TINGKAT
PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL
(
P M S )
DI
AKBID BATARI TOJA WATAMPONE
TAHUN
2013
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam menyelesaikan
Pendidikan Ahli Magya Kebidanan di Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone
Tahun 2013
H A R Y A N I
BT 10 179
BT 10 179

AKADEMI
KEBIDANAN BATARI TOJA
WATAMPONE
2013
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis haturkan kehadiratan Allah SWT yang telah memberikanrahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Penyakit Menular Seksual
( P M S ) Di Akademi Kebidanan
Batari Toja Watampone Tahun 2013 “. Tak lupa shalawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,
para sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Adapun
maksud dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat
akademi dalam rangka menyelesaikan kuliah Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone.
Selanjutnya,
penulis mengucapakan terima kasih kepada ibu Dosen pembimbing Mata Kuliah serta
teman yang senantiasa banyak membantu dalam perkuliahan.
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima
kritik dan saran sebagai masukkan guna kesempurnaan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini . Akhir kata penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat sebagai
tambahan informasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi semua
pihak. Amin.
Watampone,
19 April 2013
Penulis
ABSTRAK
Haryani.
“Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual ( P M S ) Di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone
Tahun 2013 “. (Dibimbing oleh Ibu Dr.
Hj. M agdaniar Moen, M. Kes ).
Penyakit menular
seksual (PMS) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan melalui
hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa berupa timbulnya
kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin.
Sampai sekarang,
Penyakit menular seksual masih menjadi masalah kesehatan, sosial maupun ekonomi
di berbagai negara. Peningkatan insidens penyakit menular seksual dan
penyebarannya di seluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di
beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif
akan menurunkan insidens Penyakit menular seksual atau paling tidak insidensnya
relatif tetap
Maksud dari penelitian ini adalah
mengetahui Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular
Seksual (
P M S ) Di Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone Tahun 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh remaja (Mahasiswa Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone) tahun 2013. Desain penelitian ini adalah survey
deskriptif, dengan jumlah sampel 50.
Berdasarkan hasil penelitian dengan memberi pertanyaan berupa kuisioner
kepada responden Mahasiswa Akbid yang masih tergolong remaja akhir yakni 17-19
tahun dalam hal ini Mahasiswa Akbid Batari Toja mempunyai pengetahuan yang baik tentang pengertian penyakit menular seksual hal ini di tunjukkan pada hasil penelitian
bahwa dari 50 responden yang diteliti 50 menjawab dengan kategori baik
(100 %). Berdasarkan jenis penyakit menular seksual terdapat 48 responden atau
98 % memilki tingkat pengetahuan yang
baik dan 2 orang memiiki pengetahuan yang kurang. Berdasarkan Penyebab dan
gejala penyakit menular seksual baik yaitu dari 50 responden (100 %).
Berdasarkan pencegahan penyakit menular seksual terdapat sebesar 34 orang atau
sebasar 68% dan 32 atau sebesar 16 orang
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Haryani
Nim : BT 10
179
Program
Studi : D.III Kebidanan
Telah
diperiksa oleh pembimbing serta dinyatakan layak untuk diajukan dalam sidang
Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.III Kebidanan Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone.
Watampone, 17 Juni 2013
Mengetahui,
Direktur
Pembimbing,
dr. Hj. Magdaniar Moein, M.Kes dr.
Hj. Magdaniar Moein, M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN
Karya
Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh tim Penguji Pada Ujian Akhir
Program Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone pada Hari Minggu Tanggal
16 Bulan Juni
Tahun 2013.
Tim
Penguji
1.
Hj. A. Mardiana, S.SiT, M.Keb (……………………….........)
2.
Hj. Azniah, SKM. M.Kes (……………………….........)
3.
dr. Hj. Magdaniar Moein, M.Kes (...……………………….....)
Mengetahui
Direktur,
Akademi Kebidanan Batari
Toja Watampone
Dr. Hj.
Magdaniar Moein, M.Kes
NIDN.
092 608 780
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan
syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan pada program
DIII Kebidanan Universitas Yayasan Makassar Indonesia (YMI) Batari Toja
Watampone, dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular
Seksual ( P M S ) Di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone
Tahun 2013 “. Penulis sadar sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak untuk menyempurnakan hasil penulisan ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada Ibu . selaku pembimbing yang telah tulus
ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam memberikan bimbingan
kepada penulis sampai selesainya hasil penulisan ini.
Tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Hj.Andi
Ahmad Anshari, SE, Selaku ketua umum Yayasan Makassar
Indonesia Di Kebidanan Batari Toja Watampone
2.
dr.
Hj.Magdaniar Moein, M.Kes, selaku
Direktur Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
3.
Dosen dan Staf Akademi Kebidanan
Batari Toja Watampone yang telah mendidik dan
mentransformasikan ilmunya kepada penulis selama proses pendidikan.
4.
dr.
Hj. M agdaniar Moen, M. Kes, selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.
5.
Hj.Hasniah
Syam,S.ST.M.Kes, selaku penguji I dan Dudun Nuryanti, SKM, M. Keb, selaku penguji ke II Yang telah
memberikan masukan yang telah menilai karya ilmiah ini.
6.
Kedua orang tua yang memberikan
support selama menempuh pendidikan.
7.
Buat teman-teman angkatan 2010 pada
umumnya dan khususnya satu kelasku di Akbid Batari Toja Watampone.
Karya tulis ilmiah ini
kupersembahkan buat orang tuaku, saudaraku, keluarga terdekat, seseorang
dan sahabat-sahabat terdekat yang selalu
memberikan support kepada penulis. Hanya terima kasih dan penghormatan yang
setinggi-tingginya yang dapat penulis lakukan atas semuanya. Akhirnya kepada
Allah SWT penulis panjatkan syukur dan doa yang sedalam-dalamnya, semoga
tulisan ini dapat memberi berkah dan manfaat bagi setiap yang membacanya,
khususnya bagi penulis sendiri.
Watampone, Juni
2013
Penulis
HARYANI
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Judul………………………………………………………………………
Lembar
persetujuan………………………………………………………………...
Lembar pengesahan……………………………………………………………….
Pernyataan………………………………………………………………………......
Abstrak……………………………………………………………………………..i
Kata
pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar isi………………………………………………………………………......iv
Daftar
tabel……………………………………………………………………...viii
Daftar
gambar…………………………………………………………………….ix
Daftar
lampiran…………………………………………………………………....x
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Penelitian ………………………………………...1
1.2.
