pernah melahirkan, tingkat
pelaksanaan IMD lebih tinggi dibanding ibu yang pernah melahirkan. Selain itu,
ibu yang memiliki anak sedikit mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif
lebih besar dibanding ibu yang memiliki anak banyak. 12
2.3. Kerangka
Konsep
IMD
didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusui sendiri setelah kelahiran
Pada pelaksaan IMD, bayi diberikan kesempatan untuk mencari sendiri sumber susu
ibunya tanpa adanya bantuan dari tenaga medis. Keberhasilan pelaksanaan IMD
sangat bergantung pada, pelayanan tempat bersalin, dukungan anggota keluarga,
sikap, pengetahuan dan motivasi bidan atau dokter, promosi IMD melalui media,
serta manajemen laktasi ibu.
Pelaksanaan
Inisisasi menyusu Dini sangat berguna baik bagi ibu maupun untuk bayinya khususnya
meningkan jalinan kasih sayang ibu dan anak serta meningkatkan kekebalan tubuh
bayi dengan pemberian kolostrum.
Selain
itu pelaksanaan IMD juga dipengaruhi banyak
faktor yang memungkinkan untuk pelaksaanaan Inisiasi menyusu Dini diantaranya
pengetahuan, tingkat pendidikan, hubungan antara pengetahuan IMD ibu dengan
pelaksaaan IMD.
Pelaksaan
IMD merupakan salah satu langkah awal keberhasilan pemberian ASI selanjutnya.
Program ASI eksklusif merupakan program pemberian ASI saja hingga usia enam
bulan tanpa makanan tambahan. Program pemberian ASI eksklusif merupakan salah
satu program yang sedang digalakan pemerintah karena masih rendahnya ibu yang
bersedia memberikan ASI eksklusif pada anaknya. .
Pemberian
ASI eksklusif merupakan satu hal yang sangat penting karena akan memberikan
pengaruh pada status gizi batita. Tingkat pengetahuan Ibu tentang IMD sangat
berpengaruh tentang pelaksanaan Inisisasi Menyusu Dini sehingga memilki
hubungan korelasi yang sangat mendasar antara keduanya.
2.4. Hipotesis
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
inisiasi menyusu dini dengan pelaksanaan inisisasi menyusu dini di kecamatan
Tanete Riattang Timur kabupaten Bone tahun 2013.
.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian
ini adalah ibu yang melahirkan bayi atau ibu yang pernah melahirkan bayi dan
berumur di Kecamatan Tanete Riattang timur tahun 2013.
3.1.1.
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu yang mempunyai Bayi
0-6 bulan
di Kecamatan Tanete Riattang Timur tahun 2013.
3.1.2.
Sampel
Penelitian
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi
ibu yang pernah melahirkan di Kecamatan tanete Riattang Timur Tahun 2013.
3.1.3.
Teknik Penarikan Sampel
Jumlah
sampel di hitung dengan rumus:

