BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Batuk
bukanlah suatu penyakit melainkan salah satu tanda atau gejala klinik yang paling sering dijumpai pada penyakit paru dan saluran napas.
Batuk merupakan salah satu cara tubuh untuk membersihkan saluran pernafasan dari
lendir atau bahan dan benda asing yang masuk. Batuk
berfungsi sebagai imun atau perlindungan tubuh terhadap benda asing namun dapat
juga sebagai gejala dari suatu penyakit. (Sylvia A, Wilson
LM. 2006)
Rangsangan
penyebab batuk dapat berasal dari lingkungan maupun penyakit. Jika penyebabnya
dari lingkungan, maka batuk yang terjadi adalah batuk berbentuk refleks
mekanisme pertahanan tubuh, misalnya tersedak makanan/cairan, iritasi asap
rokok atau kendaraan bermotor, suhu dingin atau panas. Penyebab lainnya adalah
karena penyakit, baik yang berasal dari paru maupun luar paru. Penyakit paru
yang menyebabkan batuk adalah infeksi (bronkhitis, pneumonia, tuberkulosis dan
sebagainya) , alergi (asma, reaksi alergik sistemik) dan tumor. Sedangkan
penyakit di luar paru penyebabnya adalah kelainan lambung seperti refluks
gastroesophageal, kelainan jantung, pemakaian obat-obatan jantung, kelainan
telinga dan gangguan emosi. (Wirjodiarjo, M. 2008)
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud batuk itu?
2.
Apa penyebab terjadinya batuk?
3.
Bagaimana reflek batuk terjadi?
4.
Bagaimana mekanisme terjadinya
batuk?
5.
Apa saja jenis-jenis batuk?
6.
Apa
saja gejala-gejala yang menyertai batuk?
7.
Bagaimana penatalaksanaan
terhadap batuk?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembelajaran mengenai batuk adalah
1.
Memahami
mengenai batuk dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2.
Mengetahui
tentang reflek terjadinya batuk.
3.
Memahami
bagaimana mekanisme batuk terjadi.
4.
Mengetahui jenis-jenis batuk.
5.
Mengetahui
apa saja gejala-gejala yang menyertai batuk.
6.
Memahami bagaimana
penatalaksanaan terhadap batuk.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Batuk
Batuk
merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik,
kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah
untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan mencegah
masuknya benda asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret
yang abnormal dari dalam saluran nafas. Batuk menjadi tidak fisiologis bila
dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu
penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini
suatu penyakit. Penularan penyakit batuk melalui udara (air borne infection).
Penyebabnya beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu
dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan batuk. (Yunus,
F. 2007)
Batuk
adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari
saluran napas. Batuk juga membantu melindungi paru dari aspirasi yaitu
masuknya benda asing dari saluran cerna atau saluran napas bagian atas. Yang
dimaksud dengan saluran napas mulai dari tenggorokan, trakhea, bronkhus,
bronkhioli sampai ke jaringan paru. (Guyton, et all. 2008)
Batuk merupakan gejala klinis
dari gangguan pada saluran pernapasan. Batuk bukan merupakan
suatu penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Penyakit yang bisa menyebabkan batuk
sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan. (Kumar, et all. 2007)
B. Faktor Penyebab Batuk
Reflek batuk
dapat ditimbulkan oleh :
1. Rangsangan mekanis, misalnya asap rokok, debu,
tumor
2.
Adanya perubahan suhu mendadak
3. Rangsangan kimiawi, misalnya gas dan bau-bauan
4.
Adanya peradangan / infeksi
5.
Reaksi alergi
(Waisya,
R. 2008)
Disamping infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
seperti influenza, penyebab batuk yang paling sering adalah:
1.
Alergi dan asthma
2.
Infeksi
paru-paru seperti pneumonia atau bronkitis akut.
3.
Penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) atau bronkitis kronik, emphysema
4.
Sinusitis
yang menyebabkan postnasal drip.
5.
Penyakit
paru seperti bronkiektasis, tumor paru.
6.
Gastroesophageal
reflux disease (GERD) ini artinya cairan lambung balik ke tenggorokan, orangnya
suka bertahak asam atau pahit.
7.
Merokok
8.
Terpapar
asap rokok (perokok pasif), polutan udara
9.
Obat darah tinggi golongan ACE
Inhibito
(Nadesui, H. 2008)
C. Reflek dan Mekanisme Batuk
Batuk
dapat dipicu secara refleks ataupun disengaja. Sebagai refleks pertahanan diri,
batuk dipengaruhi oleh jalur sarad aferen dan eferen. Batuk
diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi
diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Hasilnya akan
terjadi tekanan positif pada intratoraks yang menyebabkan penyempitan trakea.