Rumusan Masalah
Penelitian……………………………………...6
1.3.
Tujuan penelitian.....................……………………………………6
1.3.1.
Tujuan
Umum......…………………………………………..6
1.3.2.
Tujuan Khusus....……………………………………………6
1.4.
Manfaat
Penelitian………………………………………………...7
1.4.1.
Bagi
Remaja………………………………………...............7
1.4.2.
Bagi Institusi
Pendidikan...................................................... 7
1.4.3.
Bagi
Penelitian.……………………………………………..7
BAB II : TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Umum
Tentang Pengetahuan..........................................9
2.1.1.
Pengertian.................................................…………………9
2.1.2.
Tingkat Pengetahuan..........................................................10
2.1.3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan...……...11
2.1.4.
Cara Memperoleh
Pengetahuan..........................................12
2.1.5.
Cara mengukur
Pengetahuan..……………………………13
2.2.
Tinjauan Umum Remaja..………………………………………...14
2.2.1.
Pengertian
Remaja....................................………………..14
2.2.2.
Tahap-Tahap
Perkembangan Remaja.................................15
2.3.
Penyakit menular
Seksual...............................................................16
2.3.1.
Pengertian.................................................………………..16
2.3.2.
Hal Yang Perlu
diketahui....................................................16
2.3.3.
Macam-Macam
Penyakit Menular Seksual.............……...17
2.3.4.
Cara Penularan
Penyakit Menular Seksual.........................19
2.3.5.
Penyakit menular
tidak Dapat dicegah...…………………20
2.3.6.
Pencegahan Penyakit
Menular............................................20
2.3.7.
Beberapa Ciri Khas
Penyakit Menular Seksual..................21
2.4.
Kerangka Konsep...........................................................................22
2.4.1.
Kerangka
Konsep......................................………………22
2.4.2.
Hipotesis.............................................................................22
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis dan Desain
Penelitian.....…………………………………...23
3.2.
Variabel
Penelitian.........................................................................24
3.3.
Tempat dan Waktu
penelitian........................................................24
3.4.
Populasi, Sampell
dan Sampling Penelitian...................................25
3.5.
Pengolahan data dan
Analisa Data.......…………………………..27
3.6.
Etika
Penelitian...............................................................................29
BAB
IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Penelitian…………………………………………………...30
4.2.
Karakteristik
Penelitian..................................................................33
4.3.
Pembahasan………………………………………………………30
4.4.
Keterbatasan
Penelitian..................................................................36
BAB V : KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan………………………………………………………37
5.2.
Saran……………………………………………………………...37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT
HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Penyakit menular seksual (PMS)
adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan
manifestasi klinis berupa berupa timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat
kelamin.1
Menurut WHO (2009) terdapat lebih
kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Kondisi paling sering ditemukan adalah Penyakit gonorrhea,
chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, Penyakit
human immodeficiency virus (HIV), yakni HIV dan syphilis, dapat ditularkan
melalui darah dan jaringan tubuh, dari ibu ke anaknya selama kehamilan. 2
Sampai sekarang, Penyakit menular
seksual masih menjadi masalah kesehatan, sosial maupun ekonomi di berbagai
negara. Peningkatan insidens penyakit menular seksual dan penyebarannya di
seluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara
disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan
insidens Penyakit menular seksual atau paling tidak insidensnya relatif tetap.
Namun demikian, di sebagian besar negara insidens Penyakit menular seksual relatif masih tinggi. Angka
penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi
terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang terdata hanya sebagian
kecil dari penderita sesungguhnya.3
Di Indonesia, Penyakit menular
seksual yang paling banyak ditemukan adalah syphilis dan gonorrhea. Prevalensi Penyakit
menular seksual di Indonesia sangat tinggi ditemukan di kota Bandung, yakni
dengan prevalensi Penyakit gonorrhea sebanyak 37,4%, chlamydia 34,5%, dan
syphilis 25,2%; Di kota Surabaya prevalensi Penyakit chlamydia 33,7%, syphilis
28,8% dan gonorrhea 19,8%; Sedang di Jakarta prevalensi Penyakit gonorrhea
29,8%, syphilis 25,2% dan chlamydia 22,7%. Di , kejadian syphilis terus
meningkat setiap tahun. Peningkatan penyakit ini terbukti sejak tahun 2003
meningkat 15,4% sedangkan pada tahun 2004 terus menunjukkan peningkatan menjadi
18,9%, sementara pada tahun 2005 meningkat menjadi 22,1%. Setiap orang bisa
tertular penyakit menular seksual. Kecenderungan kian meningkatnya penyebaran
penyakit ini disebabkan perilaku seksual yang bergonta-ganti pasangan, dan
adanya hubungan seksual pranikah dan diluar nikah yang cukup tinggi. Kebanyakan
penderita penyakit menular seksual adalah remaja usia 15-29 tahun, tetapi ada
juga bayi yang tertular karena tertular dari ibunya.3
Tingginya kasus penyakit Penyakit
menular seksual, khususnya pada kelompok usia remaja, salah satu penyebabnya
adalah akibat pergaulan bebas. Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan bebas
semakin meningkat terutama di kota-kota besar. Hasil penelitian di 12 kota
besar di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum
menikah sudah melakukan hubungan seksual. Pakar seks juga spesialis Obstetri
dan Ginekologi dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke
tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari
sekitar 5% pada tahun 1980-an, menjadi 20% pada tahun 2000. Kisaran angka
tersebut didapat dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia.
Pengetahuan tentang Penyakit
menular seksual dapat ditingkatkan dengan pemberian pendidikan kesehatan
reproduksi yang dimulai pada usia remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi di
kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi,
tetapi juga mengenai bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular
seksual dan kehamilan yang belum diharapkan atau kehamilan berisiko tinggi
(BKKBN, 2005).
Angka kejadian Penyakit Menular
Seksual (PMS) saat ini cenderung meningkat di Indonesia. Penyebarannya sulit
ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap
penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang sempat terdata hanya sebagian
kecil dari jumlah penderita sesungguhnya.
