Saturday 23 December 2017

KTI ASKEP DEMAM THYPOID 1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii  
BAB I ... PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.    Latar Belakang ................................................................................ 1
B.     Tujuan ............................................................................................. 2
1.      Tujuan Umum ........................................................................... 2
2.      Tujuan Khusus .......................................................................... 2
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
A.    Demam Thypoid ............................................................................. 3
1.      Definisi ..................................................................................... 3
2.      Etiologi ..................................................................................... 3
3.      Manifestasi Klinis ..................................................................... 4
4.      Patofisiologi ......................................................................... .... 4
5.      Pathway .................................................................................... 6
6.      Komplikasi ................................................................................ 7
7.      Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 7
8.      Penatalaksanaan ........................................................................ 8
B.     Asuhan Keperawatan ...................................................................... 10
1.      Pengkajian ................................................................................. 10
2.      Analisa Data ............................................................................. 10
3.      Diagnosa Keperawatan ............................................................. 10
4.      Fokus Intervensi ....................................................................... 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E DENGAN THYPOID             13
A.    Biodata ........................................................................................... 13
1.      Identitas pasien.......................................................................... 13
2.      Riwayat Kesehatan.................................................................... 13
B.     Pengkajian Fisik .............................................................................. 15
ii
 
 

C.     Pengkajian Pola Fungsional ............................................................ 19
D.    Pengkajian Pertumbuhan ................................................................ 21
E.     Pengkajian Perkembangan .............................................................. 21
F.      Status Gizi ...................................................................................... 22
G.    Analisa Data ................................................................................... 23
H.    Diagnosa Keperwatan ..................................................................... 24
I.       Rencana Keperawatan .................................................................... 25
J.       Catatan Keperawatan ..................................................................... 34
K.    Evaluasi ........................................................................................... 39
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 42
BAB V . PENUTUP ............................................................................................ 45
A.    Kesimpulan ..................................................................................... 45
B.     Saran ............................................................................................... 46
iii
 
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Demam thypoid masih merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, bersifat endemis dan masih merupakan problema kesehatan masyarakat pada negara-negara sedang berkembang di dunia termasuk Indonesia. Data secara epidemiologi setiap tahun diperoleh dari beberapa negara yang mencatat hasil laporannya dari diagnosis klinik atau isolate laboratorium, karena data yang benar-benar dapat menggambarkan insiden penyakit ini di masyarakat susah didapatkan. Hal ini disebabkan karena gambaran klinik penyakit demam thypoid menyerupai penyakit infeksi lainnya dan juga konfirmasi laboratorium tidak selalu dapat dikerjakan pada semua daerah.
Di Indonesia, menurut laporan data surveilans yang dilakukan oleh Sub Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan, insiden penyakit ini menunjukkan angka yang terus meningkat yaitu jumlah kasus pada tahun 1990,1991,1992,1993,1994 berturut-turut adalah 9.2, 13.4, 15.8, 17.4 per 10.000 penduduk. Sementara data penyakit demam thypoid dari Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 1994 menjadi 125 kasus pada tahun 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian demam thypoid di beberapa daerah adalah 2-5% pasien menjadi karier asimtomatik, sehingga merupakan sumber infeksi baru bagi masyarakat sekitarnya. Kecenderungan meningkatnya angka kejadian demam thypoid di Indonesia terjadi karena banyak faktor, antara lain urbanisasi, sanitasi yang buruk, karier yang tidak terdeteksi dan keterlambatan diagnosis. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis penyakit demam thypoid antara lain disebabkan oleh masa tunas penyakit yang dapat berlangsung 10-14 hari (bahkan dapat lebih panjang sampai 30 hari) dan metode pemeriksaan yang dilakukan.
Dengan melihat data diatas, baik insiden penyakit demam thypoid yang makin meningkat maupun angka kematian yang disebabkan penyakit tersebut maka di diagnosis dini demam thypoid perlu segera ditegakkan. Oleh karena itu pemeriksaan baku atau rutin secara serologi yang sampai saat ini masih dikerjakan hampir pada semua pasien yang dirawat dengan demam di RS yaitu uji Widal, perlu ditinjau kembali metode ini digantikan oleh serologi lainnya dengan menggunakan antigen yang lebih spesifik.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Dengan pemaparan makalah ini diharapkan adanya suatu pemahaman yang lebih mendalam khususnya bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam thypoid, maupun dalam memberikan dukungan dan pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien.
2.      Tujuan Khusus
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan khususnya bagi mahasiswa keperawatan mampu:
a.       Memahami pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, perawatan/penatalaksanaan pada pasien demam thypoid
b.      Mengaplikasi konsep asuhan kepeawatan pada pasien dengan
demam thypoid.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Demam Thypoid
1.      Definisi
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Manjoer Arief, 2000).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 1997).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, secara klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 1 minggu disertai gangguan pencernaan dalam berbagai bentuk dan gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat (Rampengan, 1992).
Jadi demam thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi ditandai dengan demam 1 minggu dan disertai gangguan saluran pencernaan serta gangguan kesadaran.

2.      Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah Salmonella typhi, basil gram negatif, bergerak dengan Rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan protein membran hialin (Manjoer Arief, 2000 & Ngastiyah, 1997).


3.      Manifestasi Klinis
a.       Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu kedua.
b.      Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemurahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (metenismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
c.       Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopos, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemurahan karena amboli basil dalam kapiler kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.

4.      Patofisiologi
Bakteri (Salmonella thypis) masuk ke tubuh manusia melalui saluran cerna. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limpod plaque peyen di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella thypis kemudian menembus kelamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentirial yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini Salmonella typii lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus Salmonela typii bersarang di plasue peyeri, limfa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikulo endoterial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam thypoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam thypoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat S. thypii berkembangbiak. Demam pada thypoid disebabkan karena S. typii dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang (FKUI, 1996 & Ngastiyah, 1997).
  

