Sunday 24 December 2017

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
HALUSINASI

A.   Konsep Dasar Medis

1.    Pengertian
Gangguan persepsi sensori adalah ketidakmampuan individu dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi stimulus sesuai dengan informasi yang diterima melalui panca indera. Gangguan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi.
a.       Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional psikotik  atau histerik (WF Maramis) hal 119.
b.      Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan dari luar (Cook J Sue), hal. 187.
c.       Halusinasi adalah gangguan pencapaian (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem pendengaran di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Depkes RI Direktorat Kesehatan Jiwa, 1989 hal. 123).
d.      Halusinasi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal). Disertai suatu pengurangan yang berlebihan, distorsi atau kelainan berespons terhadap setiap stimulus (Mary C Townsend).
e.       Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar atau hilangnya kemampuan klien dalam membedakan rangsang internal dengan rangsang eksternal (Arsyad M, dkk, PBLK FIK-UI RIJP Bogor 2000).
2.    Jenis-jenis halusinasi
a.       Halusinasi penglihatan/visual.
Adalah terlihat bayangan berbentuk seperti orang, binatang, atau barang lain yang dikenalnya berwarna atau tidak dapat pula tidak berbentuk seperti sinar, kilapan cahaya). Tanpa adanya stimulus yang nyata.
b.      Halusinasi pendengaran
Individu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, atau mentertawakan dapat pula mendengar suara hewan, mesin, barang dan musik padahal tidak ada di sekitarnya.
c.       Halusinasi penciuman
Mencium suatu bau, tanpa stimulus yang nyata.
d.      Halusinasi pengecap
Merasa mengecap sesuatu.
e.       Halusinasi pembau
Merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulitnya.
3.    Faktor penyebab
Halusinasi dapat timbul dalam pelbagai modalitas indra, tapi beberapa jenis faktor organik cenderung menghasilkan halusinasi tertentu misalnya : alkohol cenderung mengakibatkan halusinasi auditorik, halusinogenika menimbulkan halusinasi visual.
Faktor etiologgi yang paling sering adalah halusinogenika dan penggunaan alkohol jangka panjang, deprivasi sensorik seperti kebutaan atau ketulian juga fokus kejang khususnya pada lobus temporal, atau oksipital (PPDGJ II).
Halusinasi tidak hanya terdapat pada klien dengan gangguan mental organik, psikosis atau schizofrenia tetapi juga terdapat pada klien dengan sindrom putus zat mental retardasi, klien dengan menggunakan halusinogenika juga gangguan tidur atau sensorik (shult dan judith).
4.    Proses terjadinya
(Heber dkk) mengemukakan 4 fase terjadinya halusinasi :
a.       Fase I
Klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran yang menyenangkan untuk menghilangkan stress. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya, dan mengenal pikirannya.
b.      Fase II
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal klien berada pada tingkat “Listening” pada halusinasi.
c.       Fase III
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya.
d.      Fase IV
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi memerintah, mengancam, dan memarahi.
Beberapa jam atau selamanya, proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.

B.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Menurut Carpenito 1989 dikutip oleh Anna Budi Keliat, pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, menentukan masalah/diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
1.    Pengkajian
Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum pada formulir pengkajian proses keperawatan, berikut akan dijelaskan data yang mungkin terkait dengan halusinasi.
a.       Alasan masuk.
Umumnya klien halusinasi dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat dan terganggu karena prilaku klien. Untuk memperoleh data alasan masuk dapat menanyakan :
1.)    Apa yang terjadi di rumah?
a.)    Apakah klien sering bicara sendiri?
b.)    Apakah klien sering mendengar suara-suara?
c.)    Apakah klien sering marah-marah tanpa alasan?
2.)    Apa yang telah dilakukan keluarga pada klien?
3.)    Kemana keluarga minta pertolongan sebelum ke rumah sakit?