Berdasarkan laporan studi kasus
yang dilakukan oleh Pusat Informasi dan layanan Remaja (PILAR) Perhimpunan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat mitra
8.463 yang berkonsultasi melalui telepon, surat dan tatap mata, kasus tertinggi
terdapat juga pada hubungan seksual pranikah berjumlah 863 jiwa, aborsi 687,
kehamilan pranikah 483, PMS 452, memakai kontrasepsi 347, masalah pacaran 778,
masalah dengan keluarga 449, masalah sekolah 344. 4
Ketidakpekaan orang tua dan
mendidik terhadap kondisi remaja
menyebabkan remaja sering jauh dalam kegiatan tuna
sosial. Ditambah lagi keengganan dan kecangguhan remaja untuk bertanya pada
orang yang tepat semakin menguatkan alasan remaja sering bersikap tidak tepat
terhadap organ reproduksi data menunjukan dari remaja usia 12-18 tahun, 16%
mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5%
dari orang tua. 5
Untuk di Sulawesi Selatan, kegiatan
utama pemberantasan penyakit menular seksual adalah sero survei terhadap
kelompok resiko tinggi dan rendah yang disertai dengan penyuluhan langsung
kepada kelompok sasaran tersebut. Hasil pemeriksaan sampel tersebut ditemukan
STS positif sebanyak 51 sampel dan HIV positif 18 sampel sehingga jumlah kasus
HIV positif hingga tahun 2003 sebanyak 62 orang sedang penderita AIDS hingga
Desember 2003 sebanyak 4 orang. Sedangkan sampai dengan Desember 2004, kegiatan
Sero Survei telah dilaksanakan di seluruh kab./kota se Sulawesi Selatan. Dari
hasil pemeriksaan sampel tersebut ditemukan positif HIV sebanyak 84 sampel.
Secara kumulatif jumlah pengidap HIV dan penderita AIDS hingga Desember 2005
sebanyak 398 kasus HIV+ dan 148 kasus AIDS. Sementara situasi pengidap HIV dan
penderita AIDS sampai dengan bulan Desember 2006 tercatat 279 penderita AIDS
dan 915 pengidap HIV. Berdasarkan hasil sero survei ditemukan pengidap HIV 151
orang (7,57%) dan Sifilis 85 orang (4,26%) dari total sampel (1.995 orang) yang
terdiri dari ABK, Napi, PSK, Pramupijat, Pramuria, Sopir dan pengunjung. Jumlah
terbanyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki dengan kelompok umur 20-29
tahun dan 30-39 tahun. Pada tahun 2007 jumlah penderita HIV meningkat sebanyak 1.065,
sementara penderita AIDS menurun menjadi 68 orang. 6
Berdasarkan data profil kesehatan
kabupaten/kota tahun 2009, tercatat penderita HIV/AIDS sebanyak 554 kasus,
namun laporan tahunan Bidang P2PL Dinkes Prov. Sulawesi Selatan tahun 2009,
kasus HIV (410 kasus) dan AIDS (118 kasus). Jika dilihat dari tahun 2006-2009,
kasus HIV/AIDS menunjukkan grafik naik turun.6
Hasil SDKI 2007 di Sulawesi Selatan
terdapat 48% wanita dan 57,1% pria yang pernah mendengar tentang AIDS. Tingkat
pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terPenyakit pada umumnya rendah. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya 32% wanita dan 42,7% pria mengetahui bahwa
membatasi seks hanya dengan satu partner yang tidak terPenyakit sebagai cara
mengurangi risiko penularan, 28,4% wanita dan 43,3% setuju bahwa tidak
berhubungan seks akan mengurangi kemungkinan terPenyakit dan 27,5% wanita dan
40,5% pria mengatakan penggunaan kondom secara teratur akan mengurangi
kemungkinan terPenyakit. Selanjutnya, pengetahuan tentang Konseling Sukarela
(Voluntary Counseling and Testing/VCT) menunjukkan hanya 6% wanita pernah kawin
dilaporkan pernah mendengar tentang adanya konseling sukarela. Persentase
wanita pernah kawin yang mengetahui tempat pelayanan VCT dari rumah sakit
pemerintah cukup tinggi yakni sebesar 78%.6
Berdasarkan latar belakang diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja
Watapone”.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
perumusan masalah penelitian yaitu: Bagaimana tingkat pengetahuan remaja
tentang penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone?
1.3. Tujuan
Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit
menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Mengetahui tingkat
pengetahuan remaja tentang pengertian penyakit menular seksual di Akademi
Kebidanan Batari Toja Watampone
2.
Mengetahui tingkat
pengetahuan remaja tentang jenis penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan
Batari Toja Watampone.
3.
Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang gejala
penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
4.
Mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang
cara penularan
penyakit menular
seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone.
5.
Mengetahui tingkat
pengetahuan remaja tentang cara pencegahan penyakit menular seksual di Akademi
Kebidanan Batari Toja Watampone.
1.4. Manfaat
Penelitian
1.4.1.
Bagi
Remaja
Remaja dapat memperoleh informasi
yang tepat tentang penyakit menular seksual,serta akibat yang akan didapatkan
dari penyakit itu sendiri.
1.4.2.
Bagi
Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan
bagi institusi pendidikan guna memperoleh materi tentang penyakit menular
seksual
1.4.3.
Bagi
Penelitian
Peneliti dapat bertambah ilmu
pengetahuan dan wawasan. Selain itu karena peneliti seorang bidan, hasil
penelitian dapat di jadikan bahan penyuluhan masyarakat.
1.4.4.
Bagi
Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait
Dapat menjadi masukan bagi dinas
kesehatan & instansi terkait tentang keadaan remaja di wilayah setempat,
sehingga dapat menjadi upaya pencegahan bila ada kasus penyakit menular
seksual.
1.5.
Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, maka penulis membagi ke dalam lima
bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan tentang latar belakang masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, manfaat penelitian, Ruang
lingkup dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka meliputi Tinjauan
Umum Tentang Pengetahuan, Tinjuan Tentang Renaja, Tinjauan Tentang Penyakit
Menular Seksual dan kerangka konsep
Penelitian.
Bab III : Metode penelitian yang terdiri dari Jenis dan
Desain Penelitian, Variabel dan Definisi Operasional, Tempat dan Waktu Penelitian,
Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian,
Pengolahan Data
dan Analisa Data serta Etika Penelitian.
Bab IV : Gambaran Umum tentang
lokasi penelitian khususnya mengenai lokasi Kampus Akademi Kebidanan Batari
Toja Watampone, juga membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan dari
penelitian yang telah dilakukan.
Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran-saran guna memecahkan masalah yang ditemukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan
Umum Tentang Pengetahuan
2.1.1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil
”tahu” dan ini terjadi setalah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu
obyek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui pancaindra manusia
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba dengan sendiri. Pada
waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengarui
oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagaian besar pengetahuan
manusian diperoleh melalui mata dan telingga. 7
Pengetahuan adalah hasil dari
kegiatan mengetahui, mengetahui artinya mempunyai bayangan dalam pemikirannya
tentang sesuatu. Pada dasarnya manusia mengetahui dengan 2 cara sehingga dalam
otaknya ada bayangan, yaitu mengetahui lewat panca indra dan mengetahui lewat. 8
Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagai besar pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.
Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan langgeng dari
pada tidak disadari oleh pengetahuan.9
2.1.2.
Tingkat
Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan
yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 7
1.
Tahu ( Know)
Tahu diartikan sebagai mengigat
suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima
dengan cara menyebutkan, menguraikan, dan mendefinisikan.
2.
Memahami (Comprehesion)
Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,dan dapat
mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang
objek atau meteri harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
3.
Aplikasi (Application)
Sebagai kemampuan untuk menggunakan
yang telah dipelajari. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum, rumus, metode, dan prinsip.
4.
Analisis (Analisys)
Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan
materi atau objek kedalam komponen-komponen, Tetapi
masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunanan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan, membedakan dan mengelompokan.
5.
Synthesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada sesuatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau abyek.
2.1.3. Faktor-faktor Yang
Mempengarui Pengetahuan
1.
Faktor Internal
a.
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembanngan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagian. 7
b.
Umur
Menurut Elisabeth BH yang
dikutip Nursalam
(2003) usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun
c.
Paparan media massa dan
Informasi
Melalaui berbagai media baik cetak maupun elektronik
berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lain-lain) akan memperoleh
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang tidak terpapar
informasi media massa.
2.
Faktor Eksternal
a.
Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar mamusia dan pengaruhnya
yang dapat mempenggarui perkembangan dan prilaku orang atau kelompok
b.
Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengarui dari sikap dalam menerima informasi
2.1.4.
Cara
Memperoleh Pengetahuan
Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan menurut
(Notoatmodjo, 2005).
1.
Cara tradisional
a.
Cara coba salah
Cara yang paling tradisonal adalah melalui coba-coba
atau dengan kata yang mudah dikenal trial and error. Cara coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinaan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
b.
Cara kekuasaan dan
otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan pada tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli
ilmu pengetahuan.
c.
Berdasarkan pengalaman
pribadi
Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
kebenaran pengetahuan.
d.
Melalui jalan fikiran
manusia menggunakan penalaran atau jalan fikiran dalam memperoleh
pengetahuannya.
2.
Cara modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah.10
2.1.5. Cara Mengukur
Pengetahuan
Mengukur pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang
ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden, kedalam pengetahuan yang
ingin remaja ketahui atau ukur yang dapat remaja sesuaikan dengan tingkatan
pengetahuan.7
Sebagaian besar penelitian umumnya
menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data.
Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan proses uji
coba. Dalam uji coba, responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran
perbaikan bagi kuesioner yang di uji cobakan itu dengan skala yang bersifat
kualitatif, yaitu:11
1.
Baik : Hasil presensi
76%-100%
2.
Cukup: Hasil presensi
56%-75%
3.
Kurang: Hasil presensi
>56% .
2.2. Tinjauan
Umum Remaja
2.2.1. Pengertian Remaja
Remaja atau “adolescence” (Inggris),
berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah
kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja,
tetapi juga kematangan sosial dan psikologi. 12
Masa remaja adalah masa transisi
yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni
antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pupertas. Masa remaja adalah periode peralihan
dan masa anak ke masa dewasa.13
Masa remaja atau masa adolesensi
adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu.
Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang di
tandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. 14
2.2.2.
Tahap
Perkembangan Remaja
Guna memperjelas definisi lebih
lanjut, peneliti akan menguraikan siklus perkembangan remaja yang terdiri dari:
1.
Remaja Awal (10-12 tahun)
a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
b. Tampak dan merasa ingin bebas
c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berpikir khayal (abstrak)
2.
Remaja Menengah (13-15 tahun)
Pada masa timbul dengan adanya
perkembanngan pola fikir remaja merasa bangga bila dikagumi atau digemari oleh
temannya pengenalan akan datangnya masa dewasa akan ada, Namun demikian ada
timbul mencintai diri sendiri. Tetapi remaja kerap dalam kondisi kebinggungan
karena tidak tahu harus memilih yang mana, Peka atau tidak peduli, ramai-ramai
atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan lain sebagainya.
Remaja pria harus membebaskan diri dari aedipus complek (perasaan cintanya kepada ibunya dimasa kanak-kanak ) dengan
mempererat hubungan dengan teman-teman sebayanya.
3.
Remaja Akhir (17-19 tahun)
Persiapan peran sebagai orang
dewasa, Dimana remaja berusaha bisa menyatu dengan orang lain dan mencari
pengalaman baru. Adanya perubahan sikap diri dari memusatkan perhatian dari
diri sendiri menjadi keseimbangan antara diri sendiri dengan orang lain. Remaja
berusaha mencari pengalaman-pengalaman baru. 15
2.3. Penyakit
Menular Seksual
2.3.1. Pengertian
Penyakit menular seksual adalah
penyakit yang pada umumnya terjadi pada alat kelamin dan ditularkan terutama
melalui hubungan seksual.16
PMS adalah singkatan dari penyakit
menular seksual , Yang berarti suatu Penyakit atau penyakit yang kebanyakan
ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga
diartikan sebagai penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi kejalanya
dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan
organ tubuh lain.
2.3.2.
Beberapa
Hal Penting Yang Perlu Diketahui Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS):16
1.
Penyakit menular
seksual
(PMS)
dapat terjadi pada laki-laki
maupun perempuan
2.
Penularan penyakit
menular seksual (PMS) dapat terjadi, walaupun hanya sekali melakukan hubungan
seksual tanpa memakai kondom dengan penderita penyakit menular seksual (PMS)
3.
