DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I ... PENDAHULUAN
............................................................................... 1
A.
Latar
Belakang ................................................................................ 1
B.
Tujuan ............................................................................................. 2
1.
Tujuan
Umum ........................................................................... 2
2.
Tujuan
Khusus .......................................................................... 2
BAB II . TINJAUAN
PUSTAKA ...................................................................... 3
A.
Demam
Thypoid ............................................................................. 3
1.
Definisi ..................................................................................... 3
2.
Etiologi ..................................................................................... 3
3.
Manifestasi
Klinis ..................................................................... 4
4.
Patofisiologi
......................................................................... .... 4
5.
Pathway .................................................................................... 6
6.
Komplikasi
................................................................................ 7
7.
Pemeriksaan
Penunjang ............................................................ 7
8.
Penatalaksanaan
........................................................................ 8
B.
Asuhan
Keperawatan ...................................................................... 10
1.
Pengkajian
................................................................................. 10
2.
Analisa
Data ............................................................................. 10
3.
Diagnosa
Keperawatan ............................................................. 10
4.
Fokus
Intervensi ....................................................................... 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E DENGAN
THYPOID 13
A.
Biodata ........................................................................................... 13
1.
Identitas
pasien.......................................................................... 13
2.
Riwayat
Kesehatan.................................................................... 13
B.
Pengkajian
Fisik .............................................................................. 15
|
C.
Pengkajian
Pola Fungsional ............................................................ 19
D.
Pengkajian
Pertumbuhan ................................................................ 21
E.
Pengkajian
Perkembangan .............................................................. 21
F.
Status
Gizi ...................................................................................... 22
G.
Analisa
Data ................................................................................... 23
H.
Diagnosa
Keperwatan ..................................................................... 24
I.
Rencana
Keperawatan .................................................................... 25
J.
Catatan Keperawatan ..................................................................... 34

