LAPORAN PENDAHULUAN ORCHITIS
I. Konsep Dasar Medis
A.
Pengertian
1.
Orchitis adalah
suatu inflamasi testis (kongesti testikular), biasanya disebabkan oleh
faktor-faktor piogenik, virus, spiroseta,
parasit, traumatis, kimia atau faktor yag tidak diketahui ( Smeltzer,
2002).
2.
Orchitis adalah
peradangan testis yang jika bersama dengan epididimitis
menjadi epididimoorkitis dan
merupakan komplikasi yang serius dari epididimitis (Price, 2005).
3.
Orchitis merupakan
peradangan satu atau kedua testis, ditandai dengan pembengkakan dan nyeri. Keadaan ini sering disebabkan
oleh parotitis, sifilis, atau tuberculosis (Hartanto, 2008).
B.
Etiologi
Penyebab orchitis bisa piogenik
bakteria, gonokokokus, basil tuberkal, atau virus seperti paramiksovirus,
penyebab dari gondongan (parotitis).
Sekitar 20% dari orchitis timbul
sebagai komplikasi dari gondongan (parotitis)
setelah pubertas (Baradero, 2006)
Menurut Price, 2005 virus adalah
penyebab orchitis yang paling sering. Orchitis parotiditis adalah infeksi virus
yang paling sering terlihat, walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada
masa anak-anak telah menurunkan insiden. 20-30% kasus parotiditis pada orang
dewasa terjadi bersamaan dengan orchitis, terjadi bilateral pada sekitar 15%
pria dengan orkitis parotiditis. Pada laki-laki pubertas atau dewasa, biasanya
terdapat kerusakan tubulus seminiferus dengan resiko infertilitas, dan pada
beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-sel leydig yang mengakibatkan
hipogonadisme difesiensi testosterone. Orchitis paroditisis jarang terjadi pada
laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan kesembuhan yang
sempurna tanpa disfungsi testiskular sesudahnya. Virus lain yang dapat
menyababkan orchitis dan memberikan gambaran klinis yang sama adalah : virus
Coxsakie B, Varisela, dan mononukleosis.
Orchitis bakterial piogenik
disebabkan oleh bakteri (Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudmonas
aeruginosa) dan infeksi parasitik (malaria, filariasis, skistosomiasis,
amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan pada epididimitis.
Seseorang dengan orchitis parotiditis terlihat sakit akut dengan demam tinggi,
edema, peradangan hidrokel akut, dan terdapat nyeri skrotum yang menyebar ke
kanalisis inguinalis. Komplikasinya termasuk infark testis, abses, dan
terdapatnya pus dalam skrotum.
Orchitis granulomaktosa dapat
disebabkan oleh sifilis, penyakit mikrobakterial, aktinomikosis, penyakit
jamur, mycobacterium tuberculosis, dan mycobacterium leprae. Infeksi dapat
menyebar melalui funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya
melibatkan epididimis dan testis, kandung kemih, dan ginjal.
C. Faktor Resiko
Menurut Ulfiyah, 2012 faktor resiko pada orchitis ada dua yaitu:
1.
Faktor resiko untuk orchitis yang tidak berhubungan
dengan penyakit menular seksual adalah :
a.
Imunisasi gondongan yang tidak adekuat
b.
Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
c.
Infeksi saluran berkemih berulang
d.
Kelainan saluran kemih
2.
Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan
penyakit menular seksual adalah:
a.
Berganti-ganti pasangan
b.
Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
c.
Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya
D. Patofisiologi
Kebanyakan penyebab orchitis pada
laki-laki yang sudah puber adalah gondongan (mumps), dimana manifestasinya
biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar
parotis. Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis sekitar 15 % – 20%
pria menderita orchitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki
pra pubertas dengan orchitis parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa
disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi
kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig,
sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada resiko
infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orchitis parotitika.
Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui darah biasanya berawal unilateral
pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula yang kemudian mengalami
ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui fenikulus spermatikus
menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan testis
kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (Price, 2005)
E. Manifestasi Klinis
Menurut Price, 2005 tanda dan gejala
orchitis berkisar dari
ketidaknyamanan ringan pada testikular dan edema hingga nyeri testicular yang
parah dan terbentuknya edema dalam waktu sekitar 4 hingga 6 hari setelah awitan
penyakit dengan demam tinggi, mual, dan muntah.
Gejala yang dirasakan meliputi nyeri
pada testis hingga ke pangkal paha, pembengkakan dan kemerahan pada testis,
menggigil, dan demam yang dapat bilateral atau unilateral, mual, muntah, nyeri
saat buang air kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen. Keadaan
ini dapat berakibat steril atau impotensi. Terapi terhadap inflamasi ini dengan
istirahat di tempat tidur, kompres panas atau hangat, dan antibiotik (bila
perlu)
1.
Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan
pembengkakan.
2.
Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri yang hebat.
3.
Kelelahan / mialgia
4.
Kadang-kadang
pasien sebelumnya mengeluh gondongan
5.
Demam dan menggigil
6.
Mual
7.
Sakit kepala
8.
Pembesaran testis dan skrotum
9.
Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
10.
Pembengkakan KGB inguinal
11.
Pembesaran epididimis yang terkait dengan
epididymo-orchitis
F. Komplikasi
Menurut
Price, 2005 komplikasi dari orchitis dapat berupa:
1.
Testis yang mengecil (Atrofi)
2.
Abses (Nanah)
pada kantong testis
3.
Infertilitas (Sulit
memiliki keturunan), terutama jika orkhitis terjadi pada kedua testis.
Menurut Ulfiyah, 2012 komplikasi
dari orchitis adalah:
1.
Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan
beberapa derajat atrofi testis.
2.
Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
3.
Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
4.
Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan
drainase bedah untuk mengurangi tekanan dari tunika.
5.
Abscess scrotalis
6.
Infark testis
7.
Rekurensi
8.
Epididimitis kronis
9.
Impotensi tidak umum setelah epididimitis akut,
walaupun kejadian sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan
dalam kualitas sperma biasanya hanya sementara.
10.
Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih
tidak umum, yang disebabkan oleh gangguan saluran epididimal yang diamati pada
laki-laki penderita epididimitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak
tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut
Ulfiyah, 2012 pemeriksaan diagnostic pada pasien orchitis:
1.
Pemeriksaan urin kultur
2.
Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan
gonorhoe)
3.
Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)
4.
Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis,
menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum
5.
Testicular scan
6.
Analisa air kemih
7.
Pemeriksaan kimia darah
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada penderita orkhitis antara lain:
1.
Pemeriksaan urin
2.
Pemeriksaan discharge uretra untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab
3.
Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat
dilakukan jika dicurigai adanya patologi pada kandung kemih.
I.
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang
paling penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala
klinisnya hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan
orchitis karena virus.
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara
seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan
klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan
Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah
resisten.
Contoh antibiotik:
1.
Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa: IM 125-250 mg sekali, anak: 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa: IM 125-250 mg sekali, anak: 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d
2.
Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari
3.
Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
4.
Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis. Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis. Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari
5.
Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan
J.
Prognosis
1.
Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang
secara spontan dalam 3-10 hari.
2.
Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian
besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Identitas
Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku,
bangsa, pekerjaan, no. MRS, diagnose medis.
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama: Biasanya pasien orchitis mengeluh
testis mengalami pembengkakan disertai nyeri dan warna kemerahan pada daerah
testis yang terkena, selain itu testis terasa berat dan penuh.
b.
Riwayat penyakit sekarang: Biasanya pasien mengalami
demam, rasa lemah, nyeri otot, tubuh terasa tidak nyaman, mual, dan sakit
kepala
c.
Riwayat penyakit dahulu: Perlu dikaji imunisasi
gondongan yang tidak adekuat, infeksi saluran berkemih berulang, kelainan
saluran kemih, riwayat penyakit menular seksual pada pasangan, riwayat gonore atau penyakit menular seksual
lainnya. Biasanya pasien mempunyai riwayat gondongan.
d.
Riwayat penyakit keluarga: perlu dikaji apakah
keluarga juga pernah mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
e.
Riwayat lingkungan: Biasannya klien tinggal di
lingkungan yang kurang bersih atau kumuh yang dapat menyebabkan infeksi.
3.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum: biasanya
composmentis
b.
TTV:
TD: biasanya meningkat (N:120/80 mmHg)
Nadi: biasanya meningkat (N: 100x/menit)
RR:biasanya normal (N: 16-20x/menit)
S: biasanya meningkat (N: 36,5-37.5oC)
4.
Review of system
a.
B1 (Breath)
Biasanya pasien dengan orchitis
tidak di temukan masalah pada sistem pernafaan. Kecuali jika ada penyakit yang
menyertai atau kemungkinan komplikasi.
b.
B2 (Blood)
Biasanya pasien dengan orchitis
didapatkan peningkatan tekanan darah dan nadi.
c.
B3 (Brain)
Biasanya pasien dengan orchitis GCS
composmentis dan terdapat sakit kepala.
d.
