LAPORAN PENDAHULUAN
HEPATITIS
A. Konsep Dasar Medis
1.
Definisi
Hepatitis adalah inflamasi akut
hepar. Ini dapat disebabkan oleh bakteri atau cedera toksik, tetapi hepatitis
virus yang paling sering terlihat (Alter
dalam Engram, Barbara, 2005).
Hepatitis adalah inflamasi hati yang
dapat terjadi karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia
(non-viral), atau infeksi virus hepatitis A, B, C, D dan E (Doenges, Marilynn
E, 2003).
2.
Etiologi
a.
Virus hepatitis :
1)
Virus hepatitis A (HVA)
2)
Virus hepatitis B (HBV)
3)
Virus hepatitis C (HCV)
4)
Virus hepatitis D (HDV)
5)
Virus hepatitis E (HEV)
b.
Bakteri
c.
Cedera toksik
3.
Patofisiologi
Perubahan morfologik pada hati
seringkali serupa untuk berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik,
ukuran dan warna hati tampak normal, tetapi kadang – kadang sedikit edema,
membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologik, terjadi susunan
hepatoselular menjadi kacau, cedera dan nekrosis sel hati, dan peradangan
perifer. Perubahan ini reversibel, sempurna, bila fase akut penyakit mereda.
Pada beberapa kasus, nekrosis submasif atau masif dapat mengakibatkan gagal
hati yang berat dan kematian.
4.
Klasifikasi
a.
Hepatitis A
1)
Ditularkan melalui praktir
oral-anal, makanan terkontaminasi, dan kerang.
2)
Periode inkubasi kira – kira 2
– 6 minggu, yang merupakan periode paling menular.
3)
Profilaksis: globulin imun
sebelum dan setelah pemajanan memberikan imunitas pasif selama 2 – 3 bulan.
b.
Hepatitis B
1)
Ditularkan melalui darah dan
produk darah melalui transfusi terkontaminasi dan kulit dan membran mukosa yang
rusak melalui jarum terkontaminasi, koitus seksual, tato, kontak langsung
dengan luka terbuka, atau melalui memegang alat dan bahan terkontaminasi.
2)
Periode inkubasi kira – kira 6
minggu sampai 6 bulan.
3)
Individu dipertimbangkan
menular selama permukaan antigen tampak. Status karier atau hepatitis virus
kronis (HBV) ada bila permukaan antigen masih dapat terdeteksi setelah enam
bulan.
4)
Profilaksis : vaksin HBV
sebelum pemajanan memberikan imunitas aktif. Untuk mempertahankan imunitas,
vaksin harus diulang setelah satu bulan, enam bulan, dan tujuh tahun. Pemberian
imunoglobulin hepatitis B (HBIG) memberi imunitas pasif pada individu tanpa
vaksin yang terpajan virus.
c.
Hepatitis C
1)
Ditularkan melalui rute yang
sama dengan HBV
2)
Periode inkubasi kira – kira 2
minggu sampai 6 bulan.
3)
Profilaksis : Globulin imun
sebelum dan setelah pemajanan memberikan imunitas pasif untuk 2 – 3 bulan.
4)
Diyakini penyebab dari
hepatitis pascatransfusi.
d.
Hepatitis D
Varian lain dari bentuk hepatitis B virus, sering
terlihat pada pengguna obat IV (Hollinger dalam Engram, Barbara, 1998). Ini
menyebabkan laju mortalitas tinggi.l virus hepatitis delta untuk tetap ada,
hepatitis virus B juga pasti ada. bentuk varian dari hepatitis virus ini
ditularkan dalam cara yang sama seperti hepatitis B dan mempunyai karakteristik
serupa. Jadi profilaksis digunakan untuk hepatitis B juga efektif untuk baik
hepatitis C dan hepatitis delta.
e.
Hepatitis E
Virus hepatitis E, yang merupakan jenis virus hepatitis
terbaru yang teridentifikasi, dianggap ditularkan melalui jalur fekal-oral.