K.
Evaluasi ........................................................................................... 39
BAB IV PEMBAHASAN
.................................................................................. 42
BAB V . PENUTUP
............................................................................................ 45
A.
Kesimpulan
..................................................................................... 45
B.
Saran ............................................................................................... 46
|
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Demam thypoid masih merupakan penyakit infeksi tropik
sistemik, bersifat endemis dan
masih merupakan problema kesehatan masyarakat pada
negara-negara sedang berkembang di dunia termasuk Indonesia . Data secara epidemiologi setiap tahun diperoleh dari
beberapa negara yang mencatat hasil
laporannya dari diagnosis klinik atau isolate laboratorium, karena data yang benar-benar dapat menggambarkan
insiden penyakit ini di masyarakat
susah didapatkan. Hal ini disebabkan karena gambaran klinik penyakit demam thypoid menyerupai penyakit
infeksi lainnya dan juga konfirmasi
laboratorium tidak selalu dapat dikerjakan pada semua daerah.
Di Indonesia, menurut laporan data surveilans yang
dilakukan oleh Sub Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan, insiden penyakit
ini menunjukkan angka yang terus meningkat yaitu jumlah kasus pada tahun 1990,1991,1992,1993,1994
berturut-turut adalah 9.2, 13.4, 15.8, 17.4 per 10.000 penduduk. Sementara data
penyakit demam thypoid dari Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus
pada tahun 1994 menjadi
125 kasus pada tahun 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian demam thypoid di beberapa
daerah adalah 2-5% pasien menjadi karier asimtomatik, sehingga merupakan sumber infeksi
baru bagi masyarakat
sekitarnya. Kecenderungan meningkatnya angka kejadian demam thypoid di Indonesia terjadi karena banyak
faktor, antara lain urbanisasi, sanitasi yang buruk, karier yang tidak terdeteksi dan keterlambatan diagnosis.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis penyakit demam thypoid antara lain
disebabkan oleh masa tunas penyakit yang dapat berlangsung 10-14 hari (bahkan
dapat lebih panjang sampai 30 hari) dan metode pemeriksaan yang dilakukan.
Dengan melihat data diatas, baik insiden penyakit demam
thypoid yang
makin meningkat maupun angka kematian yang disebabkan penyakit tersebut maka di diagnosis
dini demam thypoid perlu segera ditegakkan. Oleh karena itu pemeriksaan baku atau rutin secara
serologi yang sampai saat ini masih dikerjakan hampir pada semua pasien yang
dirawat dengan demam
di RS yaitu uji Widal, perlu ditinjau kembali metode ini digantikan oleh
serologi lainnya dengan menggunakan antigen yang lebih spesifik.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Dengan
pemaparan makalah ini diharapkan adanya suatu pemahaman yang lebih mendalam
khususnya bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan demam thypoid, maupun dalam memberikan dukungan dan pendidikan
kesehatan bagi keluarga
pasien.
2. Tujuan
Khusus
Setelah
mempelajari makalah ini diharapkan khususnya bagi mahasiswa keperawatan mampu:
a.
Memahami pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, pencegahan, perawatan/penatalaksanaan pada pasien demam thypoid
b.
Mengaplikasi konsep asuhan kepeawatan
pada pasien dengan
demam thypoid.
demam thypoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Demam
Thypoid
1.
Definisi
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Manjoer Arief, 2000).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah,
1997).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhosa, secara klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 1
minggu disertai gangguan pencernaan dalam berbagai bentuk dan gangguan
kesadaran dalam berbagai tingkat (Rampengan, 1992).
Jadi demam thypoid adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi ditandai dengan demam 1 minggu dan
disertai gangguan saluran pencernaan serta gangguan kesadaran.
2.
Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah Salmonella
typhi, basil gram negatif, bergerak dengan Rambut getar, tidak berspora,
mempunyai sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H
(flagella), Vi, dan protein membran hialin (Manjoer Arief, 2000 &
Ngastiyah, 1997).
3.
Manifestasi
Klinis
a.
Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada
dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali
pada akhir minggu kedua.
b.
Gangguan
pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemurahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung (metenismus). Hati dan limfa membesar disertai
nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare
atau normal.
c.
Gangguan
kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopos, koma atau gelisah (kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping
gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemurahan karena
amboli basil dalam kapiler kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama
demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.
4.
Patofisiologi
Bakteri (Salmonella thypis) masuk ke tubuh
manusia melalui saluran cerna. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung
sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limpod plaque peyen di
ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella thypis kemudian
menembus kelamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesentirial yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar
limfe ini Salmonella typii lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari
usus Salmonela typii bersarang di plasue peyeri, limfa, hati, dan bagian-bagian
lain sistem retikulo endoterial. Semula disangka demam dan gejala-gejala
toksemia pada demam thypoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian
berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam thypoid,
karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat S.
thypii berkembangbiak. Demam pada thypoid disebabkan karena S. typii dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang meradang (FKUI, 1996 & Ngastiyah, 1997).
5.
Pathway
![]() |
||||
|
6.
Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam :
a.
Komplikasi
intestinal / pada usus halus
1)
Perdarahan
usus
2)
Perforasi
usus
3)
Peritonitis
b.
Komplikasi
ekstra intestinal / komplikasi di luar usus
1)
Komplikasi
kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, dan tromboflebitis)
2)
Komplikasi
darah
Anemia hemolitik, trombositopenia, dan atau disseminated
intravaskulan coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik.
3)
Komplikasi
paru
Pneumonia, empiema dan pleuritis.
4)
Komplikasi
hepar dan kandung empedu
Hepatitis dan kolesistisis.
5)
Komplikasi
ginjal
Glumerolonefritis, prelonefritis dan perinofritis.
6)
Komplikasi
tulang
Osteomielitis, perrostitis, spondilitis, dan antritis.
7)
Komplikasi
neuronsikratrik
Delirium, meningitis, polinevritis perifer, sindrom guili aim,
barre, psikosis dan sindrom katatonia.
(FKUI, 1996)
7.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Pemeriksaan
leukosit
b.
Pemeriksaan
SGOT dan SGPT
c.
Biakan
darah
-
Teknik
pemeriksaan laboratorium
-
Saat
pemeriksaan selama perjalanan penyakit
-
Pengobatan
dengan obat antimikroba
-
Vaksinasi
dimasa lampau
d.
Uji widal
e.
Kepekaan
Salmonella thypii terhadap obat anti mikroba
8.
Penatalaksanaan
a.
Medik
1)
Isolasi
pasien, desinfeksi pakaian dan okskreta
2)
Perawatan
yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
anoreksia, dll
3)
Istirahat
selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian
berjalan di ruangan
4)
Diet
5)
Obat
pilihan ialah klorompenikol kecuali jika pasien tidak serasi dapat diberikan
obat lainnya seperti kotrimoksazol
6)
Bila
terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya bila terjadi
dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena, dsb
b.
Keperawatan
1)
Kebutuhan
nutrisi / cairan dan elektrolit
-
Jika
pasien sadar diberikan makanan lunak dengan lauk pauk di cincing (hati daging)
: sayuran labu siyem / wortel yang dimasak lunak sekali
-
Pasien
yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair personde, kalori sesuai
dengan kebutuhannya
-
Jika
pasien parah seperti yang menderita dividen di pasang infus dengan cairan
glukosa dan NaCl
2)
Gangguan
suhu tubuh
-
Untuk
menurunkan suhu tubuh dengan memberikan obat secara adekuat dan istirahat
mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi kemudian imobilisasi bertahap
-
Ruangan
diatur agar cukup ventilasi
-
Anak
jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancar
3)
Gangguan
rasa aman dan nyaman
-
Perawatan
mulut 2x sehari oleskan boraks gliserin (cream) sering-sering dan sering
diberikan minum untuk meningkatkan nafsu makan
-
Karena pasien
apatik harus lebih diperhatikan dan diajak komunikasi
4)
Resiko
terjadinya komplikasi
-
Obat
kloramfenikol, dosis 100 mg / kg BB / hari diberikan 4x / hari
-
Istirahat