Perempuan lebih mudah
tertular penyakit menular seksual (PMS) dari pasangannya di bandingkan
laki-laki, karena bentuk alat kelaminnya dan luas permukaannya yang terpapar
air mani pasangannya.
4.
Tanda-tanda dan gejala
penyakit menular seksual (PMS) pada laki-laki biasanya tampak jelas sebagai
luka atau duh tubuh, sehingga pengobatan dapat dilakukan lebih awal
5.
Komplikasi penyakit
menular seksual (PMS) seperti kemandulan dapat dicegah bila penyakit menular
seksual (PMS) segera di obati
2.3.3. Macam-macam Penyakit
Menular Seksual (PMS)
PMS yang umum terdapat di Indonesia adalah:
1.
Gonorrea
Kuman penyebab ini Neisseria
gonnorrhoeae.Tanda-tandanya : Nyeri pada saat kencing, merah, bengkah dan
bernanah pada alat kelamin. Gejala dan tanda-tanda pada wanita: Keputihan
kental, rasa nyeri di rongga panggul, dapat juga tanpa gejala. Gejala pada
laki-laki: Rasa nyeri pada saat kencing, keluarnya nanah kental kuning
kehijauan, dapat juga tanpa tanda gejala Komplikasi yang timbul adalah Penyakit
radang panggul mandul, menimbulkan kebutaan pada bayi yang dilahirkan Pemeriksaan
yaitu dengan pewarnaan gram.13
2.
Chlamidia
Disebabkan oleh bakteri Chamydia
Trachomatis. Gejala yang ditimbulkan: cairan vagina encer berwarna putih
kekuningan, Nyeri di rongga panggul, perdarahan setelah hubungan seksual. Komplilkasi
yang muncul terjadi: biasanya menyertai gonore, penyakit radang panggul,
kemandulan akibat perlekatan pada saluran falopian, Penyakit mata pada bayi
baru lahir, kemudahan penularan Penyakit HIV. 13
3.
Sifilis
Kuman penyebabnya adalah Treponema
Palidum.sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seksual muncul bercak merah
pada tubuh yang dating hilang serta tanpa disadari. Gejala : luka pada kemaluan
tanpa ada nyeri, bintil bercak merah pada tubuh. Komplikasi pada wanita hamil
antara lain:dapat melahirkan dengan kecacatan fisik seperti kerusakan kulit,
limpa, hati, dan keterbelakangan mental. 13
4.
Trikomonasiasis
Disebabkan oleh protozoa
Trichomanas Vaginalis. Gejala-gejala yang mungkin timbul antara lain:
keluar cairan encer berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, Sekitar
kemaluan bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman. Komplikasi yang bias
terjadi: lecet sekitar kemaluan, bayi lahir prematur, memudahkan penularan Penyakit
HIV. 13
5.
Kutil kelamin
Disebabkan oleh Human Papiloma
Virus. Gejala yang ditimbulkan:tonjolan kulit seperti kutil besar disekitar
alat kelamin (seperti jengger ayam). 13
6.
Chancroid
Disebabkan oleh bakteri
haemophillus ducreyi yang menular karena hubungan seksual. Gejala dan
tanda-tandanya: Luka-luka dan nyeri, benjolan mudah pecah. Komplikasi: Luka dan
Penyakit sehingga mematikan jaringan disekitarnya, memudahkan menularan HIV.
7.
HIV-AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency
Virus adalah sejenis virus yang menyebabkan AIDS. Hampir tidak ada kejala
yang muncul pada awal terPenyakit HIV. Tetapi ketika berkembang menjadi AIDS,
Maka orang tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya sehingga mudah
terserang penyakit dan tubuh akan melemah. Tes HIV (ELISA dua kali) perlu
disertai konseling sebelum dan sesudah dilakukan. 13
2.3.4.
Cara
Penularan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Cara penularan penyakit menular seksual (PMS) dapat
melalui:
1.
Hubungan seksual yang tidak terlindungi,
baik melalui vagina,
anus, maupun oral
2.
Penularan dari ibu
kejanin selama kehamilan (HIV/AIDS, Herpes, Sifilis), Pada persalinan
(HIV/AIDS, Gonorhoe, Klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS)
3.
Melalui trasfusi darah,
suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah (HIV/AIDS).
13
2.3.5.
Penyakit
Menular Seksual (PMS) Tidak Dapat Dicegah Hanya Dengan:
1.
Membersihkan alat
kelamin setelah hubungan seksual
2.
Minum jamu tradisional
3.
Minum obat antibiotik
sebelum dan sesudah hubungan seksual.
2.3.6. Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)
1.
Melakukan hubungan seksual hanya dengan
satu pasangan yang
setia atau menghindari hubungan seksual dengan pasangan yang
berganti-ganti
2.
Mempunyai prilaku
seksual yang bertanggung jawab dan setia pada pasangannya
3.
Setiap darah transfusi dicek terhadap HIV dan donor darah
kepada
sanak saudara lebih sehat dan
aman dibanding donor darah
professional
4.
Menghindari injeksi,
periksa dalam, prosedur pembedahan yang tidak steril dari
petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab
5.
Menggunakan kondom
dengan hati-hati, benar, dan konsisten
2.3.7. Beberapa Ciri Khas Penyakit
Menular Seksual
1.
Penularan terutama
melalui hubungan seksual
2.
Penyakit dapat terjadi
pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan seksual
3.
Penyakit dapat terjadi
pada orang-orang yang tidak promiskus (tidak berganti-ganti pasangan)
4.
Kelainan tidak selalu
dijumpai pada alat kelamin17
Perkiraan insiden penyakit menular seksual dan
penyebarannya di Dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat dibeberapa negara
disebut bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif dapat menurunkan insiden
penyakit menular seksul namun demikian, disebagai negara besar insiden penyakit
menular seksual. Namun demikian, Disebagai negara besar insiden penyakit
menular seksual relatif masih tinggi setiap bulan muncul beberapa juta beserta
komplikas yang ada antara lain abortus kemandulan, kecacatan jani, kanker leher
rahim, bahkan juga kematian. 17
2.4. Kerangka
Konsep Dan Hipotesis
2.4.1. Kerangka Konseptual
Variabel Bebas Variabel Terikat
![]() |
|||
![]() |
|||
Sumber
: (Nursalam, 2003)
2.4.2. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini
adalah ada Hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual
Di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan
Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan peneliti dan berperan sebagai pedoman peneliti pada seluruh proses penelitian.18
Rancangan atau desain penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan
pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi atau
hasil penelitian.