Masa inkubasi hepatitis E bervariasi dan diperkirakan berkisar dari 15 hingga
65 hari. Awitan dan gejalanya serupa dengan yang terdapat pada tipe hepatitis
virus yang lain. (Brunner et al, 2001).
5.
Manifestasi Klinik
Terdapat
tiga fase :
a.
Fase pra-ikterik
Periode dimana infektivitas paling
besar. Gejala meliputi mual, muntah, diare, konstipasi, penurunan berat badan,
malaise, sakit kepala, demam ringan, sakit sendi, ruam kulit.
b.
Fase ikterik-jaundice (temuan
paling menonjol).
Urine gelap berkabut (disebabkan oleh
peningkatan kadar bilirubin), hepatomegali dengan nyeri tekan, pembesaran nodus
limfa, pruritus (akibat akumulasi garam empedu pada kulit); gejala fase
pra-ikterik berkurang sesuai menonjolnya gejala.
c.
Fase pasca ikterik.
Gejala sebelumnya berkurang tetapi
kelelahan berlanjut; empat bulan diperlukan untuk pemulihan komplet.
6.
Penularan
a.
Hepatitis A mempunyai jalur
penularan fekal-oral; sanitasi yang jelek. Kontak antar manusia. Dibawa oleh
air dan makanan.
b.
Hepatitis B ditularkan melalui
jalur parenteral; atau lewat kontak dengan karier atau penderita infeksi akut;
kontak seksual dan oral-oral, penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
Ancaman kesehatan kerja yang penting bagi petugas kesehatan.
c.
Hepatitis C ditularkan melalui
transfusi darah dari produk darah; terkena darah yang terkontaminasi lewat
peralatan atau parafenalia obat.
d.
Hepatitis D. penularan sama
seperti HBV, antigen permukaan HBV diperlukan untuk replikasi; pola penularan
serupa dengan pola penularan hepatitis B.
e.
Hepatitis E ditularkan melalui
jalur fekal-oral; kontak antar manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
7.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Tes fungsi hati : Abnormal
(4-10 kali dari normal). Catatan : Merupakan batasan nilai untuk membedakan
hepatitis virus dari non virus.
b.
AST (SGOT)/ALT(SGPT) : Awalnya
meningkat. Dapat meningkat 1 – 2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun.
c.
Darah lengkap : SDM menurun
sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan
perdarahan.
d.
Leukopenia : Trombositopenia
mungkin ada (splenomegali).
e.
Diferensial darah lengkap :
Leukositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma.
f.
Alkali fosfatase : Agak
meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
g.
Faeces : Warna tanah liat,
steatorea (penurunan fungsi hati).
h.
Albumin serum : Menurun.
i.
Gula darah : Hiperglikemia
transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
j.
Anti HAV IgM :
Positif pada tipe A.
k.
HbsAG : Dapat positif (tipe B)
atau negatif (tipe A). catatan : Merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala
klinik.
l.
Masa protrombin : Mungkin
memanjang (disfungsi hati).
m.
Bilirubin serum : Diatas 2,5
mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan
peningkatan nekrosis seluler).
n.
Biopsi hati : Menunjukkan
diagnosis dan luasnya nekrosis.
o.
Skan hati : Membantu dalam
perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
p.
Urinalisa : Peninggian kadar
bilirubin; protein/hematuri dapat terjadi.
8.
Pencegahan
Karena terbatasnya pengobatan
hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan melalui imunisasi.
Kini tersedia imunisasi pasif untuk HVA, dan imunisasi aktif dan pasif untuk
HBV. Anjuran untuk praktek imunisasi sebelum dan sesudah paparan telah
diterbitkan oleh Centers for Disease Control (1990).
Petugas yang terlibat dalam kontak
resiko tinggi, misalnya pada hemodialisis, transfusi tukar, dan terapi
parenteral, perlu sangat berhati-hati dalam menangani peralatan dan menghindari
tusukan jarum.