0,12

0,30













0,2025

0,2025
= 1.452












0,012


0,012
= 

= 

= 131

Penarikan jumlah sampel pada penelitian ini adalah menggunakan metode
purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi :
(1) Ibu yang memilki
bayi 1-6 bulan
(2) Ibu yang
melahirkan secara Normal atau tidak ada kelainan dalam persalinan
(3) Bersedia menjadi subjek responden dalam penelitian
(4) Pada waktu penelitian ibu dapat dijangkau oleh peneliti.
3.2.
Metode penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode survei analitik, dimaksudkan
untuk mengukur ada atau tidaknya
hubungan pengetahuan tentang IMD dengan
pelaksanaan IMD di Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone tahun 2013.
3.2.1.
Desain
penelitian
Penelitian ini
menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional model untuk mempelajari hubungan antara pengetahuan ibu tentang
IMD dengan pelaksanaan IMD.
3.2.2. Variabel penelitian
(1) Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Inisiasi
Menyusu Dini inisiasi menyusu dini. Kriteria pengetahuan ibu bersalin
Praktek
inisiasi menyusu dini adalah perilaku ibu bersalin yang menyusui anaknya segera
setelah melahirkan dengan cara meletakkan bayi didada ibunya yang sudah dialasi
kain kering dan bayi dibiarkan merangkak untuk mencari payudara ibunya.
(2)
Variabel dependen
(variabel terikat )
Variabel dependen dalam penilitian ini adalah tingkat
pengetahuan ibu tentang Inisiasi menyusu Dini berdasarkan Karakteristik
responden:
3.2.3. Defenisi
Operasional
Tabel
3.1 Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Alat Ukur
|
Cara Ukur
|
Hasil ukur
|
Skala
|
1.
|
Umur
|
Lamanya
hidup yang dihitung dari tanggal lahir ibu
|
Kuesioner
|
Wawancara
|
Tahun
|
rasio
|
2.
|
Tingkat Pendidikan
|
Pendidikan formal yang pernah diikuti ibu yang dibuktikan
dengan ijazah terakhir yang dimiliki
|
Kuesioner
|
Wawancara
|
1. SD
2.SMP
3. SMA
4. D III
5.S I
6. S II
|
Ordinal
|
3.
|
Tingkat pengetahuan ibu tentang IMD
|
Sejauh mana pengetahuan ibu tentang metode
inisiasi menyusu dini yang di nilai melalui kuesioner sebanyak 20 nomor
pertanyaan
|
Kusioner
|
Wawancara
|
Tinggi >median
Rendah≤ median
|
Nominal
|
4.
|
Pelaksanaan IMD
|
Pelaksanaan metode IMD pada saat persalinan yang di ukur
melalui hasil wawancara
|
Kusioner
|
Wawancara
|
IMD
Tidak IMD
|
Nominal
|
3.2.4. Teknik
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer. Data ini dikumpulkan sesuai dengan variabel
yang akan diteliti, data tersebut diperoleh kuesioner
yang di kumpulkan melalui kunjungan rumah ke rumah di wilayah kecamatan Tanete
Riattang Timur kabupaten Bone tahun 2013.
3.2.5.
Teknik
Pengolahan dan Analisa Data
(1)
Teknik Pengolahan data
Setelah semua data dari responden terkumpul, data kemudian
di olah dengan langkah – langkah beikut:
1)
Editing
Yaitu memeriksa data yang sudah terkumpul untuk meneliti kelengkapan
jawaban responden sesuai kuesioner yang diberikan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ada kesesuaian antara semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban.
2)
Coding
Memberikan kode angka pada instrumen penelitian untuk memudahkan
dalam analisis data. Misalnya skala penelitian satu untuk jawaban benar dan nol
untuk jawaban salah.
3)
Tabulating
Memasukan data jawaban dari responden dalam tabel sesuai
dengan skor jawaban kemudian dimasukan dalam master tabel yang telah disiapkan.
(2)
Analisa data.
1)
Analisa Univariat
Analisa ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan
karakteristik dari variabel umur, tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan dan pelaksanaan IMD di kecamatan Tanete Riattang Timur
secara univariat.
2)
Analisis Bivariat
Untuk
mengukur adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD
di gunakan uji chi square
X2 = ∑ 