Sekali glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran napas dan
udara luar bersama dengan penyempitan trakea akan menghasilkan aliran udara
yang melalui trakea. Kekuatan eksplosif ini akan ”menyapu” sekret dan benda
asing yang ada di saluran napas. (Ikawati, 2008)
Reflek Batuk
Batuk
dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut
saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga
toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring,
trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada
cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor di dapat di
laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga
ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan
diafragma.
Serabut
afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari
laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga
melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang
dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring
dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Oleh
serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di
dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh
serabut-serabut efferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan
lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain
menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus,
diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini mekanisme
batuk kemudian terjadi.
(Wirjodiarjo, Muljono. 2008)
Mekanisme Batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :
Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.
Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.
Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.
Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.
Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.
Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.
(Guyton. 2008)
D. Jenis-Jenis Batuk
Batuk berdasarkan waktu
1. Akut
Akut merupakan fase awal dan masih mudah buat sembuh.
Jangka waktunya kurang dari tiga minggu dan terjadi karena iritasi, bakteri,
virus, penyempitan saluran nafas atas.
2. Subakut
Subakut adalah fase peralihan dari akut akan menjadi
kronis. Dikategorikan subakut bila batuk sudah 3-8 minggu. Terjadi karena gangguan
pada epitel.
3. Kronis
Kronis adalah batuk yang sulit disembuhkan dikarenakan
penyempitan saluran nafas atas dan terjadi lebih dari delapan minggu. Batuk kronis biasanya adalah tanda atau
gejala adanya penyakit lain yang lebih berat. Banyak penyakit berat yang
ditandai dengan batuk kronis, misalnya asma, TBC, gangguan refluks lambung,
penyakit paru obstruksi kronis, sampai kanker paru-paru. Untuk itu, batuk
kronis harus diperiksakan ke dokter untuk memastikan penyebabnya dan diatasi
sesuai dengan penyebabnya itu
(Nadesui,
Hendrawan. 2008)
Berdasarkan sebabnya
1.
Batuk berdahak
Batuk berdahak, jumlah dahak yang dihasilkan sangat banyak, sehingga menyumbat saluran pernafasan.
Batuk berdahak, jumlah dahak yang dihasilkan sangat banyak, sehingga menyumbat saluran pernafasan.
2.
Batuk kering
Batuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa gatal, sehingga merangsang timbulnya batuk. Batuk ini mengganggu kenyamanan, bila batuknya terlalu keras akan dapat memecahkan pembuluh darah pada mata.
Batuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa gatal, sehingga merangsang timbulnya batuk. Batuk ini mengganggu kenyamanan, bila batuknya terlalu keras akan dapat memecahkan pembuluh darah pada mata.
3.
Batuk yang
khas
a.
Batuk rejan, batuknya bisa berlangsung 100 hari. Bisa menyebabkan pita
suara radang dan suara parau.
b.
Batuk penyakit TBC, berlangsung berbulan-bulan, kecil-kecil, timbul
sekali-sekali, kadang seperti hanya berdehem. Pada TBC batuk bisa disertai bercak darah segar.
c.
Batuk karena asma, sehabis serangan asma lendir banyak dihasilkan. Lendir inilah yang merangsang timbulnya batuk.
d.
Batuk karena penyakit jantung lemah, darah yang terbendung di paru-paru,
menjadikan paru-paru menjadi basah. Kondisi basah pada paru-paru ini yang
merangsang timbulnya batuk.
e.
Batuk karena kanker paru-paru yang menahun tidak sembuh. Batuknya tidak
tentu. Bila kerusakan paru-paru semakin luas, batuk semakin
tambah.
f.
Batuk karena kemasukan benda asing, pada saat saluran pernafasan berusaha
mengeluarkan benda asing maka akan menimbulkan batuk.
(Yunus,
F. 2007)
E. Gejala-Gejala yang Menyertai Batuk
Gejala
yang menyertai batuk pada umumnya disebabkan oleh influenza. Gejala tersebut antara lain demam yang
tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersin-bersin, hidung tersumbat, dan
sakit tenggorokan. Namun batuk berdahak juga timbul akibat peradangan pada
paru-paru. (Wirjodiarjo, Muljono. 2008)
F. Penatalaksanaan terhadap Batuk
Penatalaksanaan
batuk yang paling baik yang paling baik adalah pemberian obat spesifik terhadap
etiologinya. Tiga
bentuk penatalaksanaan batuk adalah :
1.