-
Pengawasan
komplikasi
-
Perdarahan
usus, perforasi usus dan komplikasi lain
5)
Kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakit
-
Pasien
tidak boleh tidur dengan anak-anak lain ; mungkin ibunya menemani tetapi tidak
tidur bersama
-
Pasien
harus istirahat mutlak sampai demam turun, masih dilanjutkan selama 2 minggu
-
Pemberian
obat
-
Pembuangan
feses dan urin harus dibuang ke dalam lubang WC dan disiram air sampai
sebanya-banyaknya
(Ngastiyah,
1997)
B.
Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Riwayat
kesehatan
b.
Pengkajian
fisik
c.
Pengkajian
pola fungsi kesehatan (Gordon)
d.
Pengkajian
pertumbuhan
e.
Pengkajian
perkembangan
2.
Analisa
Data
3.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat (anoreksia)
b.
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan adekuat masukan makanan dan cairan
c.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
4.
Fokus
Intervensi
a.
Resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat (anoreksia)
·
Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
·
Kriteria
Hasil :
-
Klien
dapat menghabiskan makanan yang dihidangkan
-
BB klien
stabil
·
Intervensi
-
Buat
tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian
Rasional : Malnutrisi
adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi dan
mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi
meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja psikologis.
-
Gunakan
pendekatan konsistensi, duduk dengan pasien saat makan, sediakan dan buang
makanan tanpa persuasi dan atau komentar, tingkatkan lingkungan nyaman dan
catat masukan.
Rasional : Pasien
mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan komentar apapun yang
dapat dilihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.
-
Beri
makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat
Rasional : Dilatasi
gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat setelah periode
puasa.
-
Buat
pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak
mungkin
Rasional : Pasien
yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka
menyediakan makanan untuk makan.
b.
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan adekuat masukan makanan dan cairan
·
Tujuan : Kebutuhan cairan dalam tubuh
terpenuhi
·
Kriteria
Hasil : Tidak ada tanda-tanda adanya
dehidrasi
·
Intervensi
-
Awasi
tanda-tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor baik
Rasional : Indikator
keadekuatan volume sirkulasi hipotensi octostatik dapat terjadi dengan resiko
jatuh / cedera segera setelah perubahan posisi.
-
Awasi
jumlah dan tipe masukan
Rasional : Pasien
tidak mengkonsumsi cairan yang dapat mengakibatkan dehidrasi / mengganti cairan
untuk memasukkan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
-
Diskusikan
strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif / diuretik
Rasional : Membantu
pasien menerima perasaan bahwa akibat menggunakan laksatif / diuretik mencegah
kehilangan cairan lanjut.
-
Identifikasi
rencana untuk meningkatkan / mempertahankan cairan optimal
Rasional : Melibatkan
pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan memperbaiki kesempatan
untuk berhasil.
c.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
·
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi, suhu tubuh
normal (36-37 oC)
·
Kriteria
Hasil :
Mempertahankan suhu tubuh normal
·
Intervensi
-
Monitor
TTV
Rasional : melanjutkan
tindakan seterusnya
-
Beri kompres
hangat di kepala, ketiak dan lipatan paha
-
Anjurkan
pasien untuk minum banyak
Rasional : untuk
menurunkan suhu tubuh dan memenuhi cairan elektrolit
-
Anjurkan
untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
Rasional : untuk
mengurangi panas dan menyerap keringat
-
Kolaborasi
dokter untuk pemberian cairan parenteral dan anti piratik
Rasional : mempercepat
untuk menurunkan panas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E
DENGAN FEBRIS THYPOID DI
RUANG PARIKESIT
RSUD KODYA SEMARANG
A. Biodata
1.
Identitas
pasien
Nama : An. E
Umur : 16 bulan (1 tahun, 4 bulan)
No. CM : 078539
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat :
Bukit Menur - Semarang
Suku bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 16 Juni 2007
Tanggal Pengkajian :
18 Juni 2007
Diagnosa Medis : Febris Thypoid
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. W
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Ayah
Alamat :
Bukit Menur - Semarang
2.
Riwayat
Kesehatan
a.
Keluhan
utama
Ibu klien mengatakan
anak E panas sudah 2 hari yang lalu, muntah.
b.
Riwayat
penyakit sekarang
Pada tanggal 14 Juni
2007 ibu mengatakan bahwa anak E panas, muntah. Selama 2 hari itu ana S diberi
obat penurun panas ibunya paracetamol dan panasnya turun dan timbul panas lagi.
Kemudian ibunya membawa anak S ke dokter, dari dokter anak S langsung dirujuk
ke RS yang sebelumnya di dokter tersebut sudah diperiksa Laboratorium yang
hasilnya Febris Thypoid dan harus dirujuk ke Rumah Sakit.
c.
Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan kalau
anak E sering demam, batuk, pilek. Tapi kalau sudah dibelikan obat di apotik
langsung sembuh / reda. Anak E juga tidak mau makan.
d.
Riwayat penyakit
keluarga
Dalam keluarga Tn. W
tidak ada yang menderita penyakit turun, misal DM, TBC, hipertensi, dll.
e.
Riwayat
Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi dalam
keluarga Tn. W cukup, ayah pasien bekerja swasta dan ibunya sebagai ibu rumah
tangga.
f.
Riwayat
kehamilan dan persalinan
- Prenatal
Selama hamil ibunya
sering memeriksakan kehamilannya di bidan yang dekat dengan rumahnya.
- Natal
Anak E lahir spontan,
normal ditolong oleh bidan, tidak ada gangguan kesehatan atau cacat bawaan saat
anak lahir.
- Post natal
Anak lahir dan tumbuh
normal, mendapatkan makanan tambahan, ASI dan susu formula / buatan.
g.
Riwayat
tumbang
Pertumbuhan : - BB : 9 kg
- Pertumbuhan gigi normal
Perkembangan : anak
mampu berjalan normal, mengoceh, anak dapat tepuk, menyatakan keinginan.
h.
Riwayat
Imunisasi
Imunisasi lengkap, anak
sudah mendapat BCG 1 pada usia 1 minggu, DPT pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan, polio pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan hepatitis, pada usia 1
minggu, 1 bulan, 6 bulan. Klien sudah imunisasi campak pada usia 9 bulan.
B. Pengkajian
Fisik
1.
Keadaan
umum : tampak lemas
2.
Kesadaran : composmentis
3.
Tanda-tanda
vital
-
Suhu : 38,5 oC
-
Nadi : 110 x/mnt
-
RR : 24 x/mnt
4.
BB : 9 kg
5.
TB : 70 cm
6.
Kepala : Mesocepal
-
Rambut : lurus, agak kemerahan
-
Kulit
kepala : bersih
-
Lingkar
kepala : 47 cm
-
Lingkar
lengan : 13 cm
-
Lingkar
dada : 49 cm
7.
Muka : bersih dan sedikit
lemas, pucat
8.
Mata : simetris, konjungtiva
tidak anemis
9.
Hidung : tidak ada secret, tidak
ada nafas cuping hidung
10. Telinga :
simetris, bersih, tidak ada semumen
11. - Mulut : gigi tumbuh, tidak ada
caries gigi, sianosis (-)
-
Lidah : kotor, putih
12. Leher :
tidak ada nyeri tekan, tida
ada pembesaran vena jagularis
13. Dada :
simetris
14. Jantung :
-
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
-
Palpasi : kardiomegali (-)
-
Perkusi : ronkhi (-)
-
Auskultasi
: regular, mur-mur
15. Paru-paru
-
Inspeksi : simetris
-
Palpasi : vocal vermitus tidak ada
-
Perkusi : sonor
-
Auskultasi
: ronkhi (-), tidak ada wheezing
16. Abdomen
-
Inspeksi : datar
-
Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit
↓
-
Perkusi : kembung (+)
-
Auskultasi
: bising usus (+)
17. Genetalia :
genetalia pada An. E bersih, tidak ada kemerah-merahan pada alat kelaminnya
18. Anus :
tidak ada kelainan
19. Ekstremitas :
akral hangat
20. Ekstremitas atas : tangan kanan : terpasang infus
Tangan kiri : aktif
Kaki kanan dan kiri : normal, aktif
21. Kulit :
tampak baik, turgor kulit ↓
22. Kuku :
panjang, kotor, CRT kembali cepat dalam 2 detik
Data Penunjang
·
Data
penunjang tanggal 16 Juni 2007
Jenis Pemeriksaan : Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi :
- Hemoglobin 10.30 g/dl 11.00 – 16.00
- Jumlah leukosit 9.70 ribu/ml 4.000 – 13.00
Hitung jenis :
-
Eosionofil
2.00 % 1.00
– 3.00
-
Basofil 0.00 % <
1.00
-
Batang 2.00 % 1.00
– 5.00
-
Segment 55.00 % 32.00
– 52.00
-
Limfosit 36.00 % <
30.00
-
Monusit 5.00 % 1.00
– 8.00
-
Jumlah
eritrosit 3.60 juta/ml 4.60
– 5.50
-
Jumlah
hemotokrit 30.00 % 31.00
– 43.00
-
Jumlah
trombosit 172.00 ribu/ml 150.00
– 450.00
Serologi
Widal
-
Salmonella
typhi 0 pos 1/320 < 160.00
-
Salmonella
typhi H pos 1/160 < 160.00
-
Salmonella
para typhi A-H neg < 160.00
-
Salmonella
para typhi B-H neg < 160.00
-
Salmonella
para typhi C-H neg < 160.00
-
Salmonella
para typhi A-O neg < 160.00
-
Salmonella
para typhi B-O neg < 160.00
-
Salmonella
para typhi C-O neg < 160.00
·
Pemeriksaan
laboratorium tanggal 17 Juni 2006, 07.5 WIB
-
Dx. Hasil
normal hasil normal
Hemoglobin 12.6 LK 13.17 gr/dl
PR
12-15 gr/dl
Leukosit 13.300 4-11 ribu/mms
Thrombosit 238.000 150-400 ribu
Hematokrit 39 LK 40 – 54 %
-
Hitung
jenis leukosit
Eosinofil 2 1-3%
Basofil - 0-1%
Batang 4 2-5%
Segment 54 50-55%
Limfosit 34 20-45%
Monosit 6 2-8%
LED 1/2 16 pr. 0-20 mm/jam
WBC 13.3
x 103 /

