Saturday 23 December 2017

KTI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL ( P M S )

TINGKAT    PENGETAHUAN   REMAJA   TENTANG PENYAKIT   MENULAR   SEKSUAL   ( P M S )  
DI AKBID BATARI TOJA WATAMPONE
TAHUN  2013


Karya Tulis Ilmiah

Diajukan  Sebagai  Salah  Satu  Syarat  Dalam  menyelesaikan
Pendidikan Ahli Magya Kebidanan di Akademi  Kebidanan Batari Toja
Watampone Tahun 2013

H A R Y A N I
BT 10 179








AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA
WATAMPONE
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadiratan Allah SWT yang telah memberikanrahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat    Pengetahuan   Remaja   Tentang Penyakit  Menular  Seksual  ( P M S )  Di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone Tahun 2013 “. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Adapun maksud dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat akademi dalam rangka menyelesaikan kuliah Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
Selanjutnya, penulis mengucapakan terima kasih kepada ibu Dosen pembimbing Mata Kuliah serta teman yang senantiasa banyak membantu dalam perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran sebagai masukkan guna kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini . Akhir kata penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi semua pihak. Amin.
                                                                                     Watampone,   19 April  2013

                                                                                      Penulis
ABSTRAK

Haryani. “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual ( P M S )  Di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone Tahun 2013 “. (Dibimbing oleh Ibu Dr. Hj. M agdaniar Moen, M. Kes ).
Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa berupa timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin.

Sampai sekarang, Penyakit menular seksual masih menjadi masalah kesehatan, sosial maupun ekonomi di berbagai negara. Peningkatan insidens penyakit menular seksual dan penyebarannya di seluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insidens Penyakit menular seksual atau paling tidak insidensnya relatif tetap


Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual ( P M S )  Di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone Tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja (Mahasiswa Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone) tahun 2013. Desain penelitian ini adalah survey deskriptif, dengan jumlah sampel 50.

Berdasarkan hasil penelitian dengan memberi pertanyaan berupa kuisioner kepada responden Mahasiswa Akbid yang masih tergolong remaja akhir yakni 17-19 tahun dalam hal ini Mahasiswa Akbid Batari Toja  mempunyai pengetahuan yang baik  tentang pengertian penyakit menular seksual  hal ini di tunjukkan pada hasil penelitian bahwa dari 50  responden  yang diteliti 50 menjawab dengan kategori baik (100 %). Berdasarkan jenis penyakit menular seksual terdapat 48 responden atau 98 %  memilki tingkat pengetahuan yang baik dan 2 orang memiiki pengetahuan yang kurang. Berdasarkan Penyebab dan gejala penyakit menular seksual baik yaitu dari 50 responden (100 %). Berdasarkan pencegahan penyakit menular seksual terdapat sebesar 34 orang atau sebasar  68%  dan 32 atau sebesar 16 orang






LEMBAR PERSETUJUAN

Nama                     :  Haryani
Nim                       :  BT 10 179
Program Studi       :  D.III Kebidanan

Telah diperiksa oleh pembimbing serta dinyatakan layak untuk diajukan dalam sidang Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.III Kebidanan Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.


Watampone, 17 Juni 2013

Mengetahui,
Direktur                                                                                 Pembimbing,


dr. Hj. Magdaniar Moein, M.Kes                  dr. Hj. Magdaniar Moein, M.Kes
                                                                       




LEMBAR PENGESAHAN



            Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh tim Penguji Pada Ujian Akhir Program Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone pada Hari Minggu  Tanggal  16  Bulan Juni Tahun 2013.
Tim Penguji

1.        Hj. A. Mardiana, S.SiT, M.Keb                           (……………………….........)

2.        Hj. Azniah, SKM. M.Kes                                    (……………………….........)

3.        dr. Hj. Magdaniar Moein, M.Kes                         (...……………………….....)


Mengetahui
  Direktur,
Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone


Dr. Hj. Magdaniar Moein, M.Kes
NIDN. 092 608 780


KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada program  DIII Kebidanan Universitas Yayasan Makassar Indonesia (YMI) Batari Toja Watampone, dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual ( P M S )  Di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone Tahun 2013 “. Penulis sadar sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.  Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan hasil penulisan ini.
Ucapan  terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu  . selaku pembimbing yang telah tulus ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis sampai selesainya hasil penulisan ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.        Hj.Andi Ahmad Anshari, SE, Selaku ketua umum Yayasan Makassar Indonesia Di Kebidanan Batari Toja Watampone
2.        dr. Hj.Magdaniar Moein, M.Kes,  selaku Direktur Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
3.        Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone yang telah mendidik dan  mentransformasikan ilmunya kepada penulis selama proses pendidikan.
4.        dr. Hj. M agdaniar Moen, M. Kes, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.
5.        Hj.Hasniah Syam,S.ST.M.Kes, selaku penguji I dan Dudun Nuryanti, SKM, M. Keb, selaku penguji ke II Yang telah memberikan masukan yang telah menilai karya ilmiah ini.
6.        Kedua orang tua yang memberikan support selama menempuh pendidikan.
7.        Buat teman-teman angkatan 2010 pada umumnya dan khususnya satu kelasku di Akbid Batari Toja Watampone.
Karya tulis ilmiah ini kupersembahkan buat orang tuaku, saudaraku, keluarga terdekat, seseorang dan  sahabat-sahabat terdekat yang selalu memberikan support kepada penulis. Hanya terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya yang dapat penulis lakukan atas semuanya. Akhirnya kepada Allah SWT penulis panjatkan syukur dan doa yang sedalam-dalamnya, semoga tulisan ini dapat memberi berkah dan manfaat bagi setiap yang membacanya, khususnya bagi penulis sendiri.