5.      Pathway

FKUI, 1996
 
 






























6.      Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam :
a.        Komplikasi intestinal / pada usus halus
1)      Perdarahan usus
2)      Perforasi usus
3)      Peritonitis
b.       Komplikasi ekstra intestinal / komplikasi di luar usus
1)      Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis)
2)      Komplikasi darah
Anemia hemolitik, trombositopenia, dan atau disseminated intravaskulan coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik.
3)      Komplikasi paru
Pneumonia, empiema dan pleuritis.
4)      Komplikasi hepar dan kandung empedu
Hepatitis dan kolesistisis.
5)      Komplikasi ginjal
Glumerolonefritis, prelonefritis dan perinofritis.
6)      Komplikasi tulang
Osteomielitis, perrostitis, spondilitis, dan antritis.
7)      Komplikasi neuronsikratrik
Delirium, meningitis, polinevritis perifer, sindrom guili aim, barre, psikosis dan sindrom katatonia.
(FKUI, 1996)

7.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a.       Pemeriksaan leukosit
b.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT

c.       Biakan darah
-          Teknik pemeriksaan laboratorium
-          Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
-          Pengobatan dengan obat antimikroba
-          Vaksinasi dimasa lampau
d.      Uji widal
e.       Kepekaan Salmonella thypii terhadap obat anti mikroba

8.      Penatalaksanaan
a.       Medik
1)      Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan okskreta
2)      Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia, dll
3)      Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan
4)      Diet
5)      Obat pilihan ialah klorompenikol kecuali jika pasien tidak serasi dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol
6)      Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena, dsb
b.      Keperawatan
1)      Kebutuhan nutrisi / cairan dan elektrolit
-          Jika pasien sadar diberikan makanan lunak dengan lauk pauk di cincing (hati daging) : sayuran labu siyem / wortel yang dimasak lunak sekali
-          Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair personde, kalori sesuai dengan kebutuhannya
-          Jika pasien parah seperti yang menderita dividen di pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl

2)      Gangguan suhu tubuh
-          Untuk menurunkan suhu tubuh dengan memberikan obat secara adekuat dan istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi kemudian imobilisasi bertahap
-          Ruangan diatur agar cukup ventilasi
-          Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancar
3)      Gangguan rasa aman dan nyaman  
-          Perawatan mulut 2x sehari oleskan boraks gliserin (cream) sering-sering dan sering diberikan minum untuk meningkatkan nafsu makan
-          Karena pasien apatik harus lebih diperhatikan dan diajak komunikasi
4)      Resiko terjadinya komplikasi 
-          Obat kloramfenikol, dosis 100 mg / kg BB / hari diberikan 4x / hari
-          Istirahat
-          Pengawasan komplikasi
-          Perdarahan usus, perforasi usus dan komplikasi lain
5)      Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
-          Pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain ; mungkin ibunya menemani tetapi tidak tidur bersama
-          Pasien harus istirahat mutlak sampai demam turun, masih dilanjutkan selama 2 minggu
-          Pemberian obat
-          Pembuangan feses dan urin harus dibuang ke dalam lubang WC dan disiram air sampai sebanya-banyaknya
(Ngastiyah, 1997)



B.     Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Riwayat kesehatan
b.      Pengkajian fisik
c.       Pengkajian pola fungsi kesehatan (Gordon)
d.      Pengkajian pertumbuhan
e.       Pengkajian perkembangan
2.      Analisa Data
3.      Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia)
b.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adekuat masukan makanan dan cairan
c.       Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4.      Fokus Intervensi
a.       Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia)
·         Tujuan              : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
·         Kriteria Hasil    :
-          Klien dapat menghabiskan makanan yang dihidangkan
-          BB klien stabil
·         Intervensi
-          Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian
Rasional :   Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja psikologis.

-          Gunakan pendekatan konsistensi, duduk dengan pasien saat makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi dan atau komentar, tingkatkan lingkungan nyaman dan catat masukan.
Rasional :   Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan komentar apapun yang dapat dilihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.
-          Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat
Rasional :   Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat setelah periode puasa.
-          Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin
Rasional :   Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.

b.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adekuat masukan makanan dan cairan
·         Tujuan              : Kebutuhan cairan dalam tubuh terpenuhi 
·         Kriteria Hasil    : Tidak ada tanda-tanda adanya dehidrasi
·         Intervensi
-          Awasi tanda-tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor baik
Rasional :   Indikator keadekuatan volume sirkulasi hipotensi octostatik dapat terjadi dengan resiko jatuh / cedera segera setelah perubahan posisi.
-          Awasi jumlah dan tipe masukan
Rasional :   Pasien tidak mengkonsumsi cairan yang dapat mengakibatkan dehidrasi / mengganti cairan untuk memasukkan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
-          Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif / diuretik
Rasional :   Membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat menggunakan laksatif / diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.
-          Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan cairan optimal
Rasional :   Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan memperbaiki kesempatan untuk berhasil.

c.       Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
·         Tujuan              : Rasa nyaman terpenuhi, suhu tubuh normal (36-37 oC) 
·         Kriteria Hasil    :  Mempertahankan suhu tubuh normal
·         Intervensi
-          Monitor TTV
Rasional :   melanjutkan tindakan seterusnya
-          Beri kompres hangat di kepala, ketiak dan lipatan paha
-          Anjurkan pasien untuk minum banyak
Rasional :   untuk menurunkan suhu tubuh dan memenuhi cairan elektrolit
-          Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
Rasional :   untuk mengurangi panas dan menyerap keringat
-          Kolaborasi dokter untuk pemberian cairan parenteral dan anti piratik
Rasional :   mempercepat untuk menurunkan panas.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E
DENGAN FEBRIS THYPOID DI RUANG PARIKESIT
RSUD KODYA SEMARANG