B4 (Bladder)
Biasanya pada pemeriksaan nampak
testis yang membesar, konsistensinya kenyal, namun dapat juga mengeras, tampak
merah, epididimis membesar, dan kulit skrotum meregang, nyeri pada testis
hingga ke pangkal paha, mual, muntah, nyeri saat buang air kecil dan nyeri saat
hubungan seksual, darah pada semen
e.
B5 (Bowel)
Biasanya pasien dengan orchitis
mengalami mual dan muntah.
f.
B6 (Bone)
Biasanya pasien dengan orchitis
mengalami rasa lemah, nyeri otot, tubuh terasa tidak nyaman.
5.
Pola fungsi kesehatan
a.
Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya
klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah saat makan sehingga
makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b.
Pola eliminasi
Eliminasi
alvi klien tidak mengalami konstipasi atau diare.Sedangkan eliminasi urine
mengalami gangguan yaitu nyeri waktu berkemih.
c.
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Biasanya
pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
d.
Pola aktifitas dan latihan
Biasanya
aktivitas klien akan terganggu karena adanya rasa nyeri yang diderita.
e.
Pola tidur dan istirahat
Biasanya
pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan nyeri.
f.
Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya
terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak
psikologi klien. Pada konsep diri pasien mengalami harga diri rendah karena
komplikasi yang diderita seperti infertil.
g.
Pola persepsi sensori dan kognitif
Biasanya
pasien tidak mengalami gangguan dalam persepsi.
h.
Pola reproduksi seksual
Biasanya
pasien mengalami gangguan pada reproduksi seksual.
i.
Pola hubungan dan peran
Biasanya
hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien dirawat di rumah
sakit dan klien harus bedrest total.
j.
Pola penanggulangan stress
Biasanya
klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
k.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya
dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total tapi pasien yakin
akan cepat sembuh dan menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Hipertermi b.d proses inflamasi
2.
Nyeri b.d infeksi pada saluran kemih
3.
Perubahan pola eliminasi urin b.d gangguan pada sistem
urinaria
4.
Disfungsi seksual b.d penurunan
fungsi organ seksual
5.
Gangguan harga diri b.d perubahan
citra tubuh dan disfungsi seksual
C.
Intervensi
Keperawatan
Diagnosa 1
Hipertermi b.d proses inflamasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
suhu tubuh klien kembali normal
Kriteria Hasil:
1.
Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,5 C-37,5 C),
2.
Klien tidak tampak menggigil,
3.
Klien melaporkan panas badannya turun,
4.
Tidak tampak pembengkakan pada skrotum
5.
Tidak terdapat kemerahan di kulit sekitar skrotum
klien
6.
Nadi klien dalam batas normal (60-100 x/menit)
Intervensi
|
Rasional
|
1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah,
nadi, dan respirasi secara berkala (minimal tiap 2 jam)
2. Pantau suhu lingkungan, batasi
penggunaan selimut.
3. Berikan kompres hangat
4. Anjurkan klien untuk
mempertahankan asupan cairan adekuat
5. Berikan antipiretik dan antibiotic
sesuai indikasi
|
1. Suhu diatas 37,5C menunjukkan
proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak suhu.
2. Suhu ruangan/jumlah selimut harus
diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
3. Membuat vasodilatasi pembuluh
darah sehingga dapat membantu mengurangi demam
4. Untuk mencegah dehidrasi akibat
penguapan cairan karena suhu tubuh yang tinggi
5. Digunakan untuk mengurangi demam
dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
|
Diagnosa 2
Nyeri b.d infeksi pada saluran kemih
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil:
1.
Klien tampak rileks
2.
Klien dapat beristirahat
3.
Skala nyeri 0-3
4.
TTV dalam rentang normal
5.
Pasien mengetahui penyebab nyeri
Intervensi
|
Rasional
|
1. Catat lokasi, lamanya intensitas
(skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non verbal, contoh peninggian
TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar.
2. Observasi TTV
3. Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan ke perawat terhadap perubahan kejadian/ karakteristik
nyeri.
4. Berikan tindakan nyaman
5. Bantu atau dorong penggunaan
distraksi dan aktivitas terapeutik.
6. Kolaborasi dalam pemberian
analgesik
|
1. Membantu mengevaluasi tempat dan
kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung , lipat
paha, genitelia, sehubungan dengan proksimitas saraf pleksus dan
pembuluh darah yang mencetuskan ketakutan, gelisah, ansietas berat.
2. Mengetahui perkembangan lebih
lanjut
3. Memberikan kesempatan untuk
pemberian analgesic sesuai waktu (membantu dalam peningkatan kemampuan koping
pasien dan dapat menurunkan ansietas) dan mewaspadakan perawat akan
kemungkinan terjadi komplikasi.