Tanpa pemberian obat
Batuk yang tanpa gejala akut dapat
sembuh sendiri dan biasanya tidak perlu obat. Untuk mengurangi batuk
biasanya dengan cara:
a.
Sering minum air putih, untuk membantu
mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal.
b.
Hindari paparan debu, minuman atau
makanan yang merangsang tenggorokan, dan udara malam yang dingin
c.
Menghirup uap air panas, uap mentol
d.
Permen
obat batuk atau permen pedas dapat menolong pada batuk yang kering dan
menggelitik
(Tjay,
HT. Rahardja, K. 2003)
2.
Pengobatan spesifik
Pengobatan ini diberikan terhadap penyebab timbulnya batuk. Apabila penyebab batuk diketahui maka pengobatan harus ditujukan terhadap penyebab tersebut. Dengan evaluasi diagnosis yang terpadu, pada hampir semua penderita dapat diketahui penyebab batuk kroniknya.
Pengobatan spesifik batuk tergantung dari etiologi atau mekanismenya.
Pengobatan ini diberikan terhadap penyebab timbulnya batuk. Apabila penyebab batuk diketahui maka pengobatan harus ditujukan terhadap penyebab tersebut. Dengan evaluasi diagnosis yang terpadu, pada hampir semua penderita dapat diketahui penyebab batuk kroniknya.
Pengobatan spesifik batuk tergantung dari etiologi atau mekanismenya.
(Yunus,
F. 2007)
3.
Pengobatan simtomatik
Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan penyebab batuknya maupun kepada penderita yang batuknya merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial dapat menimbulkan komplikasi.
Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan penyebab batuknya maupun kepada penderita yang batuknya merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial dapat menimbulkan komplikasi.
(Yunus, F. 2007)
Obat batuk biasa disebut dengan
antitusif. Obat batuk tersebut berdasarkan sasarannya terbagi menjadi 2 yaitu:
1.
Obat batuk sentral
Obat batuk sentral bertujuan untuk menekan rangsangan batuk di pusat batuk
(medulla). Terbagi menjadi zat adiktif (kodein) dan non adiktif (noskapin,
dektrometorfan, prometazin)
2.
Obat batuk perifer
Obat batuk ini bekerja di luar dari system saraf pusat. Perifer terbagi
dalam beberapa kelompok yaitu ekspetoransia (ammonium klorida, guaiokol, ipeca
dan minyak terbang), mukolitika (asetilkarbositein, mesna, bromheksin, dan
ambroksol), dan zat-zat pereda (oksolamin dan hiperpidin).
(Tjay, HT. Rahardja, K. 2003)
Obat batuk biasanya
mengandung zat antihistamin, yang bekerja sebagai anti alergi. Zat-zat
antihistamin inilah yang menyebabkan timbulnya efek kantuk. Obat batuk tanpa
efek kantuk biasanya tidak mengandung zat antihistamin sama sekali, atau
menggunakan zat antihistamin golongan baru yang tidak memiliki efek mengantuk.
Antihistamin dengan efek samping kantuk yang biasa terdapat dalam formula obat
batuk adalah Chlorfeniramine maleat atau CTM dan difenhidramin.
(Yunus, F. 2007)
Jenis obat batuk berdasarkan
jenis batuknya dapat dibagi dalam dua golongan obat :
1.
Ekspetoran
Obat batuk ini ditujukan untuk jenis batuk
berdahak, karena dapat mempertinggi sekresi saluran pernapasan atau mencairkan
dahak. Kandungan obat batuk yang mungkin ada dalam jenis expectorantia ini
adalah zat yang bersifat mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan, misalnya
guaiafenesin atau gliserin guaiacolat (GG), ammonium klorida (NH 4 Cl), dan
kalium yodida (KI). Obat batuk jenis ini seringkali dicampur dengan ramuan
tumbuh-tumbuhan seperti jahe dan mint sehingga memberikan rasa hangat pada
tenggorokan.
2.
Non-ekspektoran
Obat batuk ini ditujukan untuk jenis batuk kering. Ada
dua golongan zat aktif yang biasa digunakan, yaitu :
a.
Golongan Alkaloid Morfin, seperti kodein, dionin, dan
lain-lain. Obat ini bersifat narkotis dan menimbulkan ketagihan, karenanya
hanya dapat dibeli dengan resep dokter.
b.
Golongan Non-Morfin, di mana jenis zat aktif ini tidak
menimbulkan ketagihan seperti dextromethorphan (DMP). Untuk batuk yang yang
disebabkan oleh infeksi/peradangan, diperlukan obat-obat antibiotik yang harus
melalui pemeriksaan yang seksama oleh dokter.