b.      Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan gangguan orientasi halusinasi adalah aspek biologis, psikologis dan sosial.
-         Biologis            :     gangguan perkembangan dan fungsi otak
-         Psikologis         :     keluarga, pengaruh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
-         Sosial budaya  :     seperti kemiskinan, kerusuhan, kerawanan, peperangan, kehidupan yang terisolasi disertai stress yang menumpuk.
c.       Faktor Presipitasi
-         Sosial budaya
Teori ini mengemukakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif misalnya lingkungan yang penuh kritik, kehilangan kemandirian, kehilangan harga diri, kesepian, tekanan dalam pekerjaan.
-         Prilaku
d.      Faktor yang terkait dengan keadaan klien dan keluarga saat ini.
Aspek lain yang sangat penting dikaji lebih lanjut adalah :
1.)    Sistem pendukung
Sumber daya atau dukungan sosial yang dimiliki klien perlu dikaji untuk dapat diberdayakan merawat klien di rumah sakit dan di rumah. Data yang perlu dikaji dari keluarga adalah kemampuan finansial, waktu dan tenaga yang tersedia merawat klien, pengetahuan dan kemampuan keluarga merawat klien. kondisi keluarga yang juga perlu dikaji adalah komunikasi dalam keluarga baik waktu maupun kwalitasnya.
2.)    Respon koping (rentang respon)
Respon klien atau gejala dan tanda yang dapat di deteksi dari klien adalah berbagai respon yang terkait  dengan fungsi otak. Respon perilaku klien dapat di identifikasi sepanjang rantang reapon sehingga perawat dapat menilai apakah respon klien masih adaptif atau maladaptif.
Rentang respon neurobiologik


-    Pikiran logis              -  Kadang-kadang proses    -          Gangguan proses
-         Persepsi akurat              pikir terganggu                fikir/waham
-         Emosi konsisten         -  Ilusi                                 -  Halusinasi
dengan pengalaman -  Emosi berlebihan          -  Kesukaran proses
-         Perilaku cocok              atau kurang                       emosi
-         Hubungan sosial       -  Prilaku yang tidak        -  Perilaku tidak ter-
Harmonis                       biasa                                   organisir.
                                    -  Menarik diri                  -  Isolasi sosial
Jika perawat menemukan respon maladaptif maka rencana keperawatan adalah membantu klien mengembangkan prilaku adaptif.

e.       Fisik
-         Muka merah, kadang pucat
-         Tekanan darah meningkat
-         Nafas terengah-engah
-         Nadi cepat
f.        Hubungan sosial
-         Menarik diri
-         Komunikasi verbal terganggu
-         Bicara inkonheren dan tidak masuk akal
-         Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
g.      Status mental
-         Penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi dan berubah dari biasanya.
-         Pembicaraan tidak terorganisir dan bentuknya yang maladaptif seperti
kehilangan hubungan, tidak logis dan berbelit-belit.
-         Aktifitas motorik meningkat atau menurun, imfulsif, kataton dan beberapa gerakan-gerakan yang abnormal.
-         Alam perasaan dapat berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi misalnya sedih dan putus asa disertai prilaku apatis.
-         Afek merupakan prilaku yang tampak diekspresikan pada saat klien mengalami perasaan emosi tertentu, afek yang maladaptif adalah tumpul, datar, tidak sesuai.
-         Interaksi selama wawancara. Bermusuhan, mudah tersinggung, nampak bercakap-cakap/komat kamit, ketawa sendiri yang tidak terkait dengan pembicaraan.
-          Persepsi                :   Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiologik yang maladaptif dimana klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar.
-          Proses fikir             :   Proses informasi yang tidak berfungsi dengan baik akan mempengaruhi proses berfikir sehingga memberi dampak pada proses komunikasi dalam berkomunikasi mungkin inkonheren, tidak berhubungan, berbelit dan tidak logis.
-          Tingkat kesadaran :   Kesadaran akan realitas merupakan hal yang perlu dikaji yaitu orientasi waktu, tempat dan orang
-          Daya ingat             :   Prilaku yang terkait erat dengan daya ingat adalah muda lupa, kurang mampu menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak mudah tertarik. Klien berulangkali menanyakan waktu, menanyakan apakah tugasnya sudah ia kerjakan dengan baik, permisi atas suatu hal.
-          Tingkat konsentrasi/perhatian.
Kemampuan memperhatikan yang sering terganggu pada klien halusinasi adalah kemampuan menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan perhatian mudah beralih.
-          Daya tilik diri : Klien halusinasi mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.
  1. Diagnosa Keperawatan
-          Masalah keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien gangguan orientasi realita yaitu :
-          Resiko prilaku kekerasan diarahkan pada diri sendiri dan lingkungan
-          Perubahan persepsi sensori halusinasi
-          Kerusakan interaksi sosial ; menarik diri
-          Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
-          Kurangnya perawatan diri.
-         Kerusakan komunikasi verbal
-         Isolasi social
-         Pohon masalah dan diagnosa

