Saturday 23 December 2017

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS

LAPORAN PENDAHULUAN
HEPATITIS

A.    Konsep Dasar Medis

1.      Definisi
Hepatitis adalah inflamasi akut hepar. Ini dapat disebabkan oleh bakteri atau cedera toksik, tetapi hepatitis virus yang paling sering terlihat (Alter  dalam Engram, Barbara, 2005).
Hepatitis adalah inflamasi hati yang dapat terjadi karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia (non-viral), atau infeksi virus hepatitis A, B, C, D dan E (Doenges, Marilynn E, 2003).
2.      Etiologi
a.       Virus hepatitis :
1)      Virus hepatitis A (HVA)
2)      Virus hepatitis B (HBV)
3)      Virus hepatitis C (HCV)
4)      Virus hepatitis D (HDV)
5)      Virus hepatitis E (HEV)
b.      Bakteri
c.       Cedera toksik
3.      Patofisiologi
Perubahan morfologik pada hati seringkali serupa untuk berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, ukuran dan warna hati tampak normal, tetapi kadang – kadang sedikit edema, membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologik, terjadi susunan hepatoselular menjadi kacau, cedera dan nekrosis sel hati, dan peradangan perifer. Perubahan ini reversibel, sempurna, bila fase akut penyakit mereda. Pada beberapa kasus, nekrosis submasif atau masif dapat mengakibatkan gagal hati yang berat dan kematian.

4.      Klasifikasi
a.       Hepatitis A
1)      Ditularkan melalui praktir oral-anal, makanan terkontaminasi, dan kerang.
2)      Periode inkubasi kira – kira 2 – 6 minggu, yang merupakan periode paling menular.
3)      Profilaksis: globulin imun sebelum dan setelah pemajanan memberikan imunitas pasif selama 2 – 3 bulan.
b.      Hepatitis B
1)      Ditularkan melalui darah dan produk darah melalui transfusi terkontaminasi dan kulit dan membran mukosa yang rusak melalui jarum terkontaminasi, koitus seksual, tato, kontak langsung dengan luka terbuka, atau melalui memegang alat dan bahan terkontaminasi.
2)      Periode inkubasi kira – kira 6 minggu sampai 6 bulan.
3)      Individu dipertimbangkan menular selama permukaan antigen tampak. Status karier atau hepatitis virus kronis (HBV) ada bila permukaan antigen masih dapat terdeteksi setelah enam bulan.
4)      Profilaksis : vaksin HBV sebelum pemajanan memberikan imunitas aktif. Untuk mempertahankan imunitas, vaksin harus diulang setelah satu bulan, enam bulan, dan tujuh tahun. Pemberian imunoglobulin hepatitis B (HBIG) memberi imunitas pasif pada individu tanpa vaksin yang terpajan virus.
c.       Hepatitis C
1)      Ditularkan melalui rute yang sama dengan HBV
2)      Periode inkubasi kira – kira 2 minggu sampai 6 bulan.
3)      Profilaksis : Globulin imun sebelum dan setelah pemajanan memberikan imunitas pasif untuk 2 – 3 bulan.
4)      Diyakini penyebab dari hepatitis pascatransfusi.
d.      Hepatitis D
Varian lain dari bentuk hepatitis B virus, sering terlihat pada pengguna obat IV (Hollinger dalam Engram, Barbara, 1998). Ini menyebabkan laju mortalitas tinggi.l virus hepatitis delta untuk tetap ada, hepatitis virus B juga pasti ada. bentuk varian dari hepatitis virus ini ditularkan dalam cara yang sama seperti hepatitis B dan mempunyai karakteristik serupa. Jadi profilaksis digunakan untuk hepatitis B juga efektif untuk baik hepatitis C dan hepatitis delta.
e.       Hepatitis E
Virus hepatitis E, yang merupakan jenis virus hepatitis terbaru yang teridentifikasi, dianggap ditularkan melalui jalur fekal-oral. Masa inkubasi hepatitis E bervariasi dan diperkirakan berkisar dari 15 hingga 65 hari. Awitan dan gejalanya serupa dengan yang terdapat pada tipe hepatitis virus yang lain. (Brunner et al, 2001).
5.      Manifestasi Klinik
Terdapat tiga fase :
a.       Fase pra-ikterik
Periode dimana infektivitas paling besar. Gejala meliputi mual, muntah, diare, konstipasi, penurunan berat badan, malaise, sakit kepala, demam ringan, sakit sendi, ruam kulit.
b.      Fase ikterik-jaundice (temuan paling menonjol).
Urine gelap berkabut (disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin), hepatomegali dengan nyeri tekan, pembesaran nodus limfa, pruritus (akibat akumulasi garam empedu pada kulit); gejala fase pra-ikterik berkurang sesuai menonjolnya gejala.
c.       Fase pasca ikterik.
Gejala sebelumnya berkurang tetapi kelelahan berlanjut; empat bulan diperlukan untuk pemulihan komplet.
6.      Penularan
a.       Hepatitis A mempunyai jalur penularan fekal-oral; sanitasi yang jelek. Kontak antar manusia. Dibawa oleh air dan makanan.
b.      Hepatitis B ditularkan melalui jalur parenteral; atau lewat kontak dengan karier atau penderita infeksi akut; kontak seksual dan oral-oral, penularan perinatal dari ibu kepada bayinya. Ancaman kesehatan kerja yang penting bagi petugas kesehatan.
c.       Hepatitis C ditularkan melalui transfusi darah dari produk darah; terkena darah yang terkontaminasi lewat peralatan atau parafenalia obat.
d.      Hepatitis D. penularan sama seperti HBV, antigen permukaan HBV diperlukan untuk replikasi; pola penularan serupa dengan pola penularan hepatitis B.
e.       Hepatitis E ditularkan melalui jalur fekal-oral; kontak antar manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah.