df : (k-1)(b-1)
Keterangan :
O : Nilai Observasi
E : Nilai Ekpectasi
K : Jumlah kolom
b : Jumlah baris
3.2.6.
Lokasi
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone Sul-Sel. Terdiri dari 8 kelurahan Bajoe, Lonrae, Cellu, Tibojong,
Waetuo, Panyula, Toro, yang tidak dapat di jangkau oleh peneliti adalah
kelurahan Pallette.
3.2.7.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April-Juni 2013.
3.3. Aspek Etis Dalam Penelitian
(1)
Penjelasan
tentang tujuan penelitian tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti.
(2)
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan peneliti
terhadap subjek yang ada.
(3)
Peneliti
akan menjelaskan mengenai ketidaknyamanan yang akan dirasakan oleh subjek berupa
waktu yang tersita sedemikian untuk menjawab pertanyaan dari peneliti.
(4)
Dalam
penelitian ini tidak ada efek yang akan ditimbulkan bagi subjek penelitian.
(5)
Penelitian
ini bermanfaat bagi ibu untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian Susuformula pada bayi 0-6 bulan .
(6)
Kesempatan
untuk bertanya.
(7)
Kemungkinan
untuk diminta kembali pertanyaan lanjutan atau peneliti akan mengajukan kembali
pertanyaan terhadap subjek apabila masih terdapat informasi yang kurang.
(8)
Dalam
hal ini tidak ada unsur paksaan terhadap subjek maupun tekanan atau konsekuensi
dalam bentuk apapun.
(9)
Subjek
berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu apabila ketidaknyamanan selama penelitian berlangsung.
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
. 1. Hasil Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
1.
Roesli,
U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
2.
JNPK-KR.
2008. Pelatihan Asuhan Persalinan
Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : JNPK-KR
3.
Notoatmodjo,
S. 2003. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
4.
Nurheti Yuliarti . Keajaiban ASI.
Andi Publisher. com
5.
Azwar,
S. 2011. Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
6.
Notoatmodjo,
S. 2003. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
7.
Dr.
Soekidjo Notoatmodjo. (2005).Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
8.
Notoatmodjo,
S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
9.
Drs. H.
Abu Ahmadi, IlmuPendidikan (2007: 70)
10.
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1butir 1, UU no.20 tahun
2003 p.3;).
11.
Anik Maryunani, 2012, Inisiasi Menyusu Dini ASI eksklusif, Jakarta Tans
Info Media.
12.
Saleha,
Siti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
13.
Shealy
KR, Li R, Benton-Davis S, Grummer-Strawn LM. The CDC Guideto Menyusui Intervensi. Atlanta: US Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit; 2005.
14.
Notoatmodjo,
S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
15.
Aprillia
Y. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif kepada
Bidan di Kabupaten Klaten . Semarang: Universitas Diponegoro. 2009
16.
Haider
R, Rasheed S, Sanghvi TG, Hassan N, Pachon H, Islam S et al. Breastfeeding in
Infancy: Identifying The Program-Relevant Issues in Bangladesh. International
Breastfeeding Journal. 2010; 5(21):1-12
17.
Deswani.
Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pengambilan Keputusan untuk Menyusui Bayi
secara Dini. c2007. [cited 2011 Nov 24]. Available from: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/33071017.pdf
18.
Virarisca
S, Dasuki D, Sofoewan S. Metode Persalinan dan Hubungannya dengan Inisiasi
Menyusu Dini. Jurnal Gizi Klinik Indonesia . 2010; 7(2):92-8
19.
Setyowati
E, Rahayu BR. Hubungan Pengetahuan Tenaga Kesehatan tentang ASI Eksklusif
dengan Kemampuan Memberikan Pendidikan Kesehatan ASI pada Ibu Prenatal. Berita
Ilmu Keperawatan . 2008; 1(2):51-7
20.
Digirolamo
AM, Grummer-Strawn LR, Fein BS. Effect of Maternity-Care Practices on
Breastfeeding. Pediatrics. 2008; 122:43-9
21.
Laporan Riset Kesehatan Dasar
2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
22.
Rina Imelda,
2009. Panduan Kehamilan Dan Perawatan Bayi, Victory. Surabaya
23.
Anton Baskor.
ASI dan Panduan Praktis Ibu Menyusui. 2008. Victory. Surabaya
LEMBAR
INFORMASI PENELITIAN
Pernyataan berikut ini berisi
penjelasan secara singkat mengenai esensi dan tujuan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Inisisasi menyusui Dini dan Cara pelaksanaannya Di Kecamatan Tanete Riattang
Timur Tahun 2013.” yang diharapkan
kepada ibu agar dapat dipahami sepenuhnya sebelum menandatangani format
persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
1. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi
menyusui Dini dan Cara pelaksanaannya.
2. Penelitian
ini dapat memberikan manfaat kepada ibu berupa informasi yang lebih jelas
mengenai dampak positif Inisisasi menyusui dini terhadap ibu dan bayi.
3. Pada
penelitian ini ibu tidak akan mendapatkan kerugian apa-apa dalam segi
kesehatan, karena penelitian ini hanya bersifat deskriptif yang membutuhkan
informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dari ibu.
4. Prosedur
penelitian ini melalui tahapan wawancara dan tanya jawab singkat yang mungkin
akan menyita waktu ibu sekitar 30-50 menit.
5. Peneliti
akan menjamin sepenuhnya kerahasiaan data dan informasi yang ibu berikan
melalui proses tanya jawab maupun wawancara.
6. Apabila
terdapat ketidaknyamanan selama tahap penelitian ini berlangsung, ibu berhak
untuk mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa adanya sanksi atau batasan apapun
yang akan mendiskriminasikan ibu dalam mendapatkan pelayanan yang sama seperti
biasanya di puskesmas ini.
7. Ibu
memiliki hak sepenuhnya untuk bertanya apa saja kepada peneliti mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini. Termasuk apabila ada hal yang
tidak dipahami dalam butir penjelasan penelitian ini.
8. Keikutsertaan
ibu dalam penelitian ini secara sukarela akan akan memberikan sumbangan bagi
ilmu pengetahuan kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak juga manfaat yang
sangat besar bagi kesehatan para ibu dan bayi khususnya di wilayah kerja
puskesmas ini.
9. Apabila
ibu telah mamahami sepenuhnya setiap butir penjelasan di atas, maka ibu boleh
menandatangani format persetujuan keikutsertaan pada halaman berikut.
Peneliti
sangat berterima kasih atas kesediaan ibu untuk meluangkan waktu turut serta
dalam penelitian ini. Semoga semua yang kita lakukan bersama akan memberikan
manfaat yang besar sesuai dengan apa yang kita harapkan.
SURAT
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah:
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan
sesungguhnya menyatakan bahwa, setelah mendapatkan penjelasan mengenai latar
belakang dan tujuan penelitian yang berjudul “Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi menyusu Dini dan Cara pelaksanaannya Di
Kecamatan Tanete Riattang Timur Tahun 2013.” dalam keadaan sadar dan bebas dari tekanan pihak
manapun menyatakan setuju dan bersedia untuk ikut berpartisipasi menjadi
responden dalam penelitian ini.
Adapun
menyangkut data-data dan informasi yang disampaikan dalam penelitian ini dapat
dipublikasikan sesuai dengan kepentingan dan batasan dalam ruang lingkup
ilmiah.
Demikian
surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.
Watampone,.........................2013
Yang
Menyatakan,
(...........................)
No.
Responden:
Form Observasi
Penelitian
Berikan tanda “X” pada
( ) yang telah disediakan berikut ini:
Tanggal Pengumpulan Data :
......................................................................
Nama/Inisial Ibu :
.......................................................................
Umur :
.......................................................................
Jumlah anak :
( ) satu ( ) lebih dari satu
Tingkat pendidikan ibu
:
( ) Tidak Sekolah
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) S1
Pendapatan keluarga per
bulan :
( ) ≤ Rp. 740.520,- ( ) > Rp. 740.520,-
Pekerjaan ibu :
( ) Wiraswasta ( )
Pegawai swasta
( ) PNS ( ) Ibu rumah tangga
( ) Lainnya.......................
Ket : * Diisi oleh peneliti
Form Pertanyaan
Mengenai Pengetahuan Ibu Tentang
Inisiasi Menyusu Dini
Berikan tanda “
”
pada kolom pilihan jawaban yang telah disediakan:

