LAPORAN
PENDAHULUAN (LP)
HALUSINASI
A. Konsep
Dasar Medis
1.
Pengertian
Gangguan persepsi sensori adalah ketidakmampuan individu
dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi stimulus sesuai dengan informasi
yang diterima melalui panca indera. Gangguan persepsi sensori ditandai oleh
adanya halusinasi.
a. Halusinasi
adalah penerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien
yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional
psikotik atau histerik (WF Maramis) hal
119.
b. Halusinasi
adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan dari luar (Cook J Sue), hal. 187.
c. Halusinasi
adalah gangguan pencapaian (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua sistem pendengaran di mana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh/baik (Depkes RI Direktorat Kesehatan Jiwa, 1989 hal. 123).
d. Halusinasi
adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan
pola stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal).
Disertai suatu pengurangan yang berlebihan, distorsi atau kelainan berespons
terhadap setiap stimulus (Mary C Townsend).
e. Halusinasi
adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya
klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari
luar atau hilangnya kemampuan klien dalam membedakan rangsang internal dengan
rangsang eksternal (Arsyad M, dkk, PBLK FIK-UI RIJP Bogor 2000).
2.
Jenis-jenis
halusinasi
a. Halusinasi
penglihatan/visual.
Adalah terlihat bayangan berbentuk seperti
orang, binatang, atau barang lain yang dikenalnya berwarna atau tidak dapat
pula tidak berbentuk seperti sinar, kilapan cahaya). Tanpa adanya stimulus yang
nyata.
b. Halusinasi
pendengaran
Individu mendengar suara yang membicarakan,
mengejek, atau mentertawakan dapat pula mendengar suara hewan, mesin, barang
dan musik padahal tidak ada di sekitarnya.
c. Halusinasi
penciuman
Mencium suatu bau, tanpa stimulus yang
nyata.
d. Halusinasi
pengecap
Merasa mengecap sesuatu.
e. Halusinasi
pembau
Merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari
atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulitnya.
3.
Faktor
penyebab
Halusinasi dapat timbul dalam pelbagai
modalitas indra, tapi beberapa jenis faktor organik cenderung menghasilkan
halusinasi tertentu misalnya : alkohol cenderung mengakibatkan halusinasi
auditorik, halusinogenika menimbulkan halusinasi visual.
Faktor etiologgi yang paling sering adalah
halusinogenika dan penggunaan alkohol jangka panjang, deprivasi sensorik
seperti kebutaan atau ketulian juga fokus kejang khususnya pada lobus temporal,
atau oksipital (PPDGJ II).
Halusinasi tidak hanya terdapat pada klien
dengan gangguan mental organik, psikosis atau schizofrenia tetapi juga terdapat
pada klien dengan sindrom putus zat mental retardasi, klien dengan menggunakan
halusinogenika juga gangguan tidur atau sensorik (shult dan judith).
4.
Proses
terjadinya
(Heber dkk) mengemukakan 4 fase terjadinya halusinasi :
a. Fase
I
Klien mengalami kecemasan, stres, perasaan
yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran yang
menyenangkan untuk menghilangkan stress. Klien masih dapat mengontrol
kesadarannya, dan mengenal pikirannya.
b. Fase
II
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan
pengalaman internal dan eksternal klien berada pada tingkat “Listening” pada
halusinasi.
c. Fase
III
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan
mengontrol. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya.
d. Fase
IV
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya
melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya
menyenangkan berubah menjadi memerintah, mengancam, dan memarahi.
Beberapa jam atau
selamanya, proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
B. Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
Menurut Carpenito 1989 dikutip oleh Anna
Budi Keliat, pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Asuhan keperawatan juga menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, menentukan
masalah/diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi, dan
evaluasi.
1.
Pengkajian
Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian
umum pada formulir pengkajian proses keperawatan, berikut akan dijelaskan data
yang mungkin terkait dengan halusinasi.
a. Alasan
masuk.