7.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Tes fungsi hati : Abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : Merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dari non virus.
b.      AST (SGOT)/ALT(SGPT) : Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1 – 2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
c.       Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
d.      Leukopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
e.       Diferensial darah lengkap : Leukositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.
f.       Alkali fosfatase : Agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
g.      Faeces : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
h.      Albumin serum : Menurun.
i.        Gula darah : Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
j.        Anti HAV IgM : Positif pada tipe A.
k.      HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A). catatan : Merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.
l.        Masa protrombin : Mungkin memanjang (disfungsi hati).
m.    Bilirubin serum : Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
n.      Biopsi hati : Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
o.      Skan hati : Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
p.      Urinalisa : Peninggian kadar bilirubin; protein/hematuri dapat terjadi.
8.      Pencegahan
Karena terbatasnya pengobatan hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan melalui imunisasi. Kini tersedia imunisasi pasif untuk HVA, dan imunisasi aktif dan pasif untuk HBV. Anjuran untuk praktek imunisasi sebelum dan sesudah paparan telah diterbitkan oleh Centers for Disease Control (1990).
Petugas yang terlibat dalam kontak resiko tinggi, misalnya pada hemodialisis, transfusi tukar, dan terapi parenteral, perlu sangat berhati-hati dalam menangani peralatan dan menghindari tusukan jarum.
Langkah-langkah dalam masyarakat adalah penting dalam pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan aman, serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Higiene umum, mencuci tangan dan pembuangan kemih dan faeces dari pasien yang terinfeksi secara aman, penting untuk diperhatikan. Pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai, akan menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.

