Sunday 24 December 2017

LAPORAN PENDAHULUAN ORCHITIS

LAPORAN PENDAHULUAN ORCHITIS

I.     Konsep Dasar Medis
A.      Pengertian
1.         Orchitis adalah suatu inflamasi testis (kongesti testikular), biasanya disebabkan oleh faktor-faktor piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis, kimia atau faktor yag tidak diketahui ( Smeltzer, 2002).
2.         Orchitis adalah peradangan testis yang jika bersama dengan epididimitis menjadi epididimoorkitis dan merupakan komplikasi yang serius dari epididimitis (Price, 2005).
3.         Orchitis merupakan peradangan satu atau kedua testis, ditandai dengan pembengkakan dan nyeri. Keadaan ini sering disebabkan oleh parotitis, sifilis, atau tuberculosis (Hartanto, 2008).

B.       Etiologi
Penyebab orchitis bisa piogenik bakteria, gonokokokus, basil tuberkal, atau virus seperti paramiksovirus, penyebab dari gondongan (parotitis). Sekitar 20% dari orchitis timbul sebagai komplikasi dari gondongan (parotitis) setelah pubertas (Baradero, 2006)
Menurut Price, 2005 virus adalah penyebab orchitis yang paling sering. Orchitis parotiditis adalah infeksi virus yang paling sering terlihat, walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada masa anak-anak telah menurunkan insiden. 20-30% kasus parotiditis pada orang dewasa terjadi bersamaan dengan orchitis, terjadi bilateral pada sekitar 15% pria dengan orkitis parotiditis. Pada laki-laki pubertas atau dewasa, biasanya terdapat kerusakan tubulus seminiferus dengan resiko infertilitas, dan pada beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-sel leydig yang mengakibatkan hipogonadisme difesiensi testosterone. Orchitis paroditisis jarang terjadi pada laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan kesembuhan yang sempurna tanpa disfungsi testiskular sesudahnya. Virus lain yang dapat menyababkan orchitis dan memberikan gambaran klinis yang sama adalah : virus Coxsakie B, Varisela, dan mononukleosis.
Orchitis bakterial piogenik disebabkan oleh bakteri (Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudmonas aeruginosa) dan infeksi parasitik (malaria, filariasis, skistosomiasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan pada epididimitis. Seseorang dengan orchitis parotiditis terlihat sakit akut dengan demam tinggi, edema, peradangan hidrokel akut, dan terdapat nyeri skrotum yang menyebar ke kanalisis inguinalis. Komplikasinya termasuk infark testis, abses, dan terdapatnya pus dalam skrotum.
Orchitis granulomaktosa dapat disebabkan oleh sifilis, penyakit mikrobakterial, aktinomikosis, penyakit jamur, mycobacterium tuberculosis, dan mycobacterium leprae. Infeksi dapat menyebar melalui funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya melibatkan epididimis dan testis, kandung kemih, dan ginjal.

C.      Faktor Resiko
Menurut Ulfiyah, 2012 faktor resiko pada orchitis ada dua yaitu:
1.         Faktor resiko untuk orchitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah :
a.         Imunisasi gondongan yang tidak adekuat
b.        Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
c.         Infeksi saluran berkemih berulang
d.        Kelainan saluran kemih
2.         Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah:
a.         Berganti-ganti pasangan
b.        Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
c.         Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya

D.      Patofisiologi
Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan (mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis. Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis sekitar 15 % – 20% pria  menderita orchitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orchitis parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orchitis parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (Price, 2005)