A.    Biodata
1.      Identitas pasien
Nama                         :  An. E
Umur                          :  16 bulan (1 tahun, 4 bulan)
No. CM                      :  078539
Jenis kelamin              :  Perempuan
Agama                       :  Kristen Protestan
Alamat                       : Bukit Menur - Semarang
Suku bangsa               :  Jawa
Tanggal Masuk          :  16 Juni 2007
Tanggal Pengkajian    : 18 Juni 2007
Diagnosa Medis         :  Febris Thypoid

Identitas Penanggung Jawab
Nama                                 :  Tn. W
Jenis kelamin                     :  Laki-laki
Pekerjaan                           :  Swasta
Pendidikan                        :  SMA
Hubungan dengan pasien  :  Ayah
Alamat                              : Bukit Menur - Semarang

2.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan utama
Ibu klien mengatakan anak E panas sudah 2 hari yang lalu, muntah.

b.      Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 14 Juni 2007 ibu mengatakan bahwa anak E panas, muntah. Selama 2 hari itu ana S diberi obat penurun panas ibunya paracetamol dan panasnya turun dan timbul panas lagi. Kemudian ibunya membawa anak S ke dokter, dari dokter anak S langsung dirujuk ke RS yang sebelumnya di dokter tersebut sudah diperiksa Laboratorium yang hasilnya Febris Thypoid dan harus dirujuk ke Rumah Sakit.
c.       Riwayat  penyakit dahulu
Ibu mengatakan kalau anak E sering demam, batuk, pilek. Tapi kalau sudah dibelikan obat di apotik langsung sembuh / reda. Anak E juga tidak mau makan.
d.      Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga Tn. W tidak ada yang menderita penyakit turun, misal DM, TBC, hipertensi, dll.
e.       Riwayat Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi dalam keluarga Tn. W cukup, ayah pasien bekerja swasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
f.       Riwayat kehamilan dan persalinan
    1. Prenatal
Selama hamil ibunya sering memeriksakan kehamilannya di bidan yang dekat dengan rumahnya.
    1. Natal
Anak E lahir spontan, normal ditolong oleh bidan, tidak ada gangguan kesehatan atau cacat bawaan saat anak lahir.
    1. Post natal
Anak lahir dan tumbuh normal, mendapatkan makanan tambahan, ASI dan susu formula / buatan.
g.      Riwayat tumbang
Pertumbuhan :       - BB : 9 kg
                              - Pertumbuhan gigi normal

Perkembangan : anak mampu berjalan normal, mengoceh, anak dapat tepuk, menyatakan keinginan.
h.      Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap, anak sudah mendapat BCG 1 pada usia 1 minggu, DPT pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, polio pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan hepatitis, pada usia 1 minggu, 1 bulan, 6 bulan. Klien sudah imunisasi campak pada usia 9 bulan.

B.     Pengkajian Fisik
1.      Keadaan umum         : tampak lemas  
2.      Kesadaran                 : composmentis
3.      Tanda-tanda vital     
-          Suhu                    : 38,5 oC
-          Nadi                    : 110 x/mnt
-          RR                       : 24 x/mnt
4.      BB                            : 9 kg
5.      TB                               : 70 cm
6.      Kepala                       : Mesocepal
-          Rambut                : lurus, agak kemerahan
-          Kulit kepala         : bersih
-          Lingkar kepala     : 47 cm
-          Lingkar lengan    : 13 cm
-          Lingkar dada       : 49 cm
7.      Muka                         : bersih dan sedikit lemas, pucat
8.      Mata                          : simetris, konjungtiva tidak anemis
9.      Hidung                      : tidak ada secret, tidak ada nafas cuping hidung
10.  Telinga                      : simetris, bersih, tidak ada semumen
11.  -  Mulut                     : gigi tumbuh, tidak ada caries gigi, sianosis (-)
-     Lidah                     : kotor, putih
12.  Leher                         :             tidak ada nyeri tekan, tida ada pembesaran vena jagularis
13.  Dada                         : simetris
14.  Jantung                     :
-          Inspeksi               : ictus kordis tidak tampak
-          Palpasi                 : kardiomegali (-)
-          Perkusi                 : ronkhi (-)
-          Auskultasi           : regular, mur-mur
15.  Paru-paru
-          Inspeksi               : simetris
-          Palpasi                 : vocal vermitus tidak ada
-          Perkusi                 : sonor
-          Auskultasi           : ronkhi (-), tidak ada wheezing
16.  Abdomen
-          Inspeksi               : datar
-          Palpasi                 : nyeri tekan (-), turgor kulit ↓
-          Perkusi                 : kembung (+)
-          Auskultasi           : bising usus (+)
17.  Genetalia                   : genetalia pada An. E bersih, tidak ada kemerah-merahan pada alat kelaminnya  
18.  Anus                         : tidak ada kelainan
19.  Ekstremitas               : akral hangat
20.  Ekstremitas atas        : tangan kanan : terpasang infus
Tangan kiri : aktif
Kaki kanan dan kiri : normal, aktif
21.  Kulit                          : tampak baik, turgor kulit ↓
22.  Kuku                         : panjang, kotor, CRT kembali cepat dalam 2 detik
  

Data Penunjang
·         Data penunjang tanggal 16 Juni 2007
Jenis Pemeriksaan :    Hasil              Satuan              Nilai normal  
Hematologi :
- Hemoglobin             10.30             g/dl                  11.00 – 16.00
- Jumlah leukosit        9.70               ribu/ml             4.000 – 13.00
Hitung jenis :
-          Eosionofil                   2.00         %                     1.00 – 3.00
-          Basofil                        0.00         %                     < 1.00
-          Batang                        2.00         %                     1.00 – 5.00
-          Segment                     55.00       %                     32.00 – 52.00
-          Limfosit                     36.00       %                     < 30.00
-          Monusit                      5.00         %                     1.00 – 8.00
-          Jumlah eritrosit           3.60         juta/ml              4.60 – 5.50
-          Jumlah hemotokrit     30.00       %                     31.00 – 43.00
-          Jumlah trombosit        172.00     ribu/ml             150.00 – 450.00
Serologi
Widal
-          Salmonella typhi 0                     pos 1/320            < 160.00
-          Salmonella typhi H                    pos 1/160         < 160.00
-          Salmonella para typhi A-H        neg                   < 160.00
-          Salmonella para typhi B-H         neg                   < 160.00
-          Salmonella para typhi C-H         neg                   < 160.00
-          Salmonella para typhi A-O        neg                   < 160.00
-          Salmonella para typhi B-O         neg                   < 160.00
-          Salmonella para typhi C-O         neg                   < 160.00
                                        