9.      Penatalaksanaan
Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel serta bergizi merupakan bagian dari pengobatan dan asuhan keperawatan. Selama periode anoreksia, pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering dan jika diperlukan, disertai dengan infus glukosa. Karena pasien sering menolak makan, kreativitas dan bujukan yang persisten namun dilakukan dengan halus mungkin diperlukan untuk merangsang selera makan pasien. Jumlah makanan dan cairan yang optimal diperlukan untuk menghadapi penurunan berat badan dan kesembuhan yang lambat. Namun demikian, banyak pasien telah pulih selera makannya bahkan sebelum fase ikterik sehingga tidak perlu diingatkan untuk mempertahankan diet yang baik.

10.  Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan. Setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan perkembangan sirosis. Akhirnya satu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap meliputi pengkajian keperawatan, identifikasi/analisis masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses keperawatan menyediakan pendekatan pemecahan masalah yang logis dan teratur untuk memberikan asuhan keperawatan sehingga kebutuhan pasien dipenuhi secara komprehensif dan efektif (Doenges, Marilynn E, 1998).
1.      Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisir yang meliputi tiga aktivitas dasar : mengumpulkan data, menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali. Dengan menggunakan beberapa teknik, anda berfokus pada pendapatan profil pasien yang akan memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien dan diagnosa yang cocok, merencanakan masalah, mengimplementasikan intervensi dan mengevaluasi hasil. Profil ini disebut data-data pasien.
Data dasar pasien memberikan suatu pengertian tentang status kesehatan pasien yang menyeluruh. Data tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
Data dasar pengkajian pasien hepatitis :
a.       Aktivitas/istirahat
Gejala  :   Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
b.      Sirkulasi
Tanda  :   Bradikardi (hiperbilirubinemia berat). Ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.
c.       Eliminasi
Gejala  :   Urine gelap, diare/konstipasi : faeces warna tanah liat,adanya/ berulangnya hemodialisa.
d.      Makanan dan cairan
Gejala  :   Hilang nafsu makan (anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat (oedema), mual/muntah.
e.       Neurosensori
Tanda  :   Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis.
f.       Nyeri/kenyamanan
Gejala  :   Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, artralgia, mialgia, sakit kepala, gatal (pruritus).
Tanda  :   Otot tegang, gelisah.
g.      Pernafasan
Tanda  :   Tidak minat/enggan merokok (perokok).
h.      Keamanan
Gejala  :   Adanya transfusi darah/produk darah.
Tanda  :   Demam
Urtikaria, lesi makula papular, eritema tak beraturan eksaserbasi jerawat.
Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik).
i.        Seksualitas
Gejala  :   Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpanjang (contoh : homoseksual aktif/biseksual pada wanita).
2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respons individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Doenges, Marilynn E, 1998).
Diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada penderita hepatitis (Doenges, Marilynn E, 1999) adalah sebagai berikut :
a.       Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ; penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik : anoreksia, mual/muntah, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan : penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
c.       Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (acites), gangguan proses pembekuan.
d.      Harga diri rendah situasional berhubungan dengan  Gejala :       Jengkel/ marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
e.       Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (contoh leukopenia, penekanan respon inflamasi) dan depresi imun, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen.
f.       Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
g.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
3.      Perencanaan
Perencanaan adalah proses yang terdiri dari dua bagian; pertama identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, dan kedua, pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diinginkan.
Perencanaan berdasarkan diagnosa keperawatan yang lazim pada hepatitis sebagai berikut :
a.   Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ; penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.
Tujuan :
-          Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
Kriteria :
-          Menunjukkan teknik/perilaku kemampuan kembali melakukan aktivitas.
-          Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi :
1.)    Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung.
Rasional :
Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
2.)    Ubah posisi dengan sering, perawatan kulit yang baik.
Rasional :
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
3.)    Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
Rasional :
Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
4.)    Tingkatkan aktivitas sesuai intoleransi, bantu melakukan rentang gerak sedikit pasif/aktif.
Rasional :
Tirah baring yang lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas.
5.)    Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV, membaca, mendengarkan radio.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping.
6.)    Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
Rasional :
Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
7.)    Awasi kadar enzim hati.
Rasional :
Membantu menentukan kadar aktivitas yang tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial resiko berulang.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik : anoreksia, mual/muntah, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan : penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
Tujuan
-          Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan yang sesuai.
Kriteria :
-          Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.
Intervensi :
1.)    Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit tapi sering dalam frekuensi sering dan tawarkan makanan pagi paling besar.