Umumnya klien halusinasi dibawa ke rumah
sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat dan terganggu karena prilaku
klien. Untuk memperoleh data alasan masuk dapat menanyakan :
1.) Apa
yang terjadi di rumah?
a.) Apakah
klien sering bicara sendiri?
b.) Apakah
klien sering mendengar suara-suara?
c.) Apakah
klien sering marah-marah tanpa alasan?
2.) Apa
yang telah dilakukan keluarga pada klien?
3.) Kemana
keluarga minta pertolongan sebelum ke rumah sakit?
b. Faktor
Predisposisi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan gangguan
orientasi halusinasi adalah aspek biologis, psikologis dan sosial.
-
Biologis : gangguan
perkembangan dan fungsi otak
-
Psikologis : keluarga,
pengaruh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
-
Sosial budaya : seperti
kemiskinan, kerusuhan, kerawanan, peperangan, kehidupan yang terisolasi
disertai stress yang menumpuk.
c. Faktor
Presipitasi
-
Sosial budaya
Teori ini mengemukakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif misalnya lingkungan yang penuh
kritik, kehilangan kemandirian, kehilangan harga diri, kesepian, tekanan dalam
pekerjaan.
-
Prilaku
d. Faktor
yang terkait dengan keadaan klien dan keluarga saat ini.
Aspek lain yang sangat penting dikaji lebih lanjut adalah :
1.) Sistem
pendukung
Sumber daya atau dukungan sosial yang dimiliki klien perlu
dikaji untuk dapat diberdayakan merawat klien di rumah sakit dan di rumah. Data
yang perlu dikaji dari keluarga adalah kemampuan finansial, waktu dan tenaga
yang tersedia merawat klien, pengetahuan dan kemampuan keluarga merawat klien.
kondisi keluarga yang juga perlu dikaji adalah komunikasi dalam keluarga baik
waktu maupun kwalitasnya.
2.) Respon
koping (rentang respon)
Respon klien atau gejala dan tanda yang dapat di deteksi
dari klien adalah berbagai respon yang terkait
dengan fungsi otak. Respon perilaku klien dapat di identifikasi
sepanjang rantang reapon sehingga perawat dapat menilai apakah respon klien
masih adaptif atau maladaptif.

- Pikiran logis - Kadang-kadang
proses - Gangguan proses
-
Persepsi akurat pikir terganggu fikir/waham
-
Emosi konsisten - Ilusi - Halusinasi
dengan
pengalaman - Emosi berlebihan - Kesukaran proses
-
Perilaku cocok atau kurang emosi
-
Hubungan sosial - Prilaku
yang tidak - Perilaku tidak ter-
Harmonis biasa organisir.
- Menarik diri - Isolasi sosial
Jika perawat menemukan respon maladaptif maka rencana
keperawatan adalah membantu klien mengembangkan prilaku adaptif.
e. Fisik
-
Muka merah, kadang pucat
-
Tekanan darah meningkat
-
Nafas terengah-engah
-
Nadi cepat
f.
Hubungan sosial
-
Menarik diri
-
Komunikasi verbal terganggu
-
Bicara inkonheren dan tidak
masuk akal
-
Merusak diri sendiri/orang
lain/lingkungan
g. Status
mental
-
Penampilan diri yang tidak
rapi, tidak serasi dan berubah dari biasanya.
-
Pembicaraan tidak terorganisir
dan bentuknya yang maladaptif seperti
kehilangan hubungan, tidak logis dan berbelit-belit.
-
Aktifitas motorik meningkat
atau menurun, imfulsif, kataton dan beberapa gerakan-gerakan yang abnormal.
-
Alam perasaan dapat berupa
suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya sedih dan
putus asa disertai prilaku apatis.
-
Afek merupakan prilaku yang tampak
diekspresikan pada saat klien mengalami perasaan emosi tertentu, afek yang
maladaptif adalah tumpul, datar, tidak sesuai.
-
Interaksi selama wawancara.