RBC 4.47
x 106 /

HGB 12.5
g/dl
HCT 38.6%
MCV 86.2
fl
MCH 28.1
pg
MCHC 32.6
g/dl
PLT 238
x 103 /

·
Pemeriksaan
laboratorium tanggal 18 Juni 2007, 07.4 WIB
-
Dx. Hasil
normal hasil normal
Hemoglobin 12.5 LK 13-17 gf/dl
PR
12-15 gr/dl
Leukosit 5200 4-11 ribu/mms
Trombosit 268.00 150-400 ribu/mms
Hemotokrit 38 LK 40-55 %
PR
35-47%
WBC 5.2
x 103 /

RBC 4.47
x 106 /

HGB 12.5
g/dl
HCT 37.9%
MCV -84.8
fl
MCH 28.0
pg
MCHC 33.09
g/dl
PLT 268
x 103 /

Therapi :
-
Parenteral
: infus RL 12 tts/mnt
-
Injeksi
IV : -
Cefotaxim 3 x 300 mg
- Ulsikur
3 x 1/2 Ampul
-
Per oral : - Sanmol syr 3 x 1 sendok teh
-
Diit : 3 x
bubur lunak
PASI LLM = 3 x
150 cc
C. Pengkajian
Pola Fungsional
a.
Pola
persepsi dan manajemen kesehatan
Ibu
klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit panas, batuk atau pilek,
keluarga membelikan obat di apotek. Apabila belum sembuh, keluarga langsung
dibawa ke bidan / puskesmas. Ibu klien mengatakan bahwa kesehatan merupakan hal
yang sangat penting dan segera perlu ditindak lanjuti lebih baik lagi.
b.
Pola
nutrisi dan cairan
a.
Sebelum di
RS
Anak makan 3 x sehari,
jenis nasi / bubur, lauk dan sayur.
Minum ASI, susu formula
3 x sehari.

b.
Selama di
RS
Anak
tidak mau makan, Cuma minum ASI dan An. E tidak mau minum susu formula /
buatan.
c.
Pola
Eliminasi
a.
Sebelum di
RS
Eliminasi BAB dan BAK :
-
Anak
biasanya baung air besar 1 x sehari dengan konsistensi lembek
-
Buang air
kecil ± 4-6 x sehari, warna kuning jernih.
b.
Sesudah
Eliminasi BAB dan BAK :
-
± 3 hari
anak belum bisa BAB
-
BAK ± 3-5
x sehari, warna kuning jernih
d.
Pola
Aktivitas dan Latihan
a.
Sebelum di
RS : anak bisa bermain dengan kakaknya, dan ibunya, biasanya anak E sering
ketawa-ketawa.
b.
Selama di
RS : anak E lemas, menangis karena anak E tidak suka dengan lingkungan di RS,
dan juga anak E takut dengan orang yang berbaju putih-putih. Anak-anak juga
merasa tidak nyaman dengan adanya infus di tangan kanannya yang membatasi
pergerakannya.
e.
Pola
Istirahat Tidur
a.
Sebelum di
RS : anak E biasa tidur mulai pukul 19.00 dan Bangun kadang jam 04.00, tetapi
anak E sering terbangun
b.
Selama di
RS : anak E susah tidur, tidur mulai jam 21.00
dan sering terbangun dari tidurnya
f.
Pola
Persepsi Sensori dan Kognitif
Anak E paling dekat
dengan ibunya, pola persepsi sensori tidak ada gangguan.
g.
Pola
hubungan dengan orang lain
a.
Selama di
rumah : anak dapat berhubungan baik dengan orang lain terutama pada kakaknya
dan juga teman sebayanya
b.
Selama di
RS : anak tidak dapat bertemu dengan teman-temannya dan anak kandung rewel dan
takut bila didekati oleh perawat
h.
Pola
reproduksi seksual
Anak E adalah anak
perempuan, tidak mengalami organ genital atau organ reproduksi.
i.
Pola
konsep diri
Orang tua anak E
berharap agar anaknya, menjadi anak yang dapat membahagiakan orang tuanya, dan
nantinya akan berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Selama di RS : orang
tua An. E berharap agar anaknya segera sembuh, sehat dan dapat bermain kembali
dengan teman-temannya.
j.
Pola
Mekanisme Koping
Anak E biasanya
menangis bila merasa tidak nyaman, pada dirinya dan merengek bila ditinggal
ayahna.
k.
Pola
kepercayaan dan keyakinan
Keluarga klien beragama
Kristen protestan, keluarga yakin semua akan baik-baik saja sesuai dengan
kehendak Tuhan.
D. Pengkajian
Pertumbuhan
Anak E umur 1 tahun 4 bulan, BB : 9 kg, TB : 70 cm, lingkar lengan :
13 cm, lingkar lengan kepala : 47 cm, lingkar dada 49 cm.
E. Pengkajian
Perkembangan
Personal sosial anak E baik, anak sudah bisa main bola, dag-dag
dengan tangan, menyatakan keinginan, minum dari cangkir.
Adaptif – motorik halus anak E baik dan tidak ada masalah, anak
sudah bisa menaruh kubus di cangkir tapi dengan bantuan, mencoret-coret.
Kemampuan bahasa Anak E baik, anak sudah bisa berkata papa/mama
spesifik, mengoceh, 2 kata, 3 kata, 1 kata.
Motorik kasar : anak E baik, anak E sudah bisa berjalan dengan baik,
membungkuk kemudian berdiri dan berdiri sendiri tanpa bantuan, berjalan mundur.
F. Status
Gizi
1.
WAZ = 