Rasional :
Makanan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.
2.)    Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional :
Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan.
3.)    Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional :
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4.)    Dorongan pemasukan sari jeruk, minuman karbohidrat dan permen berat sepanjang hari.
Rasional :
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna, toleran bila makanan lain tidak.
5.)    Berikan obat sesuai indikasi : Vit. B Comp, tambahan diet lain sesuai indikasi.
Rasional :
Memperoleh kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
6.)    Konsul pada ahli diet. Dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien dengan pemasukan lemak dan protein sesuai toleransi.
Rasional :
Berguna dalam membuat program diet memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi pengeluaran empedu dan perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Bila toleransi pemasukan normal atau lebih protein akan membantu regenerasi hati. Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat karena akumulasi produk akhir protein dapat mencetuskan hepati ensefalopati.
7.)    Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional :
Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala memanjang.
c.   Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (acites), gangguan proses pembekuan.
Tujuan
-          Mempertahankan hidrasi adekuat.
Kriteria :
-          Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
Tindakan keperawatan
1.)    Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian, catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
Rasional :
Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti/efek terapi.
2.)    Kaji tanda vital,  nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional :
Indikator volume sirkulasi/perifer.
3.)    Periksa acites atau pembentukan oedema, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
Rasional :
Menerangkan kemungkingan perdarahan ke dalam jaringan.
4.)    Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
Rasional :
Menghindari trauma dan perdarahan gusi.
5.)    Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na + albumin dan waktu pembekuan.
Rasional :
Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan oedema.
6.)    Berikan cairan IV, elektrolit.
Rasional :
Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
7.)    Protein hidrolisat : vitamin K
Rasional :
Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu mengembalikan cairan dari jaringan ke sistem sirkulasi, mencegah masalah koagulasi.
d.   Harga diri rendah situasional berhubungan dengan  gejala : Jengkel/ marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
Tujuan :
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi negatif.
Kriteria :
-          Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan/ kebutuhan isolasi.
-          Mengakui diri sebagai orang tua yang berguna.
Tindakan keperawatan
1.)    Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar.
Rasional :
Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.
2.)    Dorong diskusi perasaan/masalah
Rasional :
Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk merasa lebih mengontrol situasi. Pengungkapan menurunkan cemas dan depresi memudahkan perilaku koping positif.
3.)    Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup.
Rasional :
Pasien merasa marah/kesal dan menyalahkan diri : penilaian dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
4.)    Diskusikan harapan penyembuhan.
Rasional :
Periode penyembuhan mungkin lama/potensial stres keluarga/ situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.
5.)    Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat.
Rasional :
Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada keluarga/penyembuhan lama.
6.)    Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.
Rasional :
Memampukan pasien untuk menggungkan waktu dan energi pada cara konstruktif yang meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.
7.)    Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau hijau.
Rasional :
Meningkatkan penampilan, karena kulit kuning diperjelas oleh warna kuning/hijau. Ikterik biasanya memuncak dalam 1 – 2 minggu kemudian secara bertahap membaik lebih dari 2 – 4 minggu.
8.)    Buat rujukan yang tepat untuk membantu, sesuai kebutuhan, contoh perencanaan pulang, pelayanan masyarakat dan atau lembaga komunitas lain.
Rasional :
Dapat memudahkan pemecahan masalah dan membantu melibatkan individu untuk mengatasi masalah.
e.   Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (contoh leukopenia, penekanan respon inflamasi) dan depresi imun, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen.