Bermusuhan, mudah tersinggung, nampak bercakap-cakap/komat kamit, ketawa
sendiri yang tidak terkait dengan pembicaraan.
-
Persepsi : Halusinasi merupakan salah satu respon
neurobiologik yang maladaptif dimana klien menginterpretasikan sesuatu yang
nyata tanpa stimulus/rangsangan
dari luar.
-
Proses fikir : Proses informasi yang tidak berfungsi dengan
baik akan mempengaruhi proses berfikir sehingga memberi dampak pada proses
komunikasi dalam berkomunikasi mungkin inkonheren, tidak berhubungan, berbelit
dan tidak logis.
-
Tingkat kesadaran : Kesadaran akan realitas
merupakan hal yang perlu dikaji yaitu orientasi waktu, tempat dan orang
-
Daya ingat : Prilaku yang terkait erat dengan daya ingat
adalah muda lupa, kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati,
tidak mudah tertarik. Klien berulangkali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah ia kerjakan dengan baik, permisi atas suatu hal.
-
Tingkat konsentrasi/perhatian.
Kemampuan
memperhatikan yang sering terganggu pada klien halusinasi adalah kemampuan
menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan
perhatian mudah beralih.
-
Daya tilik diri : Klien halusinasi mengalami
ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.
- Diagnosa Keperawatan
-
Masalah
keperawatan
Dari pengkajian dapat
disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien gangguan
orientasi realita yaitu :
-
Resiko
prilaku kekerasan diarahkan pada diri sendiri dan lingkungan
-
Perubahan
persepsi sensori halusinasi
-
Kerusakan
interaksi sosial ; menarik diri
-
Gangguan
konsep diri ; harga diri rendah
-
Kurangnya
perawatan diri.
-
Kerusakan komunikasi verbal
-
Isolasi social
-
Pohon masalah
dan diagnosa

Akibat
Masalah utama
Penyebab
-
Diagnosa :
1.) Resiko
prilaku kekerasan diarahkan pada diri sendiri /lingkungan berhubungan dengan
halusinasi
2.) Perubahan
persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan harga diri rendah.
3.) Kerusakan
interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
4.) Kurangnya
perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi untuk merawat diri.
3.
Rencana
Tindakan Keperawatan
Pada karya tulis ini akan diuraikan rencana
tindakan keperawatan pada diagnosa utama yaitu resiko prilaku kekerasan
diarahkan pada diri sendiri/lingkungannya berhubungan dengan halusinasi
dengar/visual.
-
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri/orang
lain/lingkungan.
-
Tujuan khusus :
1.) Klien
dapat membina hubungan saling percaya.
2.) Klien
dapat mengenal halusinasinya.
3.) Klien
dapat mengendalikan halusinasinya.
4.) Klien
dapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasinya.
5.) Klien
dapat memanfaatkan obat yang baik.
-
Tindakan Keperawatan
a. Psikoterapeutik
1) Bina
hubungan saling percaya
2) Beri
kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
3) Dengarkan
ungkapan klien dengan empati
4) Lakukan
kontak sering dan singkat
5) Observasi
tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya.
6) Bantu
klien untuk mengenal halusinasinya.
-
Jika menemukan klien sedang
halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.
-
Jika klien adu, lanjutkan apa
yang dikatakan.
-
Katakan bahwa perawat percaya
klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
-
Katakan bahwa klien lain juga
ada seperti klien
-
Katakan bahwa perawat akan
membantu klien.
7) Diskusikan
dengan klien :
-
Situasi yang menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi.
-
Waktu dan frekwensi/terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau jika sendiri/jika jengkel/sedih.
8)
Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakan jika terjadi halusinasi. (marah/takut/sedih/senang).
9)
Beri kesempatan mengungkapkan
perasaannya.
10) Identifikasi
bersama klien cara/tindakan yang biasanya dilakukan jika terjadi halusinasi.