Watampone,      Juni  2013
                                                                                              Penulis
                                                                                  HARYANI

 DAFTAR ISI
                     Halaman
Halaman Judul………………………………………………………………………
Lembar persetujuan………………………………………………………………...
Lembar pengesahan……………………………………………………………….
Pernyataan………………………………………………………………………......
Abstrak……………………………………………………………………………..i
Kata pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar isi………………………………………………………………………......iv
Daftar tabel……………………………………………………………………...viii
Daftar gambar…………………………………………………………………….ix
Daftar lampiran…………………………………………………………………....x
BAB I :  PENDAHULUAN
1.1.    Latar belakang Penelitian ………………………………………...1
1.2.    Rumusan Masalah Penelitian……………………………………...6
1.3.    Tujuan penelitian.....................……………………………………6
1.3.1.  Tujuan Umum......…………………………………………..6
1.3.2. Tujuan Khusus....……………………………………………6
1.4.    Manfaat Penelitian………………………………………………...7
1.4.1.  Bagi Remaja………………………………………...............7
1.4.2.  Bagi Institusi Pendidikan...................................................... 7
1.4.3.  Bagi Penelitian.……………………………………………..7

BAB II :  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan..........................................9
2.1.1.      Pengertian.................................................…………………9
2.1.2.      Tingkat Pengetahuan..........................................................10
2.1.3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan...……...11
2.1.4.      Cara Memperoleh Pengetahuan..........................................12
2.1.5.      Cara mengukur Pengetahuan..……………………………13
2.2.   Tinjauan Umum Remaja..………………………………………...14
2.2.1.      Pengertian Remaja....................................………………..14
2.2.2.      Tahap-Tahap Perkembangan Remaja.................................15
2.3.   Penyakit menular Seksual...............................................................16
2.3.1.      Pengertian.................................................………………..16
2.3.2.      Hal Yang Perlu diketahui....................................................16
2.3.3.      Macam-Macam Penyakit Menular Seksual.............……...17
2.3.4.      Cara Penularan Penyakit Menular Seksual.........................19
2.3.5.      Penyakit menular tidak Dapat dicegah...…………………20
2.3.6.      Pencegahan Penyakit Menular............................................20
2.3.7.      Beberapa Ciri Khas Penyakit Menular Seksual..................21
2.4.   Kerangka Konsep...........................................................................22
2.4.1.      Kerangka Konsep......................................………………22
2.4.2.      Hipotesis.............................................................................22
BAB III :  METODE PENELITIAN
3.1.   Jenis dan Desain Penelitian.....…………………………………...23
3.2.   Variabel Penelitian.........................................................................24
3.3.   Tempat dan Waktu penelitian........................................................24
3.4.   Populasi, Sampell dan Sampling Penelitian...................................25
3.5.   Pengolahan data dan Analisa Data.......…………………………..27
3.6.   Etika Penelitian...............................................................................29
BAB IV :  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil Penelitian…………………………………………………...30
4.2.   Karakteristik Penelitian..................................................................33
4.3.   Pembahasan………………………………………………………30
4.4.   Keterbatasan Penelitian..................................................................36
BAB V  :  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.   Kesimpulan………………………………………………………37
5.2.   Saran……………………………………………………………...37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa berupa timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin.1
Menurut WHO (2009) terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi paling sering ditemukan adalah Penyakit gonorrhea, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, Penyakit human immodeficiency virus (HIV), yakni HIV dan syphilis, dapat ditularkan melalui darah dan jaringan tubuh, dari ibu ke anaknya selama kehamilan. 2
Sampai sekarang, Penyakit menular seksual masih menjadi masalah kesehatan, sosial maupun ekonomi di berbagai negara. Peningkatan insidens penyakit menular seksual dan penyebarannya di seluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insidens Penyakit menular seksual atau paling tidak insidensnya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar negara insidens Penyakit  menular seksual relatif masih tinggi. Angka penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang terdata hanya sebagian kecil dari penderita sesungguhnya.3
Di Indonesia, Penyakit menular seksual yang paling banyak ditemukan adalah syphilis dan gonorrhea. Prevalensi Penyakit menular seksual di Indonesia sangat tinggi ditemukan di kota Bandung, yakni dengan prevalensi Penyakit gonorrhea sebanyak 37,4%, chlamydia 34,5%, dan syphilis 25,2%; Di kota Surabaya prevalensi Penyakit chlamydia 33,7%, syphilis 28,8% dan gonorrhea 19,8%; Sedang di Jakarta prevalensi Penyakit gonorrhea 29,8%, syphilis 25,2% dan chlamydia 22,7%. Di , kejadian syphilis terus meningkat setiap tahun. Peningkatan penyakit ini terbukti sejak tahun 2003 meningkat 15,4% sedangkan pada tahun 2004 terus menunjukkan peningkatan menjadi 18,9%, sementara pada tahun 2005 meningkat menjadi 22,1%. Setiap orang bisa tertular penyakit menular seksual. Kecenderungan kian meningkatnya penyebaran penyakit ini disebabkan perilaku seksual yang bergonta-ganti pasangan, dan adanya hubungan seksual pranikah dan diluar nikah yang cukup tinggi. Kebanyakan penderita penyakit menular seksual adalah remaja usia 15-29 tahun, tetapi ada juga bayi yang tertular karena tertular dari ibunya.3