E.       Manifestasi Klinis
Menurut Price, 2005 tanda dan gejala orchitis berkisar dari ketidaknyamanan ringan pada testikular dan edema hingga nyeri testicular yang parah dan terbentuknya edema dalam waktu sekitar 4 hingga 6 hari setelah awitan penyakit dengan demam tinggi, mual, dan muntah.
Gejala yang dirasakan meliputi nyeri pada testis hingga ke pangkal paha, pembengkakan dan kemerahan pada testis, menggigil, dan demam yang dapat bilateral atau unilateral, mual, muntah, nyeri saat buang air kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen. Keadaan ini dapat berakibat steril atau impotensi. Terapi terhadap inflamasi ini dengan istirahat di tempat tidur, kompres panas atau hangat, dan antibiotik (bila perlu)
1.         Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.
2.         Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.
3.         Kelelahan / mialgia
4.         Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan
5.         Demam dan menggigil
6.         Mual
7.         Sakit kepala
8.         Pembesaran testis dan skrotum
9.         Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
10.     Pembengkakan KGB inguinal
11.     Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis

F.       Komplikasi
Menurut Price, 2005 komplikasi dari orchitis dapat berupa:
1.         Testis yang mengecil (Atrofi)
2.         Abses (Nanah) pada kantong testis
3.         Infertilitas (Sulit memiliki keturunan), terutama jika orkhitis terjadi pada kedua testis.
Menurut Ulfiyah, 2012 komplikasi dari orchitis adalah:
1.         Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat  atrofi testis.
2.         Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
3.         Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
4.         Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk mengurangi tekanan dari tunika.
5.         Abscess scrotalis
6.         Infark testis
7.         Rekurensi
8.         Epididimitis kronis
9.         Impotensi tidak umum setelah epididimitis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma biasanya hanya sementara.
10.     Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang disebabkan oleh gangguan saluran epididimal yang diamati pada laki-laki penderita epididimitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.

G.      Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ulfiyah, 2012 pemeriksaan diagnostic pada pasien orchitis:
1.         Pemeriksaan urin kultur
2.         Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)
3.         Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)
4.         Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum
5.         Testicular scan
6.         Analisa air kemih
7.         Pemeriksaan kimia darah

H.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita orkhitis antara lain:
1.         Pemeriksaan urin
2.         Pemeriksaan discharge uretra untuk mengetahui mikroorganisme penyebab
3.         Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat dilakukan jika dicurigai adanya patologi pada kandung kemih.




I.         Penatalaksanaan Medis
Pengobatan suportif:  Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus.
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan  Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah resisten.   
Contoh antibiotik:
1.         Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif.  Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa:  IM 125-250 mg sekali, anak: 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d
2.         Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari
3.         Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
4.         Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihydrofolic.  Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis.  Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari
5.         Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas terhadap anaerob.  Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan

J.        Prognosis
1.         Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 3-10 hari.
2.         Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.


II.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.      Pengkajian
1.             Identitas
Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, no. MRS, diagnose medis.
2.             Riwayat Kesehatan
a.             Keluhan Utama: Biasanya pasien orchitis mengeluh testis mengalami pembengkakan disertai nyeri dan warna kemerahan pada daerah testis yang terkena, selain itu testis terasa berat dan penuh.
b.             Riwayat penyakit sekarang: Biasanya pasien mengalami demam, rasa lemah, nyeri otot, tubuh terasa tidak nyaman, mual, dan sakit kepala
c.             Riwayat penyakit dahulu: Perlu dikaji imunisasi gondongan yang tidak adekuat,   infeksi saluran berkemih berulang, kelainan saluran kemih, riwayat penyakit menular seksual pada pasangan,  riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya. Biasanya pasien mempunyai riwayat gondongan.
d.            Riwayat penyakit keluarga: perlu dikaji apakah keluarga juga pernah mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
e.             Riwayat lingkungan: Biasannya klien tinggal di lingkungan yang kurang bersih atau kumuh yang dapat menyebabkan infeksi.
3.             Pemeriksaan fisik
a.             Keadaan umum: biasanya  composmentis
b.             TTV:
TD: biasanya meningkat (N:120/80 mmHg)
Nadi: biasanya meningkat (N: 100x/menit)
RR:biasanya normal (N: 16-20x/menit)
S: biasanya meningkat (N: 36,5-37.5oC)
4.             Review of system
a.             B1 (Breath)
Biasanya pasien dengan orchitis tidak di temukan masalah pada sistem pernafaan. Kecuali jika ada penyakit yang menyertai atau kemungkinan komplikasi.
b.             B2 (Blood)
Biasanya pasien dengan orchitis didapatkan peningkatan tekanan darah dan nadi.
c.             B3 (Brain)
Biasanya pasien dengan orchitis GCS composmentis dan terdapat sakit kepala.
d.            B4 (Bladder)
Biasanya pada pemeriksaan nampak testis yang membesar, konsistensinya kenyal, namun dapat juga mengeras, tampak merah, epididimis membesar, dan kulit skrotum meregang, nyeri pada testis hingga ke pangkal paha, mual, muntah, nyeri saat buang air kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen
e.             B5 (Bowel)
Biasanya pasien dengan orchitis mengalami mual dan muntah.
f.              B6 (Bone)
Biasanya pasien dengan orchitis mengalami rasa lemah, nyeri otot, tubuh terasa tidak nyaman.
5.             Pola fungsi kesehatan
a.             Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b.             Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak mengalami konstipasi atau diare.Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan yaitu nyeri waktu berkemih.
c.             Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
d.            Pola aktifitas dan latihan
Biasanya aktivitas klien akan terganggu karena adanya rasa nyeri yang diderita.
e.             Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan nyeri.
f.              Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien. Pada konsep diri pasien mengalami harga diri rendah karena komplikasi yang diderita seperti infertil.
g.             Pola persepsi sensori dan kognitif
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam persepsi.
h.             Pola reproduksi seksual
Biasanya pasien mengalami gangguan pada reproduksi seksual.
i.               Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien dirawat di rumah sakit dan klien harus bedrest total.
j.               Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
k.             Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total tapi pasien yakin akan cepat sembuh dan menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.