·         Pemeriksaan laboratorium tanggal 17 Juni 2006, 07.5 WIB
-          Dx. Hasil normal                        hasil                 normal
Hemoglobin                               12.6                  LK 13.17 gr/dl
                                                                           PR 12-15 gr/dl
Leukosit                                     13.300              4-11 ribu/mms
Thrombosit                                 238.000            150-400 ribu
Hematokrit                                 39                     LK 40 – 54 %
-          Hitung jenis leukosit
Eosinofil                                    2                       1-3%
Basofil                                       -                       0-1%
Batang                                       4                       2-5%
Segment                                     54                     50-55%
Limfosit                                     34                     20-45%
Monosit                                      6                       2-8%
LED 1/2                                     16                     pr. 0-20 mm/jam

WBC                                          13.3 x 103 /
RBC                                           4.47 x 106 /
HGB                                          12.5 g/dl
HCT                                           38.6%
MCV                                          86.2 fl
MCH                                          28.1 pg
MCHC                                       32.6 g/dl
PLT                                            238 x 103 /

·         Pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Juni 2007, 07.4 WIB
-          Dx. Hasil normal                        hasil                 normal
Hemoglobin                               12.5                  LK 13-17 gf/dl
                                                                           PR 12-15 gr/dl

Leukosit                                     5200                 4-11 ribu/mms
Trombosit                                   268.00              150-400 ribu/mms
Hemotokrit                                38                     LK 40-55 %
                                                                           PR 35-47%
WBC                                          5.2 x 103 /
RBC                                           4.47 x 106 /
HGB                                          12.5 g/dl
HCT                                           37.9%
MCV                                          -84.8 fl
MCH                                          28.0 pg
MCHC                                       33.09 g/dl
PLT                                            268 x 103 /

Therapi :
-          Parenteral : infus RL 12 tts/mnt
-          Injeksi IV  :   - Cefotaxim 3 x 300 mg
                            - Ulsikur 3 x 1/2 Ampul
-          Per oral :        - Sanmol syr 3 x 1 sendok teh
-          Diit : 3 x bubur lunak
               PASI LLM = 3 x 150 cc

C.    Pengkajian Pola Fungsional
a.       Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Ibu klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit panas, batuk atau pilek, keluarga membelikan obat di apotek. Apabila belum sembuh, keluarga langsung dibawa ke bidan / puskesmas. Ibu klien mengatakan bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan segera perlu ditindak lanjuti lebih baik lagi.

b.      Pola nutrisi dan cairan
a.       Sebelum di RS
Anak makan 3 x sehari, jenis nasi / bubur, lauk dan sayur.
Minum ASI, susu formula  3 x sehari.  
b.      Selama di RS
Anak tidak mau makan, Cuma minum ASI dan An. E tidak mau minum susu formula / buatan.
c.       Pola Eliminasi
a.       Sebelum di RS
Eliminasi BAB dan BAK :
-          Anak biasanya baung air besar 1 x sehari dengan konsistensi lembek
-          Buang air kecil ± 4-6 x sehari, warna kuning jernih.
b.      Sesudah
Eliminasi BAB dan BAK :
-          ± 3 hari anak belum bisa BAB
-          BAK ± 3-5 x sehari, warna kuning jernih
d.      Pola Aktivitas dan Latihan
a.       Sebelum di RS : anak bisa bermain dengan kakaknya, dan ibunya, biasanya anak E sering ketawa-ketawa.
b.      Selama di RS : anak E lemas, menangis karena anak E tidak suka dengan lingkungan di RS, dan juga anak E takut dengan orang yang berbaju putih-putih. Anak-anak juga merasa tidak nyaman dengan adanya infus di tangan kanannya yang membatasi pergerakannya.
e.       Pola Istirahat Tidur
a.       Sebelum di RS : anak E biasa tidur mulai pukul 19.00 dan Bangun kadang jam 04.00, tetapi anak E sering terbangun
b.      Selama di RS : anak E susah tidur, tidur mulai jam 21.00 dan sering terbangun dari tidurnya

f.       Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Anak E paling dekat dengan ibunya, pola persepsi sensori tidak ada gangguan.
g.      Pola hubungan dengan orang lain
a.       Selama di rumah : anak dapat berhubungan baik dengan orang lain terutama pada kakaknya dan juga teman sebayanya
b.      Selama di RS : anak tidak dapat bertemu dengan teman-temannya dan anak kandung rewel dan takut bila didekati oleh perawat
h.      Pola reproduksi seksual
Anak E adalah anak perempuan, tidak mengalami organ genital atau organ reproduksi.
i.        Pola konsep diri
Orang tua anak E berharap agar anaknya, menjadi anak yang dapat membahagiakan orang tuanya, dan nantinya akan berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Selama di RS : orang tua An. E berharap agar anaknya segera sembuh, sehat dan dapat bermain kembali dengan teman-temannya.
j.        Pola Mekanisme Koping
Anak E biasanya menangis bila merasa tidak nyaman, pada dirinya dan merengek bila ditinggal ayahna.
k.      Pola kepercayaan dan keyakinan
Keluarga klien beragama Kristen protestan, keluarga yakin semua akan baik-baik saja sesuai dengan kehendak Tuhan.

D.    Pengkajian Pertumbuhan
Anak E umur 1 tahun 4 bulan, BB : 9 kg, TB : 70 cm, lingkar lengan : 13 cm, lingkar lengan kepala : 47 cm, lingkar dada 49 cm.