(Waisya,
R. 2008)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Batuk merupakan
mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap
bersih dan terbuka dengan jalan mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas
dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran
nafas. Oleh karena itu batuk juga dikatakan sebagai proteksi atau imun tubuh. Namun terkadang batuk
juga merupakan gejala dari suatu penyakit.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan reflek
batuk antara lain :
a.
Rangsangan
mekanis, misalnya asap rokok, debu, tumor
b.
Adanya perubahan suhu mendadak
c.
Rangsangan
kimiawi, misalnya gas dan bau-bauan
d.
Adanya peradangan / infeksi
e.
Reaksi alergi
f.
Penyakit, misalnya tumor
3. Reflek batuk terdiri dari reseptor batuk, serabut saraf afferent,
pusat batuk, serabut saraf efferent, efektor. Reflek batuk selanjutnya akan
menyababkan mekanisme batuk.
4. Mekanisme batuk terdiri dari fase iritasi,
fase inspirasi, fase kompresi dan
fase ekspirasi atau ekspulsi.
5. Batuk biasanya disertai dengan radang
tenggorokan, demam, influenza dan sebagainya. Karena pada batuk menyebabkan
rusaknya mukosa saluran pernafasan sehingga mempermudah penyakit lain untuk
menyerang tubuh.
6. Secara umum batuk terbagi menjadi batuk
berdahak, batuk kering dan batuk yang khas (TBC, Batuk karena asma, batuk
karena kanker paru-paru). Sedangkan menurut waktunya dibagi menjadi batuk akut
(berlangsung sebentar), batuk sub-akut dan batuk kronis (terjadi dalam periode
yang lama)
7.
Penatalaksanaan
batuk adalah dengan antitusif yang terbagi menjadi ekspetoran dan non
ekspetoran.
B.
Saran
Dari pembahasan diatas penulis
menyarankan :
1.
Mahasiswa
memahami tentang batuk dan dapat menerapkan pengetahuan mengenai batuk dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Mahasiswa
harus mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya batuk sehingga dapat
menghindarinya.
3.
Mahasiswa
harus bisa menjaga kesehatan dengan baik. Batuk adalah salah satu jenis
penyakit yang paling sering menyerang. Pertahanan tubuh yang kuat dapat
mengurangi resiko tertular batuk.
4.
Mahasiswa
sebaiknya mengetahui lebih mendalam mengenai jenis-jenis batuk dan dapat
melakukan penatalaksanaan yang tepat bila terjadi batuk.
DAFTAR PUSTAKA
Chandrasoma
dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-2.
Jakarta : EGC.
Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. 11th
ed. Jakarta: ECG.
Ikawati, Zullies. 2008. Farmakoterapi
Penyakit Sistem Pernapasan. Yogyakarta : Pustaka Adipura.
Kumar, Vinay, et all. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.
Sylvia A, Wilson LM. 2006. Patofisiologi.
Jakarta : ECG.
Tjay, HT. Rahardja, K. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia.
Waisya, Rani. 2008. Penyebab Batuk, Gejala dan Pengobatannya. http://www.scribd.com/doc/15847131/makalah-Rps-respirasi
(27 April 2015)
Wirjodiarjo, Muljono. 2008. Penyebab Batuk dan Tips Pengobatannya. http://tbmcalcaneus.org/index.php?option=com_content&task=view&id=176&Itemid=87
(27April 2015)
Yunus, F. 2007. Kenali Batuk dan Obat Batuk Anda http://www.isfinational.or.id/info/berita/658-kenali-batuk-dan-obat-batuk-anda.html (27 April 2015)
KATA
PENGANTAR

Segala
puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara alam
semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “BATUK”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman
termasuk kita semua.
Disadari
sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari teknis
penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itubesar harapan kami akan
saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak
lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah
memberi arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan
mahasiswa kami ucapkan terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.
Watampone, 29 April
2015
Penyusun
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
.............................................................................................1
B.
Rumusan Masalah
........................................................................................2
C.
Tujuan
Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Batuk...........................................................................................3
B.
Faktor
Penyebab Batuk.................................................................................4
C.
Reflek
dan Mekanisme Batuk.......................................................................5
D.
Jenis-Jenis
Batuk...........................................................................................8
E.
Gejala-Gejala
yang Menyertai Batuk..........................................................10
F.
Penatalaksanaan
terhadap Batuk.................................................................10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
................................................................................................14
B.
Saran
...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
|
No comments:
Post a Comment