Langkah-langkah dalam masyarakat
adalah penting dalam pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air
bersih dan aman, serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Higiene umum,
mencuci tangan dan pembuangan kemih dan faeces dari pasien yang terinfeksi
secara aman, penting untuk diperhatikan. Pemakaian kateter, jarum suntik dan
spuit sekali pakai, akan menghilangkan sumber infeksi yang penting. Semua donor
darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel
donor.
9.
Penatalaksanaan
Tirah baring selama stadium akut dan
diet yang akseptabel serta bergizi merupakan bagian dari pengobatan dan asuhan
keperawatan. Selama periode anoreksia, pasien harus makan sedikit-sedikit tapi
sering dan jika diperlukan, disertai dengan infus glukosa. Karena pasien sering
menolak makan, kreativitas dan bujukan yang persisten namun dilakukan dengan
halus mungkin diperlukan untuk merangsang selera makan pasien. Jumlah makanan
dan cairan yang optimal diperlukan untuk menghadapi penurunan berat badan dan
kesembuhan yang lambat. Namun demikian, banyak pasien telah pulih selera
makannya bahkan sebelum fase ikterik sehingga tidak perlu diingatkan untuk
mempertahankan diet yang baik.
10.
Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang
paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4 sampai
8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 %
dari pasien hepatitis virus akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal
yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan.
Setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis
agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti
(piece meal) dan perkembangan sirosis. Akhirnya satu komplikasi lanjut dari
hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah proses yang
terdiri dari 5 tahap meliputi pengkajian keperawatan, identifikasi/analisis
masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses
keperawatan menyediakan pendekatan pemecahan masalah yang logis dan teratur
untuk memberikan asuhan keperawatan sehingga kebutuhan pasien dipenuhi secara
komprehensif dan efektif (Doenges, Marilynn E, 1998).
1.
Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis
yang terorganisir yang meliputi tiga aktivitas dasar : mengumpulkan data,
menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data yang
dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali.
Dengan menggunakan beberapa teknik, anda berfokus pada pendapatan profil pasien
yang akan memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien dan
diagnosa yang cocok, merencanakan masalah, mengimplementasikan intervensi dan
mengevaluasi hasil. Profil ini disebut data-data pasien.
Data dasar pasien memberikan suatu pengertian tentang status
kesehatan pasien yang menyeluruh. Data tergantung pada penyebab dan beratnya
kerusakan/gangguan hati.
Data dasar pengkajian pasien hepatitis :
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan,
malaise umum.
b.
Sirkulasi
Tanda : Bradikardi
(hiperbilirubinemia berat). Ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.
c.
Eliminasi
Gejala : Urine
gelap, diare/konstipasi : faeces warna tanah liat,adanya/ berulangnya
hemodialisa.
d.
Makanan dan cairan
Gejala : Hilang
nafsu makan (anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat (oedema),
mual/muntah.
e.
Neurosensori
Tanda : Peka
rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis.
f.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Kram
abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, artralgia, mialgia, sakit kepala,
gatal (pruritus).
Tanda : Otot
tegang, gelisah.
g.
Pernafasan
Tanda : Tidak
minat/enggan merokok (perokok).
h.
Keamanan
Gejala : Adanya
transfusi darah/produk darah.
Tanda : Demam
Urtikaria, lesi makula papular,
eritema tak beraturan eksaserbasi jerawat.
Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia
(kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik).
i.
Seksualitas
Gejala : Pola
hidup/perilaku meningkatkan resiko terpanjang (contoh : homoseksual
aktif/biseksual pada wanita).
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respons individu, keluarga, dan
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Doenges, Marilynn
E, 1998).
Diagnosa
keperawatan yang lazim timbul pada penderita hepatitis (Doenges, Marilynn E,
1999) adalah sebagai berikut :
a.
Intolerans aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum ; penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.
b.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik : anoreksia, mual/muntah, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan : penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
c.
Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (acites), gangguan proses
pembekuan.
d.
Harga diri rendah situasional
berhubungan dengan Gejala : Jengkel/ marah, terkurung/isolasi, sakit
lama/periode penyembuhan.
e.
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (contoh leukopenia,
penekanan respon inflamasi) dan depresi imun, malnutrisi, kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pada patogen.
f.
Resiko terjadinya kerusakan
integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu
dalam jaringan.
g.
Kurang pengetahuan tentang
kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah
interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
3.
Perencanaan
Perencanaan
adalah proses yang terdiri dari dua bagian; pertama identifikasi tujuan dan
hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau
kebutuhan yang telah dikaji, dan kedua, pemilihan intervensi keperawatan yang
tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diinginkan.
Perencanaan
berdasarkan diagnosa keperawatan yang lazim pada hepatitis sebagai berikut :
a. Intolerans aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum ; penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.
Tujuan :
-
Menyatakan pemahaman
situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
Kriteria :
-
Menunjukkan teknik/perilaku
kemampuan kembali melakukan aktivitas.
-
Melaporkan kemampuan melakukan
peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi :
1.)
Tingkatkan tirah baring/duduk.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung.
Rasional :
Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan
energi yang digunakan untuk penyembuhan.
2.)
Ubah posisi dengan sering,
perawatan kulit yang baik.
Rasional :
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan
pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
3.)
Lakukan tugas dengan cepat dan
sesuai toleransi.
Rasional :
Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
4.)
Tingkatkan aktivitas sesuai
intoleransi, bantu melakukan rentang gerak sedikit pasif/aktif.
Rasional :
Tirah baring yang lama dapat menurunkan kemampuan, ini
dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas.
5.)
Berikan aktivitas hiburan yang
tepat contoh menonton TV, membaca, mendengarkan radio.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,
memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping.
6.)
Awasi terulangnya anoreksia dan
nyeri tekan pembesaran hati.
Rasional :
Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit,
memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
7.)
Awasi kadar enzim hati.
Rasional :
Membantu menentukan kadar aktivitas yang tepat, sebagai
peningkatan prematur pada potensial resiko berulang.
b. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik : anoreksia, mual/muntah, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan : penurunan peristaltik (refleks viseral),
empedu tertahan.
Tujuan
-
Menunjukkan perilaku perubahan
pola hidup untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan yang sesuai.
Kriteria :
-
Menunjukkan peningkatan berat
badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda
malnutrisi.
Intervensi :
1.)
Awasi pemasukan diet/jumlah
kalori. Berikan makanan sedikit tapi sering dalam frekuensi sering dan tawarkan
makanan pagi paling besar.
Rasional :
Makanan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia.
Anoreksia juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang
sulit pada sore hari.
2.)
Berikan perawatan mulut sebelum
makan.
Rasional :
Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan.
3.)
Anjurkan makan pada posisi
duduk tegak.
Rasional :
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
4.)
Dorongan pemasukan sari jeruk,
minuman karbohidrat dan permen berat sepanjang hari.
Rasional :
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah
dicerna, toleran bila makanan lain tidak.
5.)
Berikan obat sesuai indikasi :
Vit. B Comp, tambahan diet lain sesuai indikasi.
Rasional :
Memperoleh kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
6.)
Konsul pada ahli diet. Dukungan
tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien dengan pemasukan
lemak dan protein sesuai toleransi.
Rasional :
Berguna dalam membuat program diet memenuhi kebutuhan
individu. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi pengeluaran
empedu dan perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Bila toleransi
pemasukan normal atau lebih protein akan membantu regenerasi hati. Pembatasan
protein diindikasikan pada penyakit berat karena akumulasi produk akhir protein
dapat mencetuskan hepati ensefalopati.
7.)
Berikan tambahan
makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional :
Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda
kekurangan terjadi/gejala memanjang.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan
diare, perpindahan area ketiga (acites), gangguan proses pembekuan.