E.     Pengkajian Perkembangan
Personal sosial anak E baik, anak sudah bisa main bola, dag-dag dengan tangan, menyatakan keinginan, minum dari cangkir.
Adaptif – motorik halus anak E baik dan tidak ada masalah, anak sudah bisa menaruh kubus di cangkir tapi dengan bantuan, mencoret-coret.
Kemampuan bahasa Anak E baik, anak sudah bisa berkata papa/mama spesifik, mengoceh, 2 kata, 3 kata, 1 kata.
Motorik kasar : anak E baik, anak E sudah bisa berjalan dengan baik, membungkuk kemudian berdiri dan berdiri sendiri tanpa bantuan, berjalan mundur.

F.     Status Gizi
1.      WAZ   =
                   =
                   =  
                   = -1,27 (BB rendah)   N = -2 s/d +2 SD
2.      WHZ   =
                   =
                   =  
                   = 1,75 (BB normal)   N = +2 s/d -2 SD
3.      HAZ    =
                   =
                   =  
                   = -2,97 (normal)   N = -2 s/d +2 SD

ANALISA DATA

Nama Klien   : An. E                                No. CM     : 078579
Umur             : 1 tahun 4 bulan                 Tanggal      : 18 Juni 2007
Dx. Medis     : Demam thypoid                Ruang        : Parikesit, RSUD Kodya
No
Data (DS dan DO)
Problem
Etiologi
1.
DS :   -  Ibu pasien mengatakan An. E sejak 2 hari yang lalu panas dan belum turun-turun.  
DO :  -  Tampak lemas 
-    Akral teraba panas
-    S : 38,5 oC
-    N : 100 x/mnt
Hipertermi
Proses infeksi
2.
DS :   -  Ibu mengatakan An. E muntah 
-    Ibu mengatakan An. E tidak mau makan
DO :  -  Anak E hanya minum ASI
-    Anak E tampak lemah
-    Turgor kulit ↓
-    BB : 9 kg
-    Status nutrisi WAZ : -1,27 (BB rendah)
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Anoreksia, mual muntah 


DIAGNOSA KEPERWATAN

Nama Klien   : An. E                                No. CM     : 078579
Umur             : 1 tahun 4 bulan                 Tanggal      : 18 Juni 2007
Dx. Medis     : Demam thypoid                Ruang        : Parikesit, RSUD Kodya

1.      Hipertermii berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan S : 38,50C, akral teraba panas, tampak lemas
2.      Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah ditandai dengan An.E lemah, turgor kulit ↓, WAZ :    3-1,27, BB : 9 kg



RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien     : An. E                                                                                                                         No. CM           : 078539
Umur               : 1 tahun 4 bulan                                                                                                         Tanggal           : 18 Juni 2007
Dx. Medis       : Demam thypoid                                                                                                        Ruang              : Parikesit, RSUD Kodya
                                                                                                                                                                                      Semarang
Hari/
Tgl
No
Dx
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
TT
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan Keperawatan
Rasional
Senin
Text Box: 2518 Juni 2007
1

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam demam pada An. E dapat turun / normal, dengan kriteria hasil :

-     S : 36 – 37 oC

-     Akral teraba hangat

-     Monitor TTV

 

-     Beri kompres hangat

-     Jelaskan pada orang tua bahwa demam berhubungan dengan proses penyakit

-     Menentukan tindakan keperawatan

-     Untuk mengurangi panas

-     Meningkatkan pengetahuan dan mengurangi cemas pada ibu.

 

 



 

 

-     Kolaborasi pemberian obat penurun panas Sanmol 3 x 1 sendok teh / Paracetamol

-     Mempercepat untuk menurunkan panas / demam pada anak

 



 

 

-     Motivasi untuk banyak minum

-     Memenuhi intake cairan

 



2.
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

 

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan KH:

-     Nafsu makan meningkat

-     Anak E makan habis 1/2 porsi

-     Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi harian

-     Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.

 

Text Box: 26

 


-     Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan

-     Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.




 


-     Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat

-     Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan setelah periode puasa


Text Box: 25
Hari/
Tgl
No
Dx
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
TT
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan Keperawatan
Rasional


 


-     Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

-     Observasi status gizi klien

-     Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.


Text Box: 27

 


-     Timbang BB setiap hari

-     Untuk mengetahui BB klien


Selasa
19 Juni 2007
1

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam demam pada An. E dapat turun / normal, dengan kriteria hasil :

-     S : 36 – 37 oC

-     Akral teraba hangat

-     Monitor TTV

-     Beri kompres hangat

-     Jelaskan pada orang tua bahwa demam berhubungan dengan proses penyakit

-     Menentukan tindakan keperawatan

-     Untuk mengurangi panas

-     Meningkatkan pengetahuan dan mengurangi cemas pada ibu.

 




 

 

-     Kolaborasi pemberian obat penurun panas Sanmol 3 x 1 sendok teh / Paracetamol

-     Mempercepat untuk menurunkan panas / demam pada anak



Hari/
Tgl
No
Dx
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
TT
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan Keperawatan
Rasional


 

 

-     Motivasi untuk banyak minum

-     Memenuhi intake cairan


Text Box: 28
2

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan KH:

-     Nafsu makan meningkat

-     Anak E makan habis 1/2 porsi

-     Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi harian

-     Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.




 


-     Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan

-     Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.



Hari/
Tgl
No
Dx
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
TT
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan Keperawatan
Rasional


 


-     Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat

-     Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan setelah periode puasa


Text Box: 29

 


-     Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

-     Observasi status gizi klien

-     Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.




 


-     Timbang BB setiap hari

-     Untuk mengetahui BB klien


Rabu
20 Juni 2007
1

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam demam pada An. E dapat turun / normal, dengan kriteria hasil : - S : 36 – 37 oC

-     Akral teraba hangat

-     Monitor TTV

-     Beri kompres hangat

-     Jelaskan pada orang tua bahwa demam berhubungan dengan proses penyakit

-     Menentukan tindakan keperawatan

-     Untuk mengurangi panas

-     Meningkatkan pengetahuan dan mengurangi cemas pada ibu.