= 

=

= -1,27 (BB
rendah) N = -2 s/d +2 SD
2.
WHZ = 

= 

=

= 1,75 (BB normal) N = +2 s/d -2 SD
3.
HAZ = 

= 

=

= -2,97
(normal) N = -2 s/d +2 SD
ANALISA DATA
Nama Klien : An. E No.
CM : 078579
Umur : 1 tahun 4 bulan Tanggal
: 18 Juni 2007
Dx. Medis : Demam thypoid Ruang :
Parikesit, RSUD Kodya
No
|
Data (DS dan DO)
|
Problem
|
Etiologi
|
1.
|
DS : - Ibu pasien mengatakan An. E sejak 2 hari yang
lalu panas dan belum turun-turun.
DO : - Tampak lemas
-
Akral
teraba panas
-
S : 38,5
oC
-
N : 100
x/mnt
|
Hipertermi
|
Proses infeksi
|
2.
|
DS : - Ibu mengatakan An. E muntah
-
Ibu
mengatakan An. E tidak mau makan
DO : - Anak E hanya minum ASI
-
Anak E
tampak lemah
-
Turgor
kulit ↓
-
BB : 9
kg
-
Status
nutrisi WAZ : -1,27 (BB rendah)
|
Resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
|
Anoreksia, mual muntah
|
DIAGNOSA KEPERWATAN
Nama Klien : An. E No.
CM : 078579
Umur : 1 tahun 4 bulan Tanggal
: 18 Juni 2007
Dx. Medis : Demam thypoid Ruang :
Parikesit, RSUD Kodya
1.
Hipertermii
berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan S : 38,50C, akral
teraba panas, tampak lemas
2.
Resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual muntah ditandai dengan An.E lemah, turgor kulit ↓, WAZ : 3-1,27, BB : 9 kg
RENCANA
KEPERAWATAN
Nama Klien : An. E No.
CM : 078539
Umur : 1 tahun 4
bulan Tanggal
: 18 Juni 2007
Dx. Medis : Demam thypoid Ruang
: Parikesit, RSUD Kodya
Hari/
Tgl
|
No
Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Tindakan
Keperawatan
|
TT
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
||||
Senin
![]() |
1
|
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam demam pada An. E dapat turun
/ normal, dengan kriteria hasil :
-
S : 36 – 37 oC
-
Akral teraba hangat
|
-
Monitor TTV
-
Beri kompres hangat
-
Jelaskan pada orang tua bahwa demam berhubungan
dengan proses penyakit
|
- Menentukan tindakan keperawatan
- Untuk mengurangi panas
- Meningkatkan
pengetahuan dan mengurangi cemas pada ibu.
|
|
|
|
|
|
-
Kolaborasi pemberian obat penurun panas Sanmol 3 x
1 sendok teh / Paracetamol
|
- Mempercepat untuk
menurunkan panas / demam pada anak
|
|
|
|
|
|
-
Motivasi untuk banyak minum
|
- Memenuhi intake cairan
|
|

|
2.
|
Resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual muntah
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan KH:
-
Nafsu makan meningkat
-
Anak E makan habis 1/2 porsi
|
-
Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi
harian
|
- Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi,
agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.
|
|
![]() |
|
|
|
-
Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien
saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan
|
- Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan,
komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada
makanan.
|
|
|
|
|
|
-
Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan
yang tepat
|
- Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan
setelah periode puasa
|
|



Hari/
Tgl
|
No
Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Tindakan
Keperawatan
|
TT
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
||||
|
|
|
|
-
Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk
mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
-
Observasi status gizi klien
|
- Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan
mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.
|
|
![]() |
|
|
|
-
Timbang BB setiap hari
|
- Untuk mengetahui BB klien
|
|
Selasa
19 Juni 2007
|
1
|
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam demam pada An. E dapat turun
/ normal, dengan kriteria hasil :
-
S : 36 – 37 oC
-
Akral teraba hangat
|
-
Monitor TTV
-
Beri kompres hangat
-
Jelaskan pada orang tua bahwa demam berhubungan
dengan proses penyakit
|
- Menentukan tindakan keperawatan
- Untuk mengurangi panas
- Meningkatkan
pengetahuan dan mengurangi cemas pada ibu.
|
|
|
|
|
|
-
Kolaborasi pemberian obat penurun panas Sanmol 3 x
1 sendok teh / Paracetamol
|
- Mempercepat untuk
menurunkan panas / demam pada anak
|
|

Hari/
Tgl
|
No
Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Tindakan
Keperawatan
|
TT
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
||||
|
|
|
|
-
Motivasi untuk banyak minum
|
- Memenuhi intake cairan
|
|
![]() |
2
|
Resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual
muntah
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan KH:
-
Nafsu makan meningkat
-
Anak E makan habis 1/2 porsi
|
-
Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi
harian
|
- Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi,
agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.
|
|
|
|
|
|
-
Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien
saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan
|
- Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan,
komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada
makanan.
|
|

Hari/
Tgl
|
No
Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Tindakan
Keperawatan
|
TT
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
||||
|
|
|
|
-
Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan
yang tepat
|
- Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan
setelah periode puasa
|
|
![]() |
|
|
|
-
Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien
untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
-
Observasi status gizi klien
|
- Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan
mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.
|
|
|
|
|
|
-
Timbang BB setiap hari
|
- Untuk mengetahui BB klien
|
|
Rabu
20 Juni 2007
|
1
|
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam demam pada An. E dapat turun
/ normal, dengan kriteria hasil : - S : 36 – 37 oC
-
Akral teraba hangat
|
-
Monitor TTV
-
Beri kompres hangat
-
Jelaskan pada orang tua bahwa demam berhubungan
dengan proses penyakit
|
- Menentukan tindakan keperawatan
- Untuk mengurangi panas
- Meningkatkan
pengetahuan dan mengurangi cemas pada ibu.
|
|

Hari/
Tgl
|
No
Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Tindakan
Keperawatan
|
TT
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
||||
|
|
|
|
-
Kolaborasi pemberian obat penurun panas Sanmol 3 x
1 sendok teh / Paracetamol
|
- Mempercepat untuk
menurunkan panas / demam pada anak
|
|
![]() |
|
|
|
-
Motivasi untuk banyak minum
|
- Memenuhi intake cairan
|
|
|
2
|
Resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual
muntah
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan KH:
-
Nafsu makan meningkat
-
Anak E makan habis 1/2 porsi
|
-
Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi
harian
|
- Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi,
agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.
|
|