Tujuan
-
Mempertahankan hidrasi adekuat.
Kriteria :
-
Tanda-tanda vital stabil,
turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
Tindakan keperawatan
1.)
Awasi masukan dan haluaran,
bandingkan dengan berat badan harian, catat kehilangan melalui usus, contoh
muntah dan diare.
Rasional :
Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti/efek
terapi.
2.)
Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit
dan membran mukosa.
Rasional :
Indikator volume sirkulasi/perifer.
3.)
Periksa acites atau pembentukan
oedema, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
Rasional :
Menerangkan kemungkingan perdarahan ke dalam jaringan.
4.)
Biarkan pasien menggunakan lap
katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
Rasional :
Menghindari trauma dan perdarahan gusi.
5.)
Awasi nilai laboratorium,
contoh Hb/Ht, Na + albumin dan waktu pembekuan.
Rasional :
Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi
natrium/kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan oedema.
6.)
Berikan cairan IV, elektrolit.
Rasional :
Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
7.)
Protein hidrolisat : vitamin K
Rasional :
Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu
mengembalikan cairan dari jaringan ke sistem sirkulasi, mencegah masalah
koagulasi.
d. Harga diri rendah situasional berhubungan
dengan gejala : Jengkel/ marah,
terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
Tujuan :
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping
terhadap persepsi negatif.
Kriteria :
-
Menyatakan penerimaan diri dan
lamanya penyembuhan/ kebutuhan isolasi.
-
Mengakui diri sebagai orang tua
yang berguna.
Tindakan keperawatan
1.)
Kontrak dengan pasien mengenai
waktu untuk mendengar.
Rasional :
Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.
2.)
Dorong diskusi perasaan/masalah
Rasional :
Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan
pasien untuk merasa lebih mengontrol situasi. Pengungkapan menurunkan cemas dan
depresi memudahkan perilaku koping positif.
3.)
Hindari membuat penilaian moral
tentang pola hidup.
Rasional :
Pasien merasa marah/kesal dan menyalahkan diri : penilaian
dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
4.)
Diskusikan harapan penyembuhan.
Rasional :
Periode penyembuhan mungkin lama/potensial stres
keluarga/ situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.
5.)
Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi
pasien/orang terdekat.
Rasional :
Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran
fungsi pasien pada keluarga/penyembuhan lama.
6.)
Tawarkan aktivitas senggang
berdasarkan tingkat energi.
Rasional :
Memampukan pasien untuk menggungkan waktu dan energi
pada cara konstruktif yang meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan
depresi.
7.)
Anjurkan pasien menggunakan
warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau hijau.
Rasional :
Meningkatkan penampilan, karena kulit kuning diperjelas
oleh warna kuning/hijau. Ikterik biasanya memuncak dalam 1 – 2 minggu kemudian
secara bertahap membaik lebih dari 2 – 4 minggu.
8.)
Buat rujukan yang tepat untuk
membantu, sesuai kebutuhan, contoh perencanaan pulang, pelayanan masyarakat dan
atau lembaga komunitas lain.
Rasional :
Dapat memudahkan pemecahan masalah dan membantu
melibatkan individu untuk mengatasi masalah.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan pertahanan primer tidak adekuat (contoh leukopenia, penekanan respon
inflamasi) dan depresi imun, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan pada patogen.
Tujuan :
-
Menyatakan pemahaman penyebab
individu/faktor resiko.
Kriteria :
-
Menunjukkan tekhnik; melakukan
perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang/transmisi ke orang lain.
Intervensi :
1.)
Lakukan teknik isolasi untuk
infeksi enterik dan pernafasan sesuai kebijakan rumah sakit; termasuk cuci
tangan efektif.
Rasional :
Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui
cuci tangan yang efektif dalam mencegah transmisi virus hepatitis.
2.)
Awasi/batasi pengunjung sesuai
indikasi.
Rasional :
Pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya
respiratorium) potensial resiko komplikasi sekunder).
3.)