Tingginya kasus penyakit Penyakit menular seksual, khususnya pada kelompok usia remaja, salah satu penyebabnya adalah akibat pergaulan bebas. Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan bebas semakin meningkat terutama di kota-kota besar. Hasil penelitian di 12 kota besar di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah melakukan hubungan seksual. Pakar seks juga spesialis Obstetri dan Ginekologi dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar 5% pada tahun 1980-an, menjadi 20% pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut didapat dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia.
Pengetahuan tentang Penyakit menular seksual dapat ditingkatkan dengan pemberian pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai pada usia remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga mengenai bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang belum diharapkan atau kehamilan berisiko tinggi (BKKBN, 2005).
Angka kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS) saat ini cenderung meningkat di Indonesia. Penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang sempat terdata hanya sebagian kecil dari jumlah penderita sesungguhnya.
Berdasarkan laporan studi kasus yang dilakukan oleh Pusat Informasi dan layanan Remaja (PILAR) Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat mitra 8.463 yang berkonsultasi melalui telepon, surat dan tatap mata, kasus tertinggi terdapat juga pada hubungan seksual pranikah berjumlah 863 jiwa, aborsi 687, kehamilan pranikah 483, PMS 452, memakai kontrasepsi 347, masalah pacaran 778, masalah dengan keluarga 449, masalah sekolah 344. 4
Ketidakpekaan   orang  tua   dan  mendidik   terhadap  kondisi   remaja
menyebabkan remaja sering jauh dalam kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi keengganan dan kecangguhan remaja untuk bertanya pada orang yang tepat semakin menguatkan alasan remaja sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksi data menunjukan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua. 5
Untuk di Sulawesi Selatan, kegiatan utama pemberantasan penyakit menular seksual adalah sero survei terhadap kelompok resiko tinggi dan rendah yang disertai dengan penyuluhan langsung kepada kelompok sasaran tersebut. Hasil pemeriksaan sampel tersebut ditemukan STS positif sebanyak 51 sampel dan HIV positif 18 sampel sehingga jumlah kasus HIV positif hingga tahun 2003 sebanyak 62 orang sedang penderita AIDS hingga Desember 2003 sebanyak 4 orang. Sedangkan sampai dengan Desember 2004, kegiatan Sero Survei telah dilaksanakan di seluruh kab./kota se Sulawesi Selatan. Dari hasil pemeriksaan sampel tersebut ditemukan positif HIV sebanyak 84 sampel. Secara kumulatif jumlah pengidap HIV dan penderita AIDS hingga Desember 2005 sebanyak 398 kasus HIV+ dan 148 kasus AIDS. Sementara situasi pengidap HIV dan penderita AIDS sampai dengan bulan Desember 2006 tercatat 279 penderita AIDS dan 915 pengidap HIV. Berdasarkan hasil sero survei ditemukan pengidap HIV 151 orang (7,57%) dan Sifilis 85 orang (4,26%) dari total sampel (1.995 orang) yang terdiri dari ABK, Napi, PSK, Pramupijat, Pramuria, Sopir dan pengunjung. Jumlah terbanyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki dengan kelompok umur 20-29 tahun dan 30-39 tahun. Pada tahun 2007 jumlah penderita HIV meningkat sebanyak 1.065, sementara penderita AIDS menurun menjadi 68 orang. 6
Berdasarkan data profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2009, tercatat penderita HIV/AIDS sebanyak 554 kasus, namun laporan tahunan Bidang P2PL Dinkes Prov. Sulawesi Selatan tahun 2009, kasus HIV (410 kasus) dan AIDS (118 kasus). Jika dilihat dari tahun 2006-2009, kasus HIV/AIDS menunjukkan grafik naik turun.6
Hasil SDKI 2007 di Sulawesi Selatan terdapat 48% wanita dan 57,1% pria yang pernah mendengar tentang AIDS. Tingkat pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terPenyakit pada umumnya rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 32% wanita dan 42,7% pria mengetahui bahwa membatasi seks hanya dengan satu partner yang tidak terPenyakit sebagai cara mengurangi risiko penularan, 28,4% wanita dan 43,3% setuju bahwa tidak berhubungan seks akan mengurangi kemungkinan terPenyakit dan 27,5% wanita dan 40,5% pria mengatakan penggunaan kondom secara teratur akan mengurangi kemungkinan terPenyakit. Selanjutnya, pengetahuan tentang Konseling Sukarela (Voluntary Counseling and Testing/VCT) menunjukkan hanya 6% wanita pernah kawin dilaporkan pernah mendengar tentang adanya konseling sukarela. Persentase wanita pernah kawin yang mengetahui tempat pelayanan VCT dari rumah sakit pemerintah cukup tinggi yakni sebesar 78%.6
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watapone”.

1.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalah penelitian yaitu: Bagaimana tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone?

1.3.  Tujuan Penelitian
1.3.1.  Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.

1.3.2. Tujuan Khusus
1.         Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang pengertian penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone
2.         Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang jenis penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
3.          Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang gejala penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
4.         Mengetahui  tingkat  pengetahuan  remaja  tentang  cara  penularan
penyakit   menular   seksual  di Akademi  Kebidanan  Batari   Toja
Watampone.
5.         Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang cara pencegahan penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.

1.4.  Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Remaja
Remaja dapat memperoleh informasi yang tepat tentang penyakit menular seksual,serta akibat yang akan didapatkan dari penyakit itu sendiri.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi pendidikan guna memperoleh materi tentang penyakit menular seksual
1.4.3. Bagi Penelitian
Peneliti dapat bertambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Selain itu karena peneliti seorang bidan, hasil penelitian dapat di jadikan bahan penyuluhan masyarakat.
1.4.4. Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait
Dapat menjadi masukan bagi dinas kesehatan & instansi terkait tentang keadaan remaja di wilayah setempat, sehingga dapat menjadi upaya pencegahan bila ada kasus penyakit menular seksual.