Istilah desain penelitian digunakan dalam dua hal; pertama, desain
penelitian merupakan suatu strategi penelitian untuk mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data. Dan kedua, desain
penelitian digunakan untuk mengidentifikasi struktur dimana penelitian
dianalisa.19
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif
Kuantitatif . menurut (Notoadmodjo) deskriptif kwantitatif yaitu suatu variabel penelitian yang
dilakukan
untuk menjelaskan
atau mencoba membuat
gambaran/deskriptif suatu keadaan secara
obyektif.
Pada penelitian ini peneliti membuat analisa dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum. jadi penilitian ini untuk menggambarkan tingkat pengetahuan Remaja tentang Penyakit Menular Seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone Tahun 2013.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Pengetahuan
Remaja tentang Penyakit Menular Seksual di
Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone meliputi:
pengertian, jenis penyakit, gejala, cara penularan, cara pencegahan penyakit
menular seksual.
Tabel 3.1. Defenisi operasional variabel penelitian
Variabel
|
Defenisi
|
Alat Ukur
|
Cara Ukur
|
Hasil Ukur
|
Skala Ukur
|
Pengetahuan
Remaja ten-tang Penyakit Menular Sek-sual
|
Adalah
Kemampuan responden untuk men-jawab mengenai Pe-nyakit Menular Sek-sual meliputi:
pe-ngertian, jenis penya-kit, gejala, cara penu-laran, cara pencegahan
penyakit menular seksual
|
Kuisioner
|
Responden
mengisi sendiri kuisioner.
|
Tinggi
Rendah
|
Nominal
|
3.3.
Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1.
Tempat
penelitian
Penelitian dilakukan di Kampus Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone tahun 2013. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan
atas beberapa pertimbangan antara lain:
1.
Di Kampus Akbid Batari Toja belum pernah dilakukan penelitian
tentang Penyakit
menular seksual.
2.
Dekat dengan wilayah tempat peneliti berdomisili
3.3.2.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilakukan
mulai tanggal April – Juni 2013
3.4.
Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian
3.4.1.
Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh obyek penelitian atau obyek yang diteliti tersebut
(Notoatmodjo, 2006). Populasi adalah setiap subyek (misalnnya manusia atau pasien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan.18
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja (Mahasiswa Akademi Kebidanan
Batari Toja Watampone) tahun 2013.
3.4.2.
Sampel penelitian
Sampel
adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
bisa mewakili seluruh populasi .9 Sampel pada penelitian ini adalah
sebagian Remaja
yang ada di Akademi Kebidanan Batari Toja
watampone yang memenuhi kriteria penelitian.
1.
Kriteria Sampel
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek
penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah: Semua Mahasiswa Kebidanan Batari Toja
Watampone Tahun 2013..
2.
Besar Sampel
Besar kecilnya
sampel dipengaruhi oleh desain penelitian dan keterbatasan subyek dari penelitian itu sendiri. Jadi
prinsip umum yang berlaku sebaiknya dalam penelitian digunakan jumlah sampel
sebanyak mungkin.18
Jumlah Mahasiswa Akademi Kebidanan Batari
Toja yang memenuhi
kriteria penelitian
ini, ditentukan dengan menggunakan
3.4.3.
Sampling
Penelitian
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008). Sedangkan tehnik sampling adalah suatu cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan obyek penelitian.19
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan
menggunakan pengambilan secara purposive
sampling yaitu tehnik pengambilan sampel secara sengaja, dimana peneliti yang
menentukan sampelnya. Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tetapi
ditentukan peneliti. Sehingga diharapkan kriteria sampel sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
Prinsip pengambilan sampel pada penelitian kualitatif adalah:
1.
Kesesuaian (apporiateness)
Sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang
berkaitan dengan topik penelitian.
2.
Kecukupan (adequacy)
Data yang didapat menggambarkan fenomena yang berkaitan
dengan topik penelitian, oleh karena itu harus memenuhi kategori yang berkaitan
dengan penelitian. Jumlah sampel tidak dipentingkan dalam penelitian ini,
tetapi kelengkapan data. Sampel dari penelitian kwalitatif bukan dinamakan
responden
tetapi sebagai narasumber, informan, subyek penelitian
atau partisipan. Dalam penelitian ini informan adalah Mahasiswa Akademi Kebidanan Batari Toja
Watampone pada tahun 2013.
3.5. Pengolahan Data dan Analisa Data
3.5.1. Pengumpulan Data
Ada empat tahap pengelolahan data yaitu:
1.
Editing (pengelolahan
data)
Yaitu
kegiatan pengecekan isian checklist apakah data sudah lengkap, jelas, relevan
dan konsisten. Editing langsung dilakukan ditempat pengumpulan data atau dilapangan
sehinga jika terjadi kesalahan maka upaya pembetulan data segera dilakukan.
2.
Coding (pengkodean)
Yaitu
kegiatan merubah data dalam bentuk menjadi data berbentuk angka atau bilangan.
Kegunaanya adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat memasukan data.
3.
Entry Data (memasukan
data)
Setelah
semua isian checklist terisi penuh dan benar, juga sudah melewati pengcodingan, maka langkah selanjutnya adalah memperoses data agar dapat dianalis.
4.
Cleaning (pembersihan
data)
Merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah dientry,
apakah ada kesalahan
atau tidak.21
3.5.2.
Analisa Data
Analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah univariat dimana data yang dianalisis dengan distribusi
frekuensi yang dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian
yaitu Tingkat pengetahuan responden. Pengambilan kesimpulan diambil dari
prosentase angka hasil pengumpulan data yang dinilaikan . selanjutnya data
dimaknai dengan parameter yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut :
a. Baik : Bila skor yang diperoleh 76-100%.
b. Cukup : Bila skor yang diperoleh 60-75 %
c. Kurang : Bila skor yang di peroleh < 60
% (Arikunto, 2006).
Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan Remaja Tentang tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang
baik mengenai Penyakit Menular Seksual maka
digunakan perhitungan sebagai berikut :18
P=

Keterangan:
P: presentase
f: jumlah
n: jumlah sampel
3.6.
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menekankan
masalah etika dalam penelitian meliputi.11
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyerahkan surat izin kepada Direktur Batari Toja Watampone. Setelah
mendapat ijin, peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan etika
penelitian yang meliputi:
3.6.1.