Jelaskan prosedur isolasi
kepada klien dan keluarga.
Rasional :
Pamahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri
dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
4.)
Berikan informasi tentang
adalah pemberian vaksin hepatitis.
Rasional :
Efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang lain
yang terpajan, tergantung tipe hepatitis dan periode inkubasi.
5.)
Berikan obat sesuai indikasi :
Obat antivirus : vidaralun, Interferon, Antibiotik.
Rasional :
Obat antivirus berguna pada pengobatan hepatitis aktif
kronis, interferon efektif pada pengobatan penyakit hati sehubungan dengan HCV
dan antibiotik pengobatan hepatitis bakterial, atau untuk mencegah/membatasi
infeksi sekunder.
f. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas
kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam
jaringan.
Tujuan
-
Menunjukkan jaringan kulit
utuh, bebas ekskoriasi.
Kriteria :
-
Melaporkan tidak ada/penurunan
pruritus/lecet.
Tindakan keperawatan
1.)
Gunakan air mandi dingin dan
soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun mandi alkali.
Rasional :
Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan
penghilangan gatal.
2.)
Anjurkan untuk menggunakan
buku-buku jari untuk menggaruk rasa gatal, pertahankan kuku pendek.
Rasional :
Menurunkan resiko cedera kulit.
3.)
Beri massage pada waktu tidur.
Rasional :
Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan
iritasi kulit.
4.)
Hindari komentar tentang
penampilan pasien.
Rasional :
Menimbulkan stres psikologik sehubungan dengan perubahan
kulit.
5.)
Berikan obat sesuai indikasi ;
antihistamin contoh : metdilazin, difenhidramin.
Rasional :
Menghilangkan gatal, catatan : gunakan terus-menerus
pada penyakit hepatik hebat.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi ditandai dengan :
Data subyektif : Pernyataan
yang salah konsepsi.
Data
obyektif : Meminta informasi dan tidak akurat mengikuti instruksi.
Tujuan
-
Menyatakan pemahaman proses
penyakit dan pengobatan.
Kriteria :
-
Mengidentifikasi hubungan
tanda/gejala penyakit dan hubungan dan gejala dengan faktor penyebab.
-
Melakukan perubahan perilaku
dan berpatisipasi pada pengobatan.
Tindakan keperawatan
1.)
Kaji tingkat pemahaman proses
penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasional :
Mengidentifikasi area kekurangan/salah informasi dan
memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan yang sesuai
keperluan.
2.)
Berikan informasi khusus
tentang pencegahan/penularan penyakit.
Rasional :
Kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis
dan situasi individu.
3.)
Bantu pasien mengidentifikasi
aktivitas pengalih.
Rasional :
Aktivitas yang dapat dinikmati akan dapat membantu
menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.
4.)
Diskusikan pembatasan donatur
darah.
Rasional :
Mencegah penyebaran penyakit. Kebanyakan undang-undang negara
bagian menerima donor darah yang mempunyai riwayat berbagai tipe hepatitis.
5.)
Tekankan pentingnya
mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
Rasional :
Proses penyakit dapat memakai waktu berbulan-bulan untuk
membaik. Bila gejala ada lebih lama dari enam bulan. Biopsi hati diperlukan
untuk memastikan adanya hepatitis kronis.
6.)
Kaji ulang perlunya menghindari
alkohol selama 6 – 12 bulan minuman atau lebih lama sesuai toleransi individu.
Rasional :
Meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemulihan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, 2003, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, setiawan. Edisi 2, EGC;
Jakarta.
Engram, Barbara, 2005, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah,
Volume 3; alih bahasa, Suharyati Samba; editor, Monica Ester, EGC; Jakarta.
Guyton, Arthur C, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ;
editor, Irawati Setiawan, Edisi 9, EGC; Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit, ; alih bahasa, Peter Anugrah; editor, Caroline Wijaya, Edisi 4,
EGC; Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8,
EGC; Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, 2008 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I,
Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI; Jakarta.
No comments:
Post a Comment