B.            Diagnosa Keperawatan
1.             Hipertermi b.d proses inflamasi
2.             Nyeri b.d infeksi pada saluran kemih
3.             Perubahan pola eliminasi urin b.d gangguan pada sistem urinaria
4.             Disfungsi seksual b.d penurunan fungsi organ seksual
5.             Gangguan harga diri b.d perubahan citra tubuh dan disfungsi seksual


C.           Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
Hipertermi b.d proses inflamasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh klien kembali normal
Kriteria Hasil:
1.             Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,5 C-37,5 C),
2.             Klien tidak tampak menggigil,
3.             Klien melaporkan panas badannya turun,
4.             Tidak tampak pembengkakan pada skrotum
5.             Tidak terdapat kemerahan di kulit sekitar skrotum klien
6.             Nadi klien dalam batas normal (60-100 x/menit)
Intervensi
Rasional
1.    Monitor suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan respirasi secara berkala (minimal tiap 2 jam)

2.    Pantau suhu lingkungan, batasi penggunaan selimut.


3.    Berikan kompres hangat



4.    Anjurkan klien untuk mempertahankan asupan cairan adekuat

5.    Berikan antipiretik dan antibiotic sesuai indikasi
1.    Suhu diatas 37,5C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak suhu.
2.    Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
3.    Membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat membantu mengurangi demam
4.    Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena suhu tubuh yang tinggi
5.    Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

Diagnosa 2
Nyeri b.d infeksi pada saluran kemih
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil:
1.             Klien tampak rileks
2.             Klien dapat beristirahat
3.             Skala nyeri 0-3
4.             TTV dalam rentang normal
5.             Pasien mengetahui penyebab nyeri

Intervensi
Rasional
1.    Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non verbal, contoh peninggian TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar.



2.    Observasi TTV


3.    Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke perawat terhadap perubahan kejadian/ karakteristik nyeri.






4.    Berikan tindakan nyaman


5.    Bantu atau dorong penggunaan distraksi  dan aktivitas terapeutik.


6.    Kolaborasi dalam pemberian analgesik
1.    Membantu mengevaluasi tempat dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung , lipat paha, genitelia, sehubungan dengan proksimitas saraf  pleksus dan pembuluh darah yang mencetuskan ketakutan, gelisah, ansietas berat.

2.    Mengetahui perkembangan lebih lanjut

3.    Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu (membantu dalam peningkatan kemampuan koping pasien dan dapat menurunkan ansietas) dan mewaspadakan perawat akan kemungkinan terjadi komplikasi.