Hari/
Tgl
|
No
Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Tindakan
Keperawatan
|
TT
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
||||
![]() |
|
|
|
-
Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien
saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan
|
- Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan,
komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada
makanan.
|
|
|
|
|
|
-
Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan
yang tepat
|
- Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan
setelah periode puasa
|
|
|
|
|
|
-
Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien
untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
-
Observasi status gizi klien
|
- Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan
mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.
|
|

Hari/
Tgl
|
No
Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Tindakan
Keperawatan
|
TT
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
||||
|
|
|
|
-
Timbang BB setiap hari
|
- Untuk mengetahui BB klien
|
|
Kamis
![]() |
2
|
Resiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual
muntah
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan KH:
-
Nafsu makan meningkat
-
Anak E makan habis 1/2 porsi
|
-
Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi
harian
|
- Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi,
agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.
|
|
|
|
|
|
-
Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien
saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan
|
- Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan,
komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada
makanan.
|
|

Hari/
Tgl
|
No
Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Tindakan
Keperawatan
|
TT
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
||||
|
|
|
|
-
Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan
yang tepat
|
- Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan
setelah periode puasa
|
|
![]() |
|
|
|
-
Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien
untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
-
Observasi status gizi klien
|
- Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan
mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.
|
|
|
|
|
|
-
Timbang BB setiap hari
|
- Untuk mengetahui BB klien
|
|
![]() |
|||
![]() |
CATATAN KEPERAWATAN
Nama
Klien : An. E No. CM : 078579
Umur
: 1 tahun 4 bulan Tanggal : 19 Juni 2007
Dx.
Medis : Demam thypoid Ruang : Parikesit, RSUD Kodya Smg
Hari/ Tanggal/ Jam
|
No
Dx
|
Implementasi
|
Respon Klien
|
TT
|
Senin
18 Juni 2007
08.00
|
1, 2
|
-
Monitor
TTV
|
S : - Ibu bertanya berapa suhunya?
O : - S : 38,5 oC, N : 110 x/mnt, RR :
24 x/menit
|
|
10.00
|
2
|
-
Mengkaji
nutrisi pada anak
-
Anjurkan
pada keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
|
S : - Ibu mengatakan senang anaknya mau makan
walaupun sedikit
O : - Anak sedikit rewel
-
Anak mau
makan walaupun sedikit
-
Makan
habis 6 sendok makan
|
|
12.00
|
1,2
|
-
Melaksanakan
advis dokter dalam pemberian obat antibiotik Cefotaxim 3 x 300 mg IV, untuk
mengurangi mual muntah Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV
|
S : -
O : - Anak E takut dan menangis
- Obat masuk
lewat selang infus
|
|
13.15
|
1
|
-
Memberi
kompres hangat dan meminumkan obat penurun panas yaitu Sanmol 3 x 1 sendok
teh
|
S : -
O : - Anak E takut, menangis dan tidak mau minum
|
|
Hari/ Tanggal/ Jam
|
No
Dx
|
Implementasi
|
Respon Klien
|
TT
|
Selasa
19 Juni 2007
07.20
|
1,2
|
-
Melakukan
pengkajian pada anak E
|
S : - Ibu mengatakan mau menjawab semua pertanyaan
dari perawat
O : - Ibu menjawab semua pertanyaan yang
ditanyakan oleh perawat
|
|
08.00
|
1,2
|
-
Monitor
TTV
|
S : - Ibu bertanya berapa suhunya?
O : - S : 38 oC, N : 110 x/mnt, RR : 24 x/menit
|
|
09.00
|
2
|
-
Mengkaji
nutrisi pada anak
-
Anjurkan
pada keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
|
S : - Ibu mengatakan senang anaknya mau makan
walaupun sedikit
O : - Anak sedikit rewel
-
Anak mau
makan walaupun sedikit
-
Makan
habis 8 sendok makan dan minum susu formula
200 cc, ASI
|
|
12.00
|
1,2
|
-
Melaksanakan
advis dokter dalam pemberian obat antibiotik Cefotaxim 3 x 300 mg IV, untuk
mengurangi mual muntah Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV
|
S : -
O : - Anak E takut dan menangis
- Obat masuk
lewat selang infus
|
|
12.30
|
2
|
-
Menimbang
berat badan anak E
|
S : -
O : - BB = 8 kg, BB saat masuk 9 kg
|
|
Hari/ Tanggal/ Jam
|
No
Dx
|
Implementasi
|
Respon Klien
|
TT
|
12.45
|
1
|
-
Memberi
kompres hangat dan meminumkan obat penurun panas yaitu Sanmol 3 x 1 sendok
teh
|
S : -
O : - Anak E mau minum obat
|
|
Rabu
20 Juni 2007
08.00
|
|
-
Merapikan
tempat tidur anak E
|
S : -
O : - Tempat tidur klien tampak bersih dan
nyaman
|
|
08.15
|
|
-
Melakukan
pengkajian pada anak E
|
S : - Ibu mengatakan mau menjawab semua pertanyaan
dari perawat
O : - Ibu menjawab semua pertanyaan yang
ditanyakan oleh perawat
|
|
08.30
|
1,2
|
-
Monitor
TTV
|
S : - Ibu bertanya berapa suhunya?
O : - S : 37 oC, N : 105 x/mnt, RR : 26 x/menit
|
|
09.00
|
2
|
-
Mengkaji
nutrisi pada anak
-
Anjurkan
pada keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
|
S : - Ibu mengatakan senang anaknya mau makan walaupun
sedikit
O : - Anak sedikit rewel
-
Anak mau
makan walaupun sedikit
-
Makan
habis 1/2 porsi, minum susu ± 300 cc, dan minum ASI
|
|
Hari/ Tanggal/ Jam
|
No
Dx
|
Implementasi
|
Respon Klien
|
TT
|
12.00
|
1,2
|
-
Melaksanakan
advis dokter dalam pemberian obat antibiotik Cefotaxim 3 x 300 mg IV, untuk
mengurangi mual muntah Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV
|
S : -
O : - Anak E takut dan menangis
- Obat masuk
lewat selang infus
|
|
12.30
|
1
|
-
Menjelaskan