       Akibat                                                             





Masalah utama                                                        


                                                                                                                      Penyebab



-         Diagnosa :
1.)    Resiko prilaku kekerasan diarahkan pada diri sendiri /lingkungan berhubungan dengan halusinasi
2.)    Perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan harga diri rendah.
3.)    Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
4.)    Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi untuk merawat diri.
3.    Rencana Tindakan Keperawatan
Pada karya tulis ini akan diuraikan rencana tindakan keperawatan pada diagnosa utama yaitu resiko prilaku kekerasan diarahkan pada diri sendiri/lingkungannya berhubungan dengan halusinasi dengar/visual.
-         Tujuan umum      : Klien tidak mencederai diri/orang lain/lingkungan.
-         Tujuan khusus     :
1.)    Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.)    Klien dapat mengenal halusinasinya.
3.)    Klien dapat mengendalikan halusinasinya.
4.)    Klien dapat dukungan keluarga dalam mengendalikan halusinasinya.
5.)    Klien dapat memanfaatkan obat yang baik.
-         Tindakan Keperawatan
a.       Psikoterapeutik
1)     Bina hubungan saling percaya
2)     Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
3)     Dengarkan ungkapan klien dengan empati
4)     Lakukan kontak sering dan singkat
5)     Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya.
6)     Bantu klien untuk mengenal halusinasinya.
-         Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.
-         Jika klien adu, lanjutkan apa yang dikatakan.
-         Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
-         Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
-         Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
7)     Diskusikan dengan klien :
-         Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
-         Waktu dan frekwensi/terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau jika sendiri/jika jengkel/sedih.
8)        Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi. (marah/takut/sedih/senang).
9)        Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya.
10)    Identifikasi bersama klien cara/tindakan yang biasanya dilakukan jika terjadi halusinasi.
11)    Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
12)    Diskusikan cara baru untuk memutus/mengendalikan timbulnya halusinasi.
13)    Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
14)    Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
15)    Anjurkan mengikuti terapi oktivitas kelompok.
16)    Anjurkan klien memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
17)    Diskusikan dengan keluarga (pada saat keduanya berkunjung) tentang:
-         Gejala halusinasi yang dialami klien
-         Cara yang dapat dilakukan  klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi
-         Cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi di rumah.
5.1  Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, manfaat dan frekuensi obat.
5.2  Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat. Merasakan manfaatnya.
5.3  Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang efek samping obat.
5.4  Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi
5.5  Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
2        Lingkungan terapeutik
-         Menciptakan lingkungan fisik yang menguatkan realitas
·        Menyediakan alat petunjuk waktu seperti jam
·        Memberi tanda/nama pada setiap tempat ruang rawat.
-         Menciptakan lingkungan sosial
·        Memanggil nama pasien sesuai nama yang disuka.
·        Memakai papan nama petugas
·        Mengenalkan nama pasien dalam kegiatan kelompok
·        Mengenalkan pasien pada tempat-tempat umum di rumah sakit
-         Memberi pujian atas keberhasilan klien
3        Kegiatan hidup sehari-hari
-         Membimbing pasien memenuhi kebutuhan nutrisi
·        Memantau pola makan pasien.
·        Menjelaskan pada pasien bahwa makanan dan minuman yang cukup perlu untuk kesehatannya.
·        Mengijinkan pasien mengganti makanan apabila dia mempunyai persepsi yang salah mengenai makanan tertentu.
·        Mengajak pasien makan bersama dengan pasien lain.
-         Membimbing pasien melaksanakan kebersihan diri
·        Memberikan pengertian kepada pasien manfaat perawatan diri.
·        Membimbing pasien untuk mandi, gosok gigi, keramas, berhias serta berpakaian yang rapi.
-         Membimbing pasien melakukan aktifitas
·        Mengikutsertakan pasien dalam aktivitas yang disukai, dapat diselesaikan dengan baik dan dalam waktu yang singkat.
·        Membantu pasien memilih aktifitas yang dilakukan bersama dengan orang lain.

4.    Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
5.    Evaluasi
Pada akhir perawatan diharapkan :
a.       Klien mampu :
-         Memutus halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.
-         Melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
-         Meminta bantuan keluarga
-         Menggunakan obat dengan benar
-         Melakukan follow up secara teratur
-         Membina dan mempertahankan hubungan dengan orang lain tanpa rasa curiga.
-         Tidak menciderai diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
b.      Keluarga mampu :
-         Mengidentifikasi gejala halusinasi
-         Merawat klien di rumah, cara memutus halusinasi, mendukung kegiatan klien
-         Menolong klien menggunakan obat dan follow up.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, SKp. M.App, Sc. Dkk. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. FIK – UI. Jakarta.

Budi Anna Keliat SKp. M.App, Sc. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. Penerbit EGC. Jakarta.

Depkes RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan. Tahun 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan. Jakarta.

Gail Wiscarz Stuart Sandra J Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mary C Townsend. 2008. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Rasmun SKp. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi I. Penerbit CV. Agung Seto. Jakarta.

Rusdi Muslim Dr. 2007. Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III.

WF Maramis. 2005 Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...