No
|
Pernyataan
|
B
|
S
|
1.
|
Inisiasi menyusu dini merupakan metode menyusu dalam satu
jam pertama setelah melahirkan dengan meletakkan bayi di atas perut ibu dan
mencari puting ibu dengan mandiri.
|
|
|
2.
|
Inisiasi menyusu dini meningkatkan hubungan kasih sayang
antara bayi dan ibunya.
|
|
|
3.
|
Metode inisiasi menyusu dini dapat dilaksanakan untuk
semua jenis persalinan.
|
|
|
4.
|
Bayi yang mendapat inisiasi menyusu akan lebih kuat
menyusu pada ibunya.
|
|
|
5.
|
Bayi seharusnya menyusu sedini dan sesering mungkin tanpa
adanya aturan waktu yang tetap.
|
|
|
6.
|
Menyusu segera setelah melahirkan akan sangat merangsang
pengeluaran ASI ibu.
|
|
|
7.
|
Bayi yang menyusu dini sangat berpeluang untuk mendapatkan
kolostrum.
|
|
|
8.
|
Kolostrum merupakan ASI yang keluar pertama kali pada
hari-hari pertama berwarna kekuningan mengandung zat kekebalan tubuh.
|
|
|
9.
|
Kolostrum penting untuk menjaga bayi dari infeksi karena
mengandung zat kekebalan tubuh.
|
|
|
10.
|
Kolostrum membantu pengeluaran kotoran bayi yang pertama
yang berwarna hitam kehijauan (mekonium).
|
|
|
11.
|
Payudara yang kecil tidak memungkinkan ibu untuk
melaksanakan inisiasi menyusu dini karena ASI yang akan dikeluarkan tidak
memadai.
|
|
|
12.
|
Sebelum ASI keluar bayi tidak perlu diberikanmakanan/minuman
apapun sebagai pengganti.
|
|
|
13.
|
ASI dapat memenuhi semua kebutuhan gizi bayi hingga usia
enam bulan tanpa tambahan makanan/minuman lain.
|
|
|
14.
|
Inisiasi menyusu dini membantu pemulihan ibu setelah
melahirkan.
|
|
|
15.
|
Ibu yang ketika melahirkan mengalami perdarahan tidak
dapat melakukan inisiasi menyusu dini.
|
|
|
16.
|
Bayi yang lahir prematur (tidak cukup minggu) tidak dapat
melaksanakan inisiasi menyusu dini.
|
|
|
17.
|
Bayi yang lahir dengan berat badan di bawah 2.5 kg tidak
dapat melakukan inisiasi menyusu dini.
|
|
|
18.
|
Proses pelaksanaan inisiasi menyusu dini membutuhkan waktu
minimal satu jam hingga bayi bisa menyusu dengan sempurna.
|
|
|
No comments:
Post a Comment