1.5.  Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, maka penulis membagi ke dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I    :  Pendahuluan tentang latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, manfaat penelitian, Ruang lingkup dan sistematika penulisan.
Bab II   :  Tinjauan pustaka meliputi Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan, Tinjuan Tentang Renaja, Tinjauan Tentang Penyakit Menular Seksual  dan kerangka konsep Penelitian.
Bab III :  Metode penelitian yang terdiri dari Jenis dan Desain Penelitian, Variabel dan Definisi Operasional, Tempat dan Waktu Penelitian, Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian, Pengolahan Data  dan Analisa Data serta Etika Penelitian.
Bab IV :  Gambaran Umum tentang lokasi penelitian khususnya mengenai lokasi Kampus Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone, juga membahas tentang  hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan.
Bab V   :  Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran guna memecahkan masalah yang ditemukan.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
2.1.1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setalah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengarui oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagaian besar pengetahuan manusian diperoleh melalui mata dan telingga. 7
Pengetahuan adalah hasil dari kegiatan mengetahui, mengetahui artinya mempunyai bayangan dalam pemikirannya tentang sesuatu. Pada dasarnya manusia mengetahui dengan 2 cara sehingga dalam otaknya ada bayangan, yaitu mengetahui lewat panca indra dan mengetahui lewat. 8
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagai besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan langgeng dari
pada tidak disadari oleh pengetahuan.9
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 7
1.         Tahu ( Know)
Tahu diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan, dan mendefinisikan.
2.         Memahami (Comprehesion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau meteri harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
3.         Aplikasi (Application)
Sebagai kemampuan untuk menggunakan yang telah dipelajari. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, dan prinsip.
4.         Analisis (Analisys)
Analisis  adalah   suatu   kemampuan   untuk  menjabarkan
materi atau objek kedalam komponen-komponen, Tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunanan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan dan mengelompokan.
5.         Synthesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.         Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau abyek.
2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengarui Pengetahuan
1.         Faktor Internal
a.         Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembanngan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian. 7
b.        Umur
Menurut Elisabeth  BH  yang   dikutip  Nursalam   (2003)  usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun
c.         Paparan media massa dan Informasi
Melalaui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang tidak terpapar informasi media massa.
2.         Faktor Eksternal
a.         Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar mamusia dan pengaruhnya yang dapat mempenggarui perkembangan dan prilaku orang atau kelompok
b.        Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengarui dari sikap dalam menerima informasi
2.1.4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2005).
1.         Cara tradisional
a.         Cara coba salah
Cara yang paling tradisonal adalah melalui coba-coba atau dengan kata yang mudah dikenal trial and error. Cara coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinaan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
b.        Cara kekuasaan dan otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan pada tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan.
c.         Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh kebenaran pengetahuan.
d.        Melalui jalan fikiran manusia menggunakan penalaran atau jalan fikiran dalam memperoleh pengetahuannya.
2.         Cara modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.10
2.1.5. Cara Mengukur Pengetahuan
Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden, kedalam pengetahuan yang ingin remaja ketahui atau ukur yang dapat remaja sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan.7
Sebagaian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan proses uji coba. Dalam uji coba, responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang di uji cobakan itu dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:11
1.         Baik : Hasil presensi 76%-100%
2.         Cukup: Hasil presensi 56%-75%
3.         Kurang: Hasil presensi >56% .

2.2.  Tinjauan Umum Remaja
2.2.1. Pengertian Remaja
Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologi. 12
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pupertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa.13
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang di tandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. 14
2.2.2. Tahap Perkembangan Remaja
Guna memperjelas definisi lebih lanjut, peneliti akan menguraikan siklus perkembangan remaja yang terdiri dari:
1.         Remaja Awal (10-12 tahun)
a.    Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
b.   Tampak dan merasa ingin bebas
c.    Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir khayal (abstrak)
2.         Remaja Menengah (13-15 tahun)
Pada masa timbul dengan adanya perkembanngan pola fikir remaja merasa bangga bila dikagumi atau digemari oleh temannya pengenalan akan datangnya masa dewasa akan ada, Namun demikian ada timbul mencintai diri sendiri. Tetapi remaja kerap dalam kondisi kebinggungan karena tidak tahu harus memilih yang mana, Peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan lain sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari aedipus complek (perasaan   cintanya  kepada  ibunya dimasa kanak-kanak )  dengan
mempererat hubungan dengan teman-teman sebayanya.

3.         Remaja Akhir (17-19 tahun)
Persiapan peran sebagai orang dewasa, Dimana remaja berusaha bisa menyatu dengan orang lain dan mencari pengalaman baru. Adanya perubahan sikap diri dari memusatkan perhatian dari diri sendiri menjadi keseimbangan antara diri sendiri dengan orang lain. Remaja berusaha mencari pengalaman-pengalaman baru. 15