4. Meningkatkan relaksasi, menurunkan
tegangan otot, dan meningkatkan koping.
5. Mengarahkan kembali perhatian dan
membantu dalam relaksasi otot.
6. Untuk mengurangi nyeri dan rasa
tidak nyaman.
|
Diagnosa 3
Perubahan pola eliminasi urin b.d gangguan pada sistem urinaria
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
maslah teratasi
Kriteria Hasil:
a.
Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa
b.
Klien akan menunjukan perilaku yang meningkatkan
kontrol kandung kemih.
c.
Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancar
lewat kateter.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji kebiasaan pola eliminasi
urine klien
2. Kaji terhadap tanda dan gejala
retensi urine: jumlah dan frekuensi urine, distensi supra pubis, keluhan
tentang dorongan untuk berkemih dan ketidak nyamanan
3. Lakukan kateterisasi pada pasien
untuk menunjukan jumlah urine residu
4. Awasi pemasukan, pengeluaran dan
karakteristik urine.
5. Kolaborasi ambil urine untuk
kultur urine dan sensitivitas.
|
1. Merupakan nilai dasar untuk
perbandingan dan menetapkan tujuan lebih lanjut
2. Berkemih 20-30cc dengan teratur
dan haluaran kurang dari masukan adalah tanda retensi urine
3. Menetapkan jumlah urine yang
tersisa
4. Memberikan informasi tentang fungsi
ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan. Perdarahan
dapat mengindikasikan peningkatan obstruksi / iritasi ureter
5. Menentukan adanya ISK, dari gejala
komplikasi.
|
Diagnosa 4
Disfungsi seksual berhubungan dengan
penurunan fungsi organ seksual
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.
Masalah ketidakmampuan mempunyai
anak
2.
Pernyataan
3.
Maminta informasi
Hasil yang diharapkan :
1.
Tampak rileks dan melaporkan
ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
2.
Menyatakan pemahaman situasi
individual
Intervensi
|
Rasional
|
§ Berikan keterbukaan pada pasien/
orang terdekat untuk membicarakan tentang masalah inkontensia dan fungsi
seksual
|
§ Ansietas dapat mempengaruhi
kemampuan untuk menerima informasi yang diberikan sebelumnya
|
§ Berikan informasi akurat tantang
harapan kembalinya fungsi seksual
|
§ Edema dan infeksi skrotum data
menyebabkan terganggunya aktivitas seksual dan harapan kembali apabila edema
dan infeksi dapat teratasi
|
§ Berikan lingkungan yang terbuka
pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas
|
§ Meningkatkan saling menghargai
kenyakinan atau nilai tentang subjek sensitif
|
§ Kolaborasi : rujuk ke penasehat
seksual sesuai indikasi
|
§ Masalah menetap atau tidak
teratasi memerlukan interverensi professional
|
Diagnosa 5
Gangguan
harga diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh dan disfungsi seksual
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
1.
Ekspresi masalah khusus/ pernyataan
tentang masalah yang dihadapi
2.
Takut penolakan atau reaksi orang
terdekat
3.
Menarik diri
4.
Depresi
Kriteria hasil :
1.
Menyatakan masalah dan menunjukkan
yang sehat untuk menghadapinya
2.
Menyatakan penerimaan diri pada
situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh
Intervensi
|
Rasional
|
§ Berikan waktu untuk mendengar
masalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat. Diskusikan persepsi
sehubungan dengan perubahan pola hidup khusus.
|
§ Memberi minat dan perhatian,
memberikan kesempatan untuk memerbaiki kesalahan.
|
§ Tindakan Kaji stress emosi pasien.
Dorong pasien untuk mengekspresikan dengan tepat
|
§ Perawat pperlu menyadari
apakah arti tindakan ini terhadap pasien untuk menghindari tindakan kurang
hati-hati atau terlalu menyendiri
|
§ Berikan informasi yang akurat,
kuatkan informasi yang diberikan sebelumnya
|
§ Memberikan kesempatan pada pasien
untuk bertanya mengasimilasi informasi
|
§ Ketahui kekuatan individu dan
identifikasi prilaku koping positif sebelumnya
|
§ Membantu dalam membuat kekuatan
yang telah ada bagi pasien untuk dugunakan dalam situasi saat ini.
|
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary Dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan System Reproduksi &
Seksualitas. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hartanto, Huriawati. 2008. Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan & Kesehatan. Edisi 4.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 Vol 2.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan
Medikal-Bedah Volume 2. Jakarta: EGC
Snell, R. A. 2000. Anatomi
Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
|
PENYIMPANGAN KDM

(Price &
Silvia, 2005)
No comments:
Post a Comment