11) Diskusikan
manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
12) Diskusikan
cara baru untuk memutus/mengendalikan timbulnya halusinasi.
13) Bantu
klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
14) Beri
kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil.
15) Anjurkan
mengikuti terapi oktivitas kelompok.
16) Anjurkan
klien memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
17) Diskusikan
dengan keluarga (pada saat keduanya berkunjung) tentang:
-
Gejala halusinasi yang dialami
klien
-
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan
halusinasi
-
Cara merawat anggota keluarga
dengan halusinasi di rumah.
5.1 Diskusikan
dengan klien dan keluarga tentang dosis, manfaat dan frekuensi obat.
5.2 Anjurkan
klien meminta sendiri obat pada perawat. Merasakan manfaatnya.
5.3 Anjurkan
klien bicara dengan dokter tentang efek samping obat.
5.4 Diskusikan
akibat berhenti obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu
klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
2
Lingkungan terapeutik
-
Menciptakan lingkungan fisik
yang menguatkan realitas
·
Menyediakan alat petunjuk waktu
seperti jam
·
Memberi tanda/nama pada setiap
tempat ruang rawat.
-
Menciptakan lingkungan sosial
·
Memanggil nama pasien sesuai
nama yang disuka.
·
Memakai papan nama petugas
·
Mengenalkan nama pasien dalam
kegiatan kelompok
·
Mengenalkan pasien pada
tempat-tempat umum di rumah sakit
-
Memberi pujian atas keberhasilan
klien
3
Kegiatan hidup sehari-hari
-
Membimbing pasien memenuhi
kebutuhan nutrisi
·
Memantau pola makan pasien.
·
Menjelaskan pada pasien bahwa
makanan dan minuman yang cukup perlu untuk kesehatannya.
·
Mengijinkan pasien mengganti
makanan apabila dia mempunyai persepsi yang salah mengenai makanan tertentu.
·
Mengajak pasien makan bersama
dengan pasien lain.
-
Membimbing pasien melaksanakan
kebersihan diri
·
Memberikan pengertian kepada
pasien manfaat perawatan diri.
·
Membimbing pasien untuk mandi,
gosok gigi, keramas, berhias serta berpakaian yang rapi.
-
Membimbing pasien melakukan
aktifitas
·
Mengikutsertakan pasien dalam
aktivitas yang disukai, dapat diselesaikan dengan baik dan dalam waktu yang
singkat.
·
Membantu pasien memilih
aktifitas yang dilakukan bersama dengan orang lain.
4.
Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya
saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang
dilaksanakan.
5.
Evaluasi
Pada akhir perawatan diharapkan :
a. Klien
mampu :
-
Memutus halusinasi dengan
berbagai cara yang telah diajarkan.
-
Melakukan kegiatan hidup
sehari-hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
-
Meminta bantuan keluarga
-
Menggunakan obat dengan benar
-
Melakukan follow up secara
teratur
-
Membina dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain tanpa rasa curiga.
-
Tidak menciderai diri sendiri,
orang lain atau lingkungan.
b. Keluarga
mampu :
-
Mengidentifikasi gejala
halusinasi
-
Merawat klien di rumah, cara
memutus halusinasi, mendukung kegiatan klien
-
Menolong klien menggunakan obat
dan follow up.
DAFTAR PUSTAKA
Budi
Anna Keliat, SKp. M.App, Sc. Dkk. 2006. Kumpulan
Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. FIK – UI. Jakarta.
Budi
Anna Keliat SKp. M.App, Sc. 2005. Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Edisi I.
Penerbit EGC. Jakarta.
Depkes
RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan. Tahun
2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan. Jakarta.
Gail
Wiscarz Stuart Sandra J Sundeen. 1998. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Edisi
3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mary C
Townsend. 2008. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Rasmun
SKp. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri
Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi I. Penerbit CV. Agung Seto. Jakarta.
Rusdi
Muslim Dr. 2007. Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III.
WF
Maramis. 2005 Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
No comments:
Post a Comment