Hari/
Tgl
No
Dx
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
TT
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan Keperawatan
Rasional


 

 

-     Kolaborasi pemberian obat penurun panas Sanmol 3 x 1 sendok teh / Paracetamol

-     Mempercepat untuk menurunkan panas / demam pada anak


Text Box: 30

 

 

-     Motivasi untuk banyak minum

-     Memenuhi intake cairan



2

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan KH:

-     Nafsu makan meningkat

-     Anak E makan habis 1/2 porsi

-     Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi harian

-     Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.



Hari/
Tgl
No
Dx
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
TT
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan Keperawatan
Rasional
Text Box: 31

 


-     Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan

-     Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.




 


-     Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat

-     Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan setelah periode puasa




 


-     Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

-     Observasi status gizi klien

-     Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.



Hari/
Tgl
No
Dx
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
TT
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan Keperawatan
Rasional


 


-     Timbang BB setiap hari

-     Untuk mengetahui BB klien


Kamis
Text Box: 3221 Juni 2007
2

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan KH:

-     Nafsu makan meningkat

-     Anak E makan habis 1/2 porsi

-     Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi harian

-     Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.




 


-     Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan

-     Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.



Hari/
Tgl
No
Dx
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
TT
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tindakan Keperawatan
Rasional


 


-     Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat

-     Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan setelah periode puasa


Text Box: 33

 


-     Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

-     Observasi status gizi klien

-     Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.




 


-     Timbang BB setiap hari

-     Untuk mengetahui BB klien






CATATAN KEPERAWATAN

Nama Klien   : An. E                                No. CM     : 078579
Umur             : 1 tahun 4 bulan                 Tanggal      : 19 Juni 2007
Dx. Medis     : Demam thypoid                Ruang        : Parikesit, RSUD Kodya Smg
Hari/ Tanggal/ Jam
No
Dx
Implementasi
Respon Klien
TT
Senin
18 Juni 2007
08.00
1, 2
-       Monitor TTV
S :  -  Ibu bertanya berapa suhunya?
O :  -  S : 38,5 oC, N : 110 x/mnt, RR : 24 x/menit

10.00
2
-       Mengkaji nutrisi pada anak
-       Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
S :  -  Ibu mengatakan senang anaknya mau makan walaupun sedikit 
O :  -  Anak sedikit rewel
-    Anak mau makan walaupun sedikit
-    Makan habis 6 sendok makan

12.00
1,2
-       Melaksanakan advis dokter dalam pemberian obat antibiotik Cefotaxim 3 x 300 mg IV, untuk mengurangi mual muntah Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV
S :  - 
O :  -  Anak E takut dan menangis
       -  Obat masuk  lewat selang infus

13.15
1
-       Memberi kompres hangat dan meminumkan obat penurun panas yaitu Sanmol 3 x 1 sendok teh
S :  - 
O :  -  Anak E takut, menangis dan tidak mau minum




Hari/ Tanggal/ Jam
No
Dx
Implementasi
Respon Klien
TT
Selasa
19 Juni 2007
07.20
1,2
-       Melakukan pengkajian pada anak E
S :  -  Ibu mengatakan mau menjawab semua pertanyaan dari perawat 
O :  -  Ibu menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh perawat 

08.00
1,2
-       Monitor TTV
S :  -  Ibu bertanya berapa suhunya?
O :  -  S : 38 oC, N : 110 x/mnt,     RR : 24 x/menit

09.00
2
-       Mengkaji nutrisi pada anak
-       Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
S :  -  Ibu mengatakan senang anaknya mau makan walaupun sedikit 
O :  -  Anak sedikit rewel
-    Anak mau makan walaupun sedikit
-    Makan habis 8 sendok makan dan minum susu formula    200 cc, ASI  

12.00
1,2
-       Melaksanakan advis dokter dalam pemberian obat antibiotik Cefotaxim 3 x 300 mg IV, untuk mengurangi mual muntah Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV
S :  - 
O :  -  Anak E takut dan menangis
       -  Obat masuk  lewat selang infus

12.30
2
-       Menimbang berat badan anak E 
S :  -
O :  -  BB = 8 kg, BB saat masuk     9 kg 




Hari/ Tanggal/ Jam
No
Dx
Implementasi
Respon Klien
TT
12.45
1
-       Memberi kompres hangat dan meminumkan obat penurun panas yaitu Sanmol 3 x 1 sendok teh
S :  -
O :  -  Anak E mau minum obat

Rabu
20 Juni 2007
08.00

-       Merapikan tempat tidur anak E
S :  - 
O :  -  Tempat tidur klien tampak bersih dan nyaman  

08.15

-       Melakukan pengkajian pada anak E
S :  -  Ibu mengatakan mau menjawab semua pertanyaan dari perawat 
O :  -  Ibu menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh perawat 

08.30
1,2
-       Monitor TTV
S :  -  Ibu bertanya berapa suhunya?
O :  -  S : 37 oC, N : 105 x/mnt,     RR : 26 x/menit

09.00
2
-       Mengkaji nutrisi pada anak
-       Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
S :  -  Ibu mengatakan senang anaknya mau makan walaupun sedikit 
O :  -  Anak sedikit rewel
-    Anak mau makan walaupun sedikit
-    Makan habis 1/2 porsi, minum susu ± 300 cc, dan minum ASI  




Hari/ Tanggal/ Jam
No
Dx
Implementasi
Respon Klien
TT
12.00
1,2
-       Melaksanakan advis dokter dalam pemberian obat antibiotik Cefotaxim 3 x 300 mg IV, untuk mengurangi mual muntah Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV
S :  - 
O :  -  Anak E takut dan menangis
       -  Obat masuk  lewat selang infus