Informed Consent (lembar
persetujuan)
Lembar
persetujuan merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, sehingga responden dapat
memutuskan apakah bersedia atau tidak bersedia diikutkan dalam penelitian.
3.6.2. Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga
kerahasiaan identitas responden. Peneliti tidak memberikan nama responden pada
lembar kuesioner dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
3.6.3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Untuk menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.Semua informasi yang
telah dikumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran
pengetahuan Remaja tentang Penyakit
Menular Seksual di Akademi kebidanan Batari Toja watampone tahun 2013, peneliti secara spesifik membagi
variabel tingkat pengetahuan tentang pengertian penyakit menular seksual, jenis
penyakit menular seksual, penyebab penyakit menular seksual, cara penularan
penyakit menular seksual dan cara pencegahan penyakit menular sesksual menunjukkan
bahwa dari 50 sampel penelitian didapatkan tingkat pengetahuan penyakit menular
seksual sebagi berikut:
Tabel 4.1.1
Distribusi
Frekuensi Tingkat pengetahuan
Remaja tentang
pengertian penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan Batari Toja Watampone
Tahun 2013
Pengetahuan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Baik
Cukup
Kurang
|
50
0
0
|
100%
0
0
|
TOTAL
|
50
|
100%
|
Sumber : data
Primer
Berdasarkan tabel 4.1.1
diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan responden tentang pengertian
Penyakit menular seksual adalah memilki pengetahuan yang sangat baik karena
semua responden menjawab dan mengerti mengenai pengertian Penyakit menular
seksual.
Tabel 4.1.2
Distribusi
Frekuensi Tingkat
pengetahuan remaja tentang jenis penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan
Batari Toja
Watampone
Tahun 2013
Pengetahuan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Baik
Cukup
Kurang
|
48
0
2
|
96%
0
4 %
|
TOTAL
|
50
|
100%
|
Sumber : data Primer
Berdasarkan tabel 4.1.2 diketahui bahwa
persentase tingkat pengetahuan responden tentang Jenis Penyakit menular seksual
adalah memilki pengetahuan yang baik sebesar
48 orang (96%) dan menjawab kurang sebesar 2 orang (4%) .
Tabel 4.1.3.
Distribusi
Frekuensi
Tingkat pengetahuan
remaja tentang gejala dan
penyebab
penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan
Batari Toja Watampone Tahun 2013.
Pengetahuan
|
Frekwensi
|
Persentase (%)
|
Baik
Cukup
Kurang
|
50
0
0
|
100
0
0
|
TOTAL
|
50
|
100%
|
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1.3
diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan responden tentang Jenis Penyakit
menular seksual adalah memilki pengetahuan yang sangat baik karena semua
responden menjawab dan mengerti mengenai penyebab dan gejala penyakit menular
seksual
Tabel 4.1.4.
Distribusi
Frekuensi
Tingkat pengetahuan
remaja tentang cara
penularan penyakit menular seksual
di Akademi Kebidanan Batari
Toja Watampone 2013
Pengetahuan
|
Frekwensi
|
Persentase (%)
|
Baik
Cukup
Kurang
|
49
0
1
|
98%
0
2%
|
TOTAL
|
50
|
100%
|
Sumber : data Primer
Berdasarkan tabel
4.1.4 diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan responden tentang cara
penularan penyakit menular seksual adalah memilki pengetahuan yang baik sebayak 49 responden (48%) dan yang menjawab
kurang sebanyak 1 orang (2%)..
Tabel
4.1.5
Distribusi
Frekuensi
Tingkat
pengetahuan
remaja tentang cara pencegahan penyakit menular seksual di Akademi Kebidanan
Batari Toja Watampone
2013
Pengetahuan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Baik
Cukup
Kurang
|
34
16
0
|
68%
32%
0
|
TOTAL
|
50
|
100%
|
Sumber : data Primer
Berdasarkan tabel
4.1.5 diketahui bahwa persentase tingkat pengetahuan responden tentang cara
pencegahan penyakit menular seksual baik sebbesar 34 responden (68%) dan 16
responden yang memilki tingkat pengetahuan yang cukup (32%)
4.2.
Karakteristik
Responden
Karekteristik responden yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi
: Usia Responden
4.2.1.
Tabel Usia Responden
Tabel
4.2.1
Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan
remaja tentang penyakit menular seksual menurut usia responden di Akademi Kebidanan
Batari Toja
Watampone 2013
Umur
|
Jumlah
|
Frekuensi (%)
|
17
18
19
|
3
23
24
|
6
46
48
|
Total
|
50
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.2.1. bahwa responden yang berumur 17 tahun adalah 3
orang (6%), 18 tahun sebanyak 23 orang
(46%) dan responden yang berumur 19 tahun sebanyak 24 orang (48%).
4.2.2. Pembahasan
Dalam penelitian ini terdapat 50
sampel, dan responden yang terdiri dari Tingkat I Akademi Kebidanan Batari Toja.
Berdasarkan hasil penelitian dengan memberi pertanyaan berupa kuisioner kepada
responden Mahasiswa Akbid teyang masih tergolong remaja akhir yakni 17-19 tahun
dalam hal ini Mahasiswa Akbid Batari Toja mempunyai pengetahuan yang baik tentang pengertian penyakit menular seksual hal ini di tunjukkan pada hasil penelitian
bahwa dari 50 responden yang diteliti 50 menjawab dengan kategori baik
(100 %). Hal ini terjadi karena karena
semua Responden telah mempelajari tentang Penyakit Menular seksual yang ada
dalam mata kuliah Akademi Kebidanan Batari Toja.
Dari hasil penelitian tentang jenis penyakit Menular seksual
dari 50 responden yang menjadi sampel penelitian yang dilakukan oleh peneliti
maka 48 responden atau 98 % memilki
tingkat pengetahuan yang baik dan 2 orang memiiki pengetahuan yang kurang sehingga mahasiswa yang masih kurang seharusnya mampu untuk lebih
mengetahui mengenai jenis penyakit menular seksual apakah melalui pembelajaran
yang dilakukan oleh dosen, atau melalui selebaran, leaflet ataupun
poster-poster yang banyak tersebar ditempat melakukan praktek-praktek kebidanan
apakah di rumah sakit, Puskesmas. hal ini memberikan kesimpulan bahwa . hal ini juga bisa sebagai gambaran umum
bahwa pengetahuan mengenai jenis penyakit menular seksual sudah umum diketahui
oleh kalangan remaja khususnya masiswa dan lebih khusus mahasiswa yang berada
mengkhuskan diri dibidang kesehatan.