2.3.  Penyakit Menular Seksual
2.3.1. Pengertian
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang pada umumnya terjadi pada alat kelamin dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual.16
PMS adalah singkatan dari penyakit menular seksual , Yang berarti suatu Penyakit atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi kejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lain.
2.3.2. Beberapa Hal Penting Yang Perlu Diketahui Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS):16
1.         Penyakit    menular   seksual   (PMS)  dapat  terjadi  pada  laki-laki

maupun perempuan
2.         Penularan penyakit menular seksual (PMS) dapat terjadi, walaupun hanya sekali melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan penderita penyakit menular seksual (PMS)
3.         Perempuan lebih mudah tertular penyakit menular seksual (PMS) dari pasangannya di bandingkan laki-laki, karena bentuk alat kelaminnya dan luas permukaannya yang terpapar air mani pasangannya.
4.         Tanda-tanda dan gejala penyakit menular seksual (PMS) pada laki-laki biasanya tampak jelas sebagai luka atau duh tubuh, sehingga pengobatan dapat dilakukan lebih awal
5.         Komplikasi penyakit menular seksual (PMS) seperti kemandulan dapat dicegah bila penyakit menular seksual (PMS) segera di obati
2.3.3. Macam-macam Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS yang umum terdapat di Indonesia adalah:
1.         Gonorrea
Kuman penyebab ini Neisseria gonnorrhoeae.Tanda-tandanya : Nyeri pada saat kencing, merah, bengkah dan bernanah pada alat kelamin. Gejala dan tanda-tanda pada wanita: Keputihan kental, rasa nyeri di rongga panggul, dapat juga tanpa gejala. Gejala pada laki-laki: Rasa nyeri pada saat kencing, keluarnya nanah kental kuning kehijauan, dapat juga tanpa tanda gejala Komplikasi yang timbul adalah Penyakit radang panggul mandul, menimbulkan kebutaan pada bayi yang dilahirkan Pemeriksaan yaitu dengan pewarnaan gram.13
2.         Chlamidia
Disebabkan oleh bakteri Chamydia Trachomatis. Gejala yang ditimbulkan: cairan vagina encer berwarna putih kekuningan, Nyeri di rongga panggul, perdarahan setelah hubungan seksual. Komplilkasi yang muncul terjadi: biasanya menyertai gonore, penyakit radang panggul, kemandulan akibat perlekatan pada saluran falopian, Penyakit mata pada bayi baru lahir, kemudahan penularan Penyakit HIV. 13
3.         Sifilis
Kuman penyebabnya adalah Treponema Palidum.sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seksual muncul bercak merah pada tubuh yang dating hilang serta tanpa disadari. Gejala : luka pada kemaluan tanpa ada nyeri, bintil bercak merah pada tubuh. Komplikasi pada wanita hamil antara lain:dapat melahirkan dengan kecacatan fisik seperti kerusakan kulit, limpa, hati, dan keterbelakangan mental. 13
4.         Trikomonasiasis
Disebabkan oleh protozoa Trichomanas Vaginalis. Gejala-gejala yang mungkin timbul antara lain: keluar cairan encer berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, Sekitar kemaluan bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman. Komplikasi yang bias terjadi: lecet sekitar kemaluan, bayi lahir prematur, memudahkan penularan Penyakit HIV. 13
5.         Kutil kelamin
Disebabkan oleh Human Papiloma Virus. Gejala yang ditimbulkan:tonjolan kulit seperti kutil besar disekitar alat kelamin (seperti jengger ayam). 13
6.         Chancroid
Disebabkan oleh bakteri haemophillus ducreyi yang menular karena hubungan seksual. Gejala dan tanda-tandanya: Luka-luka dan nyeri, benjolan mudah pecah. Komplikasi: Luka dan Penyakit sehingga mematikan jaringan disekitarnya, memudahkan menularan HIV.
7.         HIV-AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyebabkan AIDS. Hampir tidak ada kejala yang muncul pada awal terPenyakit HIV. Tetapi ketika berkembang menjadi AIDS, Maka orang tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit dan tubuh akan melemah. Tes HIV (ELISA dua kali) perlu disertai konseling sebelum dan sesudah dilakukan. 13
2.3.4. Cara Penularan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Cara penularan penyakit menular seksual (PMS) dapat melalui:
1.         Hubungan  seksual  yang  tidak   terlindungi,  baik  melalui  vagina,
anus, maupun oral
2.         Penularan dari ibu kejanin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifilis), Pada persalinan (HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS)
3.         Melalui trasfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah (HIV/AIDS). 13
2.3.5. Penyakit Menular Seksual (PMS) Tidak Dapat Dicegah Hanya Dengan:
1.         Membersihkan alat kelamin setelah hubungan seksual
2.         Minum jamu tradisional
3.         Minum obat antibiotik sebelum dan sesudah hubungan seksual.
2.3.6.  Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)
1.         Melakukan  hubungan  seksual  hanya  dengan  satu pasangan yang
setia  atau  menghindari  hubungan  seksual  dengan pasangan yang
berganti-ganti
2.         Mempunyai prilaku seksual yang bertanggung jawab dan setia pada pasangannya
3.         Setiap  darah  transfusi dicek terhadap HIV dan donor darah kepada
sanak   saudara   lebih  sehat   dan   aman  dibanding   donor   darah
professional
4.         Menghindari injeksi, periksa dalam, prosedur pembedahan yang tidak  steril  dari  petugas  kesehatan  yang tidak bertanggung jawab
5.         Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar, dan konsisten
2.3.7. Beberapa Ciri Khas Penyakit Menular Seksual
1.         Penularan terutama melalui hubungan seksual
2.         Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan seksual
3.         Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang tidak promiskus (tidak berganti-ganti pasangan)
4.         Kelainan tidak selalu dijumpai pada alat kelamin17
Perkiraan insiden penyakit menular seksual dan penyebarannya di Dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat dibeberapa negara disebut bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif dapat menurunkan insiden penyakit menular seksul namun demikian, disebagai negara besar insiden penyakit menular seksual. Namun demikian, Disebagai negara besar insiden penyakit menular seksual relatif masih tinggi setiap bulan muncul beberapa juta beserta komplikas yang ada antara lain abortus kemandulan, kecacatan jani, kanker leher rahim, bahkan juga kematian. 17







2.4.  Kerangka Konsep Dan Hipotesis
2.4.1. Kerangka Konseptual
    Variabel Bebas                                                         Variabel Terikat
Text Box: Tingkat Pengetahuan Remaja
 






Sumber : (Nursalam, 2003)

2.4.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual Di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.









BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.  Jenis dan Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan peneliti dan berperan sebagai pedoman peneliti pada seluruh proses penelitian.18
Rancangan atau desain penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi  atau hasil penelitian.
Istilah desain penelitian  digunakan dalam dua hal; pertama, desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian untuk mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data. Dan kedua, desain penelitian digunakan untuk mengidentifikasi struktur dimana penelitian dianalisa.19
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif . menurut (Notoadmodjo)  deskriptif kwantitatif yaitu suatu variabel penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan atau mencoba membuat gambaran/deskriptif  suatu keadaan secara obyektif.
Pada penelitian ini peneliti membuat analisa dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. jadi penilitian ini untuk menggambarkan tingkat pengetahuan Remaja tentang Penyakit Menular Seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone Tahun 2013.
3.2.  Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Remaja  tentang Penyakit Menular Seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone  meliputi: pengertian, jenis penyakit, gejala, cara penularan, cara pencegahan penyakit menular seksual.
Tabel 3.1. Defenisi operasional variabel penelitian
Variabel
Defenisi
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Pengetahuan Remaja  ten-tang Penyakit Menular Sek-sual
Adalah Kemampuan responden untuk men-jawab mengenai Pe-nyakit Menular Sek-sual meliputi: pe-ngertian, jenis penya-kit, gejala, cara penu-laran, cara pencegahan penyakit menular seksual
Kuisioner
Responden mengisi sendiri kuisioner.
Tinggi
Rendah
Nominal


3.3.  Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Kampus Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone  tahun 2013. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain:
1.         Di Kampus Akbid Batari Toja belum pernah dilakukan penelitian tentang Penyakit menular seksual.
2.         Dekat dengan wilayah tempat peneliti berdomisili
3.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal April  – Juni  2013
3.4.  Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian
3.4.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh obyek penelitian atau obyek yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2006). Populasi adalah setiap subyek (misalnnya manusia atau pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.18
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja (Mahasiswa Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone) tahun 2013.

3.4.2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap bisa mewakili seluruh populasi .9 Sampel pada penelitian ini adalah sebagian Remaja yang ada di Akademi Kebidanan Batari Toja watampone  yang memenuhi kriteria penelitian.
1.         Kriteria Sampel
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang  terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:  Semua Mahasiswa Kebidanan Batari Toja Watampone Tahun 2013..
2.         Besar Sampel
Besar kecilnya sampel dipengaruhi oleh desain penelitian dan keterbatasan subyek dari penelitian itu sendiri. Jadi prinsip umum yang berlaku sebaiknya dalam penelitian digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin.18
Jumlah Mahasiswa Akademi Kebidanan Batari Toja yang memenuhi kriteria penelitian ini, ditentukan dengan menggunakan
3.4.3.      Sampling Penelitian
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008). Sedangkan tehnik sampling adalah suatu cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan  keseluruhan obyek penelitian.19
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan menggunakan pengambilan secara purposive sampling yaitu tehnik pengambilan sampel secara sengaja, dimana peneliti yang menentukan sampelnya. Jadi, sampel  diambil tidak secara acak, tetapi ditentukan peneliti. Sehingga diharapkan kriteria sampel sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
Prinsip pengambilan sampel pada penelitian kualitatif adalah:
1.         Kesesuaian (apporiateness)
Sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian.
2.         Kecukupan (adequacy)
Data yang didapat menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian, oleh karena itu harus memenuhi kategori yang berkaitan dengan penelitian. Jumlah sampel tidak dipentingkan dalam penelitian ini, tetapi kelengkapan data. Sampel dari penelitian kwalitatif bukan dinamakan responden
tetapi sebagai narasumber, informan, subyek penelitian atau partisipan. Dalam penelitian ini informan adalah Mahasiswa Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone   pada tahun 2013.

3.5.  Pengolahan Data  dan Analisa Data
3.5.1. Pengumpulan Data
   Ada  empat tahap pengelolahan data yaitu:
1.         Editing (pengelolahan data)
Yaitu kegiatan pengecekan isian checklist apakah data sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Editing langsung dilakukan ditempat pengumpulan data atau dilapangan sehinga jika terjadi kesalahan maka upaya pembetulan data segera dilakukan.
2.         Coding (pengkodean)
Yaitu kegiatan merubah data dalam bentuk menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaanya adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat memasukan data.
3.         Entry Data (memasukan data)
Setelah semua isian checklist terisi penuh dan benar, juga sudah melewati    pengcodingan,    maka    langkah    selanjutnya  adalah memperoses data agar dapat dianalis.
4.         Cleaning (pembersihan data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry,  
apakah ada kesalahan atau tidak.21

3.5.2. Analisa Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah univariat dimana data yang dianalisis dengan distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yaitu Tingkat pengetahuan responden. Pengambilan kesimpulan diambil dari prosentase angka hasil pengumpulan data yang dinilaikan . selanjutnya data dimaknai dengan parameter yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut :
a.    Baik            : Bila skor yang diperoleh 76-100%.
b.    Cukup        : Bila skor yang diperoleh 60-75 %
c.    Kurang      : Bila skor yang di peroleh < 60 %  (Arikunto, 2006).
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Remaja Tentang tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang  baik mengenai Penyakit Menular Seksual maka digunakan perhitungan sebagai berikut :18
P=
     Keterangan:
     P: presentase
     f: jumlah
     n: jumlah sampel