12.30
1
-       Menjelaskan pada orang tua bahwa demam ini berhubungan dengan proses penyakit
S :  - 
O :  -  Keluarga mendengarkan dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh perawat 

Kamis
21 juni 2007
08.00

-       Merapikan tempat tidur anak E
-       Melakukan pengkajian pada anak E
S :  - 
O : -  Tempat tidur klien tampak bersih dan nyaman 
S :  - 
O : -  Ibu kooperatif dan menjawab semua pertanyaan dari perawat 

08.15
1,2
-       Monitor TTO
S :  -  Ibu menyatakan sikap anaknya mau makan walaupun sedikit
O : -  Anak E sedikit rewel
      -  Anak E mau makan walaupun sedikit
      - Makan habis ½ porsi minum susu ± 300 cc dan minum ASI




Hari/ Tanggal/ Jam
No
Dx
Implementasi
Respon Klien
TT
12.00
2
-       Melaksanakan advis dokter dalam pemberian obat antibiotik cefotaxim 3x300 mg IV, untuk mengurangi mual muntah ulsikur 3x½ Amp
S :  - 
O : -  Anak E nangis
      - Obat masuk lewat selang infus 


12.45
2
-       Menimbang BB anak E
S :  - 
O : -  BB : 8 kg, BB masuk : 9 kg




EVALUASI

Nama Klien   : An. E                                No. CM     : 078579
Umur             : 1 tahun 4 bulan                 Tanggal      : 19 Juni 2007
Dx. Medis     : Demam thypoid                Ruang        : Parikesit, RSUD Kodya Smg
Hari/ Tanggal/ Jam
No
Dx
Evaluasi (catatan perkembangan)
TT
Senin
18 Juni 2007
13.30
1
S :  -  Ibu mengatakan anak E panas  
O :  -  S : 38,5 oC
-    N : 110 x/mnt
-    RR : 24 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P :  Lanjutkan  intervensi
-    Kaji TTV
-    Kompres hangat
-    Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh   


2
S :  -  Ibu mengatakan anak E mau makan walaupun sedikit, dan sering muntah 
O :  -  Anak menghabiskan 6 sendok makan
-    BB : 8 kg
A : Masalah belum teratasi 
P :  Lanjutkan  intervensi
-    Timbang BB
Anjurkan pada ibu untuk memberi makan sedikit tapi sering 

Selasa
19 Juni 2007
13.00
1
S :  -  Ibu mengatakan setelah dikompres panas menurun tapi kurang lebih 20 menit anak E panas lagi  
O :  -  S : 38 oC
-    N : 110 x/mnt
-    RR : 24 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian 




Hari/ Tanggal/ Jam
No
Dx
Evaluasi (catatan perkembangan)
TT


P :  Lanjutkan  intervensi
-    Kaji TTV
-    Kompres hangat
-    Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh  


2
S :  -  Ibu mengatakan anak E mau makan walaupun sedikit
O :  -  Anak makan habis 8 sendok
-    BB : 8 kg
A : Masalah teratasi sebagian
P :  Lanjutkan  intervensi
-    Timbang BB
-    Tingkatkan pemberian ASI
Beri makan sedikit tapi sering

Rabu
20 Juni 2007
13.30
1
S :  -  Ibu mengatakan anak E sudah tidak panas lagi   
O :  -  S : 37 oC
-    N : 105 x/mnt
-    RR : 26 x/mnt
A : Masalah teratasi
P :  Pertahankan intervensi 
-    Monitor TTV
-    Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh  bila anak panas  


2
S :  -  Ibu mengatakan anak E mau makan
O :  -  Anak makan habis 1/2 porsi 
-    BB sakit : 8 kg
BB sekarang : 9 kg
A : Masalah teratasi sebagian
P :  Lanjutkan intervensi
-    Timbang BB setiap hari
Beri makan sedikit tapi sering   


Hari/ Tanggal/ Jam
No
Dx
Evaluasi akhir
TT
Kamis
21 Juni 2007
13.00
1
S :  -  Ibu mengatakan anak E tidak panas lagi
O :  -  S : 37oC
-    N : 105 x/mnt
-    RR : 26 x/mnt
A : Masalah teratasi
      (suhu tubuh turun dari 38,50C menjadi 370C)
P :  Pertahankan intervensi
-    Monitor TTV
-    Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh bila anak panas


2
S :  -  Ibu mengatakan anak E mau makan tapi sedikit
O :  -  Anak makan habis ½ porsi
-    BB sakit : 8 kg
-    BB sekarang : 9 kg
A : Masalah belum teratasi sebagian
P :  Lanjutkan  intervensi
-    Timbang BB tiap hari
-    Beri makan sedikit tapi sering
-    Beri makanan kecil sesuai keinginan anak