pada orang tua bahwa demam ini berhubungan dengan proses penyakit
|
S : -
O : - Keluarga mendengarkan dan memperhatikan apa
yang dijelaskan oleh perawat
|
|
Kamis
21 juni 2007
08.00
|
|
-
Merapikan
tempat tidur anak E
-
Melakukan
pengkajian pada anak E
|
S : -
O : - Tempat tidur klien tampak bersih dan
nyaman
S : -
O : - Ibu kooperatif dan menjawab semua pertanyaan
dari perawat
|
|
08.15
|
1,2
|
-
Monitor
TTO
|
S : - Ibu menyatakan sikap anaknya mau makan
walaupun sedikit
O : - Anak E sedikit rewel
- Anak E mau makan walaupun sedikit
-
Makan habis ½ porsi minum susu ± 300 cc dan minum ASI
|
|
Hari/ Tanggal/ Jam
|
No
Dx
|
Implementasi
|
Respon Klien
|
TT
|
12.00
|
2
|
-
Melaksanakan
advis dokter dalam pemberian obat antibiotik cefotaxim 3x300 mg IV, untuk
mengurangi mual muntah ulsikur 3x½ Amp
|
S : -
O : - Anak E nangis
-
Obat masuk lewat selang infus
|
|
12.45
|
2
|
-
Menimbang
BB anak E
|
S : -
O : - BB : 8 kg, BB masuk : 9 kg
|
|
EVALUASI
Nama
Klien : An. E No. CM : 078579
Umur
: 1 tahun 4 bulan Tanggal : 19 Juni 2007
Dx.
Medis : Demam thypoid Ruang : Parikesit, RSUD Kodya Smg
Hari/ Tanggal/ Jam
|
No
Dx
|
Evaluasi (catatan perkembangan)
|
TT
|
Senin
18 Juni 2007
13.30
|
1
|
S : - Ibu mengatakan anak E panas
O : - S : 38,5 oC
-
N : 110
x/mnt
-
RR : 24
x/mnt
A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-
Kaji TTV
-
Kompres
hangat
-
Berikan
sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh
|
|
|
2
|
S : - Ibu mengatakan anak E mau makan walaupun
sedikit, dan sering muntah
O : - Anak menghabiskan 6 sendok makan
-
BB : 8
kg
A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-
Timbang
BB
Anjurkan pada ibu untuk memberi makan
sedikit tapi sering
|
|
Selasa
19 Juni 2007
13.00
|
1
|
S : - Ibu mengatakan setelah dikompres panas
menurun tapi kurang lebih 20 menit anak E panas lagi
O : - S : 38 oC
-
N : 110
x/mnt
-
RR : 24
x/mnt
A : Masalah
teratasi sebagian
|
|
Hari/ Tanggal/ Jam
|
No
Dx
|
Evaluasi (catatan
perkembangan)
|
TT
|
|
|
P : Lanjutkan intervensi
-
Kaji TTV
-
Kompres
hangat
-
Berikan
sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh
|
|
|
2
|
S : - Ibu mengatakan anak E mau makan walaupun
sedikit
O : - Anak makan habis 8 sendok
-
BB : 8
kg
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
-
Timbang
BB
-
Tingkatkan
pemberian ASI
Beri makan sedikit tapi sering
|
|
Rabu
20 Juni 2007
13.30
|
1
|
S : - Ibu mengatakan anak E sudah tidak panas
lagi
O : - S : 37 oC
-
N : 105
x/mnt
-
RR : 26
x/mnt
A : Masalah
teratasi
P : Pertahankan
intervensi
-
Monitor
TTV
-
Berikan
sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh bila
anak panas
|
|
|
2
|
S : - Ibu mengatakan anak E mau makan
O : - Anak makan habis 1/2 porsi
-
BB sakit
: 8 kg
BB
sekarang : 9 kg
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
-
Timbang
BB setiap hari
Beri makan sedikit tapi sering
|
|
Hari/ Tanggal/ Jam
|
No
Dx
|
Evaluasi akhir
|
TT
|
Kamis
21 Juni 2007
13.00
|
1
|
S : - Ibu mengatakan anak E tidak panas lagi
O : - S : 37oC
-
N : 105
x/mnt
-
RR : 26
x/mnt
A : Masalah
teratasi
(suhu
tubuh turun dari 38,50C menjadi 370C)
P : Pertahankan
intervensi
-
Monitor
TTV
-
Berikan
sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh bila anak panas
|
|
|
2
|
S : - Ibu mengatakan anak E mau makan tapi sedikit
O : - Anak makan habis ½ porsi
-
BB sakit
: 8 kg
-
BB
sekarang : 9 kg
A : Masalah
belum teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
-
Timbang
BB tiap hari
-
Beri
makan sedikit tapi sering
-
Beri
makanan kecil sesuai keinginan anak
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Demam thypoid adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang tinggi lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran (Ngastiyah, 1997).
Demam thypoid ini disebabkan oleh kuman Salmonella
thyposa yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari satu minggu yang dapat mengakibatkan pada gangguan pencernaan dan
gangguan kesadaran. Tanda dan gejalanya yaitu demam dan nyeri kepala, nyeri
otot, tidak nafsu makan, mual muntah, diare/sembelit, perasaan tidak enak di
perut, kembung, lidah di bagian tengah kotor, kadang ada pembesaran hati dan
kerja jantung melemah.
Dari data hasil pengkajian didapatkan data anak E umur
1 tahun 4 bulan, jenis kelamin perempuan, ibu klien mengatakan panas sudah 2
hari yang lalu, mual muntah dan ibu klien langsung membawa anak E ke RS. Dalam
pengkajian fisik ditemukan keadaan umum klien sadar, RR : 24 x/mnt, S : 38,50C,
N : 110 x/mnt, BB masuk : 9 kg, BB sekarang : 8 kg. Dari data tersebut
didapatkan diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi,
resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah.
Diagnosa keperawatan pertama yaitu hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi. Peningkatan suhu tubuh adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami/beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus
menerus lebih tinggi dari 37,80C peroral atau 38,80C per
rectal karena faktor eksternal. Penyebab demam ini dikarenakan adanya infeksi
basil Salmonella thyposa maka untuk menurunkan suhu tersebut hanya dengan
memberikan obatnya secara adekuat dan istirahat mutlak sampai suhu turun dalam
batas normal. Tanda karakteristik mayor : suhu lebih tinggi dari 37,80C
peroral atau 38,80C per rectal, kulit hangat, takikardia,
karakteristik minor : kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernafasan,
menggigil/merinding, nyeri dan sakit yang spesifik/umum (misal : sakit kepala).
Malaise / keletihan / kelemahan, kehilangan nafsu makan, berkeringat.
Tanda-tanda yang terlihat pada klien saat pengkajian suhu tubuh : 38,50C,
N : 110 x/mnt, RR : 24 x/mnt, tampak lemas. Dengan intervensi yang dilakukan
Memonitor tanda-tanda vital, memberi kompres hangat, motivasi anak untuk minum