3.6.  Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menekankan masalah etika dalam penelitian meliputi.11
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyerahkan surat izin kepada Direktur Batari Toja Watampone. Setelah mendapat ijin, peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan etika penelitian yang meliputi:
3.6.1.   Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, sehingga responden dapat memutuskan apakah bersedia atau tidak bersedia diikutkan dalam penelitian.
3.6.2. Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden. Peneliti tidak memberikan nama responden pada lembar kuesioner dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
3.6.3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Untuk menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.Semua informasi yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya data  tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.19



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian
 Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan Remaja  tentang Penyakit Menular Seksual di Akademi kebidanan Batari Toja watampone  tahun 2013, peneliti secara spesifik membagi variabel tingkat pengetahuan tentang pengertian penyakit menular seksual, jenis penyakit menular seksual, penyebab penyakit menular seksual, cara penularan penyakit menular seksual dan cara pencegahan penyakit menular sesksual menunjukkan bahwa dari 50 sampel penelitian didapatkan tingkat pengetahuan penyakit menular seksual sebagi berikut:
Tabel 4.1.1
Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Remaja tentang pengertian penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone Tahun 2013

Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
50
0
0
100%
0
0
TOTAL
50
100%
Sumber : data Primer
                 Berdasarkan tabel 4.1.1 diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan responden tentang pengertian Penyakit menular seksual adalah memilki pengetahuan yang sangat baik karena semua responden menjawab dan mengerti mengenai pengertian Penyakit menular seksual.

Tabel 4.1.2
Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan remaja tentang jenis penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja
 Watampone Tahun 2013

Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
48
0
2
96%
0
4 %
TOTAL
50
100%
                 Sumber : data Primer
             Berdasarkan tabel 4.1.2 diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan responden tentang Jenis Penyakit menular seksual adalah memilki pengetahuan yang baik  sebesar   48 orang (96%) dan menjawab kurang sebesar 2 orang (4%) .
Tabel 4.1.3.
Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan remaja tentang gejala dan penyebab  penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone Tahun 2013.
Pengetahuan
Frekwensi
Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
50
0
0
100
0
0
TOTAL
50
100%
           Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1.3 diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan responden tentang Jenis Penyakit menular seksual adalah memilki pengetahuan yang sangat baik karena semua responden menjawab dan mengerti mengenai penyebab dan gejala penyakit menular seksual
Tabel 4.1.4.
Distribusi Frekuensi Tingkat  pengetahuan  remaja  tentang  cara  penularan penyakit   menular   seksual  di Akademi  Kebidanan  Batari   Toja Watampone 2013
Pengetahuan
Frekwensi
Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
49
0
1
98%
0
2%
TOTAL
50
100%
           Sumber : data Primer
Berdasarkan tabel 4.1.4 diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan responden tentang cara penularan penyakit menular seksual adalah memilki pengetahuan yang baik  sebayak 49 responden (48%) dan yang menjawab kurang sebanyak 1 orang (2%)..
Tabel 4.1.5
Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan remaja tentang cara pencegahan penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan
Batari Toja Watampone 2013
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
34
16
0
68%
32%
0
TOTAL
50
100%
Sumber : data Primer
Berdasarkan tabel 4.1.5 diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan responden tentang cara pencegahan penyakit menular seksual baik sebbesar 34 responden (68%) dan 16 responden yang memilki tingkat pengetahuan yang cukup (32%)

4.2.      Karakteristik Responden
Karekteristik responden yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi : Usia Responden
4.2.1.      Tabel Usia Responden
Tabel 4.2.1
Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual menurut usia responden  di Akademi Kebidanan
Batari Toja Watampone 2013
Umur
Jumlah
Frekuensi (%)
17
18
19
3
23
24
6
46
48
Total
50
100
Berdasarkan tabel 4.2.1.  bahwa responden yang berumur 17 tahun adalah 3 orang  (6%), 18 tahun sebanyak 23 orang (46%) dan responden yang berumur 19 tahun sebanyak 24 orang (48%).