BAB IV
PEMBAHASAN

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang tinggi lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 1997).
Demam thypoid ini disebabkan oleh kuman Salmonella thyposa yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu yang dapat mengakibatkan pada gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran. Tanda dan gejalanya yaitu demam dan nyeri kepala, nyeri otot, tidak nafsu makan, mual muntah, diare/sembelit, perasaan tidak enak di perut, kembung, lidah di bagian tengah kotor, kadang ada pembesaran hati dan kerja jantung melemah.
Dari data hasil pengkajian didapatkan data anak E umur 1 tahun 4 bulan, jenis kelamin perempuan, ibu klien mengatakan panas sudah 2 hari yang lalu, mual muntah dan ibu klien langsung membawa anak E ke RS. Dalam pengkajian fisik ditemukan keadaan umum klien sadar, RR : 24 x/mnt, S : 38,50C, N : 110 x/mnt, BB masuk : 9 kg, BB sekarang : 8 kg. Dari data tersebut didapatkan diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.
Diagnosa keperawatan pertama yaitu hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Peningkatan suhu tubuh adalah keadaan dimana seorang individu mengalami/beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,80C peroral atau 38,80C per rectal karena faktor eksternal. Penyebab demam ini dikarenakan adanya infeksi basil Salmonella thyposa maka untuk menurunkan suhu tersebut hanya dengan memberikan obatnya secara adekuat dan istirahat mutlak sampai suhu turun dalam batas normal. Tanda karakteristik mayor : suhu lebih tinggi dari 37,80C peroral atau 38,80C per rectal, kulit hangat, takikardia, karakteristik minor : kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernafasan, menggigil/merinding, nyeri dan sakit yang spesifik/umum (misal : sakit kepala). Malaise / keletihan / kelemahan, kehilangan nafsu makan, berkeringat. Tanda-tanda yang terlihat pada klien saat pengkajian suhu tubuh : 38,50C, N : 110 x/mnt, RR : 24 x/mnt, tampak lemas. Dengan intervensi yang dilakukan Memonitor tanda-tanda vital, memberi kompres hangat, motivasi anak untuk minum banyak, memberikan obat penurun panas yaitu Sanmol 3 x 1 sendok teh, menjelaskan pada orang tua bahwa demam itu berhubungan dengan proses penyakit, dan monitor selalu suhu tubuh setiap 2 jam. Dengan hasil evaluasi yang diperoleh suhu tubuh 370C, N : 105 x/mnt, RR : 26 x/mnt.
Diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah. Nutrisi adalah keadaan dimana seseorang individu beresiko untuk mengalami kurangnya kebutuhan nutrisi/cairan dalam tubuhnya. Pasien tifus abdominalis ini umumnya menderita gangguan kesadaran dari apatik sampai saporo-koma, delirium (yang berat) disamping anoreksia dan demam lama. Keadaan ini dapat menyebabkan kurangnya masukan nutrisi/cairan sehingga kebutuhan nutrisi yang penting untuk masa penyembuhan berkurang pula dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain hal itu, klien tifus abdominalis menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada usus halusnya sehingga makanan harus disesuaikan. Diet yang diberikan cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas. Pemberiannya melihat keadaan pasien yaitu a) jika kesadaran pasien masih baik diberikan makanan lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang direbus, susu diberikan 2x1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis diberikan ekstra susu, b) jika pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair per sonde, kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik makanan beralih secara bertahap (dari cair ke lunak), c) jika pasien payah, seperti yang menderita delirium dipasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde disamping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, setengahnya masih per infus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan klien berlatih ke makanan biasa. Tanda-tanda yang terlihat pada klien saat pengkajian kebutuhan nutrisi adalah ibu mengatakan anak E muntah, tidak mau makan, anak E tampak lemah, turgor kulit ↓, BB : 9 kg, status nutrisi : WAZ : -1,27 (BB rendah), WHZ : 1,75 (BB normal), HAZ : -2,97 (normal). Dengan intervensi yang dilakukan Memonitor tanda-tanda vital, observasi status gizi anak E, timbang BB setiap hari, beri makanan sedikit tapi sering, beri makanan kecil tambahan yang tepat, buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin, melakukan advis dokter dalam pemberian obat antibiotik cefotaxim 3 x 300 mg IV dan untuk mengurangi mual muntah ulsikur 3 x ½ Amp lewat selang infus, pemberian diit 3x bubur lunak, PASI LLM 2x150 cc, mengkaji nutrisi pada anak E. Dengan hasil evaluasi yang diperoleh anak makan habis ½ porsi sedikit tapi sering, turgor kulit sudah membaik, BB sekarang 9 kg yang semula 8 kg, tapi dalam nutrisi pada anak E belum teratasi sepenuhnya.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Demam thypoid masih merupakan masalah pada negara-negara sedang berkembang yang beriklim tropis dan menyebabkan tingkat kesakitan serta kematian yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya urbanisasi, sanitasi buruk, dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosa. Diagnosis dini umumnya ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan uji widal yang telah diketahui mempunyai kelemahan yaitu sensitivitas dan spesifisitas uji ini rendah. Oleh karena itu pada uji widal ini penting diperhatikan saat pengambilan specimen dan adanya kenaikan titer agglutinin terhadap antigen s.thypi. Selain itu pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan titer antibodi H terhadap s.thypi, cukup dengan pemeriksaan titer antibodi O terhadap s.thypi.
Tanda dan gejala dari demam thypoid:
-          Demam dan nyeri kepala
-          Nyeri otot
-          Tidak nafsu makan
-          Mual muntah
-          Diare atau sembelit
-          Perasaan tidak enak di perut
-          Kembung
-          Lidah di bagian tengah kotor
-          Kadang ada pembesaran hati dan kerja jantung melemah
Penatalaksanaannya adalah banyak istirahat, banyak minum, makanan mudah dicerna/halus, kompres atau beri obat penurun panas bila anak panas, minum obat dengan advis dokter.




B.     Saran
1.       Bagi Tenaga Kesehatan
a.       Perawat dalam melakukan pengkajian secara menyeluruh supaya bisa mendiagnosa penyakit dengan baik
b.       Perawat melibatkan orang tua dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini penting dimana ibu atau orang tua sangat berperan dalam :
-          Hygiene dan sanitasi
-          Pemberian diit atau cairan
-          Menjaga aktivitas anak
-          Menjaga kenyamanan anak
c.       Perawat memberitahu orang tua tentang :
-          Penyakit yang diderita
-          Bahayanya bila terjadi komplikasi
-          Pemberian obat sesuai dengan anjuran dokter
-          Cara pencegahan dan penularan demam thypoid
2.          Bagi Masyarakat 
Untuk meningkatkan kesehatan keluarga terutama pada anak yaitu dengan cara menjaga kesehatan dilingkungan rumah, misalnya membuang sampah pada tempatnya, membersihkan selokan dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, L. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doengoes Marilyn F. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Hartantyo, L. 1997. Pedoman Pelayanan Medik Anak, Edisi 2. Jilid 1. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP
Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ke-3. Jilids I. Jakarta : FKUI.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/08 Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal 124.pdf/08 Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal 24.htm


 

No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...