4.    Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan koping.
5.    Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.


6.    Untuk mengurangi nyeri dan rasa tidak nyaman.

Diagnosa 3
Perubahan pola eliminasi urin b.d gangguan pada sistem urinaria
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan maslah teratasi
Kriteria Hasil:
a.              Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa
b.             Klien akan menunjukan perilaku yang meningkatkan kontrol kandung kemih.
c.              Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancar lewat kateter.
Intervensi
Rasional
1.    Kaji kebiasaan pola eliminasi urine klien

2.    Kaji terhadap tanda dan gejala retensi urine: jumlah dan frekuensi urine, distensi supra pubis, keluhan tentang dorongan untuk berkemih dan ketidak nyamanan
3.    Lakukan kateterisasi pada pasien untuk menunjukan jumlah urine residu
4.    Awasi pemasukan, pengeluaran dan karakteristik urine.




5.    Kolaborasi ambil urine untuk kultur urine dan sensitivitas.
1.   Merupakan nilai dasar untuk perbandingan dan menetapkan tujuan lebih lanjut
2.   Berkemih 20-30cc dengan teratur dan haluaran kurang dari masukan adalah tanda retensi urine


3.   Menetapkan jumlah urine yang tersisa

4.   Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan. Perdarahan dapat  mengindikasikan peningkatan obstruksi / iritasi ureter

5.   Menentukan adanya ISK, dari gejala komplikasi.

Diagnosa 4
Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan fungsi organ seksual
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.        Masalah ketidakmampuan mempunyai anak
2.        Pernyataan
3.        Maminta informasi
Hasil yang diharapkan :
1.        Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
2.        Menyatakan pemahaman situasi individual
Intervensi
Rasional
§  Berikan keterbukaan pada pasien/ orang terdekat untuk membicarakan tentang masalah inkontensia dan fungsi seksual
§  Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan untuk menerima informasi yang diberikan sebelumnya
§  Berikan informasi akurat tantang harapan kembalinya fungsi seksual
§  Edema dan infeksi skrotum data menyebabkan terganggunya aktivitas seksual dan harapan kembali apabila edema dan infeksi dapat teratasi
§  Berikan lingkungan yang terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas
§  Meningkatkan saling menghargai kenyakinan atau nilai tentang subjek sensitif
§  Kolaborasi : rujuk ke penasehat seksual sesuai indikasi
§  Masalah menetap atau tidak teratasi memerlukan interverensi professional

Diagnosa 5
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh dan disfungsi seksual
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1.        Ekspresi masalah khusus/ pernyataan tentang masalah yang dihadapi
2.        Takut penolakan atau reaksi orang terdekat
3.        Menarik diri
4.        Depresi
Kriteria hasil :
1.        Menyatakan masalah dan menunjukkan yang sehat untuk menghadapinya
2.        Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh
Intervensi
Rasional
§  Berikan waktu untuk mendengar masalah dan  ketakutan pasien dan orang terdekat. Diskusikan persepsi sehubungan dengan perubahan pola hidup khusus.
§  Memberi minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memerbaiki kesalahan.
§  Tindakan Kaji stress emosi pasien. Dorong pasien untuk mengekspresikan dengan tepat
§  Perawat pperlu menyadari  apakah arti tindakan ini terhadap pasien untuk menghindari tindakan kurang hati-hati atau terlalu menyendiri
§  Berikan informasi yang akurat, kuatkan informasi yang diberikan sebelumnya
§  Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya mengasimilasi informasi
§  Ketahui kekuatan individu dan identifikasi prilaku koping positif sebelumnya
§  Membantu dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi pasien untuk dugunakan dalam situasi saat ini.


DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary Dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan System Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Hartanto, Huriawati. 2008. Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan & Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 Vol 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2. Jakarta: EGC

Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC





















Invasi bakteri, virus, jamur pada testis
 
PENYIMPANGAN KDM
 























(Price & Silvia, 2005)



No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...