banyak, memberikan obat penurun panas yaitu Sanmol 3 x 1 sendok teh,
menjelaskan pada orang tua bahwa demam itu berhubungan dengan proses penyakit,
dan monitor selalu suhu tubuh setiap 2 jam. Dengan hasil evaluasi yang
diperoleh suhu tubuh 370C, N : 105 x/mnt, RR : 26 x/mnt.
Diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.
Nutrisi adalah keadaan dimana seseorang individu beresiko untuk mengalami
kurangnya kebutuhan nutrisi/cairan dalam tubuhnya. Pasien tifus abdominalis ini
umumnya menderita gangguan kesadaran dari apatik sampai saporo-koma, delirium
(yang berat) disamping anoreksia dan demam lama. Keadaan ini dapat menyebabkan
kurangnya masukan nutrisi/cairan sehingga kebutuhan nutrisi yang penting untuk
masa penyembuhan berkurang pula dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain hal
itu, klien tifus abdominalis menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada
usus halusnya sehingga makanan harus disesuaikan. Diet yang diberikan cukup
cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas. Pemberiannya melihat
keadaan pasien yaitu a) jika kesadaran pasien masih baik diberikan makanan
lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam/wortel yang
dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang
direbus, susu diberikan 2x1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis diberikan
ekstra susu, b) jika pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan
cair per sonde, kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3
jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau yang
dihaluskan. Jika kesadaran membaik makanan beralih secara bertahap (dari cair
ke lunak), c) jika pasien payah, seperti yang menderita delirium dipasang infus
dengan cairan glukosa dan NaCl. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per
sonde disamping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan
setengah dari jumlah kalori, setengahnya masih per infus. Secara bertahap
dengan melihat kemajuan klien berlatih ke makanan biasa. Tanda-tanda yang
terlihat pada klien saat pengkajian kebutuhan nutrisi adalah ibu mengatakan
anak E muntah, tidak mau makan, anak E tampak lemah, turgor kulit ↓, BB : 9 kg,
status nutrisi : WAZ : -1,27 (BB rendah), WHZ : 1,75 (BB normal), HAZ : -2,97
(normal). Dengan intervensi yang dilakukan Memonitor tanda-tanda vital,
observasi status gizi anak E, timbang BB setiap hari, beri makanan sedikit tapi
sering, beri makanan kecil tambahan yang tepat, buat pilihan menu yang ada dan
izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin, melakukan advis
dokter dalam pemberian obat antibiotik cefotaxim 3 x 300 mg IV dan untuk
mengurangi mual muntah ulsikur 3 x ½ Amp lewat selang infus,
pemberian diit 3x bubur lunak, PASI LLM 2x150 cc, mengkaji nutrisi pada anak E.
Dengan hasil evaluasi yang diperoleh anak makan habis ½ porsi
sedikit tapi sering, turgor kulit sudah membaik, BB sekarang 9 kg yang semula 8
kg, tapi dalam nutrisi pada anak E belum teratasi sepenuhnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam thypoid masih
merupakan masalah pada negara-negara sedang berkembang yang beriklim tropis dan
menyebabkan tingkat kesakitan serta kematian yang tinggi. Hal ini disebabkan
oleh meningkatnya urbanisasi, sanitasi buruk, dan keterlambatan dalam
menegakkan diagnosa. Diagnosis dini umumnya ditegakkan berdasarkan gejala
klinik dan uji widal yang telah diketahui mempunyai kelemahan yaitu
sensitivitas dan spesifisitas uji ini rendah. Oleh karena itu pada uji widal
ini penting diperhatikan saat pengambilan specimen dan adanya kenaikan titer
agglutinin terhadap antigen s.thypi. Selain itu pada daerah endemis tidak
dianjurkan pemeriksaan titer antibodi H terhadap s.thypi, cukup dengan pemeriksaan
titer antibodi O terhadap s.thypi.
Tanda dan gejala dari demam
thypoid:
-
Demam dan
nyeri kepala
-
Nyeri otot
-
Tidak
nafsu makan
-
Mual
muntah
-
Diare atau
sembelit
-
Perasaan
tidak enak di perut
-
Kembung
-
Lidah di
bagian tengah kotor
-
Kadang ada
pembesaran hati dan kerja jantung melemah
Penatalaksanaannya adalah
banyak istirahat, banyak minum, makanan mudah dicerna/halus, kompres atau beri
obat penurun panas bila anak panas, minum obat dengan advis dokter.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Perawat dalam melakukan pengkajian secara
menyeluruh supaya bisa mendiagnosa penyakit dengan baik
b. Perawat melibatkan orang tua dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Hal ini penting dimana ibu atau orang tua sangat berperan
dalam :
-
Hygiene
dan sanitasi
-
Pemberian
diit atau cairan
-
Menjaga
aktivitas anak
-
Menjaga
kenyamanan anak
c. Perawat memberitahu orang tua tentang :
-
Penyakit
yang diderita
-
Bahayanya
bila terjadi komplikasi
-
Pemberian
obat sesuai dengan anjuran dokter
-
Cara
pencegahan dan penularan demam thypoid
2.
Bagi
Masyarakat
Untuk meningkatkan kesehatan
keluarga terutama pada anak yaitu dengan cara menjaga kesehatan dilingkungan
rumah, misalnya membuang sampah pada tempatnya, membersihkan selokan dan
lain-lain.
![]() |
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta
: EGC.
Doengoes Marilyn F. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta
: EGC.
Hartantyo, L. 1997. Pedoman
Pelayanan Medik Anak, Edisi 2. Jilid 1. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UNDIP
Mansjoer A. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta
: Media Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan
Anak Sakit. Jakarta
: EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia .
1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ke-3. Jilids
I. Jakarta
: FKUI.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/08
Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal 124.pdf/08 Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal
24.htm
![]() |
No comments:
Post a Comment