Tujuan :
-          Menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor resiko.
Kriteria :
-          Menunjukkan tekhnik; melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang/transmisi ke orang lain.
Intervensi :
1.)    Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan pernafasan sesuai kebijakan rumah sakit; termasuk cuci tangan efektif.
Rasional :
Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan yang efektif dalam mencegah transmisi virus hepatitis.
2.)    Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional :
Pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorium) potensial resiko komplikasi sekunder).
3.)    Jelaskan prosedur isolasi kepada klien dan keluarga.
Rasional :
Pamahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
4.)    Berikan informasi tentang adalah pemberian vaksin hepatitis.
Rasional :
Efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang lain yang terpajan, tergantung tipe hepatitis dan periode inkubasi.
5.)    Berikan obat sesuai indikasi : Obat antivirus : vidaralun, Interferon, Antibiotik.
Rasional :
Obat antivirus berguna pada pengobatan hepatitis aktif kronis, interferon efektif pada pengobatan penyakit hati sehubungan dengan HCV dan antibiotik pengobatan hepatitis bakterial, atau untuk mencegah/membatasi infeksi sekunder.
f.    Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Tujuan
-          Menunjukkan jaringan kulit utuh, bebas ekskoriasi.
Kriteria :
-          Melaporkan tidak ada/penurunan pruritus/lecet.
Tindakan keperawatan
1.)    Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun mandi alkali.
Rasional :
Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilangan gatal.
2.)    Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk rasa gatal, pertahankan kuku pendek.
Rasional :
Menurunkan resiko cedera kulit.
3.)    Beri massage pada waktu tidur.
Rasional :
Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.
4.)    Hindari komentar tentang penampilan pasien.
Rasional :
Menimbulkan stres psikologik sehubungan dengan perubahan kulit.
5.)    Berikan obat sesuai indikasi ; antihistamin contoh : metdilazin, difenhidramin.
Rasional :
Menghilangkan gatal, catatan : gunakan terus-menerus pada penyakit hepatik hebat.
g.   Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan :
Data subyektif    :   Pernyataan yang salah konsepsi.
Data obyektif      :   Meminta informasi dan tidak akurat mengikuti instruksi.
Tujuan
-          Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria :
-          Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan dan gejala dengan faktor penyebab.
-          Melakukan perubahan perilaku dan berpatisipasi pada pengobatan.
Tindakan keperawatan
1.)        Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasional :
Mengidentifikasi area kekurangan/salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan yang sesuai keperluan.
2.)        Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit.
Rasional :
Kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis dan situasi individu.
3.)        Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.
Rasional :
Aktivitas yang dapat dinikmati akan dapat membantu menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.
4.)        Diskusikan pembatasan donatur darah.
Rasional :
Mencegah penyebaran penyakit. Kebanyakan undang-undang negara bagian menerima donor darah yang mempunyai riwayat berbagai tipe hepatitis.
5.)        Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
Rasional :
Proses penyakit dapat memakai waktu berbulan-bulan untuk membaik. Bila gejala ada lebih lama dari enam bulan. Biopsi hati diperlukan untuk memastikan adanya hepatitis kronis.
6.)        Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6 – 12 bulan minuman atau lebih lama sesuai toleransi individu.
Rasional :
Meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemulihan.






DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, 2003, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, setiawan. Edisi 2, EGC; Jakarta.

Engram, Barbara, 2005, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 3; alih bahasa, Suharyati Samba; editor, Monica Ester, EGC; Jakarta.

Guyton, Arthur C, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ; editor, Irawati Setiawan, Edisi 9, EGC; Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit, ; alih bahasa, Peter Anugrah; editor, Caroline Wijaya, Edisi 4, EGC; Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.

Tjokronegoro, Arjatmo, 2008 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI; Jakarta.


No comments:

Post a Comment

MAKALAHKU

MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Tugas Individu MAKALAH TATANIAGA HASIL PERIKANAN Oleh ASRIANI 213095 2006 SEKOLAH TINGGI ILMU P...