Dari hasil penelitian di Akdemi kebidanan
batari toja mengenai gambaran tingkat pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit menular seksual baik yaitu dari 50 responden (100 %) yang mengetahui tentang
penyebab dan gejala penyakit menular seksual. Memang sebaiknya penyebab dan
gejala penyakit menular seksual harus diketahui dengan baik khususnya
dikalangan mahasiswa agar mampu terhindar dari penyakit ini, khususnya seks
bebas yang sangat meningkat jumlahnya yang merupakan pemicu dari timbulnya
penyakit menular seksual.
Dari hasil penelitian tentang
cara pencegahan penyakit menular seksual di Akademi kebidanan batari Toja bahwa
dari 50 responden yang menjawab kategori baik sebesar 34 orang atau sebasar 68
persen dan 32% atau sebesar 16 orang
yang memilki kategori tingkat pengetahuan yang cukup, hal ini menunjukkan bahwa
masih diperlukan suatu usaha sosialisasi yang lebih tentang cara pencegahan
penyakit menular sesksual baik dalam lingkup akademik maupun diluar akademik ,
karena penelitian ini memberikan gambaran
bahwa meskipun dalam kategori baik ada sekitar 68% , hal ini bisa
dikategorikan secara umum bahwa tingkat pengetahuan remaja mengenai penyakit
menular seksual masih dalam kategori cukup
hal ini bisa memberikan indikasi bahwa remaja masih memerlukan
pembelajaran yang lebih mengenai cara pencegahan penyakit menular sesksual.
Karakteristik responden yang
diteliti dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada umur responden dimana usia
responden yang termasuk kategori akhir yakni 17-19 tahun yang kuliah di Akademi
Kebidanan batari Toja umumnya memilki pengetahuan yang baik mengenai penyakit
menular seksual. Namun penliti tidak meneliti tentang Jenis kelamin dan Agama
karena pada dasarnya memilki memilki homogenitas yakni umumnya adalah berjenis
kelamin perempuan dan terdiri dari suku Bugis yang mayoritas penduduknya adalah
beragam Islam.
4.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yang memiliki beberapa keterbatasan di antaranya, jumlah sampel tidak terpenuhi
karena adanya berbagai kesibukan yang dilakukan oleh tingkat II dan Tingkat III
Akademi kebidanan Batari Toja yakni Kesibukan menjalani Praktek di luar Kampus
Batari Toja dan kesibukan-kesibukan Akademis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.I Kesimpulan
1)
Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja tentang pengertian Penyakit Menular seksual dikategorikan
tinggi sebesar 100%.
2)
Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja tentang Jenis
Penyakit Menular seksual dikategorikan
tinggi sebesar 98%.
3)
Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja tentang penyebab
Penyakit Menular seksual dikategorikan
tinggi sebesar 100%.
4)
Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja tentang cara
penularan Penyakit Menular seksual dikategorikan
tinggi sebesar 98 %.
5)
Pengetahuan Remaja di Akademi Kebidanan Batari Toja tentang cara pencegahan Penyakit
Menular seksual dikategorikan cukup sebesar 68%.
5.2 Saran
1.
Bagi Remaja
Diharapkan dapat lebih memperhatikan kesehatan
dalam hal ini kesehatan reproduksi dengan lebih mengetahui
tentang cara-cara yang benar tentang pencegahan penyakit menular seksual.
2. Bagi
Puskesmas di Wilayah Setempat
Memberi
penyuluhan yang intensif tentang pentingnya pencegahan
mengenai penyakirt menular seksual khususnya dikalangan remaja atau mahasiswa
yang masih rentan dalam pergaulan bebas dan sex bebas yang merupakan penyebab
utama tingginya penyakit menular seksual. .
3.
Bagi
peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel
dan tempat penelitian yang memilki skala lebih luas serta faktor – faktor yang berhubungan dengan pengetahuan misalnya
tingkat social ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Widoyono. (2008). Penyakit
Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
2.
Manuaba, IBG. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
Arcan.
3.
Lestari, C.I., 2008. Penyakit Menular Seksual. Diperoleh dari:
http://cintalestari.wordpress.com/2008/09/06/penyakit-menular-seksual/.
(Diakses 12 Maret 2013).
4.
PILAR PKBI, (2010). Lembaga
Kesehatan Reproduksi. Dinas Kesehatan Kota Semarang.
5.
Muzayyanah, S (2011). Pendidikan
Kesehatan Reproduksi. (On line). Avaible:// halal sehat.com/. (19 April 2013)
6.
Dinkes Sul-sel. 2010. HIV/AIDS Dan Penyakit Menular Melalui
Hubungan Seksual (PMS) Di Sulsel
http://dinkessulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=204.
Diakses tanggal 21 April 2013
7.
Notoatmodjo, S (2003). Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rinika Cipta.
8.
Rahman,dkk. 2006. (Kajian Terhadap Metode, Epistimologi Dan
System Pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
9.
Notoatmodjo, S (2007). Promosi
Kesehatan Dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Renika Cipta.
10. Notoatmodjo,
S (2005). Promosi Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
11. Arikunto,
S. (2006). Proedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika
cipta.
12. Soetjiningsih,
2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto
13. Yani
Widyastuti, dkk, (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
14. Moersintowati,
dkk. 2002 Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto
15. Sarwono,
W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
16. Departemen
Kesehatan RI. (2008). Kesehatan Reproduksi Dan Penyakit Menular Seksual. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
17. Daili,
dkk. (2007). Penyakit menular seksual. Balai penerbit FKUI: Jakarta
18. Machfoedz, Ircham.
Bio Statistika bidangkesehatan, keperawatan, Kebidanan
dan Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
19. Nursalam.
(2003). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan .
Jakarta: Salemba medika.
20. Riduwan. 2005. Dasar – dasar
Statistika. Bandung: CV Alfabeta.
21.
Hastono, S.P., 2001. Analisis Data.
Jakarta, Penerbit Pustaka Fakultas Kesehatan. Masyarakat-UI.
No comments:
Post a Comment