4.2.2. Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat 50 sampel, dan responden yang terdiri dari Tingkat I Akademi Kebidanan Batari Toja. Berdasarkan hasil penelitian dengan memberi pertanyaan berupa kuisioner kepada responden Mahasiswa Akbid teyang masih tergolong remaja akhir yakni 17-19 tahun dalam hal ini Mahasiswa Akbid Batari Toja  mempunyai pengetahuan yang baik  tentang pengertian penyakit menular seksual  hal ini di tunjukkan pada hasil penelitian bahwa dari 50  responden  yang diteliti 50 menjawab dengan kategori baik (100 %). Hal ini terjadi karena  karena semua Responden telah mempelajari tentang Penyakit Menular seksual yang ada dalam mata kuliah Akademi Kebidanan Batari Toja.
        Dari hasil penelitian tentang jenis penyakit Menular seksual dari 50 responden yang menjadi sampel penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka 48 responden atau 98 %  memilki tingkat pengetahuan yang baik dan 2 orang memiiki pengetahuan yang kurang  sehingga mahasiswa  yang masih kurang seharusnya mampu untuk lebih mengetahui mengenai jenis penyakit menular seksual apakah melalui pembelajaran yang dilakukan oleh dosen, atau melalui selebaran, leaflet ataupun poster-poster yang banyak tersebar ditempat melakukan praktek-praktek kebidanan apakah di rumah sakit, Puskesmas. hal ini memberikan kesimpulan bahwa  . hal ini juga bisa sebagai gambaran umum bahwa pengetahuan mengenai jenis penyakit menular seksual sudah umum diketahui oleh kalangan remaja khususnya masiswa dan lebih khusus mahasiswa yang berada mengkhuskan diri dibidang kesehatan.
  Dari hasil penelitian di Akdemi kebidanan batari toja mengenai gambaran tingkat pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit menular seksual baik yaitu dari 50 responden (100 %) yang mengetahui tentang penyebab dan gejala penyakit menular seksual. Memang sebaiknya penyebab dan gejala penyakit menular seksual harus diketahui dengan baik khususnya dikalangan mahasiswa agar mampu terhindar dari penyakit ini, khususnya seks bebas yang sangat meningkat jumlahnya yang merupakan pemicu dari timbulnya penyakit menular seksual.
Dari hasil penelitian tentang cara pencegahan penyakit menular seksual di Akademi kebidanan batari Toja bahwa dari 50 responden yang menjawab kategori baik sebesar 34 orang atau sebasar 68 persen  dan 32% atau sebesar 16 orang yang memilki kategori tingkat pengetahuan yang cukup, hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan suatu usaha sosialisasi yang lebih tentang cara pencegahan penyakit menular sesksual baik dalam lingkup akademik maupun diluar akademik , karena penelitian ini memberikan gambaran  bahwa meskipun dalam kategori baik ada sekitar 68% , hal ini bisa dikategorikan secara umum bahwa tingkat pengetahuan remaja mengenai penyakit menular seksual masih dalam kategori cukup  hal ini bisa memberikan indikasi bahwa remaja masih memerlukan pembelajaran yang lebih mengenai cara pencegahan penyakit menular sesksual.
Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada umur responden dimana usia responden yang termasuk kategori akhir yakni 17-19 tahun yang kuliah di Akademi Kebidanan batari Toja umumnya memilki pengetahuan yang baik mengenai penyakit menular seksual. Namun penliti tidak meneliti tentang Jenis kelamin dan Agama karena pada dasarnya memilki memilki homogenitas yakni umumnya adalah berjenis kelamin perempuan dan terdiri dari suku Bugis yang mayoritas penduduknya adalah beragam Islam.
   
4.3.  Keterbatasan Penelitian
 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memiliki beberapa keterbatasan di antaranya, jumlah sampel tidak terpenuhi karena adanya berbagai kesibukan yang dilakukan oleh tingkat II dan Tingkat III Akademi kebidanan Batari Toja yakni Kesibukan menjalani Praktek di luar Kampus Batari Toja dan kesibukan-kesibukan Akademis.















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.I  Kesimpulan
1)        Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja  tentang pengertian Penyakit Menular seksual dikategorikan tinggi sebesar 100%.
2)        Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja  tentang Jenis Penyakit Menular seksual dikategorikan tinggi sebesar 98%.
3)        Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja  tentang penyebab Penyakit Menular seksual dikategorikan tinggi sebesar 100%.
4)        Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja  tentang cara penularan  Penyakit Menular seksual dikategorikan tinggi sebesar 98 %.
5)        Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja  tentang cara  pencegahan  Penyakit Menular seksual dikategorikan cukup  sebesar 68%.

5.2 Saran
1.        Bagi  Remaja
Diharapkan dapat lebih memperhatikan kesehatan dalam hal ini kesehatan reproduksi dengan lebih mengetahui tentang cara-cara yang benar tentang pencegahan penyakit menular seksual.
2.      Bagi Puskesmas di Wilayah Setempat
Memberi penyuluhan yang intensif tentang pentingnya pencegahan mengenai penyakirt menular seksual khususnya dikalangan remaja atau mahasiswa yang masih rentan dalam pergaulan bebas dan sex bebas yang merupakan penyebab utama tingginya penyakit menular seksual. .
3.        Bagi peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel dan tempat penelitian yang memilki skala lebih luas serta  faktor – faktor yang  berhubungan dengan pengetahuan misalnya tingkat social ekonomi.

















DAFTAR PUSTAKA

1.        Widoyono. (2008). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga.
2.        Manuaba, IBG. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Arcan.
3.        Lestari, C.I., 2008. Penyakit Menular Seksual. Diperoleh dari: http://cintalestari.wordpress.com/2008/09/06/penyakit-menular-seksual/. (Diakses 12 Maret 2013).
4.        PILAR PKBI, (2010). Lembaga Kesehatan Reproduksi. Dinas Kesehatan Kota Semarang.
5.        Muzayyanah, S (2011). Pendidikan Kesehatan Reproduksi. (On line). Avaible:// halal sehat.com/. (19 April 2013)
6.        Dinkes Sul-sel. 2010. HIV/AIDS Dan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual (PMS) Di Sulsel
7.        Notoatmodjo, S (2003). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinika Cipta.
8.        Rahman,dkk. 2006. (Kajian Terhadap Metode, Epistimologi Dan System Pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
9.        Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Renika Cipta.
10.    Notoatmodjo, S (2005). Promosi Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
11.    Arikunto, S. (2006). Proedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika cipta.
12.    Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto
13.    Yani Widyastuti, dkk, (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
14.    Moersintowati, dkk. 2002 Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto
15.    Sarwono, W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
16.    Departemen Kesehatan RI. (2008). Kesehatan Reproduksi Dan Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Departemen Kesehatan.
17.    Daili, dkk. (2007). Penyakit menular seksual. Balai penerbit FKUI: Jakarta
18.    Machfoedz, Ircham. Bio Statistika bidangkesehatan, keperawatan, Kebidanan dan Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
19.    Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta: Salemba medika.
20.    Riduwan. 2005. Dasar – dasar Statistika. Bandung: CV Alfabeta.
21.    Hastono, S.P., 2001. Analisis Data. Jakarta, Penerbit Pustaka Fakultas Kesehatan. Masyarakat-UI.



No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...